Laman

Jumat, 26 Oktober 2012

PA A8 : Kontrol Psikologi Agama thd IQ

PA A8 : Kontrol Psikologi Agama thd Kecerdasan Intelektual (IQ) - word

PA A8 : Kontrol Psikologi Agama thd Kecerdasan Intelektual (IQ) - ppt






MAKALAH
PERAN KONTROL PSIKOLOGI AGAMA TERHADAP
KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ)
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas.
Mata Kuliah : Psikologi Agama
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M. S. I
Description: D:\STAIN logo polos.jpg
Disusun oleh :
Kelompok VIII
1.   Akhmat Alhasyimi     (2022 111 006)
2.   Arinil Chusna             (2022 111 030)
3.   Mahdiah Ilva              (2022 111 045)
Kelas : PBA A
­­­­­­­­
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Seringkali orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi tak dapat memanfaatkannya dengan benar. Semisal, orangnya angkuh, karena merasa dirinya memiliki skala kecerdasan yang lebih dibandingkan dengan yang lain. Sehingga pada makalah ini, penyusun akan membahas tentang “Peran Kontrol Psikologi Agama terhadap Kecerdasan Intelektual (IQ)”. Melalui makalah ini, penyusun berharap agar kita dapat mengetahui tentang peran pentingnya IQ, apalagi jika dapat memanfaatkannya secara seimbang yang dikontrol dengan sifat kejernihan hati bahwa ilmu yang kita peroleh merupakan dari Tuhan.. Berikut telah kami susun beberapa rumusan permasalahan untuk memudahkan dalam memahami materi yang akan disampaikan, diantaranya adalah :
1.         Pengertian Kecerdasan Intelektual?
2.         Apa sajakah pendekatan yang digunakan dalam memahami Kecerdasan Intelektual?
3.         Apa sajakah macam-macam Kecerdasan Intelektual?
4.         Apa sajakah teori-teori faktor pembentuk Kecerdasan Intelektual?
5.         Bagaimakah peran kontrol Psikologi Agama terhadap Kecerdasan Intelektual?





BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan adalah bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh semua orang dan sebagian dipengaruhi oleh kebudayaan dimana ia dilahirkan, merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang biasa digunakan manusia.[1]
Perkataan intelektual sama arti dengan intelegensi yang diambil dari bahasa latin Intelligence yang berarti mengorganisasikan, menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain. Menurut pendapat Stern yang dimaksud dengan inteligensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya.[2]
Dari pengertian ini dapat dilihat bahwa Stern menitikberatkan masalah intelektual pada soal adjustment atau penyesuaian diri terhadap masalah yang dihadapinya. Pada orang yang intelektual akan lebih cepat dalam memecahkan masalah-masalah baru apabila dibandingkan dengan orang yang kurang intelektual. Dalam menghadapi masalah atau situasi baru, orang yang intelektual akan lebih cepat dapat mengadakan adjustment terhadap masalah atau situasi yang baru tersebut.
Sehingga, kecerdasan intelektual adalah kemampuan intelegensi, analisa, logika dan rasio untuk menerima, menyimpan dan mengelola informasi menjadi fakta dengan cara berfikir. Kecerdasan intelelektual sudah ada sejak manusia dilahirkan dan seiring dengan perkembangan jaman, kecerdasan intelektual semakin meningkat. Pada kecerdasan intelektual, ada fakultas dalam memilah mana yang baik dan yang buruk. Intelektual memiliki kecenderungan berwawasan untuk kepentingan yang lebih universal.

B.       Pendekatan Memahami Kecerdasan Intelektual
Dalam memahami hakikat intelektual, Maloney dan ward, mengemukakan empat pendekatan umum[3], yaitu :
1.         Pendekatan Teori Belajar
Inti pendekatan teori belajar adalah mengenai masalah hukum-hukum dan prinsip umum yang dipergunakan oleh individu untuk memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru. Dan yang ditekankan dalam pendekatan ini adalah intelektual bukanlah sifat kepribadian seseorang akan tetepi merupakan kualitas dari hasil belajar yang telah terjadi.
2.         Pendekatan Neurobiologis
Pendekatan neuro-biologis beranggapan bahwa intelektual memiliki dasar anatomis dan biologis. Pendekatan neurobiologis menimbulkan berbagai teori intelektual yang mengaitkan perilaku intelektual serta ciri-cirinya dengan aspek-aspek biologis.
3.         Pendekatan Psikometris
Ciri utama dalam pendekatan ini adalah adanya anggapan bahwa intelektual merupakan suatu konstrak (construct) atau sifat (trait) psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap orang. Dalam Groth-Marnat mengatakan bahwa suatu kritik terhadap pendekatan psikometris adalah penekanan berlebihan dari pihak perancang tes pada aspek kuantitatif.
Dalam pendekatan psikometris sendiri, terdapat dua arah studi, yaitu yang bersifat praktis dan lebih menekankan pada pemecahan masalah (problem solving) dan yang lebih menekankan pada konsep dan penyusunan teori.
4.         Pendekatan Teori Perkembangan
Dalam pendekatan teori perkembangan, studi intelektual dipusatkan pada masalah perkembangan intelektual secara kualitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan biologis individu, yang terlihat adanya pola respon tertentu yang ada kaitannya dengan tingkatan usia tertentu pada diri seseorang.

C.      Macam-macam Kecerdasan Intelektual
Berikut ini tujuh kecerdasan intelektual menurut Gardner[4] :
1.         Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan linguistic adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Para pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, dan penyair berita, memiliki tingkat kecerdasan linguistic yang tinggi.
2.         Kecerdasan Logika – Matematika
Merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis. Para ilmuwan, ahli matematika, akuntan, insinyur, dan pemprogram computer yang semuanya menunjukkan bahwa memiliki kecerdasan logika-matematika yang kuat.
3.         Kecerdasan Spasial
Membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara dimensi seperti yang dapat dilakukan oleh pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan arsitek. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, merubah, atau memodifikasi bayangan, mengemudikan diri sendiri dan objek melalui ruangan, dan menghasilkan atau menguraikan informasi grafik.
4.         Kecerdasan kinestetik tubuh
Memungkinkan seseorang untuk menggerakkan objek dan keterampilan-keterampilan fisik yang halus. Jelas kelihatan pada diri atlet, penari, ahli bedah, dan seniman yang mempunyai keterampilan teknik. Pada masyrakat barat, keterampilan fisik tidak dihargai sebesar keterampilan kognitif seseorang, tapi kemampuan ini hanya digunakan untuk bertahan hidup dan sebagai ciri penting pada peran-peran bergengsi.
5.         Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik jelas kelihatan pada seseorang yang memiliki sensivitas pada pola titik nada, melodi, ritme, dan nada. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini antara lain : komposer, musisi, kritikus dan pembuat alat musik.
6.         Kecerdasan Interpersonal
Merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Hal ini terlihat pada guru, pekerja social, artis atau politisi yang sukses, sebagaimana budaya barat mulai mengenalkan hubungan antara akal dan tubuh, maka hal ini perlu disadari kembali pentingnya nilai dari keahlian dalam perilaku interpersonal.
7.         Kecerdasan Intrapersonal
Merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang. Beberapa individu yang memiliki kecerdasan semacam ini adalah ahli ilmu agama, ahli psikologi dan ahli filsafat.

D.      Teori-teori Faktor Pembentuk Kecerdasan Intelektual
Menurut Spearman, intelektual mengandung dua macam faktor[5], yaitu :
1.         General Abiity / General Faktor, ciri-cirinya sebagai berikut :
a.         Terdapat pada semua individu, dimana tiap individunya berbeda.
b.        Didapati tiap performance.
2.         Special Ability / Special Faktor, ciri-cirinya sebagai berikut :
a.         Bersifat khusus.
b.        Mengenai bidang-bidang tertentu.

E.       Peran Kontrol Psikologi Agama terhadap Kecerdasan Intelektual
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama yaitu ilmu yang meneliti kehidupan beragama pada seseorang untuk mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap tingkah laku kehidupan pada umumnya.[6] Terdapat berbagai unsur yang ada dalam ruang lingkup psikologi agama yang berkaitan dengan peran kontrolnya terhadap kecerdasan intelektual, yaitu sebagai berikut[7] :
1.      Kesadaran
Kesadaran merupakan gejala yang menakjubkan namun sukar dipahami. Kesadaran berevolusi. Dalam hal ini, kesadaran menjadi salah satu kontrol dalam kecerdasan intelektual, supaya dalam menggunakan keawasan IQ, kesadaran dapat mengkaji proses pikiran yang bersifat adaptif, karena kesadaran memberikan kita perasaan bahwa kita sangat istimewa untuk meningkatkan motivasi dalam bertahan hidup. Dengan daya pikirnya, manusia berupaya mensejahterakan diri dan kualitas kehidupannya. Pentingnya mendayagunakan kecerdasan intelektual dengan kesadaran sangat dianjurkan oleh agama, termasuk dalam Islam.
2.      Empati
Empati merupakan kemampuan merasakan memahami secara efektif yang menerapkan daya dan kepekaan terhadap perasaan orang lain dengan suatu tindakan. Orang yang mempunyai kecerdasan intelektual tinggi saja belum tentu bisa merasakan empati tapi dengan peran psikologi agama hal tersebut dapat diimbangi.
3.      Sabar
Setiap orang berfariatif dalam menghadapi suatu permasalahan. Seorang yang mempunyai kemampuan kecerdasan intelektual membutuhkan unsur sabar sebagai salah satu kontrol dalam menghadapi suatu problematika berfikirnya, sehingga sabar bisa menjadikan kecerdasan intelektual seseorang diimbangi dengan proses kejernihan hati.
4.      Simpati
Simpati adalah kemampuan untuk merasakan, mendengar, mengerti, dan memahami terhadap keadaaan orang lain yang ditunjukkan dengan suatu perbuatan. Orang yang memiliki rasa simpati dapat memikirkan dirinya, orang-orang yang di sekitarnya dan alam semesta, sehingga kecerdasan intelektual seseorang dapat berkembang dengan baik, dan diiringi dengan pemanfaatan yang baik pula.
5.    Nafsu
Manusia memiliki naluri yang bersifat ilahiyah, sayangnya seringkali tertutupi oleh nafsu kepentingan pribadi sehingga kecerdasan intelektualnya juga ikut semakin mengabur. Karena, pada dasarnya seseorang yang dapat menahan nafsu,  dalam menerima ilmu, ia akan dengan mudah mengingatnya, sehingga kecerdasan intelektual seseorang meningkat.







BAB III
PENUTUP

Dari uraian diatas dapatlah kita ketahui bersama bahwa pada dasarnya kecerdasan intelektual adalah kemampuan intelegensi, analisa, logika dan rasio untuk menerima, menyimpan dan mengelola informasi menjadi fakta. Dengan adanya peran kontrol dari psikologi agama, seseorang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi dapat lebih mengandalkan hatinya ketimbang akalnya, karena dengan sadar, seseorang tidak dapat memanfaatkan ilmu yang ia terima tanpa adanya kejernihan hati.
Demikian makalah ini kami susun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, baik untuk para pembaca sekalian maupun penyusun. Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan, sehingga jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kemajuan dan kesempurnaan makalah ini.










DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo, 2004, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : ANDI.
Azwar, Saifuddin, 1999, Pengantar Psikologi Intelegensi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
King, Laura A. 2010. Psikologi Umum, Jakarta : Salemba Humanika.
Campbell, Linda, et.al. 2002. Multiple Intelligences Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan, Depok : Inisiasi Press.



[1] Linda Campbell et.al. Multiple Intelligences Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan, Cet. Ke-1 (Depok: Inisiasi Press, 2002), hlm. 2.
[2] Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum, Cet. Ke-4 (Yogyakarta: ANDI, 2004), hlm. 192.
[3] Saifuddin Azwar. Pengantar Psikologi Intelegensi, Cet. Ke-2 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 11
[4] Linda Campbell et.al. op. cit.,  hlm. 2-3
[5] Bimo Walgito. Op. cit., hlm. 193.
[6] Zakiyah Darajat. Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: Bulan Bintang, 1970).
[7] Laura A. King. Psikologi Agama, Cet. Ke-1. (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm. 288.

1 komentar:

  1. nama: IMAM AGUS PRASETYO
    nim : 2022111046
    kelas : PBA A
    Assalamu'alaikum wr. wb.
    langsung saja : bahwa di makalah anda tertulis bahwa nafsu yang bersifat kepentingan pribadi dapat menyebabkan kecerdasan menjadi mengabur.
    jelaskan kenapa bisa seperti itu? dan bagaimana peran kontrol psikologi agama dalam hal ini n contohnya? terimakasih.

    BalasHapus