PA A6 : Peran Agama sebagai Psikoterapi - word
PA A6 : Peran Agama sebagai Psikoterapi - ppt
2012-2013
PA A6 : Peran Agama sebagai Psikoterapi - ppt
MAKALAH
AGAMA DAN PSIKOTERAPI
Mata Kuliah : Psikologi Agama
Dosen Pengampu : M. Ghufron Dimyati, MSI
Di susun oleh :
Kelompok Enam
Kelas PBA.A
1.
Ika Widiyastuti 2022111014
2.
Khulasoh 2022111016
3.
Uswatun Khasanah 2022111028
4.
Muhammad Aziz 2022111037
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya
mendekatkan antara psikologi dengan agama, telah dilakukan oleh para filosof
dan psikolog. Berkaitan dengan perspektif ini, ajaran islam memiliki hubungan
yang erat dan mendalam dengan ilmu jiwa dalam soal pendidikan akhlak dan
pembinaan mental.
Tujuan
keduanya adalah untuk mencapai kesejahteraan jiwa dan ketinggian akhlak. Secara
luas pendidikan akhlak an pembinaan mental dalam psikologi agama bertujuan
mendidik, dan mengajar manusia, membersihkan dan menyucikan jiwanya serta
membina kehidupan mental spiritualnya. Oleh karena itu, dalam psikologi agama,
banyak ajaran islam yang dijadikan petunjuk dan ketentuan yang berhubungan
dengan pendidikan yang berhubungan dengan jiwa seseorang.
Psikoterapi
ajaran islam juga memberikan bimbingan dalam proses pendidikan melepaskan diri
dari pengaruh-pengaruh negatif yang senantiasa mengganggu eksistensi
kepribadian yang selalu cenderung untuk taat dan patuh kepada Tuhannya. Untuk
melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh negatif tersebut, psikologi agama
memiliki andil yang cukup besar dan berperan serta dalam memeberikan solusi
dalam mengatasi setiap permasalahan yang berkaitan dengan jiwa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan agama ?
2. Apa yang dimaksud dengan psikoterpi ?
3. Bagaimana hubungan agama dengan psikoterapi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
Secara umum, agama (bahasa Indonesia) dapat
disejajarkan dengan religion (bahasa Inggris), dan al-din (bahasa
Arab). Menurut W.J.S. Poerwadarminto, agama adalah segenap kepercayaan (kepada
Tuhan, Dewa, dan sebagainya) serta dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan itu.
“Agama (umum), manusia mengakui dalam agama
adanya Yang Suci (The Sacred) ; manusia itu insaf, bahwa ada satu kekuasaan
yang memungkinkan dan melebihi segala yang ada. Kekuasaan inilah yang dianggap
sebagai asal atau Khaliq segala yang ada. Tentang kekuasaan ini bermacam-macam
bayangan yang terdapat dalam manusia, demikian pula cara membayangkannya.[1]
Menurut para ahli ilmu jiwa, agama dipahami
sebagai berikut:
1. Frazer : mendefinisikan agama sebagi upaya mencari keridhoan atau kekuatan
yang lebih tinggi dari manusia.
2. James Martineue: agama adalah kepercayaan kepada yang hidup abadi, dimana
diakui baha dengan pikiran dan kemauan Tuhan, alam ini diatur dan kelakuan
manusia diperbuat.
3. Mattegart : agama adalah suatu keadaan jiwa, atau lebih tepat keadaan emosi
yang berdasarkan kepercayaan akan keserasian diri kita dengan alam semesta.
4. Prof. Dr. Zakiah Daradjat : agama adalah proses hubungan manusia yang
dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa ada sesuatu yang lebih
tinggi dari manusia.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa hakekat dari makna terdalam agama itu adalah “ketundukan” atau “ikatan”
(a binding), seperti asal kata agama itu sendiri: religere, maksudnya “ketundukan
/ keterikatan pada Yang Absolut.”.
Agama berarti kehidupan “dunia-dalam” seseorang tentang
ke-Tuhanan disertai keimanan dan peribadatan dengan tujuan untuk mencapai
kebahagiaan dunia akhirat. Agama merasuki atau mengenai manusia sebagai
keseluruhan, sebagai totalitas dengan seutuhnya dan dengan cara yang
sedalam-dalamnya. Manusia dengan segala aspek dan fungsi kejiwaan dikenai oleh
agama. Kalau agama dianalisis ke dalam aspek-aspeknya dan dihubungkan dengan
fungsi kejiwaan manusia, maka akan lebih jelas lagi bahwa agama mengenai
manusia sebagai keseluruhan.[2]
a. Kehidupan atau pengalaman dunia-dalam seseorang tentang ke-Tuhanan
berhubungan erat dengan fungsi finalis (motivasi dan emosi atau efektif dan
konatif)
b. Keimanan berhubungan erat dengan fungsi kognitif.
c. Peribadatan berhubungan erat dengan sikap dan fungsi motorik sebagai
pelaksanaan dan realisasi kehidupan dunia-dalam seseorang.
B. Pengertian Psikoterapi
Istilah Psikoterapi (Psychotherapy) mempunyai
pengertian cukup banyak dan kabur, terutama karena istilah tersebut digunakan
dalam berbagai bidang operasional ilmu empiris seperti psikiartri, psikologi,
bimbingan dan penyuluhan, kerja sosial, pendidikan dan ilmu agama. Secara
harfiah Psikoterapi berasal dari kata psycho = jiwa, dan therapy
= penyembuhan. Jadi, psikoterapi sama dengan penyembuhan jiwa.[3]
Yang dimaksud dengan psikoterapi adalah pengobatan alam
pikiran atau lebih tepatnya pengobatan alam psikis melalui metode psikologi.
Dari pengertian tersebut dapat diambil suatu pemahaman bahwa psikoterapi
dipandang sebagai upaya kuratif dalam pengobatan orang yang sakit jiwa.[4]
Psikoterapi kadang-kadang diidentikkan dengan
psikoanalisis, yaitu suatu cara untuk menganalisis jiwa seseorang dengan
menggunakan teknik-teknik tertentu. Psikoterapi juga diartikan dengan penerapan
teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan
penyesuaian diri.
Menurut Lewis R. Wolberg. M.D. (1977) dalam buku The
Technique of Psichotherapy menjelaskan bahwa psikoterapi adalah perawatan
dengan menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari
kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan
profesional dengan pasien, yang bertujuan: (1) menghilangkan, mengubah atau
menurunkan gejala-gejala yang ada, (2) memperantarai (perbaikan) pola tingkah
laku yang rusak, dan (3) meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan
kepribadian yang positif.
C. Agama sebagai Psikoterapi[5]
Jiwa Manusia Membutuhkan Agama. Pada dasarnya bahwa manusia terdiri dari dua
substansi yang berbeda, yaitu tubuh yang bersifat materi dan jiwa yang bersifat
immateri (al-nafs). Yang menjadi hakekat manusia adalah al-nafs yang mempunnyai
dua daya, yaitu daya berpikir yang disebut rasio (akal) yang berpusat di kepala
dan daya rasa yang berpusat di dada.
Cara pengembangan dua daya ini telah diatur oleh Islam
sedemikian rupa. Daya pikir atau akal yang berpusat di kepala, dipertajam oleh
ayat kaunniyat, ayat tentang kosmos yang mengandung perintah agar manusia
meneliti, merenung, berpikir, menganalisis dan menyimpulkan demi lahirnya
gagasan-gagasan inovatif. Sementara daya rasa yang berpusat di dada dipertajam
melalui ibadat shalat, puasa, zakat, dan haji.
Tanpa agama, jiwa manusia tidak mungkin dapat merasakan
ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Jadi, agama dan percaya pada Tuhan
adalah kebutuhan pokok manusia, yang akan menolong orang dalam memenuhi
kekosongan jiwanya.
Fungsi Agama dalam Kehidupan. Setidaknya ada empat fungsi agama dalam
kehidupan, yaitu: (a) Agama memberi bimbingan dan petunjuk dalam hiduup. (b)
Agama adalah penolong dalam kesukaran. (c) Agama menentramkan batin. (d) Agama
mengendalikan moral.
Langkah-langkah Terapi Religius. Ada beberapa cara untuk mencegah munculnya
penyakit kejiwaan dan sekaligus menyembuhkannya, melalui konsep-konsep dalam
Islam. Adapun upaya tersebut, adalah: Pertama, menciptakan kehidupan
yang islami dan religius. Kedua, Mengintensifkan kualitas ibadah.
Sembahyang, do’a dan permohonan ampun kepada Allah akan mengembalikan
ketenangan dan ketentraman jiwa bagi orang yang melakukannya. Ketiga, meningkatkan
kualitas dan kuantitas dzikir. Keempat, melaksanakan rukun Islam, rukun
Iman dan berbuat ikhsan. Kelima, menjauhi sifat-sifat tercela (akhlak
mazmumah). Keenam, mengembangkan sifat-sifat terpuji (akhlak
mahmudah).
Diharapkan dengan langkah-langkah tersebut dapat
mewujudkan kondisi jiwa yang benar-benar baik dan sehat.
D. Metodologi Psikoterapi Islam[6]
1. Metode Ilmiah (Method of Science)
Metode Ilmiah adalah sebuah netode yang selalu dan sering
diaplikasikan dalam dunia pengetahuan pada umumnya. Dalam membuktikan hipotesa-hipotesa,
maka diperlukan motode-metode seperti interview, eksperimen, observasi, tes dan
survey di lapangan.
2. Metode Keyakinan (Method of Tenacity)
Metode keyakinan adalah metode berdasarkan suatu keyakinan yang kuat yang
dimiliki oleh seseorang peneliti. Keyakinan itu dapat diraih melalui:
a. Ilmul Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu secara
teoritis.
b. ‘Ainul Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan mata
kepala secara langsung tanpa perantara.
c. Haqqul Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang diperoleh melalui, pengamatan dan
penghayatan pengalaman (empiris).
d. Kamalul Yaqin, yaitu suatu keyakinan yang sempurna dan lengkap, karena ia
dibangun di atas keyakinan berdasarkan hasil pengamatan dan penghayatan
teoritis (ilmul yaqin), aplikatif (‘ainul yaqin), dan empirik (haqqul yaqin).
3. Metode Otoritas (method of authority)
Yaitu suatu metode dengan menggunakan otoritas yang
dimiliki oleh seorang peneliti/psikoterapi, yaitu berdasarkan keahlian,
kewibwaan dan pengaruh positif. Apabila seorang psikoterapis memiliki otoritas
yang tinggi, maka sangat membantu dalam mempercepat proses penyembuhan terhadap
suatu penyakit atau gangguan yang sedang diderita oleh seseorang. Dan apabila
seseorang tidak memiliki otoritas untuk melakukan suatu tindakan dengan baik
dan benar, maka justru akan mendatangkan bahaya bagi orang lain bahkan dirinya
sendiri.
4. Metode Intuisi atau Ilham (method of intuition)
Metode Intuisi yaitu metode yang berdasarkan ilham yangg
bersifat wahyu yang datangnya dari Allah Ta’ala. Metode ini sering dilakukan
oleh para sufi dan orang-orang yang dekat dengan Allah dan mereka memiliki
pandangan batin yang tajam, serta tersingkapnya alam kegaiban.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian antara
fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara diri manusia
dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya. Misi ajaran islam di bidang
akhlak dan kejiwaan, mempunyai relavansi yang erat dengan kesehatan jiwa dengan
memasukkan ajaran agama, ketaqwaan kepada Tuhan, dalam kesehatan mental,
berarti ada titik singgung antara hal-hal tersebut.
Aspek agama masuk dalam psokologi ini karena agama
merupakan salaah satu kebutuhan psikis dan rohani manusia yang perlu dipenuhi
oleh setiap manusia yang merindukan ketentraman di dunia dan kebahagiaan di
akhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Shalih, Imam Musbikhin. 2005. Agama sebagai
Terapi. Jogjakarta:
Pustaka Pelaja
Abdul Aziz Ahyani. 1995. Psikologi Agama. Bandung:
Sinar Baru Algensindo
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama.
Jakarta: RajaGrafindo Persada
Moh. Sholeh. 2005. Agama Sebagai Terapi.
yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hamdani Bakran Adz-Dzaky. 2004. Konseling dan
Psikoterapi Islam. Jogjakarta:
Fajar Pustaka Baru
[1] Muhammad Shalih & Imam Musbikhin,
Agama sebagai Terapi, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm.19
[2] Abdul Aziz Ahyani, Psikologi Agama,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hlm.165
[3] Ibid, hlm.156
[4] Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 183
[5] Moh. Sholeh, Agama Sebagai Terapi, (yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), hlm. 41
[6] Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan
Psikoterapi Islam, (Jogjakarta: Fajar Pustaka Baru, 2004), hlm.254
sepi banget si..
BalasHapusga'ada yang tanya..
udah pada pintar ia..
mn ayatnya?
Hapus