ILMU TENTANG ATURAN DAN HUKUM
(HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PENCIPTA)
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen pengampu : Ghufron Dimyati. MSI
Disusun
oleh :
Kelas C
Asyef Nurdianto (2021 111 113)
JURUSAN
TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
Segala yang ada di muka bumi ini tidak cercipta dengan sendirinya,
melainkan karena adanya sang pencipta yaitu Allah SWT,. Segala yang ada telah
tertata dan terintegrasi secara baik dan sempurna atas kehendak Allah. Juga
mengenai hubungan makhluk dengan makhluk ataupun makhluk dengan penciptanya.
Hubungan antara manusia dengan pencipta (حبل من الله) bisa menjadi baik
dengan adanya Iman, Islam dan Ihsan sebagai landasan untuk bisa berhubungan
dengan sang Pencipta. Rasulullah saw pernah bersabda mengenai apa itu Iman,
Islam dan Ihsan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Matan Hadits
عن ابي هريرة قال: { كان النبي صلي الله عليه و سلم بارزا
يوما للناس فأتاه جبريل فقال: ما الإيمان قال: الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته و
كتبه و بلقائه و رسله و تؤمن بالبعث قال: ما الإسلام قال: الإسلام أن تعبد الله
ولاتشرك به شيئا و تقيم الصلاة و تؤدي الزكاة المفروضة و تصوم رمضان قال: ما
الإحسان قل: أن تعبد الله كأنك تراه فأن لم تكن تراه فإنه يراك قال متى الساعة
قال: ما المسئول عنها بأعلم من السائل و سأخبرك عن أشراطها إذاولدت الأمة ربها
وإذا تطاول رعاة الإبل البهم في البنيان في خمس لا يعلمهن إلا الله ثم تلا النبي
صلى الله عليه وسلم (إن الله عنده علم الساعة) الآية ثم أدبر فقال ردوه فلم
يرواشيئا فقال هذا جبريل جاء يعلم الناس دينهم قال أبو عبدالله جعل ذلك كله من
الإيمان } . (رواه البخارى فى الصحيح,
كتاب الإيمان, باب سؤال جبريل النبى عن الإيمان و الإسلام و الإحسان)
B.
Terjemah hadits
Dikabarkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa pada suatu hari
Nabi SAW sedang tampak di hadapan orang-orang, tiba-tiba datang kepadanya
seorang pria dan bertanya, "Apakah artinya Iman?" Rasulullah
menjawab, "Iman ialah percaya kepada Allah, kepada malaikat-Nya,
Rasul-Nya dan kepada kebangkitan" Kemudian orang tersebut kembali
bertanya, "Apa artinya Islam?" Nabi menjawab, "Islam yaitu
menyembah Allah dan tidak mempersekutukan Nya, menegakkan shalat,
membayar zakat dan puasa Ramadhan. "Lalu dia kembali bertanya,
"Apakah artinya Ihsan?" Rasul menjawab, "Ihsan ialah menyembah
Allah seolah-olah engkau melihat Dia. Biarpun engkau tidak melihat-Nya,
maka sesungguhnya Dia melihat engkau." Orang tersebut bertanya lagi,
"Kapankah hari kiamat?" Nabi menjawab, "Orang yang ditanya
tidak lebih tahu dari orang yang bertanya, tapi akan kuterangkan
tanda-tandanya; yaitu apabila budak perempuan melahirkan majikannya,
apabila penggembala unta telah bermegah-megah dalam gedung yang indah
mewah; dan kiamat adalah salah satu dari lima rahasia Allah yang hanya
Dia yang mengetahuinya. "Kemudian Rasulullah membaca, "Hanya
Allah yang mengetahui hari kiamat." Setelah itu orang tersebut
pergi. Maka Nabi bersabda, "Panggillah dia kembali." Akan
tetapi mereka tidak melihatnya lagi. Rasul kemudian bersabda, "Itulah
Jibril, dia mengajarkan agama kepada umat manusia". (HR. Abu
Hurairah)[1]
C.
Makna Mufrodat
Muncul : بَارِزًا
Maka datang : فَأَتَاهُ
Apakah iman itu
: مَا اْلإِيْمَانُ
Kamu beriman : أَنْ تُؤْمِنَ
Kepada Allah : بِاللهِ
Pertemuan : بِلِقَائِهِ
Kamu menyembah : تَعْبُدَ
Biarpun engkau
tidak melihatnya : فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ
Orang
yang ditanya : المَسْـءُولُ
Tidak
lebih tau : بِأَعْلَمَ
D.
Biografi Rawi (Abu Hurairah ra.)
Nama asli
beliau adalah Abdur Rahman ibn Sakhr (Abdullah ibn Skhr) Ad Dausy At Tamimy. Di
masa jahiliah beliau bernama Abu Syams, setelah masuk Islam, beliau diberi nama
oleh Nabi dengan Abdur Rahman atau Abdullah, ibunya bernama Maimunah, yang
memeluk Islam berkat seruan Nabi. Beliau lahir tahun 21 sebelum Hijrah = tahun
602 M dan meninggal di Madinah pada tahun 59 H = 679 M.
Abu Hurairah
datang ke Madinah pada tahun Khaibar yaitu pada bulan Muharram tahun 7 H, lalu
memeluk Islam. Setelah itu beliau tetap beserta Nabi dan menjadi ketua Jama’ah
Ahlus Suffah. Karena itu beliau mendengar hadits dari Nabi.
Beliau adalah
yang paling banyak hapalannya di antara sahabat. Imam Bukhari, Muslim dan At
Tirmidzi mentakhrijkan sebuah Hadits darinya, bahwa ia pernah berkata: “Aku
pernah mengadu kepada Rasulullah saw.: “wahai utusan Allah! Aku mendengar
banyak darimu, tetapi aku tidak hapal.” Rasulullah bersabda: “Bentangkanlah
selendangmu!” Aku pun membentangkannya lalu Rasulullah saw menceritakan banyak
hadits kepadaku dan aku tidak melupakan sedikit pun apa yang beliau ceritakan
kepadaku.”
Abu Hurairah
telah meriwayatkan dari hadits Nabi saw., dari Abu bakar, Umar ibn khathab,
Utsman ibn Affan, Ubai ibn Ka’ab, Usman ibn zaid, A’isyah, Ka’ab al-Ahbar, dan
sahabat-sahabat lain.
Betapa pun
wira’i, takwa dan zuhudnya, beliau selalu gembira dan suka berkelakar. Apabila melewati anak-anak, ia acap kali
membuat mereka tertawa. Kalau bertemu dengan orang-orang di pasar, ia
menceritakan sesuatu yang membuat mereka gembira. Tetapi jika sedang sendirian
ia bertahajud, yang dilakukannya dengan khusyu’ dan luluh sepanjang malam.[2]
E.
Aspek Tarbawi
Dari hadits di
atas dapat diambil beberapa hal yang bisa dijadikan pembelajaran tentang apa
itu Iman, Islam dan Ihsan. Rasanya sudah cukup jelas apa arti dari Iman, Islam
dan Ihsan. Iman Yaitu "Iman ialah percaya kepada Allah, kepada malaikat-Nya,
Rasul-Nya dan kepada kebangkitan", Islam yaitu "Islam yaitu
menyembah Allah dan tidak mempersekutukan Nya, menegakkan shalat, membayar zakat dan
puasa Ramadhan” dan Ihsan yaitu "Ihsan ialah menyembah Allah
seolah-olah engkau melihat Dia. Biarpun engkau tidak melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihat engkau”. Rasul sendirilah yang menerangkannya
kepada yang bertanya yang tidak lain adalah malaikat Jibril. Sunah merupakan
salah satu sumber hukum Islam selain Al-Qur’an, sudah semestinya kita mengikuti
sunah Nabi.
Mengenai kapan
datangnya hari kiamat, wallahualam hanya Allah yang tahu, yang pasti kiamat
semakin dekat maka tugas kita adalah beribadah kepada Allah sebaik mungkin,
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
F.
Keterangan Hadits
كان النبي صلي الله عليه
و سلم بارزا يوما للناس (Dan Nabi sedang tampak
di hadapan orang-orang). Maksudnya, Rasul benar-benar berada di hadapan mereka
tanpa penghalang. Hal tersebut diterangkan dalam riwayat Abu Farwah yang telah
kita sebutkan. Awal riwayat tersebut adalah, Ketika Rasulullah sedang duduk
bersama para sahabatnya, datanglah orang asing bergabung bersama mereka.
Kemudian datanglah seorang pria, maksudnya malaikat dalam wujud manusia. Imam
Bukhari dalam kitab tafsir menyebutkan, bahwa orang tersebut datang dengan
berjalan.
ما الإيمان (Apakah Iman?) Ada yang berpendapat bahwa
pertanyaan pertama tentang Iman, karena Iman adalah dasar atau pokok.
Pertanyaan kedua tentang Islam, karena Islam sebagai tanda keyakinan atas apa
yang dinyatakan dan diyakininya. Pertanyaan ketiga tentang Ihsan, karena hal
tersebut tergantung kepada Iman dan Islam.
قال: الإيمان أن تؤمن
بالله وملائكته و كتبه و بلقائه و رسله و تؤمن بالبعث (Iman adalah beriman Iman adalah beriman kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
kebangkitan). Jawaban tersebut membuktikan bahwa pria tersebut menanyakan
hal-hal yang berkaitan dengan iman, bukan tentang makna lafazhnya. Jika tidak
maka jawabannya adalah "Iman adalah keyakinan (At-Tashdiq)"
Dalam riwayat
ini lafazh و بلقائه ditemukan diantara kata "Kutub"
dan "Rasul”. Demikian pula dengan riwayat Muslim yang berasal
dari dua jalur dan tidak ditemukan pada riwayat-riwayat lain. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan bangkit adalah
bangkit dari kubur, sedangkan yang dimaksud dengan kata لقاء (bertemu) adalah setelah
dibangkitkan.
Keimanan kepada
para rasul adalah keyakinan terhadap apa yang disampaikan mereka tentang Allah.
Disebutkannya malaikat, kitab dan rasul secara global menunjukkan bahwa beriman
terhadap mereka sudah cukup, kecuali ada hal yang dikhususkan. Urutan ini
sesuai dengan ayat, "Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang
diturunkan kepadanya dari Tuhannya" (Qs. Al Baqarah (2): 285)
و تؤمن بالبعث (Beriman
kepada hari kebangkitan). Dalam kitab tafsir ditambahkan kata "Hari
akhir". Maksud beriman kepada hari akhir adalah percaya terhadap apa
yang terjadi di hari akhir yang berupa hisab (perhitungan), penimbangan, surga
dan neraka.[3]
BAB III
PENUTUP
Simpulan:
Dari hadits di atas menerangkan bagaimana hubungan manusia dengan
pencipta dengan Iman, Islam dan Ihsan. Manusia dan pencipta tak bisa dipisahkan
laksana roh dan jasad, tak ada roh tanpa jasad begitu pula sebaiknya.
Tugas kita sekarang adalah merealisasikan Iman, Islam dan Ihsan
dalam kehidupan kita sehari-hari untuk menjalin hubungan baik dengan sang
pencipta yaitu Allah SWT. Yaitu dengan cara tidak menyekutukan-Nya, menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Az-Zalabi, Imam. 1997. Ringkasan Shahih Bukhori. Bandung:
Mizan.
Ash-Shalih, Subhi. 2009. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Jakarta:
Pustaka Firdaus.
Al Asqalani, Al
Imam Al Hafizh Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari 1
(Penerjemah: Ghazirah Abdi Ummah). Jakarta: PUSTAKA AZZAM Anggota IKAPI DKI.
[1] Imam
Az-Zalabi, Ringkasan Shahih Bukhori, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 25-26.
[2] Subhi
ash-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Cet. Ke. 8, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2009), hlm. 332-334.
[3] Al Imam Al
Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari 1
(Penerjemah: Ghazirah Abdi Ummah), Edisi Indonesia, Cet. 1, (Jakarta: PUSTAKA
AZZAM Anggota IKAPI DKI, 2002), hlm. 206-230.
Nama : Nur Farikhah
BalasHapusNim : 2021111116
kelas : C
Assalamualaikum,
saya mau bertanya, mohon jelaskan hubungan antara iman, islam dan ikhsan dalam hubunganya dengan sang pencipta??
terimakasih..
Tenkyu pertanyaannya mb far, sungguh anda membuat saya pusing berkeliling-keliling.
HapusJawabnya,
Dienul Islam (Agama Islam) itu mencakup tiga hal, yaitu: Islam, Iman dan Ihsan. Islam berbicara masalah lahir, iman berbicara masalah batin, dan ihsan mencakup keduanya.
Melihat hadits di atas dapatlah diketahui bahwa Ihsan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari iman, dan iman memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Islam. Tidaklah ke-Islam-an dianggap sah kecuali jika terdapat padanya iman, karena konsekuensi dari syahadat mencakup lahir dan batin. Demikian juga iman tidak sah kecuali ada Islam (dalam batas yang minimal), karena iman adalah meliputi lahir dan batin.
Mengenai hubungannya dengan pencipta adalah dilihat dari aspek lahir dan batin melalui iman, adanya rukun iman adalah batas minimal seseorang itu sebagai orang Islam.
Ihsan dianalogkan sebagai atap bangunan Islam (rukun Iman adalah pondasi dan rujun Islam adalah bangunanya). Ihsan berfungsi sebagai pelindung bagi bangunan keIslaman seseorang. Jika seseorang berbuat Ihsan, maka amal-amal islam lainnya akan terpelihara dan tahan lama sesuai dengan fungsinya sebagai atap bangunan.
Hasan basri (2021 111 241)
BalasHapusassalamu'alaikum bang asyef
bagaiamana sikap kita agar bisa mengimani tantang hubungan manusia dengan penciptanya?
apa saja kah pegangan dan pedoman kita dalam kehidupan sehari harinya?
Wa’alaikum salam bang hasan,
Hapusjawabnya singkat saja, sikap kita dalam konteks hablum minallah adalah dengan cara Ibadah, dzikrullah, dengan begitu kita akan lebih bisa dekat dengan Allah SWT. Yang paling minimal adalah dengan shalat, walaupun kita tidak khusyuk tetapi minimal kita masih mengingat Allah dengan kita shalat.
pedoman kita ya alqur'an hadits,
seperti Allah swt berfirman dalam QS. An Nisa ayat 36 yang Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An Nisa’: 36).
ada feedback?
Silfina Hayati
BalasHapus2021111268
C
Assalamu’alaikum..
Saya mau bertanya, apakah dengan berhubungan baik kepada sesama merupakan aspek dari hubungan terhadap Sang Pencipta? Mohon jelaskan yaa..
Terima kasih
terimakasih atas pertanyaannya mb' Silfina.
Hapusbegini ya mb, memang tidak secara lanngsung tetapi menjalin hubungan baik dengan sesama berarti mencari investasi untuk berhubungan baik dengan Allah. Allah memerintahkan kita untuk habluminallah juga habluminannas, berarti kedua-duanya itu saling berkesinambungan dengan kata lain kita disuruh menjalin hubungan baik dengan sesama maupun dengan Allah.
jadi keduanya itu tidak dapat dipisah, harus sejalan.
terimksh.
ada feedback? silahkan...
Anamil choir 2021 111 122
BalasHapusassalamualaikum
bagaimana kita menyelaraskan iman,ihsan dan islam dalam kehidupan sekarang ini,,?? yang cenderung mengikuti gaya kebarat baratan atau yang sering kita sebut modernisasi??
wassalamualaikum
trmksh ats pertanyaannya...
HapusModernisasi itu baik akan tetapi kita harus punya batas sendiri seberapa modern diri kita sebagai umat Islam, bebas dengan batas-batas syariat Islam. Iman itu berhubungan dengan batin, islam berhubungan dengan lahir dan ikhsan berhubungan dengan lahir dan batin. Sebagai seorang Muslim kita harus bisa berbuat berlandaskan iman, Islam dan Ihsan yang mapan.
kiranya itu yang bisa saya sampaikan... trmksh
Mus'aliyah
BalasHapus2021 111 087
Saya mengetahui bahwa sebaiknya hubungan manusia dengan Allah, dan hubungan manusia dengan Tuhan (Allah) harus seimbang, namun orang sekarang lebih memilih dan cenderung pada hubungan antar manusia saja, tetapi memang pada sosialisasi tersebut dapatdi bina dengan baik.
Dengan adanya realita seperti ini menurut pemakalah sikap kita harus bagaimana sebagai orang yang memiliki pengetahuan tentang iman, ihsan dan islam.
Begini ya mb yayaaa..
HapusMenurut saya, hubungan manusia dengan manusia orientasinya adalah bahagia di dunia sedangkan hubungan manusia dengan Allah orientasinya adalah bahagia di akhirat. Kita hidup di dunia ini tujuannya adalah bahagia dunia dan akhirat. Kita harus bisa membagi waktu kita untuk dunia dan untuk akhirat, jgn sampai kita asyik dengan dunia lalu lupa dengan akhiratnya, begitu pula sebaliknya. Ada waktu habluminannas adapula waktu untuk kita bercinta dengan Allah hablum minallah.
ada feedback?
restu noviani 2021111091
BalasHapusassalamualaikum....
mas asyef saya cuma mau tanya,,,perbedaan iman,islam n ihsan itu ap,,,terus menurut pendapat anda itu bagaimana kita bisa selalu dekat dengan sang pencipta?? trims..
salam semangat....
Hapustrmks ats pertanyaannya mb Restu.
Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa ”Islam yaitu: hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah”(Berhubungan dengan lahir),iman yaitu: Hendaklah engkau beriman kepada Allah, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”(berhubungan dengan batin), ihsan yaitu “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.”(berhubungan dengan lahir dan batin).
Mengenai cara untuk selalu dekat dengan sang pensipta ya dengan kita ibadah, selalu mengingat-Nya (Dzikrullah).
ada feedback?
Asslamualaikum !
BalasHapusirva Silvia 2021 111 101
kalau ada rukun iman, terus juga ada rukun islam, lalu adakah rukun ihsan?
terimakasih irva,
Hapuspertanyaan yang sungguh menarik, sepengetahuan saya tidak ada yang namanya rukun ihsan.
ada feedback?
Dewi Suryani 2021 111 093
BalasHapusAssalamu'alaikum wr.wb
Yang ingin saya tanyakan,Tugas kita sekarang adalah merealisasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam kehidupan kita sehari-hari untuk menjalin hubungan baik dengan sang pencipta yaitu Allah SWT. Yaitu dengan cara tidak menyekutukan-Nya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bahwa manusia itu menjalankanny itu malah larangannya dan sebaliknya malah menjauhi perintahnya... lalu bagaimana pendapat Anda?... trimsss
Wassalamu'alaikum wr.wb
wah .. pertanyaan anda benar-benar membuat saya berpikir lebih keras.. trmksh
Hapuspendapat saya mengenai hal tersebut, ya memang realitasnya sekarang yang menyimpang, banyak hal yang menyebabkan itu semua salah satunya yaitu kurangnya pendidikan keagamaan, anak muda jaman sekarang misalnya, lebih suka mengunjungi konser musik daripada majlis dzikir. akan tetapi itu tidak sepenuhnya salah mereka yang namun kita juga harus ikut beperan mengubahnya.
tidak ada yang bisa di salahkan sebenarnya, kembali pada pribadi masing-masing. kesadaran keagamaan manusia kan beda-beda dan bertingkat.
Ana Lailya 2021 111 121
BalasHapusAssalamu'alaikum....
Mau tany mz, di mkalah kan dijelaskan bahwa Manusia dan pencipta tak bisa dipisahkan laksana roh dan jasad, tak ada roh tanpa jasad begitu pula sebaiknya.
pertanyaan saya bagaimana pendpt anda mengenai orang ateis ( org yng tak beragama ).... mhon pnjlasannya y mz....mtur nwun...
wassalam...
wah agak rumit ini pertanyaannya...
Hapuskita pahami dulu apa itu ateis?
Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme. orang ateis itu berarti tidak mengakui kalau dirinya itu diciptakan, atau dengan kata lain si ateis itu belum menemui kejadian atau pengalaman dalam hidupnya yang membuat dia yakin akan adanya Tuhan.
menurut saya hal tersebut tidak usah terlalu dipusingkan, karena hal itu adalah urusannya dengan sang pencipta. tunggu saja hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa.
ada feedback?
Mirza Fajrian
BalasHapus2021 111 110
Assalamu'alaikum..
Bagaimana caranya untuk mendapatkan Iman, Ihsan, Islam ,,tolong jelaskan yaa...????
trmksh
Wassalamu'alaikum..
Wa’alaikumsalam... terimakasih atas pertanyaannya
HapusBegini yaa...
Antara iman, Islam dan Ihsan itu bertingkat. Tingkatan pertama yaitu Iman, yang artinya kita percaya dan yaqin tentang adanya pencipta yaitu Allah SWT, iman hubungannya dengan batin/rohaniyah. Tingkatan selanjutnya yaitu islam yaitu dengan kita merealisasikan keimanan kita dengan perbuatan, misal seperti shalat, puasa, zakat dsb, tingkatan ini berhubungan dengan aspek lahiriyah. Lalu tingkatan terakhir atau bisa dibilang yang paling sulit yaitu ihsan, artinya kita menyatukan antara aspek batin dan lahirnya, dengan kita beribadah seakan-akan melihat Allah, jika tidak bisa maka beribadahlah seakan-akan Allah melihat kita.
Cara mendapatkannya yaitu dengan cara kita menyelaraskan antara 3 aspek tersebut.
marlihatin 2021111123
BalasHapusassalamu'alaikum,,,
mas asyef q mau nanya, apa hubungan aturan dan hukum antara manusia dan Allah. dan mengenai apa aturan dan hukum tsb. berikan contohnya!
terimakasih..
termksh atas pertanyaannya,
Hapusaturan dan hukum,
Segala yang ada di muka bumi ini tidak tercipta dengan sendirinya, melainkan karena adanya sang pencipta yaitu Allah SWT,. Segala yang ada telah tertata dan terintegrasi secara baik dan sempurna atas kehendak Allah. Juga mengenai hubungan makhluk dengan makhluk ataupun makhluk dengan penciptanya.
Hubungan antara manusia dengan pencipta (حبل من الله) bisa menjadi baik dengan adanya Iman, Islam dan Ihsan sebagai landasan untuk bisa berhubungan dengan sang Pencipta. Rasulullah saw pernah bersabda mengenai apa itu Iman, Islam dan Ihsan.
contohnya yaitu pada alQur'an telah mengatur dalam QS. An Nisa : 36 yang memerintahkan kita untuk berbuat baik/hubungan baik dengan Allah dan juga sesama manusia.
Nama: Cristina mustikawati
BalasHapusNIM: 2021 111 095
Assalamu'alaikum,,
saya mau tanya mas Asyef Bagaimana caranya agar hubungan antara manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan sang pencipta bisa seimbang?????? tolong jelaskan yaaa.......
terimakasih
wa'alaikumslm...
Hapusjawab:
Pada hakikatnya kan hubungan manusia dengan manusia itu umpamanya yaitu fiqh Muamalah. Caranya yaitu dengan kita bermuamalah sesuai syari’at Islam. Sedangkan hubungan manusia dengan Allah itu seperti ilmu Fiqh Ibadah, dengan ibadah atau dzikrullah maka kita akan bisa selalu dekat dengan Allah. Ibadah di sini adalah ibadah yang ada hubungannya langsung dengan Allah seperti shalat, Puasa, Haji, zakat, dsb.
kembali kasih
Nama
BalasHapusAgus Triyono
Nim
2021 111 135
Salam pergerakan.....
Apa peranan dan maksut tujuan Dzikir, fikir, amal sholeh dalam konteks hubungan manusia dengan tuhannya.
Smoga bermanfaat dan Tq....
salam semangat...
Hapuskalau dikaitkan dengan iman, Islam dan ihsan...
maka dzikir itu berkaitan dengan Islam - lahiriyah, fikir berkaitan dengan iman - batiniyah, kemudian amal sholeh yaitu ada kaitannya dengan Ihsan karena mencakup aspek lahir dan batin.
trmksh atas pertanyaan
Asslamau'alaikum,
BalasHapusmngkin iman, ihsan & islam kita sangatlah rendah..
yang saya tanyakan bagaimana supaya kita bisa menjadi orang yang beriman, islam & ihsan secara baik?
terimaksh atas pertanyaannya Makmur.
Hapusjawabnya singkat saja,
ya caranya dengan anda beriman dulu, meyakini dengan hati, melafalkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan bahwa anda itu meyakini adanya Allah dengan mengimani rukun iman, kemudia selanjutnya anda ber-Islam dengan menjalankan rukun Islam. lalu dengan sendirinya jika anda benar-benar dalam mengamalkannya maka anda akan mendapatkan Ihsan, keserasian antara Iman dan Islam.
sekian dan terimakasih..
assalamualaikum...
BalasHapussaya mau nanya,,,
bagaimana hubungan antara iman, islam dan ihsan dalam pendidikan?