Laman

Jumat, 15 Februari 2013

C1-4 Hengki Nur F.: Teladan dari Pemimpin Rumah Tangga

MAKALAH
Teladan dari Pemimpin Rumah Tangga

Disusun Untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadist Tarbawi II.
Dosen Pengampu: Muhammad Ghufron, M.S.I.

Description: Untitled
Disusun Oleh:
Hengki Nur Fiqih
2021 111 088

Kelas C
TARBIYAH ( PAI )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN

Nabi saw. bersabda: Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala)”. (HR. Bukhari).
Dari hadits tersebut dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan tempat pendidikan agama pertama yang diperoleh anak. Untuk itu orang tua sebagai guru harus membimbing anaknya agar menjadi anak yang baik. Selain itu, orang tua juga harus menjadi suri tauladan yang baik untuk anaknya agar keluarganya dapat terhindar dari api neraka. Seperti firman Allah dalah al-Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (QS.At Tahrim: 6).
             Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai suri tauladan yang baik dalam keluarga.









BAB II
PEMBAHASAN

a.    Hadits tentang Teladan dari Pemimpin Rumah Tangga

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا صَالِحٌ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ قَالَ كَانَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ إِذَا أَشْفَى عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ بَقَّى مِنْهُ شَيْئًا حَتَّى يُصْبِحَ فَيَجْمَعَ أَهْلَهُ فَيَخْتِمَهُ مَعَهُمْ  (رواه الدارمي(

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Shalih dari Tsabit Al Bunani ia berkata; Apabila Anas bin Malik hampir mengkhatamkan Al Qur'an di malam hari, ia menyisakan sedikit dari Al Qur'an hingga waktu pagi. Lalu ia mengumpulkan keluarganya, kemudian ia mengkhatamkan Al Qur'an bersama mereka. (HR. Ad-Darimi).[1]

b. Makna mufrodat
إِذَا                                            : Apabila atau ketika
أَشْفَى عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ                 : hambir menghatapkan Al Qur’an
بِاللَّيْل                                        : di malam hari
بِاللَّيْلِ بَقَّى مِنْهُ شَيْئًا                      : Menyisahkan sedikit dari Al Qur’an
حَتَّى يُصْبِحَ                          : Hingga waktu pagi
فَيَجْمَعَ                                      : Lalu ia mengumpulkan
اَهْلَهُ                                          : Keluarganya
فَيَخْتِمَهُ                              : Kemudian ia menghatamkan Al-Qur’an
مَعَهُم                                 : Bersama mereka (keluarga)
حَتَّى                                          Sampai :
يُصْبِحَ                                        Pagi hari :  
اَشْفَى عَلَى                                  sudah mendekati :
بَقَّى                                           masih atau menyisakan sedikit :
كَانَ                                           Adalah :
c. Keterangan hadits
Hadits di atas menjelaskan bahwa kebiasaan dari Anas bin Malik ketika akan mengkhatam al-Qur’an selalu menyisakan sedikit dari ayat al-Qur’an untuk dikhatam bersama keluarganya. Dengan maksud agar Anas beserta keluarganya itu bisa mempelajari dan kemudian mengamalkannya. Selain itu juga untuk berdoa bersama-sama agar memperoleh berkah dari Allah SWT dalam rumah tangganya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Anas bin Malik adalah suri tauladan yang baik bagi keluarganya.
d. Aspek Tarbawi
Dari Hadits di atas dapat diperoleh pelajaran sebagai berikut:
Pada dasarnya pendidikan agama dapat diperoleh dari empat tempat yaitu di rumah, di masyarakat, di tempat ibadah dan di sekolah.[2]
Diantara tempat-tempat pendidikan agama di atas, pendidikan agama di dalam rumahlah yang paling penting dan utama. Karena pendidikan di rumah merupakan pendidikan yang paling dini untuk menanamkan keimanan pada anak. Selain itu pendidikan di rumah juga mempunyai waktu yang lebih lama dalam mengajarkan agama daripada di tiga tempat lainnya (sekolah, masyarakat, dan tempat ibadah) yang mempunyai waktu hanya beberapa jam saja. Oleh karena itu orang tua sebagai guru harus menjadi suri tauladan yang baik bagi murid-muridnya (anak-anaknya) agar tercipta keluarga yang baik yang dirahmati Allah SWT dan selalu dilimpahi berkahnya.
Pendidikan agama baik di rumah, di sekolah, di tempat ibadah ataupun di masyarakat pada intinya adalah untuk menanamkan iman di hati.[3]
e. Biografi Perowi (ad-Darimi)
Nama asli dari ad-Darimi adalah Abdullah bin Abdurrahman bin al Fadhl bin Bahram bin Abdush Shamad.
Nasab beliau:
At Tamimi; adalah nisbah yang ditujukan kepada satu qabilah Tamim.
Ad Darimi; adalah nisbah kepada Darim bin Malik dari kalangan at Tamimi.
Dengan nisbah ini beliau terkenal.
As Samarqandi; yaitu nisbah kepada negri tempat tinggal beliau.
Beliau dilahirkan pada taun 181 H, sebagaimana yang di terangkan oleh imam Ad Darimi sendiri, beliau menuturkan; ‘aku dilahirkan pada tahun meninggalnya Abdullah bin al Mubarak, yaitu tahun seratus delapan puluh satu.
Ada juga yang berpendapat bahwa beliau lahir pada tahun seratus delapan puluh dua hijriah.[4]
Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Allah menganugerahkan kepada imam Ad Darimi kecerdasan, pikiran yang tajam dan daya hafalan yang sangat kuat, teristimewa dalam menghafal hadits. Beliau berjumpa dengan para masyayikh dan mendengar ilmu dari mereka. Akan tetapi sampai sekarang kami tidak mendapatkan secara pasti sejarah beliau dalam memulai menuntut ilmu Beliau adalah sosok yang tawadldlu’ dalam hal pengambilan ilmu, mendengar hadits dari kibarul ulama dan shigharul ulama, sampai-sampai dia mendengar dari sekelompok ahli hadits dari kalangan teman sejawatnya, akan tetapi dia jua seorang yang sangat selektif dan berhati-hati, karena dia selalu mendengar hadits dari orang-orang yang terpercaya dan tsiqah, dan dia tidak meriwayatkan hadits dari setiap orang.
Rihlah beliau
Rihlah dalam rangka menuntut ilmu merupakan bagian yang sangat mencolok dan sifat yang paling menonjol dari tabiat para ahlul hadits, karena terpencarnya para pengusung sunnah dan atsar di berbagai belahan negri islam yang sangat luas. Maka Imam ad Darimi pun tidak ketinggalan dengan meniti jalan pakar disiplin ilmu ini.
Diantara negri yang pernah beliau singgahi
1.    Khurasan.                           6. Bashrah.
2.    Iraq.                                    7. Syam; Damasqus, Himash dan Shur.
3.    Baghdad.                            8. Jazirah.
4.    Kufah.                                9. Hijaz; Makkah dan Madinah.
5.    Wasith.
Guru-guru imam Ad Darimi
1.    Yazid bin Harun                                         10. ‘Ubaidullah bin Musa
2.    Ya’la bin ‘Ubaid                                        11. Abu al Mughirah al Khaulani
3.    Ja’far bin ‘Aun                                           12. Muhammad bin Yususf al Firyabi
4.    Basyr bin ‘Umar az Zahrani                       13. Abu al Mushir al Ghassani
5.    ‘Ubaidullah bin Abdul Hamid al Hanafi   14. Ali bin Al Madini
6.    Hasyim bin al Qasim                                  15. Abu Nu’aim
7.    ‘Utsman bin ‘Umar bin Faris                      16. Khalifah bin Khayyath
8.    Sa’id bin ‘Amir adl Dluba’i                       17. Ahmad bin hambal
9.    Abu ‘Ashim                                                18. Yahya bin Ma’in[5]
Beberapa Murid-murid ad-Darimi
1.    Imam Muslim bin Hajaj                              9. Muhammad bin Yahya
2.   Imam Abu Daud                                        10. Baqi bin Makhlad
3.   Imam Abu ‘Isa At Tirmidzi                       11. Abu Zur’ah
4.   ‘Abd bin Humaid                                       12. Abu Hatim
5.   Raja` bin Murji                                           13. Shalih bin Muhammad Jazzarah
6.    Al Hasan bin Ash Shabbah al Bazzar        14. Ja’far al Firyabi
7.    Muhammad bin Basysyar (Bundar)
8.    Muhammad bin An Nadlr al Jarudi
Hasil karya beliau
1.    Sunan ad Darimi.
2.    Tsulutsiyat (kitab hadits)
3.    al Jami’
4.    Tafsir
Wafatnya ad-Darimi
Ad-Darimi meninggal dunia pada hari Kamis bertepatan dengan hari tarwiyyah, 8 Dzulhidjah, setelah ashar tahun 255 H, dalam usia 75 tahun. Dan dikuburkan keesokan harinya, Jumat (hari Arafah).[6]











BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari makalah yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.    Mengkhatam al-Qur’an merupakan sifat dari rasulullah saw. Kita sebagai umatnya patut untuk mengikutinya.
2.    Orang tua harus menjadi suri tauladan yang baik bagi anak-anaknya.
3.    Pendidikan agama di dalam keluarga adalah yang utama daripada di sekolah, di tempat ibadah atau di dalam masyarakat karena waktunya lebih banyak.
4.    Pendidikan agama baik di rumah, di sekolah, di tempat ibadah ataupun di masyarakat pada intinya adalah untuk menanamkan iman di hati.

B.  Penutup
          Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, saya dapat menyelesaikan makalah ini tanpa halangan suatu apapun. Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini jauh dari sempurna. Untuk itu, saya mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
          Semoga makalah yang saya buat ini, bisa membantu pengetahuan bagi para pembaca. Amiin.











DAFTAR PUSTAKA

Ad-Darimi, tt. Kitab Fadhoilil Qur’an bab. Mengkhatamkan Qur’an.
Tafsir, Ahmad. 1995. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.









[1] ad-Darimi, tt. Kitab Fadhoilil Qur’an bab. Mengkhatamkan Qur’an.
[2] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, cet. 1, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hal. 134-135.
[3] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Ibid.

17 komentar:

  1. fizar Nugroho
    2021111119
    c
    tanya
    "menurut anda pemimpin dalam rumah tangga yang baik itu seperti apa tolong jelaskan.?????????????????????""

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas pertanyaanya,..
      pemimpin rumah tangga yang baik adalah pemimpin yang mampu membimbing keluarganya ke dalam jalan kebaikan yang menjauhkan keluarganya dari api neraka. seperti yang di contohkan oleh Anas bin Malik dalam Hadits Riwayat ad-darimi berikut:

      حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا صَالِحٌ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ قَالَ كَانَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ إِذَا أَشْفَى عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ بَقَّى مِنْهُ شَيْئًا حَتَّى يُصْبِحَ فَيَجْمَعَ أَهْلَهُ فَيَخْتِمَهُ مَعَهُمْ (رواه الدارمي(

      Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Shalih dari Tsabit Al Bunani ia berkata; Apabila Anas bin Malik hampir mengkhatamkan Al Qur'an di malam hari, ia menyisakan sedikit dari Al Qur'an hingga waktu pagi. Lalu ia mengumpulkan keluarganya, kemudian ia mengkhatamkan Al Qur'an bersama mereka. (HR. Ad-Darimi).

      Hapus
  2. Restu noviani (2021111091)
    Assalamualaikum
    pertanyaan : jika pendidikan agama dirumah kurang memenuhi,,apa yg anda lakukan,hehe jelaskan

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas pertanyaanya,..

      jika pendidikan agama di rumah kurang memenuhi, maka kita bisa beralih ke tempat pendidikan yang lainlain yaitu:
      1. di masyarakat
      2. di sekolah
      3. di tempat ibadah

      Hapus
  3. Azimatul Awaliyah (2021 111 112)

    Menurut anda, jika ada seorang ayah yang sebagai pemimpin rumah tangga sering berlaku kasar dan juga sering pulang larut malam, apakah bisa berpengaruh pada anak? terus bagaimana sikap seorang istri untuk menghadapi realita seperti itu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya kita harus mengerti dulu kenapa ia kasar dan pulang larut malam. Jika berlaku kasar sebagai pendidikan yang baik bagi keluarganya, menurut saya itu tidak masalah karena untuk mendidik. Tetapi, jika sifat kasar itu tanpa alasan yang jelas. Maka akan sangat berpengaruh bagi anaknya karena secara tidak langsung ayahnya mengajarkan sifat tersebut kepada anaknya. Tetapi, setahu saya orang tau berlaku kasar itu bukan tanpa tujuan, melainkan agar anaknya itu menjadi anak yang baik dan mempunyai akhlakhul karimah.
      Jika ayah pulang malam untuk bekerja (halal), berarti ia sudah menjadi pemimpin yang baik bagi keluarganya. Tetapi jika sebaliknya pulang malem karena berfoya-foya atau bekerja yang tidak halal maka sebagai istri wajib menegurnya bahwa yang dilakukan itu salah dan berdoa’a agar suaminya bisa dikeluarga dari kegelapan. Tapi, jika ditegur beberapa tidak mempunyai pengaruh apa dan masih tetap, maka biarkan saja mungkin hatinya belum terbuka. Jika, seperti ini yang dilakukan istri yaitu mendo’akan agar suaminya cepat dikeluarga dari kegelapan.
      Ada pepatah mengatakan “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Ungkapan ini sesuai dengan hal diatas bahwa jika orang tua seperti diatas (negatif), maka si anakpun akan mengikutinya. Kecuali jika si anak itu mampu merubah dirinya sendiri dengan pendidikan-pendidikan positif yang diperolehnya dari masyarakata sekitar, di sekolah, dan di tempat-tempat ibadah.

      Hapus
  4. Nailis Sa'adah 2021 111 114
    Assalamualaikum

    Dalam kehidupan berumah tangga, siapakah yang dijadikan sebagai suritauladan untuk seorang anak? karena ada juga seorang anak yang tidak dekat dengan ibunya, dan menjadi tidak suka dengan ibunya, padahal surga anak adalah di bawah telapak kaki ibu. terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas pertanyaanya,..

      menurut saya, dalam rumah tangga yang dijadikan sebagai suri tauladan adalah orang tua, karena orang tualah yang mendidik serta yang menjadi contoh bagi anaknya.
      Misalkan terjadi masalah yang demikian, menurut saya karena orang tua tidak dekat anaknya artinya anak kurang perhatian dari orang tuanya, dimungkinkan karena orang tuanya sibuk semua atau memang karena sesuatu hal yang lain. Misalnya meninggal.
      Selain itu, mungkin karena pergaulan karena saya melihat jika anak bergaul dengan orang yang akhlakhul karimahnya kurang dimungkinkan anak tersebut akan mengikuti teman-temannya. Kecuali jika si anak mampu menjaga dirinya sendiri dari perbuatan-perbuatan yang melanggar aturan agama.
      Tetapi, jika dalam rumah tangga benar-benar tidak ada yang dijadikan suri tauladan mungkin karena sesuatu hal, misalnya orang tuanya meninggal, maka anak bisa mencari suri tauladan yang baik yang diperolehnya dari keluarga besarnya, sekolah, masyarakat, maupun tempat-tempat ibadah.

      Hapus
  5. Nur Faizatul Khaeriyah 2021 111 111

    Assalamualaikum
    terkait pembahasan, misalkan dalam sebuah rumah tangga, seorang ayah memukul ibu di depan anak-anaknya, apakah itu akan berdampak pada perilaku anak-anaknya? karena seorang ayah itu adalah seorang pemimpin rumah tangga, apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang ayah agar menjadi contoh yang baik bagi keluarga? terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas pertanyaanya,..

      Menurut saya, jika ayah memukul ibunya karena ibunya mempunyai salah, misalnya tidak mau mengurusi rumah tangga dan hanya berfoya-foya, maka itu adalah pelajaran bagi istrinya dan juga anak-anaknya. Hal ini sekaligus memberikan pelajaran bagi anak-anaknya, bahwa anak akan takut untuk melakukan sesuatu yang tidak baik menurut agama.
      Jika ayahnya kasar karena masalah yang sepele, misalnya ketika pulang kerja tidak dibuatkan minum kemudian si ayah lang berlaku kasar terhadap suaminya dan terjadi di depan anak-anak, maka secara tidak langsung ayahnya mengajarkan sesuatu yang tidak baik bagi anaknya. Hal semacam ini sangat berpengaruh bagi anak, karena suatu saat nanti anak akan meniru apa yang ayah ajarkan.
      Sebagai seorang ayah yang menjadi suri tauladan harus memiliki akhlakhul karimah yang baik, agar bisa dicontoh oleh anak-anaknya dan membimbingnya ke jalan yang baik yaitu jalan yang diridlo’i oleh Allah SWT. seperti yang dicontohkan oleh Anas bin Malik dalam hadits yang diriwayatkan oleh ad-Darimi berikut:

      حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا صَالِحٌ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ قَالَ كَانَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ إِذَا أَشْفَى عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ بَقَّى مِنْهُ شَيْئًا حَتَّى يُصْبِحَ فَيَجْمَعَ أَهْلَهُ فَيَخْتِمَهُ مَعَهُمْ (رواه الدارمي(

      Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Shalih dari Tsabit Al Bunani ia berkata; Apabila Anas bin Malik hampir mengkhatamkan Al Qur'an di malam hari, ia menyisakan sedikit dari Al Qur'an hingga waktu pagi. Lalu ia mengumpulkan keluarganya, kemudian ia mengkhatamkan Al Qur'an bersama mereka. (HR. Ad-Darimi).
      Untuk mencegah hal tersebut sebaiknya sejak dini anak diajari tentang agama, agar kelak menjadi anak yang sholeh atau sholehah.

      Hapus
  6. Rahmawati
    (2021111092)

    Assalamu'alaikum...
    pertanyaan:Dalam hadits riwayat ad-Damiri tersebut telah menggambarkan seorang pemimpin yang memiliki suri tauladan yang baik bagi keluarganya. Adakah perbuatan yang lain yang dilakukan oleh Anas (selain yg dipaparkan di atas) sehingga ia disebut sbg suri tauladan yang baik bagi keluarganya??? terima kasih...

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Dewi Suryani (2021111093)

    Assalamu'alaikum...

    Pertanyaan: sebutkan dan jelaskan sikap teladan pemimpin rumah tangga yang sesuai dengan ajaran islam dan Apakah hakikat kita bila mempunyai pemimpin yang teladan dalam rumah tangga? Jelaskan!...

    Wassalamu'alaikum...

    BalasHapus
  9. Nama:Robiatul Adawiyah (2021111107)

    Assalamualaikum...
    Pendidikan utama bagi anak itu di lingkungan keluarga,terus apabila dalam keluarga itu terjadi perceraian,lalu si anak itu harus meneladani siapa?

    Wassalamualaikum..
    trmksh

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih,..

      si anak harus memilih dari kedua orang tua tersebut mana yang pantas yang bisa dijadikan suri taudalan yang baik,..

      atau seperti yang sudah dijelaskan di atas yaitu sekolah, masyarakat, dan tempat-tempat ibadah lainnya,.. jadi, si anak bisa memilih suri tauladan yang baik di tempat pembelajran tersebaut,..

      atau bisa juga melalui keluarga besarnya yang di jadikan suri tauladan yang baik,..

      Hapus
  10. anamil choir 2021 111 122

    assalamualaikum
    bagaimanakah apabila kepala keluarga menjadi panutan yang baik.malah menjerumuskan,,bagaimanakah menghadapi sikap berikut??
    terima kasih
    wassalamualaikum

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas pertanyaanya,..

      Menurut saya jika Ayah tidak menjadi panutan yang baik, maka kita sebagaai anak harus mencari suri tauladan yang baik yang kita peroleh dari ibu kita sendiri, keluarga besar, masyarakat, sekolah maupun di tempat-tempat ibadah.
      Selain itu, kita sebagai anak jika memiliki pemimpin keluarga yang seperti itu yang harus kita lakukan adalah mendo’akannya agar ia dibukakan pintu hatinya oleh Allah SWT. Dan kita juga harus menegurnya semampu kita, berhasil atau tidaknya yang penting kita harus usaha dahulu. Jika berhasil alhamdulillah, tetapi jika sebaliknya kita sebagai anak harus selalu mendo’akannya.

      Hapus