Laman

Selasa, 26 Februari 2013

a3-3 arina rizqona: lembaga pendidikan non muslim

MAKALAH
LEMBAGA PENDIDIKAN NON MUSLIM

Disusun guna memenuhi tugas:

Mata Kuliah: Hadits Tarbawi II

Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.Si


 


Disusun Oleh:

ARINA RIZQONA            2021 111 021
KELAS A





SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)PEKALONGAN
2013




















BAB I
PENDAHULUAN

Dewasa ini telah banyak didirikan lembaga pendidikan di berbagai daerah. Lembaga-lembaga tersebut memiliki satu tujuan yang mulia diantaranya ikut serta mencerdaskan anak bangsa. Disisi lain lembaga-lembaga tersebut ada yang mempunyai corak dan karakteristik yang berbeda baik dari segi agama maupun aliran. Terkadang kita jumpai anak yang beragama Islam namun bersekolah di lembaga pendidikan non muslim dengan alasan tertentu. Fenomena serupa sudah ada pada zaman Rasulullah hidup. Nabi tidak melarang sahabat dan umatnya untuk belajar dimana saja meskipun belajar di majelis pendidikan non muslim.
                      













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teks Hadits
عَنْ عَبْد الله بِنْ اَبِيْ بَكْر بِنْ مُحَمَّد بن عَمْرو بن حَزْم قَالَ: كَانَ زَيْد بِنْ ثَابِتْ يَتَعلَّمُ فِيْ مَدَارِسِ مَاسِكَةٍ  فَتَعَلَّمَ كِتَابَهُمْ فِي خَمْسَ عَشْرَةً لَيْلَةً, حَتىَّ كَانَ يَعْلَمُ مَا حَرَّفُوْا وَبَدَّلُوْا (رواه الطبراني فى المعجم الأوسط)
B.     Terjemah
Di riwayatkan dari sahabat Abdullah bin Abu Bakar bin Muhammad bin Amru bin Hazm berkata : bahwasanya sahabat Zaid bin Tsabit belajar dibeberapa madrasah suku Masikah (majelis non muslim), maka Zaid bin Tsabit mempelajari kitab-kitab mereka dalam kurun waktu lima belas malam, sehingga beliau mengetahui apa-apa yang mereka rubah dan apa-apa yang mereka ganti. (HR. Ath-Thabrani)
C.     Mufrodat
يَتَعلَّمُ           :  belajar
يَعْلَمُ          : Mengetahui
حَرَّفُوْا        : merubah
وَبَدَّلُوْا        : Ganti
D.    Biografi Perowi
Ath Thabrani ialah Abdul Qasim Sulaiman ibn Ahmad Ibn Ayyub Al Lakhmy Ath Thabarani, seorang hafidh hadits yang terkenal dimasanya. Beliau mendengar hadits dari banyak ulama yang terkenal dan menurut riwayat, guru-gurunya berjumlah 1000 orang. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Al Hafidh Abu Nu’aim dan banyak lagi ulama yang lain. Hasil karya beliau banyak yang bermanfaat bagi masyarakat islam. Diantaranya yang terkenal ialah 3 buah mu’jamnya yaitu Al Mujamul Kabier, Al Mu’jamul Ausath, dan Al Mu’jamul Shaghir. Beliau lahir di Thabriah Syam pada tahun 260 H, dan wafat disana pada bulan Dzulqaidah tahun 369 H dan dimakamkan disamping kubur Hamamah Ad Dausy, seorang sahabat Rasulullah SAW.[1]
E.     Keterangan Hadits
Hadits tersebut menyiratkan bahwa dalam memperoleh pendidikan atau mencari ilmu bisa dimana saja dan dengan siapa saja. islam merupakan sebuah ajaran yang komprehensif dengan berbagai peraturan dan tata krama dan juga selalu menganjurkan kepada segenap umatnya untuk memperoleh pendidikan tanpa batas.[2] Rasulullah sendiri tidak pernah melarang sahabatnya yang belajar di majelis non muslim. Salah satu contohnya kisah Zaid bin Tsabit yang belajar di tempat suku Masikah. Belajar yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabit adalah untuk mengevaluasi materi dari isi kitab mereka sehingga Zaid bin Tsabit berusaha meneliti isi kitab-kitab yang diajarkan oleh orang-orang Bani Masikah. Zaid bin Tsabit tetap memelihara ilmunya dari pengaruh-pengaruh yang keliru dari kitab-kitab yang dipelajarinya. Sebagai muslim, kita boleh saja belajar selain materi agama, misal pelajaran yang bersifat umum seperti matematika, ilmu kesehatan, astronomi, dan sebagainya.
Dalam hadits lain menerangkan beliau memeritahkan Zaid agar belajar bahasa Suryani kepada orang Yahudi :
حَدَّ ثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدًالرَّحْمنِ بْنِ أَبِىَ الزّنَادِعَنْ أَبِيْهِ، عَنْ خَارِجَة بْنِ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِيْهِ زَيْدِبْنِ ثَابِتٍ قَالَ : أَمَرَنِىْ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى الله عليه وسلم أَنْ أَتَعَلَّمَ لَهُ كَلِمَاتٍ مِنْ كِتَابِ يَهُوْدَ وَقَالَ أِنّىْ وَاللهِ مَاآمَنُ يَهُوْدَ وَقَالَ أِنّيْ وَاللهِ مَا آمَنُ يَهُوْدَ عَلى كِتَا بِىْ، قَالَ فَمَا مَرَّبِىْ نِصْفٌ شَهْرٍ حَتَّ تَعَلَّمْتُهُ لَهُ،قَالَ فَلَمَّا تَعَلَّمْتُهُ كَانَ إِذَاكَتَبَ إِلَى يَهُوْدَ كَتَبْتَ إِلَيْهِمْ، وَاِذَاكَتَبُوْاإِلَيْهِ قَرَأْتُ لَهُ كِتَابَهُمْ,,. هَذَاحَدِيْثٌ حَثَنٌ صَحِيْحٌ . وَقَدْرُوِيَ مِنْ غَيْرِ هذَاالْوَجْهِ عَنْ زَيْدِبْنِ ثَابِتٍ، وَقَدْ رَوَاهُ الْاَعْمَشُ عَنْ ثَابِتِ بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ زَيْدِبْنِ ثَابِتٍ يَقُوْلُ: أَمَرَنِىْ رَسُوْلُاللهِ صَلّى الله عليه وسلم أَنْ أَتَعَلَّمَ السُّرْيَانِيَّةَ
Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Abizzanad memberitahukan kepada kami, dari ayahnya dari Kharijah bin Zaid bin Tsabit, dari ayahnya yaitu Zaid bin Tsabit berkata : “Rasulullah memerintahkan aku agar belajar untuk beliau bahasa kitab orang Yahudi dan beliau bersabda : “Sesungguhnya aku demi Allah, aku tidak merasa aman orang Yahudi terhadap suratku (baik dalam membacanya maupun menulisnya)”, dia berkata : maka tidak lewat setengah bulan aku belajar sehingga selesai aku mempelajarinya untuk beliau, dia berkata : ketika aku selesai mempelajarinya, maka apabila beliau berkirim surat kepada golongan Yahudi, maka aku menulis kepada mereka, dan apabila aku berkirim surat kepada beliau, maka aku membaca surat mereka untuk beliau.” [3]
Kedudukan ilmu sangat penting dan sentral dalam Al-Qur’an maupun hadits. Menurut Al-Qur’an dan hadits, ilmu adalah suatu keistimewaan pada manusia yang menyebabkan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain.[4] Begitu istimewanya mencari ilmu tanpa membedakan agama, ras maupun perbedaan lainnya. Dalam hadits Rasulullah yang cukup terkenal :
عَنْ أَنَس بْنِ مَالِكْ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اُطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصّيْنِ
Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke Negeri Cina.” (HR.Al-Baihaqi)[5]
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa kita bisa belajar kepada siapa saja dimana saja. Meskipun Negeri Cina mayoritasnya non muslim akan tetapi, Rasulullah menganjurkan untuk belajar kesana karena majunya ilmu pengetahuan dan peradaban mereka kala itu sehingga dengan belajar kepada mereka diharapkan bisa memajukan kaum muslim dari ilmu yang diperoleh dari mereka. tentu perlu adanya filtrasi dalam menerima ilmu tersebut.

F.      Aspek Tarbawi
·         Kita dapat mencari ilmu dimana saja dan kepada siapa saja meskipun di majelis/lembaga pendidikan non muslim
·         Sebelum memasuki lembaga pendidikan non muslim hendaknya bentengi iman dahulu agar tidak mudah terbawa oleh ajaran/pemahaman yang keliru
·         Toleransi antar agama sangat dianjurkan oleh islam. Hendaknya perbedaan kita jadikan sebagai warna dalam kehidupan

BAB III
PENUTUP

Ajaran islam memang tidak membiarkan umatnya terbelakang dan tertinggal dalam segala bidang. Islam senantiasa menyuruh penganutnya untuk merantau demi mendapatkan ilmu pengetahuan dan kemahiran. Masyarakat islam seharusnya merasa perlu untuk melawan segala kegelapan dan kebodohan sehingga kita benar-benar terpilih dalam pandangan Allah dengan kecermelangan ilmu yang kita miliki. Sah saja jika mencari ilmu di tempat yang berbeda pandangan dan keyakinan yang terpenting tidak berlawanan dengan agama yang dianut serta dapat berguna untuk kemaslahatan.



















DAFTAR PUSTAKA
Ash Shiddieqy ,Teungku Muhammad Hasbi. 1999. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang:PT Pustaka Rizki Putra.
Abdurrahman, Muhammad. 2003. Pendidikan di Alaf Baru.Jogjakarta: Prsmashopie
Isa bin Surah At Tirmidzi, Muhammad. 1992. Sunan At Tirmidzi juz IV. Semarang: CV Asy-Syifa’.
Ali, Muhammad Daud. 1998.  Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Tim Mitra Mandiri. Tt. PAI kls VIII Semester Gasal. Surakarta: CV Harapan Baru.


[1] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.(Semarang:PT Pustaka Rizki Putra,1999)hlm.302-303
[2] Muhammad Abdurrahman. Pendidikan di Alaf Baru.(Jogjakarta: Prsmashopie,2003).hlm.5
[3] Muhammad Isa bin Surah At Tirmidzi. Sunan At Tirmidzi juz IV. (CV Asy-Syifa’:Semarang, 1992)hlm.337
[4] Muhammad Daud Ali. Pendidikan Agama Islam. (PT RajaGrafindo: Jakarta, 1998)hlm.383-384
[5] Tim Mitra Mandiri. PAI kls VIII Semester Gasal. (CV. Harapan Baru: Surakarta, tt)hlm.17-18

20 komentar:

  1. Assalamu'alaikum Wr. Wb...
    NAMA: DEWI NURLITA KURNIAWATI
    NIM : 2021111036
    Dalam makalah telas dijelaskan tentang diperbolehkannya mencari ilmu di lembaga non-muslim. Lantas adakah batasan-batasan pendidikan yang harus kita hindari??
    Syukron. . . Jazakumullah. . .
    Wassalamu'alaikum Wr. Wb. . .

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam wr wb

      Islam membolehkan umatnya untuk mencari ilmu dimana saja sekalipun di lembaga pendidikan non muslim. Tentu saja ada batasan bilamana menyangkut masalah akidah, jangan sampai kita terbawa dengan kepercayaan mereka. Namun hendaknya kita saling meghargai dan menghormati perbedaan tersebut.

      Hapus
  2. Muhammad Kamaluddin (2021 111 042)
    Apabila kita belajar di lembaga non muslim apakah akan mempengaruhi pola pikir kita, biasanya kita akan lebih berfikir radikal dan teoritis dan mengenyampingkan segi religi, dan bagaimana kita membentengi diri kita apabila kita belajar di lembaga non muslim dari kecil padahal kita tahu pondasi awal seorang anak itu dari usia dini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. apabila kita belajar di lembaga pendidikan non muslim dapat berpengaruh atau tidaknya terhadap pemikiran yang lebih radikal ataupun teoritis dan mengenyampingkan segi religi menurut saya semua itu bergantung pada pribadi dan kebiasaan orangnya masing-masing. bisa saja anak yang bersekolah dilembaga pendidikan non muslim wawasan dan pengaplikasian agamanya cukup baik misal karena orang tuanya dari awal secara bertahap memberikan dan mengajarkan nilai-nilai keagamaan dari kecil.
      mengenai langkah antisipasi ketika belajar dilembaga pendidikan non muslim padahal kita tahu pondasi awal anak itu dari usia dini? menurut saya, orang tua dari si anak sudah selayaknya memiliki inisiatif dan kesadaran untuk mengajarkan nilai-nilai agama seperti contoh diatas ya, karena bagaimanapun peran serta orang tua sangat diperlukan agar sianak nantinya tumbuh dengan pemikiran dan tingkah laku yang tidak menyimpang dari ajaraanya meski ia bersekolah di lingkungan non muslim.

      Hapus
  3. bagaimana seharusnya kita dalam bersikap bila kita ada dalam ruang lingkup pendidikan non muslim dan bagaimana kita menyikapkapi pabila pendapat kita dan pendapat mereka berptentangan atau kurang pas dengan yang kita percayai?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaan-pertanyaannya. ketiga pertanyaan dari mbak ianaturrizqia langsung saja saya jawab pada kolom ini mengingat inti pertanyaannya sama.
      bila kita ada dalam ruang lingkup pendidikan non muslim sebaiknya wujudkan betapa toleransi dan tenggang rasa menjadi pola komunikasi diantara warga sekolah. Terlepas dari segala perbedaan, tidak hanya agama, suku, etnis, budaya juga maupun status sosial. Dengan sikap toleran inilah diharapkan terciptanya kerukunan antar warga sekolah yang relasinya akan menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif. Jika mengalami perbedaan pendapat sikapi dangan sewajarnya saja, yang penting kontrol emosi, percaya bahwa ajaran kita benar namun tidak perlu menjatuhkan yang lain, masing-masing keyakinan memiliki dalil-dalil tersendiri. lebih bijak bila saling menghargai keyakinan-keyakinan yang ada. ibarat baju yang anda pakai, belum tentu nyaman dipakai oleh orang lain kan?! Dan jika pendapat kita bertentangan kita tetap menganut pendapat yang kita yakini karena keyakinan seorang berbeda-beda apalagi dalam hal ini beda agama.

      Hapus
  4. bagaimana seharusnya kita dalam bersikap bila kita derada dalam ruang lingkup pendidikan non muslim,,, dan apabila ada perpedaan pandapat yang kita anut dan yang mereka anut bagaimana seharusnya kita memposisikan diri kita. trims

    BalasHapus
  5. bagaimana seharusnya kita memposisikan diri bila mana pendapat kita berbeda denagan mereka padahal kita adaa dalam lingkungan mereka

    BalasHapus
  6. Dalam aspek tarbawi, dipaparkan bahwa sebelum memasuki lembaga pendidikan non muslim hendaknya bentengi iman dahulu agar tidak mudah terbawa oleh ajaran/pemahaman yang keliru????
    Nah, yang saya tanyakan bagaimana cara nya agar kita saat mempelajari ilmu non muslim itu bisa tidak terjerumus ke hal-hal yang dilarang agama kita??? karena dalam realitanya, hal-hal yang bersifat negatif itu lebih cepat ditangkap daripada hal yang positif.
    menurut pandangan pemalakah, bagaimana cara nenyikapi hal tersebut????
    Terima Kasih....:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. agar tidak terjerumus langkah yang utama sudah jelas, kokohkan iman kita. selanjutnya menurut saya kita harus cermat dan tidak menelan mentah-mentah semua ilmu yang diajarkan mereka. kita juga sebaiknya mempelajari ilmu secara keseluruhan sehingga apabila ada kekeliruan pada suatu hal kita dapat mengetahuinya dan tidak terjebak di dalamnya.

      Hapus
  7. apakah dalam mempelajari ilmu non muslim kita harus dibimbing oleh seorang guru agar tidak tersesat? dan bagaimana tanggapan anda apabila ada seorang muslim yang menerima beasiswa dari lembaga non muslim? apakah diperbolehkan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya perlu, disini kita mempelajari agama non muslim atau agama lain yang mana jika hanya pengetahuan yang ingin kita dapat peran guru itu sangat penting agar keyakinan kita tidak luntur bahkan dalam islam sendiri ketika kita mempelajari tauhid diharuskan mempelajarinya dengan guru/ahlinya terlebih jika mempelajari agama lain.
      bila ada seorang muslim menerima beasiswa dari lembaga non muslim menurut saya sah saja jika diterima. Beasiswa sama halnya dengan rezeki dari Allah hanya saja perantaranya lembaga non musim. Selama tujuan kita untuk mencari ilmu dan kemaslahatan hidup kita serta tidak menggadaikannya dengan akidah, saya kira tidak ada salahnya jika diterima. Lebih baik lagi bila ilmu yang kita dapat nantinya diamalkan kepada generasi muslim dengan harapan dapat memajukan islam khususnya di bidang ilmu pengetahuan

      Hapus
  8. nama : khusnia zulfatul jannah
    nim : 2021111010
    yang saya ingin tanyakan bagaimanah cara meyikapi apabila ada temen non muslim yang ingin belajar tentang agama kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apabila ada teman non muslim yang ingin belajar agama kita maka kita lihat dulu tujuan dari orang tersebut mempelajari agama kita, sikap hati-hati terhadap orang lain terkadang perlu akan tetapi hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak memberi informasi tersebut. Kita boleh mengajarkan agama kita terhadap orang lain yang beda agama apalagi jika kita dapat mengajak mereka dalam agama kita.

      Hapus
  9. Nama: Anita Kumala
    Nim: 2021 111 364

    Ass.. .
    Pemakalah yang terhormat.. .
    Pertanyaan yang saya ajukan disini adl apabila kita dihadapkan pada suatu msalah, ktk ada instansi atau lembaga Non islam yg lbih maju di banding dg lmbaga islam.. .langkah preventif apa yg hrus digunakan agar kita mampu menyerap ilmu-ilmu positif yg ada pda lmbaga non islam trsebut, serta mmpu mengfilterisasi ajaran atau ilmu2 negatif yg ada pd lmbaga non islam , karena tdk dpt dipungkiri, realita pada era globalisasi sekarang ini, lmbaga non islam itu mayoritas lebih maju di brbagai bidang terutama pada bidang ekonomi dan sosial di banding lmbga Islam ? Mnurut pemakalah bagmn menyikapi fenomena trsbt. .?
    Sekian terimakasih.. .

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam wr wb
      Dimulai dari diri sendiri, kita sebagai generasi muda harus memiliki kesadaran memperdalam keilmuan kita dan introspeksi apa yang menjadikan umat islam tertinggal. jika sudah ada kesadaran dan tindakan untuk bangkit dalam arti melek pengetahuan dan teknologi mulailah menularkanya pada yang lain.

      Hapus
  10. Bagaimana menurut pandangan anda, orang tua yang menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan non muslim atau yang tidak se-aqidah dengan alasan lebih maju dan lebih mutu pendidikannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenarnya pertanyaan anda sudah diterangkan secara tersirat dalam makalah. bisa saja anak tersebut di sekolahkan dilembaga pendidikan non muslim. toh walaupun anak itu bersekolah dilembaga non muslim, anak tersebut memiliki hak untuk mendapat pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama sesuai pasal 12 bab V tentang peserta didik.

      Hapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. Eka Supriyatin

    Bagaimana jika dalam suatu kelompok belajar berbeda agama, yang membahas tentang filsafat ketuhanan dan diantara pendapat islam dan non muslim berbeda. jelaskan pendapat saudara.

    BalasHapus