Laman

Sabtu, 03 Maret 2012

Kelas B, Khotimah, 4: PENGUNAAN PANCA INDERA AKAN DINILAI DAN DIMINTAI PERTANGGUNG JAWABAN


MAKALAH
PENGUNAAN PANCA INDERA
AKAN DINILAI DAN DIMINTAI PERTANGGUNG JAWABAN


Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah  : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu  : Muhammad Ghufron, M.Ag


Disusun Oleh :
KHOTIMAH
202 111 0065
Kelas B

JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
PENDAHULUAN

Pendengaran merupakan pemeliharaan pengetahuan yang diperoleh dari orang lain. Penglihatan merupakan pengembangan pengetahuan dengan hasil observasi dan penelitian yang berkaitan dengannya. Hati merupakan sarana membersihkan ilmu pengetahuan dari kotoran dan noda sehingga lahirnya ilmu pengetahuan yang murni. Jika ketiga itu dipadukan terciptalah ilmu pengetahuan yang sesuai dengan apa yang dikaruniakan Allah kepada manusia yang hanya dengan pengetahuan itulah manusia mampu mengatasi masalah.
Atas pendengaran dan penglihatan dan hati dan seluruh anggota tubuh yang diberikan Allah, manusia bertanggungjawab untuk memanfaatkan semuanya dalam jalan kebaikan.










A.  MATERI HADITS

عَنْ أَبِي هُرَ يْرَةَ وَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ قَا لَا قَا لَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسلّمَ : { يُؤْتَى بِالْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُوْلُ اللهُ لَهُ أَلَمْ أَجْعَلْ لَكَ سَمْعًا وَبَصَرًا وَمَالاً وَوَلَدًا وَسَخَّرْتُ لَكَ الْأَنْعَامَ وَ الْحَرْثَ وَتَرَكْتُكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ فَكُنْتَ تَظُنُّ اَنَّكَ مُلَا قِي يَوْمَكَ هَذَا قَالَ فَيَقُوْلُ لَهُ الْيَوْمَ أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيْتَنِي } قَالَ أَبُوْعِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ غَرِيْبٌ وَمَعْنَى قَوْلِهِ الْيَوْمَ أَنْسَاكَ يَقُوْلُ الْيَوْمَ أَتْرُكُكَ فِي الْعَذَابِ هَكَذَا فَسَّرُوْهُ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى وَقَدْ فَسَّرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ هَذِهِ الْاَيَةَ فَلْيَوْمَ نَنْسَا هُمْ قَلُوا اِنَّمَا مَعْنَاهُ الْيَوْمَ نَتْرُكُهُمْ فِي الْعَذَابِ
)رواه الترمذي فى الجامع, كتاب صفة القيامة والرقائق والورع عن رسولالله(


B.  Terjemahan Hadits
“Dari Abu Hurairah dan Abu said berkata: Rasulullah SAW bersabda seseorang hamba dihadapkan pada hari kiamat lalu Allah berfirman kepada-Nya: Bukankah aku berikan kepadamu pendengaran, penglihatan, harta benda dan anak dan menyerahkan kepadamu hewan ternak dan pertanian dan aku biarkan kamu memimpin dan menunggu, maka apakah kamu menyangka bahwa kamu akan menjumpai-Ku pada hari ini? Dia menjawab: Tidak. Allah berfirman kepadanya: Hari ini Aku lupakan kamu seperti kamu telah melupakan-Ku. Ini hadits Shahih Gharib. Adapun arti kata: hari ini Aku melupakanmu seperti kamu melupakan-Ku adalah hari ini Aku biarkan kamu dalam siksa. (HR. At Tirmidzi)
Dan demikian pula sebagian Ahli tafsir menafsiri ayat (maka pada hari ini kami melupakan mereka). Mereka bertanya: Artinya hari kami membiarkanmu dalam siksa.[1]

C.  Arti mufrodat
وَبَصَرًا       Penglihatan
الْعبْدُ               Seorang hamba
     مُلَاقِى    Bertemu
  Pertanian                 وَاْلحَرْثُ
 Binatang ternak  الْأَنْعَامَ   
اْلعَذاَبَ    Siksa                     
Aku lupakan kamu             أَنْسَاكَ    
Memimpin                                 تَرْأَسُ                                   

D.  Biografi Perawi Hadits
Abu Hurairah  ketika masih dalam masa jahiliyah bernama Abdul al Syam bin Shahr. Setelah memeluk Islam namanya diganti Rasulullah SAW dengan Abdul Al-Rahman. Beliau berasal dari qobilah Daus, salah satu qobilah yang populer di negeri Yaman.
Semula beliau bekerja sebagai penggembala domba. Dan setiap menggembalakan kecilnya domba-dombanya, beliau selalu ditemani seekor kucing kecilnya. Beliau sangat menyayangi kucingnya itu, sehingga siang dan malam selalu dijadikan temannya.
Ketika beliau menggembalakan domba-dombanya kucing kecil itu diletakan diatas pohon, dan oleh karena sangat sayangnya terhadap kucing kecil itu, kemudian orang-orang menyebutkan Abu Hurairah (Bapak kucing kecil).[2]
Abu Hurairah memeluk Islam pada tahuh ke-7 H. Saat terjadi perang Khaibar. Ketika beliau berusia kurang lebih tiga puluh tahun. Beliau datang ke Madinah, menemui Nabi saat beliau baru saja pulang dari perang Khaibar. Kemudian dia tinggal di Suffah (serambi) masjid. Di tempat itu, beliau menjadi seseorang yang arif diantara orang-orang yang tinggal di Suffah masjid Nabi, beliau menjadi seseorang ilmuan dan ahli ibadah. Beliau adalah seseorang diantara tamu-tamu Islam dan hamba-hamba Allah yang tenggelam dalam ridha ilahi, karena penghuni suffah adalah seperti penghuni Al-Jamiah (sebuah perguruan tinggi) yang kokoh tiang penegaknya adalah kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Mereka adalah orang-orang yang sabar dalam menghadapi kesusahan dan bencana, sebab dalam kehidupannya sehari-hari selalu terbuai oleh kemesraan dengan Ridha Allah.
Abu Hurairah adalah orang yang panjang usianya, beliau hidup selama empat puluh tahun sesudah wafat Rasulullah. Dalam masa itulah beliau giat sekali mempublikasikan hadits-hadits Rasulullah dikalangan orang banyak, sehingga beliau menjadi referensi orang-orang Islam dalam meriwayatkan hadits. Ketika Abu Hurairah meninggal, Abdullah bin Umar merasa sedih  sekali, dan berucap Abu Hurairah adalah seorang penghafal hadits-hadits Rasulullah diatas orang-orang Islam. Abu Hurairah meninggal dunia dalam usia 78 tahun di Madinah pada tahun 57 H.
E.  Syarah atau Keterangan Hadits

قوله )تَرْأَسُ( رَاءْ سُ الْقَوْمَ يَرْاَ سُهُمْ
   Lafadz ini mempunyai arti pemimpin pada suatu kaum yang telah memimpin mereka pada waktu itu. Jadi dapat disimpulkan kepemimpinan seseorang akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat nanti.
)تَرْبَعُ( تَاءْخُذُ رَبْعُ الغَنِيْمَة
   Dapat diartiakan mengambil seperempat harta rampasan. Dia berkata kepada sebagian kaum ketika telah mengambil seperempat dari harta mereka yang berarti bukankah aku telah menjadikanmu pemimpin yang taat.[3]



F.   Kandungan Aspek Tarbawi
                 Dalam kitab Lisanul Arab bahwa kata سَمْعًاً diartikan pendengaran dan  بَصَرًا  diartikan penglihatan sebagai makhluk yang sempurna manusia telah dilengkapi oleh Allah dengan panca indera. Salah satu indera yang terpenting adalah pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata). Dengan pendengaran dan penglihatan manusia dapat mengenal segala pernak-pernik kehidupan ini, dapat mendengar dan melihat hal-hal yang baik dan buruk, serta dapat menikmati keindahan alam. Pendengaran dan penglihatan merupakan salah satu anugerah yang terbesar yang diberikan oleh Allah kepada manusia.
                 Sebagai bentuk rasa syukur kita atas anugerah Allah ini. Kita harus memanfaatkannya sesuai dengan perintah Allah, dan jangan sampai sebaliknya. Di era globalisasi sekarang ini kita tidak boleh tertinggal, dengan alat indera ini kita gunakan sebaik-baiknya untuk mencapai ilmu pengetahuan semaksimal mungkin, kita ciptakan inovasi-inovasi baru, pemikiran-pemikiran yang berkualitas, memunculkan hal-hal yang membawa umat manusia kepada kesuksesan, menciptakan lapangan pekerjaan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Rasa tanggung jawab itu akan terpelihara didalam diri manusia yang sadar, selalu ingat adil jauh dari penyelewengan, tidak tunduk pada hawa nafsu, jauh dari kedzaliman dan kesesatan, serta istiqomah dalam segala perilaku. Rasulullah SAW pun mengatakan bahwa manusia bertanggung jawab atas umur, harta, dan kemudaannya lewat sabdanya :
 لَا تَزُوْلُ قُدَ مَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ حَتَّى يَسْأَ لَ عَنْ اَرْبَعِ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَ اَفْنَاهُ؟ وَعَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ فِيْهِ؟ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَ ابلْاَهُ ؟  )اخر جه التر مذى(  
                   “Tidaklah beranjak kaki seorang hamba pada hari kiamat sebelum dimintai pertanggungjawaban empat hal ini: tentang usia, dihabiskan untuk apa usia itu, tentang ilmu pengetahuan, diamalkan untuk apa ilmunya itu, tentang harta diperoleh dari mana dan dibelanjakan untuk apa hartanya itu dan tentang tubuhnya, dilusuhkan untuk apa tubuhnya itu (HR. Tirmidzi).
           
                     Allah telah menciptakan pendengaran, penglihatan dan hak sebagai sarana untuk merenung tafakur, berfikir jernih, serta meneliti alam semesta ini. Kemudian dengan akal dan hatinya, manusia mengolah alam ini untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Kita di didik secara ilmiah melalui berfikir obsevasi, diskusi hingga penyimpulan akhirnya kita dapat meraih ilmu pengetahuan dan menghasilkan sesuatu.[4]   
              














PENUTUP

          Indera merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan. Salah satunya pendengaran dan penglihatan yanag mana keduanya merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam kepentingan ilmu pengetahuan. Apa yang baru dan keduanyalah yang nantinya akan dimintai pertanggung jawaban di hari kiamat nanti.























DAFTAR PUSTAKA

Al-Maliki Muhammad Alawi. Ilmu Ushul Hadits. Pustaka Belajar. Yogyakarta.                                                                                           2009
An-Nahlawi Abdul Rahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Bema Insani presS. Jakarta. 1995
Rahman, Muhammad Abdur. Kitab Tuhfatul Al wadzi. juz 7
Surah At-Tirmidzi bin Mohammad Isa. Tarjamah sunan At-Tirmidzi. juz 4. As Syifa. Semarang,1992


[1] Mohammad Isa bin Surah At-Tirmidzi, Tarjamah sunan At-Tirmidzi, juz 4, (Semarang : As Syifa,1992).
[2] Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadits, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), Hal. 187.
[3] Muhammad Abdur Rahman, Kitab Tuhfatul Al wadzi, juz 7. Hal. 115.
[4] Abdul Rahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Bema Insani press, 1995).Hal. 44.

18 komentar:

  1. assalamu'alaikum...
    FENNI LISTIAWATI(2021110078) KELAS B
    SAYA mw tanya..
    Bagaimana jk seseorang sudh di beri sebuah anugrah penglihatah(mata),akan tetapi mereka tdk di gunakan untuk hal-hal yng bermanfaat..
    terima kasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menjawab dari pertanyaan ini, tentang anugerah yang telah Allah berikan kepada kita yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban pada hari nanti. Disini saya akan mengutip dari Al Qur’an Surat Al Baqarah ini dijelaskan bahwa bahwa orang yang tidak memanfaatkan inderanya misalnya menutup telinga dan mata terhadap petunjuk Allah berarti sama sekali tidak memberi diri kita kesempatan mengambil manfaat darinya, akan sangat mengecewakan Dan perumpamaan orang ini digambarkan seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Bahkan mereka lebih sesat lagi mereka itu adalah orang-orang yang lalai.
      Dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa isi neraka jahannam terdiri dari jin dan manusia, karena mereka di beri hati tidak (memahami ayat-ayat Allah), diberi mata tidak (melihat tanda-tanda kekuasaan Allah), diberi telinga tidak ( mendengarkan ayat-ayat Allah). Itulah gambaran terhadap orang yang tidak memanfaatkan panca indera dengan hal yang baik.

      Hapus
  2. nama : aini lailatul munawaroh
    nim : 2021110060
    kls : B

    pertanyaan saya

    banyak orang yang memiliki panca indra akan ttp belum bisa menggunakan dengan sebaik-baiknya..bagaimana caranya agar kita bisa menggunakan panca indra kita agar nanti saatdimintai pertanggungjawaban kita bisa memepertanggung jawabkannya???

    terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menjawab pertanyaan dari saudari aini penggunaan panca indera itu dengan berbagai macam, dari segi positif orang tersebut akan menggunakan panca indera dengan benar karena dia sadar bahwa panca indera tersebut akan dimintai pertanggungjawaban nantinya. Penglihatan, pendengaran yang telah diberikan Allah harus kita syukuri dan kita gunakan dengan sebaiknya untuk memahami petunjuk-petunjuk dari Allah. Untuk pendengaran kita bisa gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat yaitu mendengarkan ayat-ayat Allah, bukan hanya mendengarkan saja akan tetapi kita bisa melaksanakan apa yang sudah kita dengar karena hal ini akan bermanfaat sekali dalam hidup kita. Penglihatan kita bisa gunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah baik apa yang ada di langit maupun di bumi. Dengan pemberian penglihatan kita bisa menikmati keindahan ciptaan Allah, Maha Agung Allah yang telah menciptakan apa yang ada di langit maupun di bumi. Dalam Al Qur’an juga dijelaskan “Sesungguhnya dalam penciptaan apa yang ada di langit dan di bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.

      Hapus
  3. assalamualaikum...
    nama:shilfiana
    kelas:B
    nim: 2021110054

    assalamualaikum wr.wb

    bagaimana cara menjaga dan mengoptimalkan pancaindera agar senantiasa digunakan untuk hal-hal yang baik dan dibenarkan syariat?

    wasalam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cara menjaga panca indera kita sesuai yang dibenarkan syariat yaitu dengan penggunaan hal-hal yang bermanfaat. Bukankah hal itu sesuai dengan ayat yang pertama yang diturunkan dalam Alqur’an : “Iqra’..... “, yang artinya “ Bacalah.
      Berarti sebagai manusia, kita diperintahkan untuk membaca dan tidak ada perintah bahwa membaca itu adalah membaca kitab suci atau buku belaka. Yang diperintahkan kepada kita adalah mengoptimalkan indera penglihatan mempergunakannya sebaik mungkin. Penggunaan kata “sebaik” disini berarti kita tidak menggunakan penglihatan kita untuk hal-hal yang kurang baik.
      Terkait dengan penglihatan, pendengaran juga semestinya dipertajam. Banyak mendengar, dan banyak menyimak (menjadikan telinga bukan untuk mendengarkan gosip).
      Percayalah, kalau kita mngoptimalkan kedua indera tersebut, akan banyak hal positif yang kita peroleh. Wawasan kita akan bertambah, pengetahuan meningkat. Memang sungguh adil bahwa manusia diberi dua mata dan dua telinga, tapi hanya diberi satu mulut. Agar kita lebih banyak melihat dan mendengar daripada berbicara ( apalagi membicarakan orang lain).

      Hapus
  4. Nama : Amelia Sholekhah
    Nim : 2021110082
    Kelas : B

    Bagaimana pendapat anda sendiri tentang manfaat tanggung jawab dalam panca indra apakah sudah bertanggung jawab dengan baik?

    BalasHapus
  5. mau tanya jenx khotimah,,,

    orang yang diberi pnca indera blum tentu ia mensyukurinya dan memanfaatkannya dengan baik, bagaimana cara mensykuri, dan menmanfaatkan anugrah yang di berikan allah lwat pnca indra tersebut di era globalisasi saat ini,,,

    mturnwun!!!!!!!!!!

    dewi fantihana
    2021110071
    B
























    dewi fantihan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menjawab pertanyaan ini, cara mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan terutama penggunaan panca indera. Ada banyak cara yang dapat dilakukan manusia untuk mensyukuri nikmat Allah. Secara garis besar mensyukuri nikmat dapat dilakukan dengan :
      a. Mensyukuri dengan hati dengan mengakui, mengimani dan meyakini bahwa segala bentuk kenikmatan ini datangnya dari Allah SWTT
      b. Mensyukuri dengan lisan dengan memperbanyak mengucapkan kalimat hamdalah.
      c. Mensyukuri dengan perbuatan
      - Mempergunakan sgala bentuk kenikmatan Allah untuk menunaikan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala bentuk larangan.
      Mensyukuri dengan hati, lisan dan perbuatan haruslah tercermin pada setiap sesuatu yang bersifat dzahir. Jadi panca indera kita yang elah dianugerahkan Allah kepada kita harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Banyak sekali godaan yang ditawarkan di era globalisasi ini. Memang sikap manusia yang mudah lupa daratan apabila diberi nikmat. Sebaliknya mereka menjadi berputus asa dan kecewa apabila nikmat itu ditarik kembali. Mereka tidak berfikir semua pemberian dan kehilangan nikmat itu adalah ujian dari Allah untuk menguji sejauh mana keimanan dan kesyukuran kita kepada-Nya.

      Hapus
  6. Assalamualaikum......

    Nama : Muhammad Labib
    Kelas : B
    Nim : 2021110053

    Apa contoh pengaktualisasian penggunaan panca indra yang tepat di dalam dunia pendidikan sehingga pertanggung jawaban di hari akhir kelak menjadi tidak berat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap manusia dilahirkan dengan dengan membawa fitrah serta dibekali dengan berbagai potensi dan kemampuan yang berbeda pada manusia lainnya. Dengan bekal itu kemudian dia belajar, mula-mula melalui hal yang dapat di indera dengan menggunakan panca inderanya sebagai jendela pengetahuan. Dengan pendengaran, penglihatan dan hati manusia dapat memahami dan mengerti pengetahuan yang disampaikan kepadanya, bahkan manusia mampu menaklukkan semua makhluk sesuai dengan kehendak dan kekuasaannya. Namun pada dasarnya poses pemerolehan pengetahun adalah membaca. Sebagaimana dalam surat Al Alaq ayat 1-5. Dalam pandangan Quraisy Shihab kata Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari kata menghimpun melahirkan aneka makna yaitu menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca teks tertulis maupun tidak.
      Al Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi rabbik dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Obyek perintah mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya. Al Qur’an membimbig manusia agar selalu memperhatikan dan menelaah alam sekitarnya karena lingkungan ini manusia juga bisa belajar dan memperoleh pengetahuan. Sesuai dengan ayat Al Qur’an surat Asy Syuro : 7
      “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik”.

      Hapus
  7. Assalamualaik . . .
    pengen tanya mbak,,

    Bagaimana caranya agar alat indera kita bisa digunakan sebaik mungkin yang bisa membawa kita ke kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan pada zaman sekarang ini banyak godaan di kanan kiri kita.
    mohon jelaskan . . .

    makasie ,,,,

    Naila Qonita
    2021110076

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut Imam Al Ghazali kebahagiaan akhirat hanya bisa dicapai dengan melaksanakan persiapan yang diperlukan selama hidup di dunia. Persiapan ini dilaksanakan dengan jalan mengumpulkan bekal ketika manusia hidup di dunia. Dan Al Ghazali juga menjelaskan bahwa tidak akan tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat tanpa ilmu dan amal. Dalam kajian ilmu disini alat indera kita berfungsi untuk mencari pengetahuan yang mana bisa mengantarkan untuk memahami apa yang ada dibumi ini untuk kita kaji dan kita ambil manfaatnya. Dalam kajian amal ada dua macam yaitu amal lahir dan amal bathin. Amal lahir bisa dengan amal ibadah yang ditujukan kepada Allah dan amal yang baik yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Amal bathin sifatnya yaitu memperbaiki sifat tercela yang ada pada diri kita.

      Hapus
  8. Nama : Amelia Sholekhah
    Nim : 2021110082
    Kelas : B

    Bagaimana pendapat anda sendiri tentang manfaat tanggung jawab dalam panca indra apakah sudah bertanggung jawab dengan baik?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Manfaat tanggung jawab panca indera sangat banyak sekali. Salah satu diantaranya kita bisa merasakan nikmat syukur yang telah di anugerahkan Allah kepada kita. Karena apa saja yang telah diberikan Allah semuanya akan dimintai pertanggungjawaban. Untuk pertanggungjawaban saya sendiri terhadap indera saya memang belum sempurna tapi saya sudah berusaha mengambil hikmah dari semua ini bahwa kita hidup di dunia hakikatnya adalah untuk mencari bekal di akhirat, dan dalam waktu yang singkat ini akan saya gunakan untuk hal yang bermanfaat. Bukan hanya dari teori saja kita mengetahui akan tetapi kita bisa merealisasikan dalam hidup kita untuk jauh ke depan lebih baik. Amin

      Hapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. assalamualaikum
    mau tanya...
    bagaimana menjaga indra ketika kita dihadapka pada lingkungan yang justru orang2nya tak menjaga indra mereka?

    ika......

    BalasHapus
  11. M.Hadyyatullah
    kelas B
    232 108 414
    ketika kita ngobrol atau berbicara dengan seseorang pasti kita bertatap muka, klo kita ngobrol dengan lawan jenis yang bukan muhrim bgmana hkumnya?

    BalasHapus