MAKALAH
SUMBER ILMU PENGETAHUAN
(PANCA INDRA)
Memanfaatkan Panca
Indra untuk Mencari Ilmu
&
Dorongan untuk
Memanfaatkan Panca Indra
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata
Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : M. Ghufron Dimyati,
M.S.I.
Disusun
oleh :
QURROTUL AINI
2021111098
Kelas : C
JURUSAN
TARBIYAH (PAI)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
PENDAHULUAN
Awalnya, Allah SWT. menciptakan
manusia ke dunia ini tanpa memiliki ilmu, kemudian Allah SWT. menjadikan panca
indra dan akal untuk manusia sebagai perantara untuk memperoleh ilmu
pengetahuan
Panca indra merupakan
nikmat yang agung dari Allah SWT. Allah SWT memberi petunjuk dalam bentuk indra
untuk mempelajari ilmu-ilmu Allah SWT. Indra yang paling penting adalah
pendengaran dan penglihatan agar manusia dapat berinteraksi dengan alam di mana
ia hidup menghadapi berbagai masalah dan bergaul dengan para penghuni alam
tersebut. Manusia juga dapat memanfaatkan kedua indra tersebut untuk mencapai
tujuan hidupnya.
Untuk itu, manusia harus selalu
berdoa agar dilimpahkan rahmat atas diberikannya panca indra yang sempurna dan
senantiasa bersyukur kepada Allah SWT dan berhati-hati dalam menggunakan panca
indra untuk hal-hal yang bermanfaat yang dapat dimanfaatkan secara bijak bukan
untuk hal-hal kemaksiatan.
A. Hadits 17 : Memanfaatkan
Panca Indra untuk Mencari Ilmu
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدِ
قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسّلَّمَ يَقُوْلُ :
نَضَّرَ اللهُ إِمْرَاَءً سَمِعَ مِنَّا شَيْأً فَبَلَغَهُ كَمَا سَمِعَ فَرُبَّ
مُبَلِّغُ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ. )قَالَ
أَبُوْعِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَقَدْ رَوَاهُ عَبْدِ اْلمَالِكُ
بِنْ عُمَيْرِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بِنْ عَبْدِ اللهِ. (
(رواه الترمذي (
B. Terjemah
Dari
Abdullah bin Mas’ud ra dia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda :
“Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami, lalu dia
menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar, maka
kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami dari pada orang yang
mendengarnya.(HR.At-Tirmidzi).[1]
C.
Mufrodat
Semoga
Allah swt memuliakan
|
نَضَّرَ
اللهُ
|
Seseorang
yang mendengar
|
إِمْرَاَءً
سَمِعَ
|
Maka dia
menyampaikan
|
فَبَلَغَهُ
|
Orang yang disampaikan
|
مُبَلِّغُ
|
Lebih
memahami
|
أَوْعَى
|
Orang yang
mendengar secara langsung
|
سَامِعٍ
|
D.
Penjelasan
Hadits
نَضَّر
artinya semoga Allah SWT. memuliakan dengan
keagungan dan keindahan. Do’a yang ditujukan kepada orang yang dimaksud oleh hadits tersebut yaitu orang yang mendengar dan
menyampaikannya kepada orang lain.
سَمِعَ
مِنَّا شَيْأً artinya mendengar sesuatu dari kami, maksudnya ialah perkara agama berupa
suatu ayat dari Al-Qur’an atau Hadits, lalu ia menyampaikannya persis seperti
apa yang ia dengar tanpa mengurangi atau menambahinya, baik ia laki-laki
ataupun perempuan.
مُبَلِّغُ, orang yang mendengar hadits dari Nabi Muhammad saw. tidak
secara langsung tetapi melalui perantara.
أَوْعَى, lebih hafal, lebih menguasai, dan
lebih memahami daripada orang yang mendengar secara langsung.
Nabi Muhammad saw. mendoakan agar diberikan kemuliaan dengan keagungan dan
keindahan kepada orang yang mendengar sabdanya kemudian ia menyampaikannya
kepada yang lain, walaupun orang yang disampaikan lebih mengetahui atau lebih
memahami dari orang yang menyampaikan. Menyampaikan perkara agama berupa ayat
Al-Quran dan Hadits harus sama persis dengan apa yang ia dengar dari Nabi
Muhammad saw. tanpa mengurangi atau menambahi.
E.
Hadits 18 : Dorongan untuk memanfaatkan Panca Indra
عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ:
﴿وَكَانَ(النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) يُعَلِّمُنَا كَلِمَاتٍ
وَلَمْ يَكُنْ يَعَلِّمُنَا هُنَّ كَمَا يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ : اللَّهُمَّ
أَلَّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتِ بَيْنَنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَ
مِ وَنَجَّنَا مِنْ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِوَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ
مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا
وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ
التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ وَاجْعَلْنَاشَاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ مُشْنِيْنَ
بِهَاقَا بِلِيْهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا﴾
(رواه ابو داود فى السنن, كتاب الصلاة, باب التشهد)
F.
Terjemahan
Dari
Abdullah berkata : Beliau (Rasulullah SAW) biasa mengajarkan kami beberapa
kalimat, dan beliau tidak mengajarkannya kepada kami sebagaimana beliau
mengajarkan tasyahhud :“ Wahai Allah, rukunkanlah hati-hati kami, damaikanlah
diantara kami, tunjukilah kami kepada jalan kesejahteraan, selamatkanlah kami
dari kegelapan menuju kebenaran, jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji
yang terang dan yang samar, limpahkanlah berkah kepada kami, pada pendengaran,
penglihatan, hati, isteri dan cucu kami, terimalah taubat kami, sesungguhnya
Engkaulah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang dan jadikanlah kami orang-orang
yang mensyukuri ni’mat Engkau berterima kasih lagi menerimanya, dan
sempurnakanlah ni’mat itu atas kami”. (HR. Abu Dawud).[3]
G.
Mufrodat
Kegelapan
|
الظُّلُمَاتِ
|
Rukunkanlah
|
أَلَّفْ
|
jauhkanlah
|
جَنِّبْنَا
|
Hati-hati kami
|
قُلُوبِنَا
|
Perbuatan-perbuatan keji
|
الْفَوَاحِشَ
|
Damaikanlah
|
أَصْلِحْ
|
Pendengaran kami
|
أَسْمَاعِنَا
|
Tunjukilah
|
اهْدِنَا
|
Penglihatan kami
|
أَبْصَارِنَا
|
Jalan kesejahteraan
|
سُبُلَ
السَّلَ مِ
|
Sempurnakanlah
|
أَتِمَّهَا
|
Selamatkanlah kami
|
نَجَّنَا
|
H.
Penjelasan Hadits
Hadits di atas menjelaskan bahwa selain mencari ilmu, Rasulullah saw. mengajarkan
untuk berdoa, yang berbunyi اللَّهُمَّ
أَلَّفْ yang intinya
adalah meminta keberkahan, dan kesucian serta kesejahteraan untuk keluarganya.
Selain itu berdoa agar dilimpahnkan rahmat atas diberikannya panca indra
yang sempurna dan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT dan berhati-hati dalam
menggunakan panca indra untuk hal-hal yang bermanfaat yang dapat dimanfaatkan
secara bijak bukan untuk hal-hal maksiat.
Hadits di atas juga mengajarkan bahwa kita dianjurkan untuk memanfaatkan
panca indra kita semaksimal mungkin dalam kebajikan. Misalnya untuk mencari
ilmu, maka panca indra adalah alat paling utama yang bisa dimanfaatkan dan
dapat mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan dan supaya termasuk orang-orang
yang berfikir dan orang yang bersyukur. Seperti firman Allah swt dalam QS. an-Nahl
ayat 78.
ª!$#ur
Nä3y_t÷zr&
.`ÏiB
ÈbqäÜç/
öNä3ÏF»yg¨Bé&
w
cqßJn=÷ès?
$\«øx©
@yèy_ur
ãNä3s9
yìôJ¡¡9$#
t»|Áö/F{$#ur
noyÏ«øùF{$#ur
öNä3ª=yès9
crãä3ô±s?
ÇÐÑÈ
“Dan
Allah SWT mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.”
Dan QS. ar-Rum
ayat 24.
ô`ÏBur
¾ÏmÏG»t#uä
ãNà6Ìã
s-÷y9ø9$#
$]ùöqyz
$YèyJsÛur
ãAÍit\ãur
z`ÏB
Ïä!$yJ¡¡9$#
[ä!$tB
¾Çósãsù
ÏmÎ/
ßöF{$#
y֏t/
!$ygÏ?öqtB
4 cÎ)
Îû
Ï9ºs
;M»tUy
5Qöqs)Ïj9
cqè=É)÷èt
ÇËÍÈ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya,
Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan,
dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu
sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.”
I.
Biografi Perawi
Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil
bin Habib Al-Hudzail. Ibunya adalah Ummu Abd Hudzailiyah. Ibnu Mas’ud termasuk
orang yang pertama masuk Islam. Diriwayatkan bahwa beliau orang keenam dari
enam orang yang masuk Islam. Dia orang yang pertama kali terang-terangan
membaca Al-Qur’an di Makkah. Beliau hijrah ke Habasyah kemudian ke Madinah.
Ikut serta perang Badar bersama Rasulullah saw, Baiat Ar-Ridhwan dan semua
peperangan, bahkan ikut serta dalam peperangan Yamruk setelah Rasulullah saw
wafat. Rasulullah saw sangat mencintai
dan memuliakannya. Beliau adalah pelayan Rasulullah saw yang amanah, penjaga
rahasia, teman ketika mukim dan bepergian. Beliau masuk setiap saat dan
berjalan bersamanya. Dan membawakan siwak, sandal dan air untuk bersuci
Rasulullah saw.
Beliau termasuk ulama besar dari
kalangan sahabat dan penghafal Al-Qur’an. Rasulullah menyifati dalam sabdanya,
“sesungguhnya kamu adalah seorang yang berilmu, “Umar bin Al-Khattab pernah
memperhatikannya pada suatu hari lalu berkata, “bejana yang dipenuhi dengan
ilmu.”
Beliau meriwayatkan hadits Nabi
Muhammad saw sebanyak 848 hadits.
Setelah Rasulullah saw wafat,
beliau menjadi penanggung jawab baitul mal di Kuffah, kemudian datang ke
Madinah pada masa kekhalifahan Utsman, dan meninggal di sana tahun 30 H, ketika
berusia sekitar 60 tahun. Semoga Allah meridhai dan mencurahkan rahmat
kepadanya.[4]
J.
Aspek Tarbawi
1.
Anjuran untuk menyampaikan ilmu
kepada orang lain walaupun orang yang disampaikan lebih memahami dari orang
yang menyampaikan
2.
Menyampaikan ilmu harus persis
dengan apa yang didengar tanpa mengurangi dan menambahi
3. Panca indra
merupakan anugerah dan nikmat Allah dan harus dimanfaatkan dengan baik dan
benar
4. Panca indra
merupakan perantara untuk mencari ilmu pengetahuan maka digunakan untuk
mempelajari ilmu-ilmu Allah dengan sebaik-baiknya
5. Manusia
senantiasa berdoa agar dilimpahnkan rahmat atas diberikannya panca indra yang
sempurna dan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT dan berhati-hati dalam
menggunakan panca indra untuk hal-hal yang bermanfaat yang dapat dimanfaatkan
secara bijak dan bukan untuk hal-hal maksiat
PENUTUP
Nabi Muhammad saw. mendoakan agar diberikan kemuliaan dengan keagungan dan
keindahan kepada orang yang mendengar sabdanya kemudian ia menyampaikannya
kepada yang lain, walaupun orang yang disampaikan lebih mengetahui atau lebih
memahami dari orang yang menyampaikan. Menyampaikan perkara agama berupa ayat
Al-Quran dan Hadits harus sama persis dengan apa yang ia dengar dari Nabi
Muhammad saw. tanpa mengurangi atau menambahi.
Manusia senantiasa berdoa agar dilimpahnkan rahmat atas diberikannya panca
indra yang sempurna dan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT dan berhati-hati
dalam menggunakan panca indra untuk hal-hal yang bermanfaat yang dapat
dimanfaatkan secara bijak bukan untuk hal-hal maksiat.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Bahrun. 1993. Mahkota Pokok-pokok Hadits
Rasulullah saw Jilid I. Bandung: CV. Sinar Baru Offset.
Arifin, Bey. 1992. Terjemah Sunan abu Dawud I. Cet
I. Semarang: CV. Asy-Syifa’.
Sulaiman, Iman. 2008. Al-Wafi. Cet III. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar.
Zuhri, Moh. 1992. Terjemah
Sunan At-Tirmidzi IV. Cet I. Semarang: CV. Asy-Syifa’.
[1] Moh. Zuhri, Terjemah Sunan
At-Tirmidzi IV, (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1992), hlm. 283.
[2] Bahrun Abu Bakar, Mahkota
Pokok-pokok Hadits Rasulullah saw, (Bandung: CV. Sinar Baru Offset, 1993), hlm.
167.
[3] Bey Arifin, Terjemah Sunan abu
Dawud I, Cet I, (Semarang: CV Asy-Ayifa’, 1992), hlm.660.
[4] Iman Sulaiman, Al-Wafi, Cet III,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), hlm. 471.
fitriasih 2021111099
BalasHapusAssalamualaikum..
tanya mba eni, pada aspek tarbawi dijelaskan Anjuran untuk menyampaikan ilmu kepada orang lain walaupun orang yang disampaikan lebih memahami dari orang yang menyampaikan,bisa dijelaskan alasanya kenapa tetap dianjurkan menyampaikan ilmu kepada orang yang sudah faham??terimakasih..
Waalaikumsalam Wr.Wb.
Hapusterimakasih atas pertannyaannya mb fitri . . .
maksud dari lebih memahami dari orang yang menyampaikan yaitu yang mendengar secara langsung dari Rasulullah SAW.
terkadang orang yang mendengar langsung dari Rasulullah SAW itu pemahamannya lebih lemah dari orang yang disampaikan olehnya. tetapi Rasululah SAW tetap mendoakan orang yang menyampaikan ilmu kepada yang lain, walaupun terluput atasnya sebagian makna-makna riwayat yang dia sampaikan, karena dia telah menjaganya dan menyampaikan dengan jujur.
kenudian anjuran yang dimaksudkan di sini adalah bahwa ada keutamaan pada bagi penuntut ilmu, karena tidak lagi merupakan keutamaan yang besar bagi penuntut ilmu, dimana Rasulullah SAW mendoakannya dengan kemuliaan kecerdasan karena apa yang dia lakukan dari mempelajari ilmu, menghafal hadits, mengajarkan dan menyampaikannya kepada yang lain, dan dia tetap akan diberi pahala terhadap apa yang disampaikan walaupun terluput atasnya sebagian makna-makna riwayat yang dia sampaikan, karena dia telah menjaganya dan menyampaikan dengan jujur.
terimakasih
Chabibah Illiyin (2021111117)
BalasHapusAssalamualaikum....
Pertanyaan:
Dalam aspek tarbawi di terangkan bahwa penyampaikan ilmu harus persis dengan apa yang didengar tanpa mengurangi dan menambahi, yang saya tanyakan bagaimanakah jika yang disampaikan itu ada pengurangan dan penambahan, apakah masih dikatakan sebagai ilmu?
Terimakasih
WaAlaikumsalam Wr.Wb.
Hapusterimakasih atas pertanyaannya mb liyi . .
bahwasannya yang dimaksud "tidak boleh menambahi dan mengurangi" itu jika menambahi dan mengurangi untuk memberikan pemahaman yang berbeda dengan apa yang didengar dari Rasulullah SAW. boleh ditambahi atau dikurangi namun hanya untuk memberi pemahaman yang benar. namun jika menambahi dan mengurangi hadits (sabda Rasulullah SAW) jelaslah bahwa hal ini tidak diperbolehkan dan bukan lagi disebut hadits.
dalam menyampaikan ilmu juga tidak boleh dikurangi dan ditambahi, namun jika untuk memberikan penjelasan untuk memahamkan dengan benar itu boleh.
terimakasih
Anamil choir 2021 111 122
BalasHapusassalamualaikum
Dalam aspek tarbawi disebutkan "Menyampaikan ilmu harus persis dengan apa yang didengar tanpa mengurangi dan menambahi "
apakah tidak bisa di tambahi ,,sedangkan seorang guru itu harus bisa memberikan inovasi dalam menyampaian ilmu??
wassalamualaikum
maturnuwun
WaAlaikumsalam Wr.Wb.
Hapusmaksud dari "Menyampaikan ilmu harus persis dengan apa yang didengar tanpa mengurangi dan menambahi" itu jika menambahi dan mengurangi untuk memberikan pemahaman yang berbeda dengan apa yang didengar dari Rasulullah SAW. boleh ditambahi atau dikurangi namun hanya untuk memberi pemahaman yang benar. namun jika menambahi dan mengurangi hadits (sabda Rasulullah SAW) jelaslah bahwa hal ini tidak diperbolehkan dan bukan lagi disebut hadits.
dalam menyampaikan ilmu juga tidak boleh dikurangi dan ditambahi, namun jika untuk memberikan penjelasan untuk memahamkan dengan benar itu boleh. seorang guru dalam memberikan inovasinya terhadap anak didiknya boleh saja menambhi penjelasan dari ilmu yang disampaikan tersebut untuk memahamkan anak didiknya dengan benar.
terimakasih
Puji Astuti (2021 111 103)
BalasHapusassalamualaikum,,,,
di atas dijelaskan bahwa menyampaikan perkara agama berupa ayat al qur'an dan hadis harus sama persis dengan apa yang ia dengar dari nabi saw tanpa mengurangi dan menambahi, pertanyaan saya bagaimana jika seorang pendakwah kurang kuat dalam hafalan al qur'an dan hadis jadi ditakutkan akan lebih atau kurang, trus bgaimna pndapat anda tentang hal ini?
WaAlaikumsalam Wr.Wb.
Hapusterimakasih atas pertannyaannya..
apabila menjadi pendakwah, ketika akan menyampaikan perkara agama berupa ayat al qur'an atau hadis itu harus sama persis tidak boleh dikurangi ataupun ditambahi, maka harus kuat hafalannya al-Qur'an atau hadits yang akan disampaikan tersebut. karena al-Quran itu harus dibaca benar dan tepat begitu juga hadits, jika hadits tidak tepat maka hadits itu tidak lagi shahih. apabila dalam penjelasannya maka boleh ditambahi karena untuk memahamkan kepada orang yang disampaikan.
terimakasih
Risqa Murnia (2021 111 102)
BalasHapusassalamualaikum,,,,,,,,,,,,,,,
pada penjelasan diatas dikatakan, bahwa meyampaikan ilmu tetap dianjurkan walaupun org yg disampaikan lebih memahami. tapi,karena telah mengetahuinya org tsb mengabaikan apa yang sedang kita sampaikan. apa kita tetap hrus meneruskan penjelasannnya?bgmn menyikapinya?
Waalaikumsalam Wr.Wb.
Hapusterimakasih atas pertannyaannya..
maksud dari meyampaikan ilmu walaupun org yg disampaikan lebih memahami yaitu terkadang orang yang mendengar langsung sabda dari Rasulullah SAW itu pemahamannya lebih lemah dari orang yang disampaikan olehnya. tetapi Rasululah SAW tetap mendoakan orang yang menyampaikan ilmu kepada yang lain, walaupun terluput atasnya sebagian makna-makna riwayat yang dia sampaikan, karena dia telah menjaganya dan menyampaikan dengan jujur.
kemudian anjuran yang dimaksudkan di sini adalah bahwa adanya keutamaan pada bagi penuntut ilmu, karena tidak lagi merupakan keutamaan yang besar bagi penuntut ilmu, dimana Rasulullah SAW mendoakannya dengan kemuliaan kecerdasan karena apa yang dia lakukan dari mempelajari ilmu, menghafal hadits, mengajarkan dan menyampaikannya kepada yang lain, dan dia tetap akan diberi pahala terhadap apa yang disampaikan walaupun terluput atasnya sebagian makna-makna riwayat yang dia sampaikan, karena dia telah menjaganya dan menyampaikan dengan jujur.
terimakasih
Ana Lailya ( 2021 111 121 )
BalasHapusAssalamu'alaikum.....
Bagaimana pendapat anda mengenai orang pandai yang malu untuk menyampaikan ilmu agama karena pada daerah itu masyarakatnya jauh dari agama.....
Terima kasih....
Wassalamu'alaikum...
Waalaikumsalam Wr.Wb.
Hapusterimakasih atas pertannyaannya..
menurut saya, orang yang pandai atau bahkan berilmu jangan malu dalam menyampaikan ilmunya, apalagi dalam menyampaikan ilmu agama. menyampaikan ilmu agama pada daerah yang masyarakatnya jauh dari agama itu wajib, maka tugas orang tersebut adalah menyampaikan ilmu agama kepada masyarakat tersebut. karena menyampaikan ilmu agama hukumnya fardhu ain. maka jika tidak disampaikan orang tersebut berdosa dan ilmunya juga tidak bermnfaat.
terimakasih
terima kasih mbak atas jawabannya.....
HapusAmilatun Istiqomah (2021111100)
BalasHapusassalamu'alaikum,.
mo tanya buuuu,
pertanyaannya singkat, bgmna caRanya mengoptimalkan fungsi panca indra untuk mencari ilmu.
tnxxxxx,
wassalamu'alaikum,,
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusWaAlaikumsalam Wr.Wb.
Hapusterimakasih atas pertanyaannya
Allah berfirman : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Qs. An Nahl:78)
kemudian cara mengoptimalkan panca indera yaitu :
1. kita merenungkan apa yang diciptakan Allah SWT, ketahuilah bahwa kita di lahirkan di dunia dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Allah SWT. memberikan kita panca indera agar kita bisa memanfaatkan semua yang telah Allah SWT ciptakan di dunia ini untuk kita, termasuk untuk mencari ilmu.
2. kita mencermati bahwa Allah SWT menciptakan makhluk pasti mempunyai maksud dan manfaat tertentu, kita telah dianugerahi dan diberkahi oleh Allah SWT berupa panca indera, yang harus kita manfaatkan sebaik mungkin, dengan itu kita dapat berinteraksi dengan alam semesta tempat kita hidup di dunia dan apa yang ada didalamnya, serta berinteraksi dengan makhluk- makhluk ciptaan Allah SWT lainnya.
3. kita bersuykur kepada Allah SWT, dengan bersyukur kita tidak akan menyianyiakan anugerah yang sangat agung dari Allah SWT berupa panca indera, dan kita harus berusaha untuk memanfaatkan panca indra kita semakimal mungkin.Dengan diberikannya panca indra, melalui panca indra, kita dapat mencari ilmu. karena panca indra merupakan perantara untuk mencari ilmu.
terimakasih
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusMarlihatin 2021 111 123
BalasHapusApakah panca indra yang bijak itu jauh dari maksiat, dan bagaimana cara memanfaatkan panca indra secara bijak agar memperoleh ilmu pengetahuan yang bermanfaat ?
Terima kasih...
WaAlaikumsalam Wr.Wb.
Hapusterimakasih atas pertanyaannya..
ya, panca indra yang bijak itu yang jauh dari kemaksiatan. cara memanfaatkan panca indra secara bijak agar memperoleh ilmu pengetahuan yang bermanfaat yaitu panca indra tidak digunakan untuk kemaksiatan dan tidak melanggar syariat Islam serta mengoptimalkan panca indra dengan sebaik mungkin. dan bersyukur kepada Allah SWT atas diberikannya panca indra sebagai perantara untuk mencari ilmu yang bermanfaat bukan untuk maksiat.
terimakasih
Mus'aliyah
BalasHapus2021 111 087
ada kalanya orang memanfaatkan panca indra alam mencari ilmu dan memahami ilmu ilmu itu dengan baik, tetapi tidak sedikit pula orang sepenuhnya dapat memahami sebuah ilmu dengan benar bahkan bermanfaat bagi nya dan bagi orang lain.
menurut anda sebab apa yang menjadikan kasus seperti diatas bisa terjadi??
dilihat dari kemampuan orang itu sendiri-sendiri ada yang memang dari intelegensi individu tersebut atau keturunan orang cerdas (faktor hereditas), dan yang ke dua ada juga karena faktor lingkungan orang-orang yang berpendidikan (faktor empiresme). faktor lain yaitu mungkin saja dari guru yang berbeda sehingga penerimaan materi yang diterima jadi berbeda. motivasi, minat, bakat juga bisa mempengaruhi.
Hapusterimakasih
nama : hasan basri
BalasHapuskelas: c
nim :2021 111 241
bagaimana cara kita untuk mengoptimalkan panca indera kita agar lbh bisa bermanfaat?
dan solusi agar mata kita tdk ngntukan saat belajar?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusterimakasih atas pertanyaannya..
HapusAllah SWT berfirman: "Pergunakanlah fungsi panca indera ini sesuai dengan kebutuhan dan manfaat anda, dengan tidak melanggar prinsip-prinsip dan nilai-nilai ( QS : Al-Araf : 179 )
Untuk mengoptimalkan fungsi panca indera, sensitifitas dan ketajaman indera anda perlu terus ditingkatkan. Dengan dukungan pengetahuan, hasrat dan latihan anda akan sangat mudah mengoptimalkan fungsi panca indera agar sesuai dengan kebutuhan anda dengan hal-hal yang bermanfaat. bermanfaat atau tidak, tergantung anda yang menggunakan.
Berikut tips menghilangkan serangan kantuk saat belajar:
1. Duduk tegak. Perhatikan posisi duduk kamu. Usahakan selalu tegak. Alasannya agar peredaran darah lancar hingga ke otak. Saat posisi duduk tegak, pembulu darah utama medula oblongata bisa terbuka lebar seperti selang yang bulat. Jangan duduk terlalu menyandar atau menunduk. Posisi ini membuat saluran pembuluh darah ‘terpencet’ sehingga peredaran darah terhambat.
2. Cuci atau membasuh wajah. Cara ini adalah warisan nenek moyang. Dan memang sangat manjur. Silahkan dicoba.
3. Lakukan aktivitas aneh. Seperti menulis nama Anda menggunakan tangan kiri (kalau biasa memakai tangan kanan) atau membaca secara terbalik. , dan sebagainya yang akan membuat otak Anda aktif kembali.
4. Lonjak-lonjak 50 kali, teknik ini efektif sekali untuk meningkatkan kembali kecepatan jantung Anda dalam memompa darah sehingga oksigen bisa masuk ke otak secara penuh.
5. Minum seteguk air. Kesegaran air melalu kerongkongan Anda akan menimbulkan sensasi segar luar biasa sehingga ngantuk pun akan hilang seketika.
6.Bangkitkan semangat dengan menghayati tujuan belajar. Yakinkan diri anda bahwa saat ini belajar lebih penting dari tidur.
7.Ditemani makan ringan. Siapkan makanan ringan untuk mengalihkan perhatian dari rasa kantuk. Jangan sampai perhatian belajar juga dialihkan.
8. Putar musik kesukaan kamu. Ini cara membuat seru suasana hati untuk belajar.
9. Belajar sambil Online. Online di internet sangat bermanfaat jika digunakan untuk tujuan positif. Salah satunya saat belajar. Anda bisa belajar sambil membuka status Facebook, Twitter dan sejenisnya. Dengan banyak itung-itung bisa diajak diskusi tentang pelajaran yang dibahas.
7.Membuat trik sendiri / Menyisipkan trik untuk memudahkan anda dalam belajar.
http://blog.umy.ac.id/yuliafransiska/2012/10/22/tips-agar-tidak-mengantuk-saat-belajar
terimakasih
Nama : Dewi Suryani
BalasHapusNIM : 2021111093
Assalamu'alaikum wr. wb
Panca indera manakah yang lebih berperan aktif untuk mencari ilmu jelaskan?... Dan dasar-dasar yang terkandung didalam hadits.
Serta sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mendasari dorongan untuk memanfaatkan panca indera?...
Sekian dan Terimakasih...
WaAlaikumsalam Wr.Wb.
Hapusterimakasih atas pertanyaannya..
Allah SWT berfirman dalam surat an-Nahl ayat 78, “Dan Allah SWT mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
di sini dijelaskan bahwa Setelah manusia dilahirkan dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, kemudian Allah menambahkan pengetahuan dan ilmu, memberi akal untuk memahami sesuatu, dan membedakan antara yang baik dan buruk, menjelaskan antara yang bermanfaat dan yang madharat dan dari situ dibukalah pengetahuan melalui pendengaran yang dapat mendengarkan suara-suara dan akhirnya mendapatkan pengetahuan, penglihatan yang dapat melihat segala sesuatu dan hati yang dapat menentukan segala urusan/permasalahan.
ketika manusia dilahirkan tidak mengetahui apa-apa kemudian Allah memberikan panca indra untuk dapat dimanfaatkan guna mendapatkan pengetahuan dan ilmu. Itu sebagai isyarat pada permulaan ilmu pengetahuan yang dianugerahkan Allah kepada manusia, yaitu berupa panca indra. Dan yang berperan didalamnya adalah pendengaran dan penglihatan, kemudian dari sinilah kegiatan berfikir dimulai dengan menggunakan akal.
dapat disimpulkan bahwa indera yang lebih berperan aktif untuk mencari ilmu yaitu pendengaran dan penglihatan, selain itu ada akal dan hati.
kemudian faktor-faktor yang mendasari dorongan untuk memanfaatkan panca indera yaitu dengan memanfaatkan panca indera semaksimal mungkin untuk hal-hal yang bermanfaat, karena Panca indra merupakan anugerah dan nikmat Allah yang agung dan harus dimanfaatkan dengan baik dan benar. Panca indra merupakan perantara untuk mencari ilmu pengetahuan maka digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu Allah dengan sebaik-baiknya maka panca indra adalah alat paling utama yang bisa dimanfaatkan dan dapat mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan dan supaya termasuk orang-orang yang berfikir dan orang yang bersyukur.
terimakasih
Mirza Fajrian
BalasHapus2021 111 110
Assalamu'alaikum..
Bagaimana caranya mengasah panca indra kita agar panca indra kita tajam untuk mencari ilmu, dan selalu giat dalam mencari kebenaran...
Trmksh
Wassalamu'alaikum
WaAlaikumsalam Wr.Wb.
Hapusterimakasih ata pertanyaannya..
caranya mengaah panca indra agar tajam dengan melatih sebuah kebiasaan yang positif, seperti salah satu contoh menghafal disertai memahaminya, karena menurut Muhammad Abduh, menghafal tanpa memahami akan merusak nalar. Untuk mengoptimalkan fungsi panca indera, sensitifitas dan ketajaman indera anda perlu terus ditingkatkan. Dengan dukungan pengetahuan, hasrat dan latihan anda akan sangat mudah mengoptimalkan fungsi panca indera agar sesuai dengan kebutuhan anda dengan hal-hal yang bermanfaat.
terimakasih
askum cing mau nrimbung tanya nih..... bagaimana nasib temen2 qt nyang menderita cacat indra atu nyang lemah indra nya?... meaf n mkc cing
BalasHapusNur Faizatul Khaeriyah
BalasHapus2021111111
C
dalam aspek tarbawi disebutkan bahwa Menyampaikan ilmu harus persis dengan apa yang didengar tanpa mengurangi dan menambahi,,, yang ingin saya tanyakan, menyampaikan ilmu secara persis itu secara maknawi atau lughowi,,,jelaskan...thanx...
terimakasih atas pertanyaannya..
Hapusdalam menyampaikan ilmu boleh secara maknawi maupun lughawi, namun jika menyampaikan hadits (sabda Nabi SAW) harus sesuai dengan apa yang dikatakan Rasulullah SAW (lughawi).
terimakasih
terimakasih y mbak...
Hapustapi koq saya pernah dengar itu hadits ada yang redaksinya berupa maknawi ada yang lughawi y mbak?bagaimana itu? maaf y mbak....
Definisi 'maknawi'
HapusIndonesian to Indonesian
adjective
1. mengenai makna; berkenaan dng makna; menurut artinya;
source: kbbi3
2. asasi; penting
source: kbbi3
(wikipedia)
makna lughawi (makna bahasa
Restu Noviani
BalasHapus2021 111 091
bagaimana menurut anda tentang menyampaikan ilmu harus persis dengan apa yg didengar tanpa mengurangi dan menambahi,,jelaskan lagi
trims...
terimakasih atas pertanyaannya..
Hapusmaksud dari "Menyampaikan ilmu harus persis dengan apa yang didengar tanpa mengurangi dan menambahi" itu dalam menyampaikan ilmu tidak boleh dikurangi dan ditambahi harus disampaikan seperti apa yang didengar, namun jika menambahi untuk memberikan penjelasan untuk memahamkan dengan benar itu boleh. boleh ditambahi atau dikurangi namun hanya untuk memberi pemahaman yang benar. namun jika menambahi dan mengurangi hadits (sabda Rasulullah SAW) jelaslah bahwa hal ini tidak diperbolehkan dan bukan lagi disebut hadits. begitupun dalam menyampaikan al-Quran atau perkara agama lainnya harus disampaikan sama seperti apa yang di dengar tanpa mengurangi ataupun menambahi, namun jika menambahi untuk memberikan penjelasan untuk memahamkan dengan benar itu diperbolehkan.
terimakasih
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusASEP ROKHMATUL YAHYA (2021 111 120) KLS C
BalasHapusPERTANYAAN:
1. DALAM Aspek Tarbawi, Menyampaikan ilmu harus persis dengan apa yang didengar tanpa mengurangi dan menambahi. BAGAIMANA APABILA IA LUPA SEHINGGA ADA HAL-HAL YANG TERLEWATKAN?
2. Manusia seringkali melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dengan panca indranya, BAGAIMANA CARA AGAR KECENDERUNGAN PANCA INDRA MELAKUKAN MAKSIAT TERSEBUT BISA DIHINDARI ? CARA..
terimakasih atas pertanyaannya..
Hapusilmu yang dimaksud dalam pembahasan makalah di atas yaitu merujuk pada perkara agama berupa hadits Nabi SAW. dalam menyampaikan ilmu tidak boleh dikurangi dan ditambahi harus disampaikan seperti apa yang didengar, namun jika menambahi untuk memberikan penjelasan untuk memahamkan dengan benar itu boleh. boleh ditambahi atau dikurangi namun hanya untuk memberi pemahaman yang benar. namun jika menambahi dan mengurangi hadits (sabda Rasulullah SAW) jelaslah bahwa hal ini tidak diperbolehkan dan bukan lagi disebut hadits. apabila ia lupa dalam menyampaikan ilmu sehingga ada hal-hal yang terlewatkan itu tidak boleh, apabila takut ada yang terlewatkan, maka bisa menggunakan referensi yang ada atau di tulis pada waktu menerima ilmu agar terjaga bahkan wajib hukumya bilamana ilmu tersebut tidak dapat dipahami kecuali dengan jalan menulisnya. demikian pula diwajibkan apabila dikhawatirkan ilmu yang dimaksud menjadi lenyap. sebagaimana para sahabat pun telah sepakat boleh menulis mushaf ketika para ahli qurra dari kalangan para sahabat banyak yang terbunuh. begitupun dalam menyampaikan perkara agama berupa ayat al-Quran atau hadits tidak boleh ada yang terlewatkan harus sama dengan yang ada.
kemudian cara agar panca indera tidak melakukan hal-hal yang maksiat yaitu : berusaha sekuat tenaga mencegah anggota badan dari melakukan maksiat dan dosa. Setiap anggota harus didesak untuk mengerjakan ketaatan pada Allah SWT semata-mata, dan hendaknya ia tidak digerakkan untuk berbuat sesuatu melainkan perkara yang akan mendatangkan manfaat pada dirinya dihari akhirat.
1. kita merenungkan apa yang diciptakan Allah SWT, ketahuilah bahwa kita di lahirkan di dunia dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Allah SWT. memberikan kita panca indera agar kita bisa memanfaatkan semua yang telah Allah SWT ciptakan di dunia ini untuk kita, termasuk untuk mencari ilmu.
2. kita mencermati bahwa Allah SWT menciptakan makhluk pasti mempunyai maksud dan manfaat tertentu, kita telah dianugerahi dan diberkahi oleh Allah SWT berupa panca indera, yang harus kita manfaatkan sebaik mungkin, dengan itu kita dapat berinteraksi dengan alam semesta tempat kita hidup di dunia dan apa yang ada didalamnya, serta berinteraksi dengan makhluk- makhluk ciptaan Allah SWT lainnya.
3. kita bersuykur kepada Allah SWT, dengan bersyukur kita tidak akan menyianyiakan anugerah yang sangat agung dari Allah SWT berupa panca indera, dan kita harus berusaha untuk memanfaatkan panca indra kita semakimal mungkin.Dengan diberikannya panca indra, melalui panca indra, kita dapat mencari ilmu. karena panca indra merupakan perantara untuk mencari ilmu.
terimakasih
nama: nur farikhah
BalasHapusnim : 2021 111 116
kelas: C
Assalamualaikum...
Bagaimana caranya agar panca indra kita bisa maksimal dalam menerima dan menyampaikan ilmu? terimakasih..
memaksimalkan manfaat panca indera dalam mencari ilmu, sebenarnya dalam mencari ilmu ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik pengaruh dari dalam diri kita maupun dari luar, namun yang ditanyakan disina adalah maksimal dalam memanfaatkan panca indera.
BalasHapusmenurut saya salah satunya dapat kita lakukan dengan sesering mungkin melatih panca indera kita untuk menangkap ilmu yang disampaikan kepada kita, sehingga panca indera bisa lebih peka dalam menyerap dan menyimpan ilmu..^^ semakin kita banyak mendengar, melihat dan berfikir dengan menggunakan panca indera maka semakin banyak pula ilmu yang akan kita peroleh. namun kita juga jangan terlalu menforsir kinerja panca indera karena dapat mengurangi fokus dan indera kita juga butuh istirahat, misal : sebaiknya kita berhenti membaca apabila mata sudah terasa capek melihat tulisan-tulisan yang kita baca, karena apabila tetap dipaksakan bukannya ilmu mudah kita serap, melainkan kita hanya merasa capek:)panca indera juga bisa kita jaga kesehatannya dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi, seperti wortel untuk kesehatan mata,dll..karena keadaan indera yang sehat juga mempengaruhi fokus kita dalam belajar...
apabila indera kita sudah baik, agar lebih maksimal pemanfaatannya dalam mencari ilmu indera kita juga perlu didukung dengan akal dan wahyu Illahi agar kita punya dasar dan pijakan dalam mencari ilmu....