Laman

Rabu, 13 Maret 2013

d5-3 ani musiani : KEOTENTIKAN AL-QUR’AN SUNNAH

MENGGUGAT KEOTENTIKAN AL-QUR’AN DAN SUNNAH
            PENAFSIRAN DAN PEMAHAMAN KELIRU
                                                        MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
  Mata Kuliah              :  Hadits Tarbawi II
                                      Dosen Pengampu      : Ghufron Dimyati, M.S.I.


 







Disusun Oleh :
 Ani Musiani 
2021111181
Kelas D
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN ) PEKALONGAN
                                                                        2013


BAB I
PENDAHULUAN
     
Al-Qur’an ialah wahyu Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat jibril a.s. diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir, diawali dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Naas. Sebagai  sumber hukum dan pedoman hidup bagi pemeluk Islam, jika dibaca menjadi ibadat kepada Allah.
Sunnah menurut istilah syara’ ialah perkataan Nabi Muhammad SAW, perbuatannya, dan keterangannya,  yaitu sesuatu yang dikatakan atau diperbuat oleh sahabat dan ditetapkan nabi, tidak ditegurnya sebagai bukti bahwa perbuatan itu tiada terlarang hukumnya.
Dalam peranannya sebagai sumber hukum syara’ al-Qur’an dan sunnah mempunyai fungsi yang hampir sama, dalam kedudukannya sebagai hujjah, sunnah memiliki dua fungsi yaitu : menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an, dan berdiri sendiri didalam menetukan sebagian daripada beberapa hukum.















BAB II
PEMBAHASAN

Hadits no. 26
Menggugat Keotentikan Al-Qur’an dan Sunnah
A.      Materi Hadits
عن أبي سعيد رضي الله عنه ان النبي صلى الله عليه و سلم قال : { لتــتبعن سنن من قبلكم شبرا بشبر و ذراعا  بذراع . حتى لو سلكوا جحر ضب  لسلكتموه. قلنا : يا رسول الله اليهود و النصارى ؟ قال : فمن ؟ }( رواه البخاري في الصحيح . , كتاب حاديث الانبياء باب ما ذكر  عن نبي إسرائل)
B.       Terjemahan Hadits
dari Abi Said r.a., Nabi SAW bersabda : (“tentu kalian akan mengkuti kebiasaan bangsa-bangsa sebelum kalian, setahap demi setahap, bahkan ketika mereka masuk lubang kadal, kalian pun akan mengikuti mereka”). Kami berkata : “Ya Rasulullah, apakah yang engkau maksud orang-orang Yahudi dan Nasrani?”. Rasulullah SAW menjawab : (“siapa lagi?”).
(H.R. Bukhori).
C.      Mufrodat
Arti
Kata
Tentu kalian akan mengkuti
لَتَـتَّبِعُنَّ
 Kebiasaan
سَنَنَ
Setahap demi setahap
شِبْرًا بِشِبْرٍ
Bahkan ketika mereka masuk
لَوْ َسَلَكُوْ
Lubang
جُحْرَ
Sejenis binatang kadal
ضَبٍّ
Kalian pun akan mengikuti mereka[1]
لَسَلَكْتُموْهُ

D.      Biografi Rowi dan Mukharij
a.     Abu Sa’id al-Khudry
Abu sa’id  al Khudry ialah Abu Sa’id Sa’ad Ibn Malik ibnu sinan al Khudry al khazrajy al anshary. Beliau meriwayatkan sejumlah 1170 hadits. Bukhori dan muslim menypakati sejumlah 46 hadits, 16 diantaranya diriwayatkan oleh bukhory sendiri dan 52 buah hadits diriwayatkan oleh imam muslim. Beliau menerima hadits dari Rasuullah sendiri dan dari para sahabat, diantaranya; Abu Bakr, Umar, Ustman, Ali dan Zaid ibn Tsabit.Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh sahabat  dan tabi’in, diantara para sahabat ialah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Jabir, Mahmud, Ibn Labid, Abu Umamah, ibn Sahal dan Abu’l Thufail.Diantara tabi’in besar ialah; Ibnu al Musaiyab, Abu Utsman an  Nahdi, Thariq ibn Syihab, Ubaid ibn Sa’ad, Mujahid, Ma’bad ibn sirin. Beliau termasuk salah seorang sahabat utama. Handalah berkata: “tak seorang pun diantara sahabat-sahabat nabi yang muda usia yang lebih pandai dalam soal dari Abu Sa’id.Adz Dzahaby berkata, beliau adalah salah seorang dari ulama sahabat, turut menyaksikan bai’at al saja’ah, meriwayatkan banyak hadits dan berfatwa. Beliau adalah orang orang ketujuh diantara 7 orang sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Beliau wafat pada tahun 74 H/ 693 M dalam usia 86 tahun. [2]
b.    Imam Bukhari
Nama beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Ju’fi Bukhari. Beliau mendapatkan julukan Al Ju’fi karena kakek buyutnya yang bernama Al Mughirah awalnya adalah orang majusi. Namun akhirnya memeluk agama islam di hadapan seorang Yaman yang berasal dari kabilah Ju’fi.
Lahir pada hari Jum’at 13 Syawal 194 H. dan wafat pada malam hari raya Idul Fitri tahun 256 H dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau telah melakukan rihlah (perjalanan) untuk menimba hadits dari seluruh ulama yang tinggal di negeri-negeri Islam. Beliau telah menulis riwayat hadits dari para hafizh; seperti Makki bin Ibrahim Al Balkhi, Abdullah bin Usman Al Marwazi, Ubaidullah bin Musa Al Abasi, Abu Nu’aim Al Fadhl bin Dakin, Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Muin, dan masih banyak lagi ulama lainnya.
Imam Bukhari telah menuntut ilmu hadits sejak usia 10 tahun. Pada usia 11 tahun beliau telah mampu mengoreksi kesalahan para syaikh. Bukhari rahimahullahu Ta’ala berkata, “ Aku menyusun di dalam kitab Shahih-ku dari kira-kira 600.000 riwayat hadits. Aku tidak akan mencatat sebuah hadits pun di dalam kitab tersebut kecuali melakukan shalat dua rakaat dahulu.”[3]
E.       Keterangan Hadits
Hadits Abu said tentang sikap umat islam yang akan mengikuti jejek umat-umat terdahulu. جُحْرَ ضَبٍّ (lubang dhabb). Adh-dhabb adalah salah satu jenis binatang melata yang cukup dikenal (sejenis biawak),menurut saya, pengkhususan ini berkaitan dengan lubang adh-dhabb karena kondisinya yang sangat sempit dan kotor. Meski demikian karena sikap kaum muslimin yang senantiasa meniru dan mengikuti umat lain, maka sekiranya umat lain masuk ketempat seperti itu niscaya kaum muslimin akan mengikuti meraka.
قَالَ فَمَنْ: (Nabi saw, bersabda: “lalu siapa?”) ini adalah pertanyaan yang berkonotasi pengingkaran. Dengan demikian maknanya adalah “siapa lagi kalau bukan mereka”.
شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ  (sejengkal-sejengkel dan sehasta- sehasta. Iyadh berkata, “kata sejengkal, hasta, jalan, dan masuk lubang, semuanya adalah perumpamaan tentang mengikuti mereka dalam segala sesuatu yang dilarang dan dicela syari’at.”
قُلْنَا   (kami katakan). Al-Bukhori belum menemukan keterangan jelas tentang keterangan orang disini.
لاَ تَتْرُكَ هَذِهِ الأُمَّةُ شَيْئًا مِنْ سُنَنِ الأَوَّلِيْنَ حَتَّى تَأْتِيْهِ  (umat ini tidak akan meninggalkan sesuatu dari perilaku orang-orang sebelumnya hingga mereka mengerhakannya). Dalam hadits Abdullah bin Amr yang dikutip Asy-Syafi’I dengan sanad yang shahih disebutkan لَتَرْكَبُنَّ سُنَّةَ مَنء كَانَ قَبْلَكُمْ حُلْوَهَا وَمُرَّهَا   (sungguh kamu akan mengerjakan tata cara orang-orang sebelum kalian, manis dan pahitnya).
Ibnu Baththal berkata, “Nabi saw. memberikan bahwa umatnya akan mengikuti perkara-perkara baru, bid’ah dan hawa nafsu, seperti terjadi pada umat-umat sebelum mereka. Beliau telah menyertakan dalam sejumlah hadits bahwa masa-masa terakhir adalah masa yang buruk dan hari kiamat tidak terjadi kecuali terhadap seburuk-buruk manusia. Agama hanya akan tetap eksis pada orang-orang khusus diantara manusia.[4]
F.       Aspek Tarbawi
1.    Selalu berpegang teguh pada alqur’an dan sunnah sebagai pedoman hidup, akan membimbing manusia menghadapi tantangan zaman.
2.     Alquran dan sunnah merupakan jawaban atas  masalah manusia.
3.     Alquran Sebagai furqon  yaitu pembeda antara yang baik dengan yang buruk, yang halal dengan yang haram, yang indah dengan yang jelek, yang dapat dilakukan dengan yang terlarang.






Hadits no. 27
Penafsiran dan Pemahaman Keliru
A.  Materi Hadits
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْعَذَرِي قَالَ قَالَ رَسَوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (يَرِثُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يَنْفَوْنَ عَنْهُ تَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ وَتَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ)
(رواه البيهقى فى السنن الكبرى)
B.  Terjemahan
Dari Abdirrahman al – aszari berkata, Rasulullah saw bersabda : akan mewarisi ilmu ini dari setiap generasi, orang – orang yang terpercaya dari padanya. Mereka itu melakukan upaya membantah segala penafsiran orang – orang bodoh, dan kebohongan orang – orang sesat, serta mambantah penyimpangan orang – orang yang melampaui batas. ( HR.. Baihaqi ).
C.  Mufrodat
    Orang – orang bodoh                : الْجَاهِلِيْنَ                  Mewarisi              : يَرِثُ
    Kebohongan                              :  وَانْتِحَالَ                   Ilmu                    : الْعِلْمَ         
    Orang – orang sesat                  : الْمُبْطِلِيْنَ                  Generasi              :  خَلَفٍ
     Penyimpangan / membantah   : وَتَحْرِيْفَ                   Terpercaya          : عُدُوْلُهُ
     Orang – orang yang                  : الْغَالِيْنَ                     Membantah         : يَنْفَوْنَ
  Melampaui batas                                                        Penafsiran           : تَأْوِيْلَ
D.   Biografi Rowi dan Mukharij
Al Baihaqy ialah Bakar Ahmad ibn Al Husain Ibn Ali ibn Abdullah ibn Musa Al Baihaqy. Seorang ahli fiqh yang terkenal dalam madzhab Asy Syafi’iy dan seorang hafidh yang besar beliau menerima hadits dari murid-murid Al hakim untuk mempelajari hadits beliau melewati ke Iraq dan Hijaz. Beliau menerima hadits dari ulama-ulama khurasan dan ulama-ulama dari negeri yang beliau datangi. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh segolongan ulama besar diantaranya, Zahirasy Syahhamy, Muhammad Al Farrawy, Abdul Mu’in Al Qusyairy dll. Beliau seorang ulama yang sangat tangguh mempertahankan madzhab Asy Syafi’iy dan madzhab ulama salaf. Beliau dilahirkan pada bulan Sya’ban tahun 384 H dan wafat di Naisabury pada bulan Jumadil ula tahun 458 H. [5]
E.        Hadits Pendukung
مَنْ يُرِدِ الله ُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَالله ُ يُعْطِيْ وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ اْلأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ فَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ (رواه اْلاَرْبَعَةُ)
Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, niscaya Dia memberikannya pengertian dalam masalah agama. Sesungguhnya aku hanyalah orang yang membagi dan Allah-lah yang memberi. Umat ini masih tetap akan menegakkan perintah Alah, tiada yang dapat menimpakan kemudaratan (bahaya) kepada mereka, ornag-orang yang menentang-Nya hingga perintah Allah datang. (HR. Arba’ah)
F.       Keterangan Hadits
Sesungguhnya aku hanyalah ornag yang membagikan syariat diantara kalian, dan aku menjelaskan syariat itu kepada kalian tanpa pengecualian. Dan Allahlah yang memberikan pemahaman kepada setiap orang dari kalian sebagaimana yang dikehendakinya. Perbedaan pemahaman berasal dari pemberian Allah Swt. Disebutkan bahwa sebagian sahabat mendengar hadits langsung dari nabi Saw, tetapi ia tidak dapat memahaminya kecuali hanya makna lahiriahnya saja, sedangkan sebagian yang lain mendengarkan hadits dari mereka (para sahabat), atau dari orang-orang yang sesudah mereka, sekalipun demikian ia dapat menyimpulkan banyak hukum dari hadits tersebut, sehubungan dengan hal ini Allah Swt telah berfirman dalam Q.S Al Baqarah Ayat 269.
يُّؤْ تِي الحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاءُ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا وَمَا يَّذَ كَّرُ اِلَّا اُوْ لُوا الْاَ لْبَابِ
Artinya: Allah menganugerahkan Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS. Al-Baqarah: 269)
Yang dimaksud dengan umat ini ialah sebagian dari mereka, mereka adalah golongan ahli tafsir, ahli hadits dan ahli fiqih.[6]
G.      Aspek Tarbawi
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad saw mewariskan ilmunya kepada orang – orang terpercaya seperti para sahabat, tabi’in dan lain-lain. Tetapi ada yang menyalahgunakan penafsiran itu sehingga mengakibatkan orang – orang bodoh, orang – orang yang bathil dan orang – orang yang berlebih – lebihan.
Penafsiran terhadap Al–Qur’an pada dasarnya merupakan otoritas Nabi saw karena hanya Nabi–lah yang memahami apa yang dimaksudkan oleh wahyu, akan tetapi karena Nabi saw tidak menjelaskan seluruh ayat yang ada dalam Al–Qur’an, maka setelah Nabi saw meninggal. Para sahabat memahami Al–Quran dengan cara bertanya pada para sahabat yang terkenal sebagai ahli tafsir. Artinya pada masa sahabat ini sudah ada penafsiran Al–Quran sekalipun masih bersifat riwayat, yakni belum dikodifikasi atau tertulis dalam sebuah kitab tafsir.
Dalam menafsiran Al–Qur’an dan hadits masih banyak para mufassir yang kurang memahami makna dari Al–Qur’an dan hadits tersebut seperti Al–Qur’an itu menggunakan bahasa arab tidak jarang kata yang dipergunakan Al–Qu’ran berbeda dengan makna yang dipahami bangsa arab ketika itu, misalnya kata “ shalat “ yang menurut orang arab adalah do’a, oleh al –quran dimaknai sebagai ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Sebab itulah, maka sekalipun para sahabat adalah orang arab, maka masih memerlukan penjelasan secara langsung dari Nabi saw sebagai pemegang otoritas pertama dalam menafsirkan al –quran,. Berbalik dari realitas al – quran, hadits yang realitasnya menggunakan bahasa nabi saw ( Arab ), menurut pandangan mayoritas – mayoritas ulama secara teologis diyakini sebagai bahasa Tuhan yang termetaforkan dalam bahasa Nabi saw. Bahkan, kosa kata yang dipergunakan hadits cenderung mengikuti perkembangan makna yang di maksudkan AlQuran, seperti hadits yang menjelaskan arti kata “ Al–kautsar” dalan surah Al–kautsar (108) : 1.orang–orang arab menggunakan Al– kautsar untuk menamai segala sesuatu yang banyak bilangannya atau tinggi nilainya, bahkan orang yang mempunyai jasa yang banyak terhadap masyarakat disebut dengan Al–kautsar. Akan tetapi, Nabi saw menjelaskan bahwa maksud Al-kautsar dalam surat Al– kautsar ( 108 ) : 1 tersebut adalah sebuah sungai yang diberikan oleh Allah SWT. Kepada beliau dalam pengertian ini arti Al–kautsar yang diberikan Nabi saw berbeda dengan pengertian yang dipahami orang Arab ketika itu dan menyesuaiakan dengan makna yang dikehendaki Al–Quran.
Semua corak penafsiran yang berkembang pada masa ini mengganakan metode tahlil, yakni penafsiran ayat–ayat Al–Quran sesuai dengan urutan mushaf. Tujuan penafsiran Al–Quran bukan hanya sekedar mengucap makna, tetapi bagaimana ia mampu menjadi petunjuk dan menjadi pedoman hidup bagi menusia.[7]













BAB III
PENUTUP

Adh-dhabb adalah salah satu jenis binatang melata yang cukup dikenal (sejenis biawak),pengkhususan ini berkaitan dengan lubang adh-dhabb karena kondisinya yang sangat sempit dan kotor. Meski demikian karena sikap kaum muslimin yang senantiasa meniru dan mengikuti umat lain, maka sekiranya umat lain masuk ketempat seperti itu niscaya kaum muslimin akan mengikuti meraka. Iyadh berkata, “kata sejengkal, hasta, jalan, dan masuk lubang, semuanya adalah pereumpamaan tentang mengikuti mereka dalam segala sesuatu yang dilarang dan dicela syari’at.”
Allah menganugerahkan Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS. Al-Baqarah: 269). Allahlah yang memberikan pemahaman kepada setiap orang dari kalian sebagaimana yang dikehendakinya. Perbedaan pemahaman berasal dari pemberian Allah Swt. Disebutkan bahwa sebagian sahabat mendengar hadits langsung dari nabi Saw, tetapi ia tidak dapat memahaminya kecuali hanya makna lahiriahnya saja, sedangkan sebagian yang lain mendengarkan hadits dari mereka (para sahabat), atau dari orang-orang yang sesudah mereka, sekalipun demikian ia dapat menyimpulkan banyak hukum dari hadits.






DAFTAR  PUSTAKA
Al Asqolani, Ibnu Hajar. 2009. Fathul Barii. Jakarta: Pustaka Azzam.

Ash Shiddiqie, T.M. Hasbi.1980.  Sejarah danPengantar Ilmu Hadits. Jakarta: Bulan Bintang.

Djunaedi Soffandi, Wawan. 2003. Syarah Al Ahadits Al Qudsiyyah. Jakarta: Pustaka Azzam.
Muhammad Habsi, Tengku. 1997. Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits. Semarang: PT. Pustaka Riski Putra.
Ali Nashif, Syekh Mansyur. 1993. Mahkota Pokok-pokok Hadits Rasulluah. Bandung: CV. Sinar Baru.
          Zenrif. M.F. 2006. Sintesis Paradigma Studi Al –Quran. Malang: Malang Press.




[1] Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari jilid 17, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), hlm. 669.
[2] T.M. Habsi Ash Shiddiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), hlm. 290.
[3] Wawan Djunaedi Soffandi, Syarah Hadits Qudsi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), hlm. 18-19.
[4] Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari jilid 36, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), hlm.193-196.
[5] Tengku Muhammad Habsi Ash, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang : PT. Pustaka Riski Putra, 1997), hlm. 309-310.
[6] Syekh Manshur Ali Nashif, Mahkota Pokok-pokok Hadits Tasulullah Saw, Jilid I (Bandung: CV. Sinar Baru, 1993), hlm. 140-141
[7] M.F. Zenrif. Sintesis,  Paradigma Studi Al –Quran ( Malang : Malang Press : 2008 ), hal. 24 – 26.

51 komentar:

  1. Nama : mirza muhammad abda
    NIm : 2021 111 153
    kelas : D
    menjaga keontetikan alquran itu adalah wajib hukumnya, dan dulu pernah terjadi yang namanya pencetakan alquran yang salah cetak dan sudah diperluaskan ke masyarakat, bagaimana apabila apa pendapat anda bila terjadi hal tersebut lagi ? bagaimana kita menyinggapinya ? dan apa solusinya? terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika terjadi salah cetak dalam Al-Quran,dan Al-Quran tersebut telah tersebarluas dikalangan masyarakat,menurut saya,sebelum Al-Quran itu sendiri di cetak tentunya sudah ada yang meneliti telebih dahulu,dari awal sampai akhir,karena dilihat dari Al-Quran itu sendiri sebagai pedoman hidup umat islam,tentunya sangatlah hati2 dalam mencetaknya,karena menyangkut orang banyak,tetapi jika ada kesalahan mencetak didalam Al-Quran,harus diingatkan agar tidak salah cetak lagi,atau mengingatkan kembali,tentunya jika dulu pernah ada salah cetak pasti akan lebih hati2 lagi dalam mencetaknya,menyikapi hal tersebut,berarti kita sebagai umat islam yang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup,agar lebih memperhatikan dan lebih teliti lagi,dalam membaca ayat2 Al-Quran,dan lebih hati2,solusinya menurut saya jika kita menemukan ada ayat2 didalam Al-Quran yang salah kita sebagai umat islam wajib saling mengingatkan satu sama lain.

      Hapus
  2. Nama: Kiki F. Mastriana
    NIM: 2021 111 198
    Kelas: D


    sebagai umat muslim kita wajib menjaga Al-Qur'an dan Sunnah,,,,, bagaimana kita merawat dan mengamalkannya di kehidupan seperti era sekarang ini,,, yg rata-rata manusianya sudah di tutup hatinya oleh urusan keduniawian saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya cara merawat dan mengamalkan nilai2 yang terkandung didalam Al-Quran dan Sunnah di era sekarang ini,mungkin cara merawatnya dengan kita memahami lebih dalam lagi,dan lebih memperhatikan lagi tentang nilai2 yang terkandung didalamnya, sehingga kita tau dan mengerti,pentingnya menjaga Al-Quran dan Sunnah,dalam kehidupan dan dalam mengamalkan nilai-nilai Al-Qur'an di era kehidupan seperti sekarang ini mungkin kita sebagai umat Islam harus tetap menegakkan amar ma'ruf nahi munkar,karena Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya.

      Hapus
  3. Faroh Maulida
    2021111209
    D

    Apa hukum para orientalis yang mempelajari Al.Quran secara mendalam?

    BalasHapus
    Balasan
    1. mnurut saya kalau hanya mempelajarinya itu boleh, yang tidak boleh adalah merubah isi kandungan Al-Qur'an.
      seperti yang kita tahu bahwa Alquran adalah satu-satunya kitab suci yang menyatakan dirinya, bersih dari keraguan, dijamin keseluruhan isinya terjaga, dan tiada mungkin dibuat tandingannya. Barangkali sifat-sifat inilah yang membuat kalangan non-muslim, khususnya orientalis-missionaris Yahudi dan Kristen merasa gerah.
      Tetapi tidaklah mengherankan, karena sejak Alquran diturunkan, sudah disinyalir bahwa orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela sampai umat Islam mengikuti keinginan dan keagamaan mereka. Selain itu, mereka ingin agar umat Islam melakukan apa yang mereka lakukan seperti menggugat, dan mempersoalkan yang sudah jelas dan mapan sehingga timbul keraguan terhadap yang benar dan sahih.
      Dalam rangka memberi kesan seolah-olah obyektif dan otoritatif, orientalis-missionaris biasa berkedok sebagai pakar (expert scholar) mengenai bahasa, sejarah, agama. Dari buku-buku yang ditulis orientalis-missionaris, secara sembunyi maupun secara terbuka, mereka memang benci terhadap Alquran..
      Alquran memang menjadi kajian utama dalam pembahasan orientalis. Kebanyakan dari mereka menganggap bahwa Alquran bukan kitab Ilahi. Alquran hanyalah buatan Muhammad. Dengan berbagai argumennya, kaum orientalis mencoba menyudutkan Alquran. Serangan dengan berbagai cara telah mereka tempuh, namun usaha mereka ternyata terbukti tidak terlalu efektif untuk meggungat keotentikan Alquran itu sendiri.
      Alquran dipelihara secara langsung oleh Allah. Diantaranya melalui hafalan-hafalan yang dilakukan oleh kalangan muslim sendiri dan dari kalangan cendikiawan muslim.

      Hapus
  4. Gilang Gintaka
    2021 111 207
    D

    Bolehkah kita membaca Al Qur'an maupun Al Hadits secara parsial? jelaskan pendapat Anda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimaksi pertanyaannya

      membaca secara parsial (sempit) terhadap Al-Qur’an dan hadits itu boleh namun dalam penafsirannya harus secara integral. membaca secara parsial hanya akan mempersempit pemikiran kita, tidak menerima adanya perbedaan pendapat. sedangkan al-Qura'an dan hadits itu membutuhkan penafsiran sehingga jelas apa maksud yang terkandung dalam al-Qur'an dan hadits.

      Hapus
  5. nama :nur ulis sa'adah shofa
    nim : 2021 111 205

    ada beberapa ayat al-qur'an yang yang mempunyai beberapa penafsiran yang berbeda sehingga dalam pemahamannya pun berbeda. dan aplikasi dalam kehidupannya pun berbeda pula. bagaimana pendapat pemakalah mengenai realita tersebut...
    terimakasih.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaannya

      Meskipun Al Qur’an hanya satu, penafsirannya bervariasi. Hal itu tercermin dari variasi Al Qur’an terjemahan, variasi sekte atau aliran, dan variasi pendapat dalam forum diskusi internet. Variasi penafsiran ini menimbulkan kesan bahwa seolah-olah Al Qur’an tidak mudah dipahami.
      Kemungkinan penyebab variasi penafsiran pertama adalah berkaitan dengan pemberian petunjuk Allah. Orang yang mendapat petunjuk Allah akan mempunyai penafsiran yang benar tentang Al Qur’an. Dalam memberikan petunjuk, Allah menjadikan Al Qur’an menjadi cahaya. Dengan cahaya Al Qur’an, Allah memberi petunjuk kepada hamba-Nya yang dikehendaki-Nya (42:52). Barangkali, ada yang mendapat petunjuk secara jelas tetapi ada pula yang tidak demikian. Hal inilah yang mungkin menyebabkan variasi penafsiran Al Qur’an.
      Kemungkinan penyebab variasi penafsiran kedua adalah karena masalah bahasa. Orang yang tidak berbahasa Arab berusaha memahami Al Qur’an dengan cara menerjemahkannya ke dalam bahasa yang dipahaminya. Seperti sudah disinggung di muka, Al Qur’an terjemahan juga bervariasi. Bukankah sebaiknya hanya ada satu Al Qur’an dan satu terjemahan saja? Walaupun demikian, Al Qur’an terjemahan bukanlah solusi untuk memecahkan masalah perbedaan bahasa. Hal ini dapat dijelaskan dengan ayat 41:44. Dijelaskan dalam ayat tersebut bahwa orang yang tidak memahami bahasa kitab Allah membutuhkan penjelasan.
      Sampai di sini dapat dimengerti bahwa yang dibutuhkan kita sebenarnya adalah penjelasan Al Qur’an, bukan Al Qur’an terjemahan. Al Qur’an terjemahan seringkali tidak mampu menjelaskan Al Qur’an. Ada penerjemah yang hanya mengalihkan bahasa Arab ke bahasa lain dan memberi keleluasaan kepada pembaca untuk membuat penafsiran sendiri. Ada pula Al Qur’an terjemahan yang dibuat dengan menyesuaikan kepentingan kelompoknya sendiri. Sementara itu, ada penerjemah yang masih mengharapkan koreksi dari orang lain.

      Hapus
  6. NAMA; BADIATUL LIZA
    NIM: 2021 111 146
    KELAS: D

    Assalamu'alaikum mbak nyu.....

    saya ingin bertanya, jika Al-Qur'an semua orang tahu bahkan non-muslim pun tahu bahwa Al-Qur'an itu dapat dipercaya keontetikannya.namun jika hadits banyak darikalangan bahkan muslim sendiri ragu tentang keontetikan hadits, shg ada yg nama,y inkar sunnah.
    dari permasalahan tersebut, saya ingin bertanya, bagaimana menginformasikan keontetikan hadits kepada kalangan eksternal (non-muslim)
    terimakasih.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaannya...

      menurt saya yaitu dengan cara mencontohkan hadits, yang real atau nyata. karena kebanyakan non-muslim apalagi orang barat mau mengakui sesuatu yang nyata. maksud dari hadits yang real, contohya hadits, "La Yasrobanna ahaduminkum koimaa". dalam hadits tersebut diterangkan bahwa kita tidak boleh minum sambil berdiri. sudah jelas bahwa minum sambil berdiri itu tidak baik untuk kesehatan dan masih banyak lagi hadits-hadits yang lain yang dapat dibuktikan keontetikannya.

      Hapus
  7. WILDAN FAZA 2021 111 206
    kelas D

    pertanya'an;
    jika alqur'an bisa ditafsirkan, apakah sunah bisa ditafsirkan,,, jelaskan... :-p

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaannya

      menurut saya tentu saja hadits boleh ditafsirkan. pada zaman Rasul saw masih hidup para sahabat ada yang langsung mengerti dengan maksud hadits, dan ada yang hanya mengerti secara harfiyah dan sahabat yang hanya mengerti secara harfiyah membutuhkan penafsiran hadits dari sahabat lain.
      bahkan di STAIN Pekalongan sendiri terdapat program studi tafsir hadits.

      Hapus
  8. Nama : Heri Rubi Antoni
    NIM : 2021 111 161
    Kelas : D

    Bagaimana cara kita mengetahui keotentikan alquran?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. “Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahu lahafizhun” (sesungguhnya kami yang menurunkan Al-Quran dan kamilah pemelihara-pemelihara-Nya) (QS 15:9).

      Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Quran, jaminan yang diberikan atas dasar kemaha kuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh mahluk-mahluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat diatas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Quran tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat nabi saw.

      Hapus
  9. Nama: Fitri Nur Afina
    NIM: 2021 111 197
    Kelas: D

    Menurut anda bagaimana tindakan yang paling tepat digunakan saat ini dalam menyikapi pemahaman dan penafsiran ayat yang berbeda-beda?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaannya

      menurut saya perbedaan itu indah. dan itu merupakan buah dari ijtihad manusia. dan mengenai menyikapi perbedaan penafsiran Al-Qur'an kita boleh mengikuti yang mana saja asalkan penafsiran itu tidak membawa kita kepada kekufuran.

      Hapus
  10. nama: SHOFATUL JANNAH
    NIM: 2021 111 183
    Klas: D

    dalam makalah terdapat pernyataan Agama hanya akan tetap eksis pada orang-orang khusus diantara manusia. mohon jelaskan!!

    terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaannya

      menurut saya maksud dari agama hanya aka eksis pada orang-orang yang khusu diantara manusia adalah pada orang-orang yang mengimani dan meyakini Al-Qur'an dan hadits sebagai pedoman hidupnya, sehingga dalam memecahkan suatu permasalahan di dunia, dia akan kembali kepada Al-Qur'an dan hadits untuk memecahkan permasalahan hidupnya.
      sehingga dengan itu dia mengeksiskan agamanya.

      Hapus
  11. Nama: Nihlatul Maziyah
    NIM : 2021 111 130
    kelas D

    bagaimana menurut pemakalah mengenanai penyimpangan- penyimpangan dalam penafsiran?

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya penyimpangan2 sangatlah merajalela sehingga kita sebagai orang islam patut meluruskan apa2 yang melenceng dari penafsiran. dengan maksud lain kita dapat memahami al-quran dari beberapa sumber atau beberapa ulama sehingga kita dapat mengetahui kebenaran tafsir tersebut.

      Hapus
  12. Soraya nailatul Izzah
    2021 111 097
    Kelas D
    Bagaimana agaar dalam memahami alqur'an kita tidak dalam penafsiran dan pemahaman yang keliru?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya utuk menghindari dari penafsiran dan pemahaman yang keliru,manusia harus berusaha untuk mencari kejelasan makna pesan-pesan al-Quran tersebut, yang salah satunya adalah menafsirkan al-Quran.di samping berusaha memahami al-quran dengan penjelasan al-Quran itu sendiri, Al-Quran, sebagaimana kita ketahui bersama antara lain berfungsi sebagai petunjuk Keberadaannya yang tetap dalam sebuah mushhaf yang terpelihara kemurniannya dalam jaminan Allah bukanlah berarti telah benar-benar menjadi petunjuk bagi umat manusia. Al-Quran akan dapat menjadi petunjuk bagi manusia bila ia dapat dipahami, dihayati dan memiliki nilai operasional. Untuk keperluan tersebut, tidak boleh tidak al-Quran harus dijelaskan maknanya ke dalam penjelasan yang lebih bisa dipahami, dihayati dan diamalkan daripada al-Quran yang dibiarkan untuk berbicara sendiri kepada semua lapisan umat manusia. Dengan kata lain, idealnya al-Quran harus ditafsirkan sedemikian rupa, agar dapat menjadi pedoman yang lebih mudah dimengerti. Oleh segenap lapisan umat manusia yang memerlukan petunjuknya.

      Hapus
  13. NAMA: NAIS STANAUL ATHIYAH
    NIM: 2021 111 280
    KELAS: D
    PERTANYAAN:
    Menurut anda, bagaimana cara agar kita terhindar dari penafsiran alqur'an yang keliru?
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya utuk menghindari dari penafsiran dan pemahaman yang keliru,manusia harus berusaha untuk mencari kejelasan makna pesan-pesan al-Quran tersebut, yang salah satunya adalah menafsirkan al-Quran.di samping berusaha memahami al-quran dengan penjelasan al-Quran itu sendiri, Al-Quran, sebagaimana kita ketahui bersama antara lain berfungsi sebagai petunjuk Keberadaannya yang tetap dalam sebuah mushhaf yang terpelihara kemurniannya dalam jaminan Allah bukanlah berarti telah benar-benar menjadi petunjuk bagi umat manusia. Al-Quran akan dapat menjadi petunjuk bagi manusia bila ia dapat dipahami, dihayati dan memiliki nilai operasional. Untuk keperluan tersebut, tidak boleh tidak al-Quran harus dijelaskan maknanya ke dalam penjelasan yang lebih bisa dipahami, dihayati dan diamalkan daripada al-Quran yang dibiarkan untuk berbicara sendiri kepada semua lapisan umat manusia. Dengan kata lain, idealnya al-Quran harus ditafsirkan sedemikian rupa, agar dapat menjadi pedoman yang lebih mudah dimengerti. Oleh segenap lapisan umat manusia yang memerlukan petunjuknya.

      Hapus
  14. Nama : Imas Anggraeni Dewi
    NIM : 2021 111 203
    Kelas D

    Menurut anda bagaimanakah agar tetap menjaga keontetikan Al-Quran dan Hadits karena banyaknya pihak2 luar yang ingin merusak kandungan dari kedua sumber hukum Islam tersebut...

    Gomawo

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaannya

      Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. “Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahu lahafizhun” (sesungguhnya kami yang menurunkan Al-Quran dan kamilah pemelihara-pemelihara-Nya) (QS 15:9).

      Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Quran, jaminan yang diberikan atas dasar kemaha kuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh mahluk-mahluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat diatas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Quran tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat nabi saw.

      menurt saya yaitu dengan cara mencontohkan hadits, yang real atau nyata. karena kebanyakan non-muslim apalagi orang barat mau mengakui sesuatu yang nyata. maksud dari hadits yang real, contohya hadits, "La Yasrobanna ahaduminkum koimaa". dalam hadits tersebut diterangkan bahwa kita tidak boleh minum sambil berdiri. sudah jelas bahwa minum sambil berdiri itu tidak baik untuk kesehatan dan masih banyak lagi hadits-hadits yang lain yang dapat dibuktikan keontetikannya.

      Hapus
  15. NAMA : ARINUN ILMA
    NIM : 2021 111 045
    KELAS: D

    bagaimana sikap anda sebagai seorang mahasiswa mengetahui bahwa banyak orientalis yang mempelajari al-Qur'an tetapi bukan mncari kebenarannya, melainkan mencari" kesalahan sehingga dapat menggoncangkan keimanan orang Islam?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tentang para orientalis yang mempelajari Al-Quran dengan bertujuan untuk menyesatkan umat islam,memang itu sudah menjadi tujuan para orientalis,menurut saya kita sebagai mahasiswa harus lebih mengerti dan memehami lagi tentang apa2 yang terkandung didalamnya Al-Quran itu sendiri,sehingga kita tidak mudah terpengaruh oleh orang2 yang bertujuan menyesatkan, dan dengan semakin mempertebal keimanan kita, akn membuat keimanan kita kuat dan tidak mudah tergoncangkan, dengan para orientalis yang selalu mencari2 kelemahan dan kesalahan, yang bisa membuat kita goyang.jadi dengan cara lebih memahami dan mempelajaari lagi al-quran itu sendiri.

      Hapus
  16. Assalamu’alaikum
    Nama: nahdiyah
    Nim: 2021 111 199
    Kelas: D
    Disini saya hanya ingin dijelaskan kembali apa kaitan isi hadits yang pertama dengan judul makalah anda “menggugat keotentikan Alqur’an dan Sunnah”
    terimakasih:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya hubugan antara hadits dengan judul diatas,menunjukan bahwa di dalam Al-Quran dan hadits telah dijelaskan bahwasannya orang2 pada zaman sekarang kebanyakan mengikuti orang2 terdahulu, contohnya pada zaman dahulu anak Nabi Adam AS yang telah membunuh saudaranya sendiri, dengan zaman sekarang yang maraknya pembunuhan pada zaman sekarang itu melihat dari pembunuhan pada zaman dahulu,disini sudah jelas bahwasannya al-quran itu sudah mengetahiu masa yang akan datang dan terbukti kebenarannya.

      Hapus
  17. Nama: Mushofakhah
    NIM: 2021 111 196
    Kelas: D

    “Dalam menafsirkan Al–Qur’an dan hadits masih banyak para mufassir yang kurang memahami makna dari Al–Qur’an dan hadits.” Jika para mufassir saja masih banyak yang kurang bisa memahami apalagi orang awam seperti kita-kita? Bagaimana tanggapan pemakalah mengenai pernyataan tersebut agar kita terhindar dari penafsiran dan pemahaman yang keliru.
    Terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya utuk menghindari dari penafsiran dan pemahaman yang keliru,manusia harus berusaha untuk mencari kejelasan makna pesan-pesan al-Quran tersebut, yang salah satunya adalah menafsirkan al-Quran.di samping berusaha memahami al-quran dengan penjelasan al-Quran itu sendiri, Al-Quran, sebagaimana kita ketahui bersama antara lain berfungsi sebagai petunjuk Keberadaannya yang tetap dalam sebuah mushhaf yang terpelihara kemurniannya dalam jaminan Allah bukanlah berarti telah benar-benar menjadi petunjuk bagi umat manusia. Al-Quran akan dapat menjadi petunjuk bagi manusia bila ia dapat dipahami, dihayati dan memiliki nilai operasional. Untuk keperluan tersebut, tidak boleh tidak al-Quran harus dijelaskan maknanya ke dalam penjelasan yang lebih bisa dipahami, dihayati dan diamalkan daripada al-Quran yang dibiarkan untuk berbicara sendiri kepada semua lapisan umat manusia. Dengan kata lain, idealnya al-Quran harus ditafsirkan sedemikian rupa, agar dapat menjadi pedoman yang lebih mudah dimengerti. Oleh segenap lapisan umat manusia yang memerlukan petunjuknya.

      Hapus
  18. nama:Nur Akhadiyah
    NIm : 2021 111 151
    kelas : D

    Al-qur'an dan Sunnah adalah jawaban dari segala masalah manusia,bagaimana hal itu bisa diterapkan dalam kehidupan,sedangkan tidak semua orang bisa mengkaji makna tiap kalimat dalam Al qur'an dan sunnah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya cara menerapkan nilai2 yang terkandung didalam Al-Quran dan Sunnah di kehidupan sekarang ini,mungkin dengan kita memahami lebih dalam lagi,dan lebih memperhatikan lagi tentang nilai2 yang terkandung didalamnya, sehingga kita tau dan mengerti,pentingnya Al-Quran dan sunnah sebagai jawaban segala masalah,dalam kehidupan dan dalam menerapkan nilai-nilai Al-Qur'an di kehidupan seperti sekarang ini mungkin kita sebagai umat Islam harus tetap menegakkan amar ma'ruf nahi munkar,karena Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya.

      Hapus
  19. Nama : Imroatul Maghfiroh
    NIM : 2021 111 148
    Kelas: D

    Assalamualaikum. . . .
    seperti yang kita ketahui untuk memahami lebih dalam isi Al Quran itu kita membutuhkan tafsiran. lalu bagaimana pendapat pemakalah mengenai adanya perbedaan penafsiran, sikap kita harus bagaimana dan mengikuti yang mana?
    terimakasih. .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya apabila ada penafsiran yang berbeda sepajang yang menafsirkan para mustahid yang telah memenuhi syarat mustahid diakui oleh dunia islam secara makro tidak mmasalah,menanbah wawasan khasanah

      Hapus
  20. Nama : Susi Ernawati
    Nim : 2021 111 202
    Kelas : D
    assalamu'alaykum Ani
    yang ingin saya tanyakan, melihat realita sekarang yang mana ayat-ayat suci Al-Qur'an banyak terdapat di komputer sudah begitu instant untuk dipelajari yang biasa kita kenal dengan Al-Qur'an digital. melihat fenomena tersebut, menurut pemakalah, apakah keontentikan Al-Qur'an bisa terjaga? jelaskan dan berikan alasannya
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaikumsalam wr.wb............
      bisa,dengan adanya al-quran digital mampu menjaga keotentikan al-quran dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini,dengan itu dapat memudahkan orang muslim untuk mempelajari al-quran.

      Hapus
  21. nama:sholihatun nisa
    nim;202111144
    salam'alaik ya ukhti...


    yang saya tanyakan adalah bagaimana cara kta sebagi orang awam mengetahui penafsiran ayat Alqur'an yang benar dengan penafsiran yang salah???
    termakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. kebanyakan ayat-ayat Al-Quran diturunkan untuk dipahami oleh semua orang; oleh karena itu, apa yang difahami oleh semua orang tentang ayat-ayat Al-Quran sedapat mungkin adalah hujjah bagi mereka. Atas dasar inilah para ahli ilmu Ushul meyakini bahwa dhahir (apa yang nampak) dari ayat-ayat Qur'an adalah hujjah.
      ada juga ayat-ayat khusus dalam Al-Quran yang hanya dapat dipahami oleh nabi dan orang-orang yang betul-betul berilmu, yang mana orang awam tidak dapat memahami ayat-ayat itu tanpa bantuan mereka.dalam Al-Quran, banyak ayat-ayat umum ('âm) dan khusus (khâsh), mutlak (mutlaq) dan tak mutlak (muqayyad), menghapus (nâsikh) dan dihapus (mansukh), sedemikian sehingga untuk melakukan penafsiran yang benar seorang mufasir harus menguasai seluruh ayat-ayat itu.sebagian ilmu meskipun tidak berkaitan langsung dengan ilmu Tafsir, namun sangat diperlukan karena merupakan syarat dalam memahami Qur'an; yang mana tanpa ilmu-ilmu tersebut kita tidak mungkin dapat memahami Al-Quran dengan benar. Ilmu-ilmu itu misalnya seperti: ilmu Nahwu, Sharaf, Ma'ani dan Bayan, Bahasa Arab, dan seterusnya... Maka seorang mufasir harus menguasai ilmu-ilmu tersebut
      penafsiran Al-Quran tanpa memperhatikan hadits-hadits dan metode penafsiran yang benar terkait dengan ayat-ayat Al-Quran. Serta penafsiran suatu ayat tanpa memperhatikan ayat-ayat lain yang berhubungan dengannya. Penafsiran seperti ini hanya bersandar pada dugaan, sangkaan dan pendapat pribadi yang tak berdasar dan berdalil, dengan tujuan menisbatkan pemikirannya kepada Al-Quran serta membuktikan bahwa Al-Quran sejalan dengan pemikiran pribadinya.

      Hapus
  22. nama:nur hidayah
    nim:2021 111 145
    kelas:D
    ass...mau tanya,bagaimana cara kita sebagai generasi kaum muslim dalam mempertahankan keotentikan dari al-qur'an,seiring dangan perkembangan zaman?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. “Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahu lahafizhun” (sesungguhnya kami yang menurunkan Al-Quran dan kamilah pemelihara-pemelihara-Nya) (QS 15:9).

      Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Quran, jaminan yang diberikan atas dasar kemaha kuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh mahluk-mahluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat diatas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Quran tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat nabi saw.

      Hapus
  23. nama : naila syarifah
    nim :2021111149
    kelas : Dhe
    assalamualaikum mb ani.......mohon jelaskan "Semua corak penafsiran yang berkembang pada masa ini mengganakan metode tahlil, yakni penafsiran ayat–ayat Al–Qur’an sesuai dengan urutan mushaf. Tujuan penafsiran Al–Qur’an bukan hanya sekedar mengucap makna, tetapi bagaimana ia mampu menjadi petunjuk dan menjadi pedoman hidup bagi menusia."...................
    trimakasih

    BalasHapus
  24. nama : eka kurnia rizki
    kelas : D
    nim : 2021 111 251


    siapa sajakah yang boleh menafsirkan Al-Qur'an ? lalu bagaimana pendapat pemakalah tentang perbedaan penafsiran ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menyangkut syarat-syarat penafsiran.
      Dari segi syarat penafsiran, khusus bagi penafsiran yang mendalam dan menyeluruh, ditemukan banyak syarat. Secara umum dan pokok dapat disimpulkan sebagai berikut :
      1.Pengetahuan tentang bahasa Arab dalam berbagai bidangnya;
      2.Pengetahuan tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an, sejarah turunnya,hadits-hadits Nabi, dan Ushul Fiqh;
      3.Pengetahuan tentang prinsip-prinsip pokok keagamaan;dan
      4.Pengetahuan tentang disiplin ilmu yang menjadi materi bahasan ayat.

      Menurut saya apabila ada penafsiran yang berbeda sepajang yang menafsirkan para mustahid yang telah memenuhi syarat mustahid diakui oleh dunia islam secara makro tidak mmasalah,menanbah wawasan khasanah

      Hapus
  25. NAMA: KHOLIS ARIFAH
    NIM:2021 111 293
    KELAS:D

    Assalamualaikum,
    semisal orang yang hidup dipondok pesantren, mereka sudah terbiasa dengan Al-Qur'an.
    nah, bagaimana dengan orang awam yang belum tentu tiap harinya membaca Al-Qur'an bahkan memecahkan suatu masalah dengan berpaku pada Al-Qur'an.
    Bagaimana agar mereka mau mempelajari Al-Qur'an, langkah-langkahnya bagaimana..
    terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya dengan menjelaskan kepada mereka tetang pentingnya mempelajari al-quran (magsudnya disini memberitahukan bahwasanya al-quran adalah pedoman umat islam yang diwajibkan untuk dipelajari), al-quran sebagai sumber pengetahuan dan mamou menyelasaikan berbagai persoalan dalam kehidupan.

      Hapus
  26. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  27. faisal fahmi
    2021 111 255
    D

    menurut pemakalah sendiri bagaimana jika seorang muslim bekerja di tempatnya seorang non muslim, dan bagaimanakah batasan batasan yang harus tetap dijaga??

    trimakasih...

    BalasHapus