Laman

Rabu, 06 Maret 2013

a4-3 faesol naelan: akal, ilmu dan amal

MAKALAH
AKAL, ILMU DAN AMAL
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah                             :  hadist tarbawi II
Dosen Pengampu                      :  muhammad ghufron M,SI.
Kelas                                        :   A
 













Disusun Oleh :
Faesol Naelan B.            2021 111 030
kelas A


Jurusan Tarbiyah PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012/2013




BAB I
PENDAHULUAN

Pada hakikatnya manusia dianugerahkan oleh Allah berbagai macam kenikmatan diantaranya yaitu akal sebagai pedoman manusia dalam kehidupannya. Dalam pembahasan tentang akal, manusia dituntut menggunakan akalnya untuk berfikir agar mencapai tujuan yang diinginkannya, namun tentu ada kaitannya akal dengan tujuan tercapainya pengetahuan. Dalam hal ini manusia menggunakan akalnya untuk mencari ilmu pengetahuan yang bersumber dari pemikiran manusia yang telah mencari jawaban atas apa yang telah dipikirkannya.
Akal sebagai alat untuk mencapai pengetahuan tentunya berdampak pada pengaplikasiannya dengan tindakan yang manusia telah ketahui dari pencapaian akalnya. Antara pemikiran akal yang kemudian diperoleh pengetahuan dari sumber ilmu kemudian manusia menjalankan apa yang telah ia ketahuan dari proses pemikiran akal yang telah mencapai dan memperoleh ilmu pengetahuan.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    HADITS
عَنْ عَائِشة قَالَتْ:﴿  قُلْتُ  يَا رَسُوْلَ اللهِ بِأَيِّ شَئٍ يَتَفَاضَلُ النَّاسُ فِى الدُّنْيَا ؟ قَالَ: بِالْعَقْلِ, قَلَتْ فَفِى اْلأَخِرَةِ ؟ قَالَ: بِالْعَقْلِ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: اِنَّمَا يُجْزَوْنَ بِأَعْمَالِهِمْ ؟ قَالَ وَهَلْ عَمِلُوْا اِلاَّ بِقَدْرِمَا أُعْطَاهُمْ أَعْطَاهُمْ اللهُ مِنَ الْعَقْلِ فَبِقَدْرِمَا أُعْطُوْا مِنَ الْعَقْلِ كَانَتْ أَعْمَالُهُمْ وَبِقَدْرِمَا عَمِلُوْا يُجْزَوِنَ﴾
 ( رَاوَهُ الحَادِث فِى الْمُسْنَدِ 20 /805)
Artinya:
Diriwayatkan dari Aisyah Ra, dia berkata : saya bertanya kepada Rasulullah SAW dengan apa manusia bisa unggul ketika didunia? Rasulullah SAW bersabda : denga akal. Saya bertanya lagi : kalau di akhirat ? Rasulullah SAW bersabda : dengan akal. Maka Aisyah bertanya lagi : (bukankah) sesungguhnya manusia itu dibalas hanya karena amal-amalnya? Rasulullah SAW bersabda : dan tidakkah manusia-manusia beramal kecuali dengan sekedar yang Allah SAW berikan yaitu akal. Maka dengan sekedar apa yang telah diberikan kepada mereka (akal) itu lah amal-amal mereka. Dan atas sekedar apa yang mereka kerjakan, maka mereka mendapat balasan.
B.     Mufrodat

يَتَفَاضَلُ      =               Menjadi Mulia
بِالْعَقْلِ            =             Dengan Akal / Ilmu
فَفِى اْلأَخِرَةِ   =             Bagaimana Dengan Akhirat
يُجْزَوْنِ            =                       Dibalas
بِأَعْمَالِهِمْ          =           Perbuatan - perbuatan Mereka
عَمِلُوْا               =          Apa Yang dikerjakan
بِقَدْرِ               =          Kadar / Kemampuan  

D.BIOGRAFI PERAWI
Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq bin Abu Quhafah bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay. Ibunda beliau bernama Ummu Rumman binti ‘Umair bin ‘Amir bin Dahman bin Harist bin Ghanam bin Malik bin Kinanah .Aisyah binti Abu bakr Ash- Shidq adalah ibu dari orang-orang mukmin. Beliau adalah perempuan yang paling ahli dalam bidang fiqh. Dan merupakan istri Nabi yang paling utama selain Khadijah.[1]
Siti Aisyah lahir pada bulan Syawal tahun ke-9 sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 614 Masehi, yaitu akhir tahun ke-5 kenabian. Kala itu, tidak ada satu keluarga muslim pun yang menyamai keluarga Abu Bakar ash-Shiddiq dalam hal jihad dan pengorbanannya demi penyebaran agama Islam. Rumah Abu Bakar saat itu menjadi tempat yang penuh berkah, tempat makna tertinggi kemuliaan, kebahagiaan, kehormatan, dan kesucian, dimana cahaya mentari Islam pertama terpancar dengan terang.[2]
Aisyah meriwayatkan sekitar 2.210 hadis. Bukhary dan Muslim menyepakati sejumlah 174 hadist. Al-Bukhary sendiri meriwayatkan 64 hadist dan Muslim sendiri meriwayatkan 63 hadist.[3] Aisyah رضي الله عنها meninggal pada malam selasa, tanggal 17 Ramadhan setelah shalat witir, pada tahun 58 Hijriyah. Yang demikian itu menurut pendapat mayoritas ulama. Ada juga yang berpendapat bahwa beliau wafat pada tahun 57 H, dalam usia 63 tahun dan sekian bulan.
D.    KETERANGAN HADITS
Dari terjemah hadist tersebut diperoleh keterangan bahwa Rasulullah SAW bersabda manusia yang mulia di dunia dan diakhirat adalah dengan akalnya. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita jumpai banyak orang sudah menggunakan akalnya untuk mencapai ilmu, namun setelah mereka memperolehnya sangat jarang dari mereka yang mau mengamalkannya. Akal merupakan daya atau kekuatan yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia sebagai alat berfikir dan alat untuk mempertimbangkan serta memikirkan baik buruknya sesuatu. Akal adalah potensi yang diberikan Allah SWT kepada manusia di samping nafsu. Sebaik-baiknya pembantu ilmu adalah akal.[4]
Pada dasarnya manusia melakukan suatu amalan di dasari dengan akal, kemudian dengan akal manusia mampu menyerap ilmu-ilmu pengetahuan dan dengan ilmu pengetahuan manusia mampu melakukan suatu amalan. Dengan adanya akal akan menyempurnakan ilmu dan amal, akan tetapi akal tidak bisa berdiri sendiri. Jadi antara akal, ilmu, dan amal berkaitan erat, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dan Allah akan membalas perbuatan manusia sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.
E.     ASPEK TARBAWI
Kata akal berasal dari bahasa arab yaitu al-Aqlu berarti pikiran atau intelek (daya) atau proses pikiran yang lebih tinggi berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Dimana akal merupakan akal yang menampung akidah, syariah serta ahlak dan menjelaskannya.[5]
Akal sangat membutuhkan dalil syar’i sebagai penerang jalan, ibarat mata. Mata memang berpotensi melihat benda, namun tanpa cahaya mata tidak dapat melihat apa-apa, barulah dengan cahaya tersebut mata dapat berfungsi. Dan dengan menggunakan akal secara baik dan benar sesuai  dengan petunjuk Allah SWT, kemudian akal tersebut akan menghasilkan ilmu dan akan berkembang.
Akal yang telah berproses menghasilkan ilmu. Dimana ilmu adalah salah satu cara untuk menolong manusia dalam perjalanannya menuju Allah SWT. Dengan ilmu seorang muslim dapat bertaqorub kepada Allah SWT. Dan kriteria ilmu yang berguna adalah ilmu yang dijadikan alat untuk pengetahuan tentang Allah SWT keridhoan dan kedekatan kepada-Nya.
Dalam perkembangannya ilmu menjadi alat manusia untuk mewujudkan keinginannya, bahkan mengabdi pada kepentingannya.Mengenai amal ilmu yang telah didapat di aplikasikan kedalam perbuatan, jadi amal merupakan aplikasi ilmu didalam kehidupan dan setiap amal yang dikerjakan seseorang hendaknya bermanfaat bagi orang lain. Tetapi baik dan tidaknya suatu amal ditentukan oleh niat orang yang beramal. Amal mencakup amalan hati, amalan lisan dan juga anggota badan. Kalimat ini mencakup amalan dengan segala bentuknya.[6]






















BAB III
PENUTUP

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan kita akan pentingnya berfikir dan mensyukuri atas anugerah Allah yang dilimpahkan kepada kita dengan pemberian akal sehingga kita mampu mencari ilmu sebagai penuntun kita dalam kehidupan, sebagai pemecah adanya masalah-masalah duniawi.
Kaitannya dengan ilmu pengetahuan bahwa akal sebagai media menyerap pengetahuan agar manusia mengerti tindakan yang harus mereka lakukan sebagai makhluk yang telah diberikan anugerah yang berupa akal. Setelah kita tahu akan sebuah ilmu maupun pengetahuan hendaknya ada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari yang senantiasa bermanfaat bagi semua kalangan. Baik dikalangan individu, keluarga, maupun masyarakat.

















DAFTAR PUSTAKA

Hajar AAL-Asqolani, Ibnu. 1995. Taqrib Ast-Tahzib. Bairut : Dr Al Fikr.
Artikel islam.web.id
Ali Fayyad, Mahmud. 1998. Metodologi Penetapan Kesahihan Hadist. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Al-Qardhowy, Yusuf. 1999. As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradapan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Mandzur, Ibnu. 1990. Lisan Al-Arab, Jilid 1. Bairut : Dar Sidar.
Shalih Al’utsamain, Muhammad. 2011. Syar arba’in Annawawiyah.yogyakarta: Bintang cemerlang.


[1] Ibnu Hajar Al- Asqolani, Taqrib Ast-Tahzib,(beirut : Dar Al- Fikr,1995), h. 869
[2] Artikel islam.web.id
[3] Mahmud Ali Fayyad, Metodologi Penetapan Kesahihan Hadist. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998, hal. 115
4 Yusuf Al-Qardhowy, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradapan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999, Hlm. 97
[5] Ibnu Mandzur, Lisan Al-Arab, Jilid I (baerut : Dar Sidar, 1990), h. 459-479
[6] Muhammad bin shalih Al’utsamain, syar arba’in annawawiyah. Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2011, hal.19

27 komentar:

  1. Assalamu'alaikum Wr.Wb. . .
    DEWI NURLITA KURNIAWATI (2021 111 036)
    Bagaimana jika seorang peserta didik tidak bisa menggunakan akalnya dengan baik dalam menyerap ilmu pengetahuan dikarenakan tumpulnya akal yang jarang diasah??
    Jazakumullah. . .
    Wassalamu'alaikum Wr. Wb. . .

    BalasHapus
    Balasan
    1. salah satu caranya yaitu dengan pendekatan psikologis, dengan cara mendekati peserta didik agar terus mau berusaha lebih keras lagi. semakin sering diasah kemampuan si peserta didik maka insya Allah peserta didik mampu memahami ilmu pengetahuan yang dijelaskan oleh guru. guru harus senantiasa memotifasi siswa agar berusaha lebih keras lagi

      Hapus
  2. Assalamu'alaikum Wr.Wb
    Desi Atinasikhah 2021111343
    Bagaimanakah cara memasukkan ilmu kedalam akal sehingga dapat diamalkan dengan baik, sesuai dengan perintah Rosulullah SAW? maturnuwun

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumussalam.
      tentunya sang penuntut ilmu harus tahu fungsi dan kegunaan ilmu yang ingin dipelajari tersebut. dan juga tujuan dia menuntut ilmu. niscaya pengamalan ilmu yang dia pelajari akan baik pula sesuai dengan perintah yang diajarkan oleh gurunya.
      Abu Hurairah berkata:
      “Perumpamaan ilmu yang tidak diamalkan seperti halya yang tidak dinafkahkan di jalan Allah.

      Hapus
  3. Zaenal Arifin (202 109 251)

    Assalamu'alaikum...
    “ Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan kita akan pentingnya berfikir dan mensyukuri atas anugerah Allah yang dilimpahkan kepada kita dengan pemberian akal sehingga kita mampu mencari ilmu sebagai penuntun kita dalam kehidupan, sebagai pemecah adanya masalah-masalah duniawi. “ , dari kesimpulan tersebut tentunya kita tahu bahwa manusia di beri akal untuk memecahkan masalah-masalah duniawi, sedangkan kenyataannya, kita melihat masih banyak orang di sekitar kita yang sulitnya mengatsi masalah, sebagai contoh yang kongkrit adalah “ Berita Mutilasi Suami Istri Di Sekitar Jabodetabek “ , Apakah hal tersebut merupakan suatu pemecahan masalah??
    Terimakasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumussalam.
      pengamalan dalam dunia tersebut harus sesuai dengan hukum yang berlaku di sekitarnya. cara pengatasan masalah yang menyimpang merupakan bukti kurang pemahaman dari si pelaku tersebut. untuk itu perlu adanya pemahaman yang sesuai dengan syariat atau hukum yang ada dalam masyarakat

      Hapus
  4. Dewi Yuliana (2021 111 081)


    assalamu'alaikum....
    bagaimana caranya kita menggunakan iman,ilmu, dan amal terutama dalam aqidah (keyakinan) kita, agar kita dapat melaksanakan ibadah yang tertib?
    terimakasih...............

    BalasHapus
    Balasan
    1. kita dapat menggunakan ketiga aspek tersebut kedalam berbagai tindakan. kita harus tahu manfaat dari ibadah tersebut, hal ini kkaitannya agar keimanan kita semakin bertambah agar dapat melaksanakan ibadah dengan baik. diantara cara menguatkan iman yaitu perbanyak membaca dan menyimak al'quran, perbanyak sholawat dan dzikir.ingat mati dan ingat akan kehidupan akhirat, dan lain-lain. semata-mata menuntut ilmu itu ditujukan untuk memperoleh berkah dan memperkuat keimanan kita sehingga dapat diberi ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat.

      Hapus
  5. Arina RIzqona (2021 111 021)

    Assalamu'aaikum wr wb
    bagaimana jika antara akal dan hati saling bertentangan ? berikan tanggapan saudara mengenai hal tersebut ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikum slm..
      antara akal dan hati harus selalu seimbang. artinya tanpa campur tangan keduanya. pemahaman tentang ilmu sulit utk dilakukan . karena kedua aspek tersebut yaitu akal dan hati memiliki keterkaitan yang erat untuk membentuk perilaku seseorang. terutama juga dalam masalah pendidikan

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. khusnia zulfatul jannah 2021111010
    yang ingin saya tamyakan adalah bagainaman caranya berfikir positif terhadap segala sesuatu hal karena biasanya
    orang itu berfikir tidak sesuai dengan kenyataan..???trims

    BalasHapus
    Balasan
    1. cara berfikir positif itu bisa berupa peneguhan argumen yang dia ketahui. untuk menyimpang tidaknya kadang disesuaikan dengan keadaan sekitarnya karena setiap manusia memiliki pemikiran yang berbeda-beda.
      untuk berfikir yg tidak sesuai dengan kenyataan itu kita harus tahu dulu tujuan dari ilmu yang dia pikirkan. maksudnya jika dia menyimpang dari ilmu atau salah pemahaman sebaiknya diluruskan dan di beri bimbingan dari ilmu yang dia pelajari itu sesuai dari tujuan pendidikan tersebut.

      Hapus
  8. Nama:Dzati ismah
    Nim :2021 111 263
    Assalamu'alaikum
    bagaimana caranya mengamalkan ilmu kita yang sesuai dengan ajaran Rosulullah,atau yang sesuai dengan Al-qur'an dan hadits,........
    terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumussalam
      cara mengamalkan ilmu tersebut yaitu dengan mengetahui maksud dan tujuan serta apa yang terkandung dalam pembahasan mata pelajaran yg kita sedang atau sudah dipelajari. contoh saja kita belajar hadis di maksudkan agar kita tahu cara bertindak yang baik menurut rosulullah menilik dari hadis-hadisnya yang banyak termuat dalam kitab-kitab hadis. insya Allah dengan kita mengetahui intisari ilmu tersebut kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

      Hapus
  9. nama : nailatus sa'adah
    nim:2021 111 027

    assalamu 'alaikum ,,
    saya ingin menanyakan ,, bagaimana tanggapan pemakalah tentang keyakinan jika dikaitkan dengan akal ??
    dan bagaimana implikasinya jika dikaitkan dengan dunia pendidikan??
    trima kasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumussalam...
      Dalam Islam akal sangatlah terkait hubungannya dengan iman, yakni melalui akalnya dia akan memahami agama karena akal adalah salah satu sumber syariat Islam. Ikatan keduanya akan menghantarkan manusia ke jalan kebahagiaan. Dalam riwayat Imam Shadiq berkata:”Akal adalah dalil seorang mukmin. Dan petunjuk bagi orang mukmin.”Dalam riwayat lain disebutkan: “ Setiap yang berakal pasti memiliki agama. Dan yang mempunyai agama akan menghantarkan ia ke surga.
      jelas disini ada keeterkaitan antara iman/ keyakinan dengan akal. implikasinya dalam dunia pendidikan contohnya dalam ilmu tauhid ataupun filsafat. yang harus di sesuaikan antara pemikiran akal dengan keyakinan manusia.

      Hapus
  10. menurut anda mana yang harus di dahulukan antara akal, ilmu dan amal?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya jelas akal dulu mas,,, karena akal merupakan sumber dari pemikiran tersebut,, untuk itu perlu adanya pemikiran akal yang baik untuk memahami ilmu, yang kemudian dilanjutkan dengan pengamalan yang diharapkan dari proses pembelajaran ilmu yang dihasilkan dari pemikiran akal

      Hapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. assalamu'alaikum

    mengenai akal manusia.. terkadang ada manusia yang menggunakan akalnya tidak untuk mencari kebenaran Tuhan tetapi justru mencari-cari kesalahan tentang ketentuan2 Tuhan.. seperti hal nya mencari alasan2 untuk menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan.
    bagaimana gambaran pemakalah mengenai hal tersebut? terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. gambaran saya mengenai hal itu adalah berkaitan dengan beberapa faktor, misalnya faktor lingkungan dan faktor biologis dari si pelaku itu, karena manusia itu imannya lemah maka akan timbul berbagai pemikiran-pemikiran yang justru meruntuhkan keimanan seorang. untuk itu perlunya keimanan yang kuat sebagai seorang manusia yang ingin benar-benar mengharapkan keberkahan dari Tuhannya.

      Hapus
  13. Nama: Eka Supriyatin
    kelas:2021 111 357
    Asslm........
    bagaimana jika ada orang yang memiliki kelebihan dalam berfikir, tapi seseorang tersebut menjadi sombong atas kelebihan yang dimilikinya. jelaskan menurut pendapat saudara dan berikan solusinya???????????
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. imam al-ghozali pernah berkata bahwasannya bila kita memiliki sifat sombong...
      'Bila sebab keilmuan dan keahlian yang kita miliki, dapat diatasi dengan cara pertama-tama menumbuhkan kesadaran pada pribadi kita bahwa Allah SWT memaklumi orang yang bodoh dan sama sekali justru tidak memaklumi orang yang mempunyai pengetahuan. Kedua dengan menyadari segenap diri bahwa takbbur hanya pantas buat pencipta . Dan Allah saja yang Maha Pencipta tidak sombong.
      jelas disini bahwa manusia tak pantas sombong. karena sesungguhnya manusia memiliki banyak kelemahan, solusi yang tepat menurut saya adalah berpandangan bahwa kita itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan prang lain. karena sombong akan memunculkan kemudharatan yang begitu besar baik didunia maupun akhirat.

      Hapus
  14. bagaimana hakikat kedudukan ilmu, amal dan akal dalam islam? bagaimana cara kita memenuhi tiga aspek tersebut dengan baik?

    BalasHapus
    Balasan
    1. akal merupakan media yang digunakan untuk berfikir dalam kaitannya menghasilakan sebuah ilmu. ilmu dan akal meninggikan derajat manusia dibanding makhluk lain.untuk itu sewajarnya ketiga aspek tersebut di lakukan untuk kegiatan yang baik untuk mendapatkan kebaikan pula berupa kebahagiaan.
      menurut saya solusi agar memenuhi ketiga aspek tsb adalah akal harus mampu berfikir untuk memahami ilmu yang didapat, agar pengamalan dalam kesehariannya akan baik pula.

      Hapus
  15. Muhammad Kamaluddin
    2021 111 042
    A

    bagaimana menurut pemakalah apabila akal dan amal sudah ada tetapi iman yang jarang sekali dimilki oleh seseorang contohnya banyak cendikiawan-cendikiawan khusunya barat yang mempunyai akal yang cemerlang dan mengamalkanya untuk kemaslahatan umat tapi mereka tak bertuhan dan tak beriman?

    BalasHapus