PA A8 : Kontrol Psikologi Agama thd Kecerdasan Intelektual (IQ) - word
PA A8 : Kontrol Psikologi Agama thd Kecerdasan Intelektual (IQ) - ppt
PA A8 : Kontrol Psikologi Agama thd Kecerdasan Intelektual (IQ) - ppt
MAKALAH
PERAN KONTROL PSIKOLOGI AGAMA TERHADAP
KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ)
Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas.
Mata Kuliah :
Psikologi Agama
Dosen Pengampu : Ghufron
Dimyati, M. S. I
Disusun oleh :
Kelompok VIII
1.
Akhmat Alhasyimi (2022 111 006)
2.
Arinil Chusna (2022 111 030)
3.
Mahdiah Ilva (2022 111 045)
Kelas : PBA A
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Seringkali orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi tak dapat
memanfaatkannya dengan benar. Semisal, orangnya angkuh, karena merasa dirinya
memiliki skala kecerdasan yang lebih dibandingkan dengan yang lain. Sehingga pada makalah ini, penyusun akan membahas tentang “Peran Kontrol Psikologi Agama terhadap
Kecerdasan Intelektual (IQ)”. Melalui makalah ini, penyusun berharap agar kita dapat mengetahui tentang peran pentingnya IQ, apalagi jika dapat
memanfaatkannya secara seimbang yang dikontrol dengan sifat kejernihan hati
bahwa ilmu yang kita peroleh merupakan dari Tuhan.. Berikut telah kami susun beberapa rumusan permasalahan untuk
memudahkan dalam memahami materi yang akan disampaikan, diantaranya adalah :
1.
Pengertian Kecerdasan Intelektual?
2.
Apa sajakah pendekatan yang digunakan dalam
memahami Kecerdasan Intelektual?
3.
Apa sajakah macam-macam Kecerdasan
Intelektual?
4.
Apa sajakah teori-teori faktor pembentuk
Kecerdasan Intelektual?
5.
Bagaimakah peran kontrol Psikologi Agama
terhadap Kecerdasan Intelektual?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan
adalah bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh semua orang dan sebagian dipengaruhi
oleh kebudayaan dimana ia dilahirkan, merupakan alat untuk
belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang biasa
digunakan manusia.[1]
Perkataan
intelektual sama arti dengan intelegensi yang diambil dari bahasa latin Intelligence
yang berarti mengorganisasikan, menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang
lain. Menurut pendapat Stern yang dimaksud dengan inteligensi adalah daya
menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir
menurut tujuannya.[2]
Dari pengertian
ini dapat dilihat bahwa Stern menitikberatkan masalah intelektual pada soal adjustment atau penyesuaian diri
terhadap masalah yang dihadapinya. Pada orang yang intelektual akan lebih cepat
dalam memecahkan masalah-masalah baru apabila dibandingkan dengan orang yang
kurang intelektual. Dalam menghadapi masalah atau situasi baru,
orang yang intelektual akan lebih cepat dapat mengadakan adjustment
terhadap masalah atau situasi yang baru tersebut.
Sehingga, kecerdasan intelektual adalah kemampuan intelegensi, analisa,
logika dan rasio untuk menerima, menyimpan dan mengelola informasi menjadi
fakta dengan cara berfikir. Kecerdasan intelelektual sudah ada sejak manusia
dilahirkan dan seiring dengan perkembangan jaman, kecerdasan intelektual
semakin meningkat. Pada kecerdasan intelektual, ada fakultas dalam memilah mana
yang baik dan yang buruk. Intelektual memiliki kecenderungan berwawasan untuk
kepentingan yang lebih universal.
B. Pendekatan Memahami Kecerdasan Intelektual
Dalam
memahami hakikat intelektual, Maloney dan ward, mengemukakan empat pendekatan
umum[3],
yaitu :
1.
Pendekatan Teori Belajar
Inti pendekatan
teori belajar adalah mengenai masalah hukum-hukum dan prinsip umum yang dipergunakan oleh individu untuk
memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru. Dan yang
ditekankan dalam pendekatan ini adalah intelektual bukanlah sifat kepribadian
seseorang akan tetepi merupakan kualitas dari hasil belajar yang telah terjadi.
2.
Pendekatan Neurobiologis
Pendekatan
neuro-biologis beranggapan bahwa intelektual memiliki dasar anatomis dan
biologis. Pendekatan neurobiologis menimbulkan berbagai teori intelektual yang
mengaitkan perilaku intelektual serta ciri-cirinya dengan aspek-aspek biologis.
3.
Pendekatan Psikometris
Ciri utama
dalam pendekatan ini adalah adanya anggapan bahwa intelektual merupakan suatu
konstrak (construct) atau sifat (trait) psikologis yang berbeda-beda
kadarnya bagi setiap orang. Dalam Groth-Marnat mengatakan bahwa suatu kritik
terhadap pendekatan psikometris adalah penekanan berlebihan dari pihak perancang
tes pada aspek kuantitatif.
Dalam
pendekatan psikometris sendiri, terdapat dua arah studi, yaitu yang bersifat
praktis dan lebih menekankan pada pemecahan masalah (problem solving) dan yang lebih menekankan pada konsep dan
penyusunan teori.
4.
Pendekatan Teori Perkembangan
Dalam
pendekatan teori perkembangan, studi intelektual dipusatkan pada masalah
perkembangan intelektual secara kualitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap
perkembangan biologis individu, yang terlihat adanya pola respon tertentu
yang ada kaitannya dengan tingkatan usia tertentu pada diri seseorang.
C. Macam-macam Kecerdasan Intelektual
Berikut ini tujuh kecerdasan intelektual
menurut Gardner[4]
:
1.
Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan
linguistic adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan
menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks.
Para pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, dan penyair berita, memiliki
tingkat kecerdasan linguistic yang tinggi.
2.
Kecerdasan Logika – Matematika
Merupakan kemampuan
dalam menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta
menyelesaikan operasi-operasi matematis. Para ilmuwan, ahli matematika,
akuntan, insinyur, dan pemprogram computer yang semuanya menunjukkan bahwa memiliki kecerdasan logika-matematika yang kuat.
3.
Kecerdasan Spasial
Membangkitkan
kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara dimensi seperti yang dapat dilakukan
oleh pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan arsitek. Kecerdasan ini memungkinkan
seseorang untuk merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali,
merubah, atau memodifikasi bayangan, mengemudikan diri sendiri dan objek
melalui ruangan, dan menghasilkan atau menguraikan informasi grafik.
4.
Kecerdasan kinestetik tubuh
Memungkinkan
seseorang untuk menggerakkan objek dan keterampilan-keterampilan fisik yang
halus. Jelas kelihatan pada diri atlet, penari, ahli bedah, dan seniman yang
mempunyai keterampilan teknik. Pada masyrakat barat, keterampilan fisik tidak
dihargai sebesar keterampilan kognitif seseorang, tapi kemampuan ini hanya
digunakan untuk bertahan hidup dan sebagai ciri penting pada peran-peran
bergengsi.
5.
Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik jelas kelihatan pada seseorang yang memiliki sensivitas pada pola
titik nada, melodi, ritme, dan nada. Orang-orang yang memiliki kecerdasan
ini antara lain : komposer, musisi, kritikus dan pembuat alat musik.
6.
Kecerdasan Interpersonal
Merupakan
kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Hal
ini terlihat pada guru, pekerja social, artis atau politisi yang sukses,
sebagaimana budaya barat mulai mengenalkan hubungan antara akal dan tubuh, maka
hal ini perlu disadari kembali pentingnya nilai dari keahlian dalam perilaku
interpersonal.
7.
Kecerdasan Intrapersonal
Merupakan
kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan
menggunakan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan
kehidupan seseorang. Beberapa individu yang memiliki kecerdasan semacam ini
adalah ahli ilmu agama, ahli psikologi dan ahli filsafat.
D. Teori-teori Faktor Pembentuk Kecerdasan Intelektual
Menurut Spearman, intelektual mengandung dua
macam faktor[5],
yaitu :
1.
General Abiity / General Faktor, ciri-cirinya sebagai berikut :
a.
Terdapat pada semua individu, dimana tiap individunya berbeda.
b.
Didapati tiap performance.
2.
Special Ability / Special Faktor, ciri-cirinya sebagai berikut :
a.
Bersifat khusus.
b.
Mengenai bidang-bidang tertentu.
E. Peran Kontrol Psikologi Agama terhadap Kecerdasan Intelektual
Menurut
Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama yaitu ilmu yang meneliti kehidupan
beragama pada seseorang untuk mempelajari seberapa
besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap tingkah laku kehidupan pada
umumnya.[6] Terdapat berbagai unsur yang ada dalam ruang
lingkup psikologi agama yang berkaitan dengan peran kontrolnya terhadap
kecerdasan intelektual, yaitu sebagai berikut[7] :
1.
Kesadaran
Kesadaran merupakan gejala yang menakjubkan
namun sukar dipahami. Kesadaran berevolusi. Dalam hal ini, kesadaran menjadi
salah satu kontrol dalam kecerdasan intelektual, supaya dalam menggunakan
keawasan IQ, kesadaran dapat mengkaji proses pikiran yang bersifat adaptif,
karena kesadaran memberikan kita perasaan bahwa kita sangat istimewa untuk meningkatkan
motivasi dalam bertahan hidup. Dengan daya pikirnya, manusia berupaya
mensejahterakan diri dan kualitas kehidupannya. Pentingnya mendayagunakan
kecerdasan intelektual dengan kesadaran sangat dianjurkan oleh agama, termasuk dalam
Islam.
2.
Empati
Empati merupakan kemampuan merasakan memahami
secara efektif yang menerapkan daya dan kepekaan terhadap perasaan orang lain
dengan suatu tindakan. Orang yang mempunyai kecerdasan intelektual tinggi saja
belum tentu bisa merasakan empati tapi dengan peran psikologi agama hal
tersebut dapat diimbangi.
3.
Sabar
Setiap orang berfariatif dalam menghadapi
suatu permasalahan. Seorang yang mempunyai kemampuan kecerdasan intelektual
membutuhkan unsur sabar sebagai salah satu kontrol dalam menghadapi suatu
problematika berfikirnya, sehingga sabar bisa menjadikan kecerdasan intelektual
seseorang diimbangi dengan proses kejernihan hati.
4.
Simpati
Simpati adalah kemampuan untuk merasakan,
mendengar, mengerti, dan memahami terhadap keadaaan orang lain yang ditunjukkan
dengan suatu perbuatan. Orang yang memiliki rasa simpati dapat memikirkan
dirinya, orang-orang yang di sekitarnya dan alam semesta, sehingga kecerdasan
intelektual seseorang dapat berkembang dengan baik, dan diiringi dengan
pemanfaatan yang baik pula.
5.
Nafsu
Manusia memiliki naluri yang bersifat
ilahiyah, sayangnya seringkali tertutupi oleh nafsu kepentingan pribadi
sehingga kecerdasan intelektualnya juga ikut semakin mengabur. Karena, pada
dasarnya seseorang yang dapat menahan nafsu,
dalam menerima ilmu, ia akan dengan mudah mengingatnya, sehingga
kecerdasan intelektual seseorang meningkat.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian diatas dapatlah kita ketahui
bersama bahwa pada dasarnya kecerdasan intelektual adalah kemampuan
intelegensi, analisa, logika dan rasio untuk menerima, menyimpan dan mengelola
informasi menjadi fakta. Dengan adanya peran kontrol dari psikologi agama,
seseorang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi dapat lebih mengandalkan
hatinya ketimbang akalnya, karena dengan sadar, seseorang tidak dapat
memanfaatkan ilmu yang ia terima tanpa adanya kejernihan hati.
Demikian makalah ini kami susun. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua, baik untuk para pembaca sekalian maupun
penyusun. Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini banyak
kekurangan, sehingga jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi kemajuan dan kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Walgito, Bimo, 2004, Pengantar Psikologi
Umum, Yogyakarta : ANDI.
Azwar, Saifuddin, 1999, Pengantar Psikologi
Intelegensi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan
Bintang.
King, Laura A. 2010. Psikologi Umum,
Jakarta : Salemba Humanika.
Campbell, Linda, et.al. 2002. Multiple Intelligences Metode
Terbaru Melesatkan Kecerdasan, Depok : Inisiasi Press.
nama: IMAM AGUS PRASETYO
BalasHapusnim : 2022111046
kelas : PBA A
Assalamu'alaikum wr. wb.
langsung saja : bahwa di makalah anda tertulis bahwa nafsu yang bersifat kepentingan pribadi dapat menyebabkan kecerdasan menjadi mengabur.
jelaskan kenapa bisa seperti itu? dan bagaimana peran kontrol psikologi agama dalam hal ini n contohnya? terimakasih.