Laman

Kamis, 04 April 2013

c8-4 nailis sa'adah HUBUNGAN MANUSIA DG DIRINYA



HUBUNGAN MANUSIA DENGAN DIRINYA

Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah    : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron, M.S.I

Oleh:
Nailis Sa’adah             2021111114
Kelas C

JURUSAN TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013

PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah. Dalam kehidupannya manusia harus selalu menjaga hubungan baik, baik hubungan dengan Allah, sesama manusia ataupun dengan dirinya sendiri. Karena itulah yang diajarkan dalam agama Islam. Itu semua dimaksudkan agar tercipta kedamain dalam jiwa mereka. Disini akan dijelaskan bagaimana hubungan manusia dengan dirinya sendiri, tetapi bukan berarti manusia hanya disibukkan dengan kehidupannya sendiri tanpa memikirkan hal lain. Termasuk juga dalam hal ibadah.
Rasul melarang kita untuk berlebih-lebihan dalam beribadah, sampai kita melupakan diri kita, keluarga, maupun orang lain. Kita juga diajarkan untuk memperhatikan keluarga kita, sauadra-saudra kita. Karena merekalah bantuan terdekat kita bila kikta mengalami sakit, kekurangan pangan, dan lain sebagainya.
            Hal tersebut juga diterangkan dalam hadits yang bersumber dari Aisyah r.a, yang akan saya ulas sedikit dalam makalah ini.


PEMBAHASAN

A. Materi Hadits
41- عَنْ عَا ئِشَةَ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ إِلَى عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُونٍ فَجَهُ فَقَالَ يَا  عُشْمَانُ أَرَغِبْتَ عَنْ سُنَّتِي قَالَ لَا وَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ وَلَكِنْ سُنَّتَكَ أَطْلُبُ قَالَ فَإِنِّي أَنَامُ وَأُصَلِّي وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأَنْكِحُ النِّسَاءَ فَاتَّقِ اللهَ يَا عُثْمَانُ فَإِ نَّ لِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقَّا وَإِنَّ لِضَيْفِكَ عَلَيْكَ حَقَّ وَإِنَّ لِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقَّا فَصُمْ وَأَفْطِرْ وَضَلِّ وَنَمْ . (رواه أبو داود فى السنن, كتاب الصلاة, باب ما يؤمر به من القصد في الصلاة)[1]
B. Terjemah :
Dari Aisyah r.a: “ Bahwa Nabi pernah mengutus seorang kepada usman bin madz’un melalui utusan itu beliau bertanya: “Hai usman, apakah engkau tidak menyukai sunnahku?” jawabnya: “tidak, Demi Allah hai Rosulullah, sunnah engkaulah yang saya cari”. Sabda beliau: “sesungguhnya aku tidur, aku shalat, aku berpuasa, aku berbuka dan aku menikahi wanita”.Bertakwalah kepada Allah hai usman, karena kamu punya kewajiban terhadap keluargamu, tamumu, dan punya kewajiban terhadap dirimu. Sebab itu berpuasalah dan berbukalah, shalatlah dan tidurlah. (HR. Abu Daud).[2]

C. Makna Mufrodat :
بَعَثَ                    : kebangkitan          
 لِأَهْلِك       : untuk keluarga anda
ضَيْفِكَ       : anda tamu
حَقَّا           : benar-benar
D. Biografi Rowi
Abu Daud al-sijistani
Nama lengkap beliau adalah Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishaq al-azdawi al-Sijistani. Dalam buku lain disebutkan nama lengkap beliau adalah al-Imam al-Hafidh Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishaq ibn Basyir ibn Syadad ibn Amr al-Azdi al-Sijistani. Ia lahir pada tahun 202 H. Ia belajar ilmu merupakan kesenangannya semenjak masih kecil sebelum mendalami hadits. Abu Daud telah mempelajari al-Qur’an dan Bahasa Arab serta materi lainnya.[3]
Beliau telah melakukan rihlah untuk mencari ilmu hadits, mengumpulkan, serta telah menyusun kitab dalam jumlah yang banyak. Imam Abu Daud telah meriwayatkan hadits dari para syaikh (guru) Imam Bukhori dan Muslim. Sedangkan diantara murid yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah putranya sendiri yang bernama Abdullah, Abu Abdurrahman, An-Nasa’i, Abu Ali Al-Lu’lui, dan masih banyak lagi yang lainnya.[4]
Dalam menempa diri agar menjadi ulama besar, ia malang melintang ke berbagai negeri : Khurasan, Ray, Harat, Kuffah, Bagdad, Tarsus, Damaskus, Mesir, Basrah.[5] Reputasi keulamaannya melesit ketika ia tinggal di Basrah yang pada saat itu dilanda paceklik, disebabkan serangan Zanj pada tahun 257. Abu Ahmad, Gubernur Basrah yang juga saudara khalifah al-Muwaffiq meminta agara Abu Daud bersedia tinggal disana untuk menjadi guru, khususnya Ilmu Hadits.[6]      
Abu Daud telah menulis hadits Rasulullah sebanyak 500.000 riwayat. Kemudian diseleksi menjadi 4.800 hadits yang kemudian duhimpun di dalam kitab as-Sunan.[7]  



E. Keterangan Hadits
Hal-hal yang diperintahkan tentang larangan berlebihan dalam shalat:
Pada mulanya lafadl القصد berarti meminta pertolongan di jalan Allah sebagaimana firman Allah Ta’ala ( وعلى الله قصد السبيل ). Kemudian dipinjamkan untuk arti tengah-tengah dalam berbagai perkara dalam ucapan dan perbuatan. Dan tengah-tengah antara dua sisi yaitu berlebih-lebihan dan mnyepelekan.
Sabda nabi (اكلفو) dengan dibaca fathah lam-nya dari babnya kataسمع  maksudnya tanggunglah dari amalan apa yang kamu sekalian mampu untuk menetapi dan melanggengkannya ( فان الله لايمل / maka sesungguhnya Allah tidak lah bosan ) dengan dibaca fathahnya mim, maksudnya tidak henti-hentinya Allah menerima kamu sekalian dengan baik ( حتى تملوا / sehingga kalian bosan) dalam beribadah padaNya. (الاملال / bosan yaitu : menganggap / merasa beratnya nafsu dari sesuatu dan menghindarnya nafsu dari sesuatu setelah mencintainya di ucapkannya الاملال / bosan kepada Allah termasuk dalam bab musyakalah (persamaan) seperti firman Allah Ta’ala
 (وجزاء سيئة سيئة مثلها / balasan dari kejelekan adalah kejelekan yang menyamainya) sebagaimana keterangan dalam kitab al-Marqoh. Dan telah berkata al-qastholani : makna perkataan tersebut adalah lakukanlah sesuai kemampuan maka sesungguhnya Allah tidak akan berpaling dari kamu sekalian, dan Allah tidak akan mengurangi pahala amal-amal kamu sekalian selagi kalian rajin kemudian apabila kalian lelah maka duduklah/istirhatlah, maka sesungguhnya kamu sekalian tatkala bosan dari beribadahlah dan tetap melakukannya dengan lesu dan lelah. Maka muamalah Allah dengan kalian adalah muamalah yang membosankan. Telah berkata at-taurobasti: menyandarkan kata الملال / bosan kepada Allah adalah atas jalan penyerupaan dan persamaan. Orang arab menyebut dua lafadh yang saling cocok walaupun maknanya berbeda. Firman Allah Ta’ala :
 ( وجزاء سيئة سيئة مثلها) Balasan suatu kejelekan adalah kejelekan lain yang menyamainya. Telah berkata al-Khothobi yang maknanya adalah sesungguhnya Allah tidak bosan selamanya walaupun kalian sudah bosan du ucapkan oleh suatu pendapat : maknanya adalah sesungguhnya Allah tidak lah bosan dari memberi pahala selagi kamu sekalian tidak bosan dari melakukan amalan. Dan makna bosan adalah meninggalkan dikarenakan orang yang bosan sesuatu pasti meninggalkan dan berpaling dari sesuatu tersebut.
وكان النبي صلى الله عليه و سلم أثبته)  )Maksudnya nabi melanggengkannya. Al-Mundziri telah berkata: hadits tersebut telah dikeluarkan oleh al-Bukhori, Muslim, an-Nasa’i dan Ibn Majah.
Dari hadits di atas Rasuluallah S.A.W. mengatakan أَرَغِبْتَ”apakah engkau benci? فَإِ نَّ لِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقَّا Sesungguhnya terhadap keluargamu ada hak yang wajib atas kamu.Berkata Imam Khitabi beliau berharap jika megenai dirinya dan sungguh-sungguh maka lemah kekuatannya kemudian dia tidak mampu untuk menepati kepada keluarganya.
وَإِنَّ لِضَيْفِكَ عَلَيْكَ (Dan sesungguhnya bagi tamumu ada hak yang wajib atas kamu) didalamnya mengandung dalil bahwa sesungguhnya bagi orang yang berpusa sunah,jika kedatangan tamu maka disunahkan baginya untuk berbuka dan makan bersama tamunya untuk menghormati tamunya dan menambahi kecintaannya terhadap tamu dengan makan bersamanya.Yang demikian itu salah satu bentuk menghormati tamu dan Nabi telah bersabda: “ Barang siapa yang Iman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah menghormati tamunya”.
Dalam referensi lain dapat diperoleh penjelasan mengenai hubungan manusia dengan dirinya sebagai berikut :
Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah menurut bahasa taat, patuh, tunduk dan menurut. Allah menciptakan jin dan manusia agar beribadah kepada-Nya yaitu dengan cara mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.[8] Sebagaimana dalam QS. Al-Qiyamah : 36 yang berbunyi :
الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى أَيَحْسَبُ
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?(Q.S. al-Qiyamah:36) [9]
Manusia juga berkewajiban untuk bersyukur karena Allah telah mengeluarkan setiap manusia dari perut ibunya dalam keadaaan tidak berilmu pengetahuan kemudian Allah memberi pendengaran, penglihatan akal dan hati sebagai bekal dan alat meraih ilmu pengetahuan, itu semua agar manusia dapat bersyukur kepada Allah SWT.
Manusia adalah makhluk Allah yang paling istimewa, kedudukan dan tingkatannya lebih tinggi bila dibandingkan dangan makhluk-makhluk Allah yang lain. Manusia memiliki bentuk dan struktur yang lebih baik dan lebih cantik dari hewan.[10] Sebagaimana firman Allah:
لقد خلقنا الانسان في احسن تقويم
Artinya: Sesungguhnya kami (Allah) telaah menciptkan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (Q.S. at-Tin:4)[11]
Manusia memiliki rohani atau jiwa yang sempurna. Jiwa manusia, menurut ahli ilmu jiwa pada garis besarnya terbagi menjadi tiga bagaian yaitu akal pikiran, perasaan dan kemauan, yang masing-masing bagian mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
Manusia diberi tugas dan tanggung jawab oleh Allah sebagai Khalifah di bumi, yakni sebagai penguasas yang mengatur, memakmurkan dan melestarikan bumi dan segala isinya dengan saebaik-baiknya. Disamping itu manusia diberi wahyu atau agama melalui para nabi dan rasul agar ia dapat menjalankan pengabdiannya dengan sebaik-baiknya.[12]
Untuk mendukung tugas manusia sebagai khalifah, manusia dianugerahi :
Ø Potensi untuk mengetahui nama dan fungsi benda-benda alam.
Ø Pengalaman hidup disurga menjadi arah yang harus dituju dalam membangun dunia ini, dengan kecukupan sandang, pangan, dan papan serta rasa aman yang terpenuhi, sekaligus menjadi arah terakhir bagi kehidupannya di dunia kelak.
Akan tetapi semuanya itu masih mengandung kemungkinan benar dan salahnya manusia sebagai makhluk.[13]
F. Aspek Tarbawi
Nabi Muhammad saw menyuruh kepada umat islam untuk melaksanakan kewajibannya dan sunnahnya, yang di antaranya melaksanakan shalat, berpuasa, zakat, menikah dan lainnya. Jika manusia melakukan semua kewajibannya dan sunnahnya, maka kelak akan mendapat pahala yang berlimpah seperti yang telah di jelaskan di dalam al-qur’an dan sunnahnya.
Disisi lain, kita juga dapat menambah keimanana dan ketakwaan kita serta menahan hawa nafsu kita. 
                                   




PENUTUP
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kita tidak boleh berlebih-lebihan ataupun menyepelekan dalam beribadah. Kita juga harus memperhatikan orang lain, keluarga dan diri sendiri.
Kita janganlah bosan untuk bersujud kepada Allah dan meminta kepada Allah karena Allah juga tidak bosan dalam memberi pahala kepada kita.










           
 
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bey dkk. 1991. Tarjamah Sunan Abi Daud. Semarang: CV. Asy Syifa.
Nashiruddin, Muhammad. 2000. Shohih Sunan Abi Daud. Riyadh: Maktabah Alma’arif  Linnasyar wa Al Tauzi’.
Team Daar Al Bazz. 2007. Syarah Haadits Qudsi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Zuhri, Muh. 2011. Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.








                  


[1]  Muhammad Nashiruddin, Shohih Sunan Abi Daud, (Riyadh: Maktabah Alma’arif  Linnasyar wa Al Tauzi’, 2000), hlm. 376
[2]  Bey Arifin, dkk, Tarjamah Sunan Abi Daud, cet. ke2,( Semarang: CV. Asy Syifa’, 1991) h.240
[3]  Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologi, cet.ke-3,(Yoggyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2011), hlm.174
[4]  Team Daar Al Bazz, Syarah Haadits Qudsi, cet.ke4, (Jakarta: pustaka Azzam, 2007), hlm.20
[5]  Muh. Zuhri, Op.Cit. hlm. 174
[6]  Ibid
[7]  Team Daar  Al Bazz, Log. Cit.
[9]  Departemen Agama RI, Al Qur’an Al Karim dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1996)
[11]  Departemen Agama RI, Op. Cit, hlm. 478
[12]  M. Ramli Hs, dkk, Memahami Konsep Dasar Islam, cet.ke3, (Semarang: UPT MKU UNNES), hlm. 1-2
[13] Ibid,  hlm.11

30 komentar:

  1. Nama:Umu Aisyiatul Maqbulah
    NIM:2021 111 094

    Assalamu'alaikum
    mbk nailis bagaimana jika orang melakukan sunnah yang berat seperti poligami,, sedangkan orang tersebut tidak melakukan sunnah yang kecil seperti sholat sunnah, bersilaturahmi.. nha bagaimana pendapat pemakalah.. terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. kumsalam,,
      pada dasarnya poligami itu hukumnya boleh tapi dalam arti yang sempit, jd tidak bisa dikatakan sunnah,.
      untuk sesorang yang melakukan sunnah yg berat dan sunnah yg kecil, itu lebih utama melakukan sunah yg kecil terlebih dahulu karena sunnah yang kecil jika dilakukan terus-menerus pahalanya akan sama dengan sunah yg berat, daripada melakukan sunah yg berat tapi cuma 1x, itu lebih baik melakukan yg kecil tetapi terus-menerus.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Chabibah Illiyin (2021111117)

    Assalamualaikum
    Pertanyaan:
    Mohon untuk di jelaskan mengenai sunnah atau etika yang di ajarkan Rasulullah Saw ketika tidur, shalat, puasa,berbuka dan menikahi wanita?

    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. kumsalam,,
      sunah rasul sebelum dan sesudah tidur,antara lain:
      1. membaca doa sebelum dan sesudah tidur
      2. kaki jangan menghadap ke kiblat, krn itu hanya untuk orng yg meninggal
      3. membaca tasbih, tahmid, takbir sebnyak 33x
      4. niat untuk bangun shalat tahajud, jadi kalau semisal tidak bangun sudah terhitung shalat
      5. mengambil air wudlu dan menunaikan shalat sunnah taubat
      6. memaafkan ksalahan orang lain kpd kita & menghalalkan segala hutang piutang org lain kpd kita

      sunah rasul shalat,antara lain;
      1.bersiwak
      2. membaca ta'wudz dan basmalah secara sirr
      3.Meletakkan (telapak) tangan kanan di atas (punggung) tangan kiri pada dada tatkala berdiri sblm ruku
      4.ketika shalat selesai, jama'ah perempuan sebaiknya keluar dahulu sebelum jaa'ah laki2 agar tidak berpapasan.

      sunah puasa ala rasul,antara lain:
      1. bangun untuk sahur
      2. mengakhirkan makan sahur & menyegerakan berbuka dg yg manis2
      3. tidur sebentar sebelum shalat duhur
      4. senantiasa menjaga lisan
      5. melakukan amalan2 pada bulan puasa (brsdekah,berdzikir, tadarus,shalat tarawih dan witir)
      6. membaca doa berbuka puasa dan doa sahhur
      *untuk sunah berbuka sudh tercantum pada sunnah berpuasa diatas.

      sunah menikahi wanita,antara lain:
      1. Memilih wanita yang baik agama & akhlaknya.
      2. Memilih wanita al-Waduud (penyayang).
      3. Mengutamakan wanita yang masih gadis, buan berarti tidak boleh menikahi janda akan tetapi cinta dan kasih sayang seorang gadis itu akan lebih besar
      4. Wanita yang rajin & cekatan mengurusi perkerjaan rumah.
      5. melihat nasab

      wallahu 'alam

      Hapus
  4. Aji Triyono (2021 111 104)
    Assalamu'alaikum................

    Nabi Muhammad saw menyuruh kepada umat islam untuk melaksanakan kewajibannya dan sunnahnya, yang di antaranya melaksanakan shalat, berpuasa, zakat, menikah. pertanyaanya apakah berpoligami termasuk sunnah?karena tidak sedikit orang yg melakuan poligami dengan alasan sebagai sunnah rosul, bagaimana menurut anda!mohon penjelasanya.

    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. kumsalam,,,
      pada dasarnya poligami itu hukumnya boleh tapi dalam arti yang sempit, jd tidak bisa dikatakan sunnah,.
      memamng dalam alqur'an ada ayat yg menerangkan tentang perbolehan untuk beristri lebih dr 1 tp dg ktentuan orang tersebut dapat berlaku adil dan berkecukupan segala-galanya.
      mungkin itu ygb dpt saya jelaskan,,kurang lebihnya mohon maaf yach... :)

      Hapus
  5. hasan basri (2021 111 241)

    assalamu'alaikum

    saya mau tanya tentang apa faktor yang sangat mendasari tentang adanya hubungan manusia dengan dirinya yang berkaitan langsung dengan masyarakat?
    apa solusinya biar bisa terselesaikan masalah tersebut?
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. kumsalam,,,
      pada dasarnya manusia itu adalah makhluk sosial yg tdk bisa berdiri sendiri dan harus dengan bantuan orang lain, sehingga harus berkaitan dengan masyarakat sebagai kontak sosial atau disebut jg komunikasi.

      untuk solusi yg anda maksud itu masalah yg bagaimana,,????

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Anamil choir
    2021 111 122

    assalamualaium

    bagaimana kita melakukan sunnah rosul seperti sholat malam tetapi malah meninggalkan yang wajib yaitu sholat shubuh karena kesiangan ,,bagaimana menurut anda???

    wassalamualaikum

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam,,,
      menurut saya itu kan sudah jelas yah dari pertanyaan anda. yang namanya kewajiban itu kan harus dikerjakan dan apbila ditinggalkan berdosa. sedangkan sunnah apabila dikerjakan akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak apa2,.
      so,,lebih baik kita mengerjakan shalat fardlu dr pda mengerjakan sunnah tapi fardlu ditinggalkn,.
      mungkin lebih baik anda ketika hendak tidur di niatkan dulu nanti akan bangun untuk melaksanakan shalat tahajud,,..(sebagaimana sunnah yang dilakukan oleh rasul). dan apabila anda tidak terbangun itu sudah terhitung melakukan sunnah,.

      demikian,,kurang lebihnya mohon maaf,,
      apabila ada kekurangan itu adalah kebodohan saya,,dan apabila ada kelebihan itu karena anugrah ilahi,,

      Hapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. Nama
    Agus Triyono
    Nim
    2021 111 135


    Salam Pergerakan.......

    Bagaimana cara mengontrol diri kita ketika emosi terjadi.
    dan hubungan manusia dengan dirinya itu mempunyai implikasi apa terhadap jiwa seseorang....?


    Semoga bermanfaat, dan Tq.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. kumsalam,,,

      maaf sebelumnya,,makalah saya tidak membahas mengenai emosi.!
      tapi saya akan sedikit menjawabnya,,hemm begini, seseorang yg emosi apabila saat itu sedang berdiri maka duduklah, apabila masih emosi juga maka berbaringlah, dan apabila masih tetap emosi juga maka bewudlulah.. begitu yach..!

      kemudian untuk implikasi terhadap jiwa seseorang yaitu orang tersebut dapat mengerti keinginan dirinya sendiri dan dapat mengatasi gejolak dalam jiwanya sendiri .begitu y mas,,,

      Hapus
  11. Mus'aliyah
    2021 111 087

    Yu kaji,, akumau tanya sedikit ni, sekarang banyak orang berpikiran keblinger mengenai ibadah sholat. Mereka beranggapan bahwa sholat sunah bisa menutup sholat sholat fardhu yang masih bolong-bolong. Dengan adanya asumsi seperti ini maka orang orang sepertinya lebih mengedepankan sholat sunnah, daripada sholat wajib, karena ada alasan lain menurut mereka bahwa sholat sunnah lebih ada banyak faedahnya dari sholat fardhu.
    Bagaimana menurut pemakalah mengenai hal ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiinnnn,,trims atas doanya
      langsng saja saya akan menjawab pertanyaan anda,. kalau saya pribadi tidak setuju dengan asumsi yang demikian, karena apa..? karena yg namanya fardlu itu wajib,,dan kewajiban itub apabila dilaksanakan akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan berdosa, sedangkan sunnah itu apabila dilaksanakan akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak apa2,. oleh sebab itu maka kerjakanlah yg fardlu terlebih dahulu. Dan kita sebagai pelajar hendaklah memberi nasehat ataupun penjelasan kepada mereka yg kurang paham mengenai masalah yang sepertu ini.

      Hapus
  12. restu noviani 2021111091
    asslamualaikum,,,,
    saya mau tanya...manusia memiliki rohani atau jiwa yg sempurna,jiwa manusia menurut ahli ilmu jiwa pada garis besarnya terbagi menjadi 3 bagian yaitu akal pikiran,perasaan n kemauan yg masing2 bagian mempunyaifungsi yg berbeda2,,,mohon dijelaskan

    BalasHapus
    Balasan
    1. kumsalam,,,
      - untuk fungsi akal adalah manusia mampu berpikir dengan akalnya, karena manusia dianugerahi oleh Allah dengan akal sehingga dengannya manusia mampu memilih, mempertimbangkan, menentukan jalan pikirannya sendiri.
      -untuk fungsi perasaan, perasaan itu sangat penting bagi seseorang karena apabila seseorang tidak mempunyai perasaan maka akan kehilangan kesejatian dirinya sebagai manusia. maka fungsi perasaan yaitu penggerak dari pada kemauan yang telah dipikirkan mengenai baik buruknya suatu perbuatan,
      - untuk mengetahui fungsi dari kemauan maka kita perlu kita ketahui dulu pengertian dari kemauan, yaitu keinginan, kehenak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. berarti fungsi kemauan disini ialah sebagai pengontrol diri.
      ketiga unsur tersebut berkesinambungan dan melengkapi satu sama lain.

      Hapus
  13. Ana Lailya 2021 111 121
    Asslamu'alaikum....
    mw nanya mb, dalam makalah kan dijelaskan bahwa Jika manusia melakukan semua kewajibannya dan sunnahnya, maka kelak akan mendapat pahala yang berlimpah seperti yang telah di jelaskan di dalam al-qur’an dan sunnahnya.
    yg sya tanyakan yg tlah di jelaskan dalam Al-qur'an dan sunnah itu bagaimana mbak, mohon dicontohkan....dan apakah ada tingkatan2 pahala tertentu pada setiap orang walaupun wujud ibadahnya sama... Terima kasih....
    wassalam...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam,,
      untuk al-qu'an dan sunnah sudah ada diatas mba. Untuk tingkatan pahala itu ada mba, karena dilihat dari kekhusyukan seseorang dalam melakukan ibadah tersebut walaupun wujud ibadahnya itu sama. Akan tetapi kekhusyukan seseorang itu hanyalah Allah yang mengetahui. Wallahu 'alam..

      Hapus
  14. Dewi Suryani 2021 111 093

    Assalamu'alaikum wr.wb
    Yang ingin saya tanyakan,Manusia memiliki rohani atau jiwa yang sempurna. Jiwa manusia, menurut ahli ilmu jiwa pada garis besarnya terbagi menjadi tiga bagaian yaitu akal pikiran, perasaan dan kemauan, yang masing-masing bagian mempunyai fungsi yang berbeda-beda. lalu bagaimanakah jika akal pikiran, perasaan dan kemauan itu tidak seimbang untuk dijalani?... trims
    Wassalamu'alaikum wr.wb

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam,,
      begini mba, pada dasarnya semua itu berjalan seimbang, namun adakalanya tidak seimbang. Akan tetapi ketidak seimbangan tersebut dikarenakan adanya dorogan dari luar (faktor ekstrinsik). Demikian yg bisa saya jawab,,wassalam

      Hapus
  15. Mirza Fajrian
    2021 111 110

    Assalamu'alaikum...
    Manusia diberi tugas dan tanggung jawab oleh Allah sebagai Khalifah di bumi???
    Apaa tugas dan tanggung jawab Manusia sebagai Khalifah???

    Trmksh

    Wassalamu'alaikum

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam,,
      Manusia diberi tugas dan tanggung jawab oleh Allah sebagai Khalifah di bumi, yakni sebagai penguasas yang mengatur, memakmurkan dan melestarikan bumi dan segala isinya dengan saebaik-baiknya.

      Hapus
  16. marlihatin 2021111123

    assalamu'alaikum,,,,
    saya mau tanya, dalam kesimpulan dikatakan bahwa kita tidak boleh berlebih-lebihan dalam beribadah. nah, ini maksudnya gimana? bukankah berlebih-lebihan dalam kebaikan seperti beribadah itu dianjurkan? beri penjelasan anda.
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. kumsalam,,
      bukankah dimakalah juga dijelaskan arti dari pada kalimat tersebut,,??

      begini mba,,maksud dari pada kalimat tersebut adalah kita tidak boleh berlebih-lebihan dalam ibadah sehingga kita melupakan kewajiban kita yg lain. Seperti, memberi nafkah kepada keluarga (bagi seorang suami), melayani suami (bagi istri), membantu orang tua (bagi seorang anak), belajar (bagi pelajar). begitu mba yeach...

      Hapus
  17. Nama
    Agus Triyono
    Nim
    2021 111 135


    Salam pergerakan...........

    Bagaimana kalau hubungan manusia dengan dirinya itu tidak terjadi...? dan manfaat hubungan manusia dengan dirinya dilihat dari sosial masyarakat.


    Smoga bermanfaat dan Tq.

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam...!
      maaf saya hanya menerima 1 pertanyaan untuk 1 orang. dan diatas anda sudah bertanya maka untuk pertanyaan anda yg kedua ini tidak saya jawab. Trimz

      Hapus