Laman

Kamis, 25 April 2013

e11-3 panji hardiko KEBERKAHAN, HIDUP DAMAI,- TANGGUNG JAWAB SOSIAL



KEBERKAHAN, HIDUP DAMAI,
DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
MAKALAH
Di susun guna memenuhi tugas
                                    Mata Kuliah                            : Hadits Tarbawi II
                                    Dosen Pengampu                    : Muhammad Hufron, M.S,I

Oleh :
 Panji Hardiko
2021 111 352
Kelas E


JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
TA: 2012 – 2013
BAB I
PENDAHULUAN

Hidup di lingkungan masarakat sosial dapat dijadikan sarana sosialisasi dan juga wadah untuk memperbaiki pribabi masing-masing individu tiap orang (pribadi) yang dapat menumbuhkan rasa percaya akan berdampak baik. Misalkan kalau ada sebuah masalah dalam lingkungan sosial yang harus dipecahkan dan membutuhkan saksi. Apabila kedua belah pihak dapat mengambil sifat positif dengan mencoba agar membutuhkan rasa percayaterhadap saksi, dan dapat memberi keterangan yang sebenarnya.
Maka saksipun harus: jujur dan tepat, tanggap dan juga jelas dalam memberikan keterangan kesaksian, dan janganlah menyalahkan apa yang sudah diberikan kepada saksi. Jadi saksi pun harus punya rasa tangung jawab sosial, jujur, adil dan dapat dipercaya.
            Alangkah indahnya umat manusia ini jikalau dapat berinteraksi bengan baik yang menghasilkan kehidupan penuh kedamaian dan saling berdampingan. Sebagaimana anjuran Rosulluallah dalam hadits yang berikut ini.










BAB II
PEMBAAHASAN

A. Materi Hadits
Hadits 59 : Hidup Damai Berdampingan

59- اَنَّ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمً اَخْبَرَهَ عَنْ عِدَّةٍ مِنْ أَبْناَءِ أصْحَابِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم عَنْ آبَائِهِمْ دِنْيَةً عَنْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: {أَلاَ مَنْ ظَلَمَ مُعَاهِدًا أَوْ انْتَقَصَهُ اَوْ كَلَّفَهُ فَوْقَ طَاقَتَهُ أَوْ اَخَذَ مِنْهُ شَيْئًا بِغَيْرِ طِيْبِ نَفْسِ فَأَنَا حَجِيْجُهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ) فيه أيضا مجهولون} . (رواه ابو داود في السنن, كتاب إخراج و الإمارة والفيء, باب في تعشير أهل الذمة إذا اختلفوا بالتجارات)


                          Hadits 60 : Tanggung Jawab Sosial

60- عن النعمان بن بشير رضي الله عنهما عن النبى صلى الله عليه وسلم قال {مثل القائم على حدود الله و الواقع فيها كمثل قوم استهموا على سفينة فأصاب بعضهم أعلاها و بعضهم أسفلها فكان الذين في أسفلها إذا التقوا من الماء مروا على من فوقهم فقالوا لو أنّا خرقنا في نصيبنا خرقا ولم نؤذ من فوقنا فإن يتركوهم وما أرادوا هلكوا جميعا وإن أخذوا على أيديهم أنجوا ونجوا جميعا} . (رواه البخاري في الصحيح, كتاب الشركة, باب هل يقرع في القسمة والإستهام فيه)
B. Terjamah Hadits
         Hadits 59 : Hidup Damai Berdampingan
Dari Shofwan bin Sulaim, dari sekelompok putra-putra sahabat rasulullah saw. Dari ayah mereka yang berdekatan nasab, dari Rasulullah saw, beliau bersabda : “ barang siapa menganiaya seorang kafir mu’ahid (dalam perjanjian damai) atau mengurangi haknya, atau memberinya beban diatas kemampuannya, atau mengambil sesuatu darinya dengan cara yang menyinggung, maka akulah lawan berhujahnya kelak di hari kiamat”.

Hadits 60 : Tanggung Jawab Sosial

Diriwayatkan oleh Al Nu’man bin Basyir R.A, Nabi SAW pernah bersabda : “perumpamaan orang yang tegak di atas batasan – batasan (hukum) Allah dan orang yang melanggarnya adalah seperti hukum yang mengadakan undian di atas kapal. Sebagian meraka mendapatkan tempat atas dan sebagian meraka mendapatkan tempat di bawah. Adapun orang – orang yang berada melewati orang – orang yang diatas mereka. Mereka berpikir seandainya kita buat lobang air di tempat kita sehingga tidak mengganggu orang yang yang ada di atas kita. Apabila mereka yang ada di bagian atas membiarkan mereka yang ada di bagian bawah untuk melakukan apa yang mereka kehendaki, niscaya mereka akan binasa semua. Jika orang yang ada di atas itu melarang, maka mereka akan selamat semua.




C.              Mufrodat
           Hadist 1
ظَلَمَ                  : Menganiaya
مُعَاهِدًا            : Kafir mu’ahid (dalam perjanjian damai)
 تَقَصَهُ                    : mengurangi hak nya
 كَلَّفَهُ                 : memberi beban
فَوْقَ طَا قَتَهُ         : diatas kemampuannya
اَخَذَ                  : mengambil
بِغَيْرِ طِيْبُ          : menyinggung
Hadits 2
الماء                                          : air
على من فو قهم                   : orang-orang yang ada di atas
مثل ا لقا ءم على حد و د       : perumpamaan orang yang tegak di atas batas (hukum-hukum)
ا لو ا قع                            : orang yang melanggar
على سفينة                         : di atas kapal
ا سقلها                              : undian
   ا علا ها                               : atas


D.           Biografi prowi
                    Hadits I
Al-Nu’am Bin Basyar nama lengkapnya Al-Nu’man Bin Basyar Bin Sa’ad Bin Tsa’labah Bin Iklas Bin Zid Bin Malik Bin Tsa’labah Bin Ka’ab Bin Al-Khozroj Bin Al-Anshori Bin Khozroji, Abu Abdullah Al Madani ayahnya bernama Shohbah dan ibunya bernama Umaroh Bin Rowahah. Beliau tinggal di Syam Abu Nu’am berkata: Beliau adalah seorang Amir di Khuffah pada masa Mu’awiyah. Beliau meninggal di Hams pada usia 66 tahun ain perowi ini berada di semaua kitab hadits (Bhutubus As-Sitah).
Hadits II
            Hadits diatas diriwayatkan oleh Abu Dawud. Nama lengkap Abu Dawud adalah Sulayman bin al-Asy’as bin Ishaq bin Bisyri bin Syaddad bin ‘Amr bin ‘Imron al-Azdi al-Sijistani. Lahir pada tahun 202 H, dan wafat pada usia 73 tahun di kota Basrah. Pada tahun 257 H, Basrah mengalami kegersangan ilmu pasca terjadi serbuan besar-besaran.[1] Abu dawud yang pada saat itu sedang berada di Baghdad dimintai untuk tinggal di Basrah guna mengajarkan ilmu-ilmu yang di milikinya pada penduduk Basrah. Seketika itu beliau ke Basrah dan menetap hingga wafatnya.
           Pada masa dewasanya banyak melakukan rihlah (menggembara)  secara lebih intensif dari Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah Arab, Khurasan, Nisabur dan Basrah. Beliau berguru pada seorang pembesar yaitu Ahmad bin Hanbal. beliau dipandang sebagai sosok ulama yang memiliki tingkat hafalan dan pemahaman hadits cukup tinggi, disamping kepribadiaanya yang wara’ taat beribadah dan sangat mendalam pemahaman agamanya. [2]
            Karya klasiknya yang terkenal berjudul Sunan Abi Dawud dijadikan sebagai pegangan para ulama hadits pada masa sesudahnya, terutama bagi pihak yang berminat mengadakan stadi tentang hadits hukum (ahkam).

E.            Aspek Tarbawi
       Hadits 1
1.         Saling menghormati satu sama yang lain.
2.         Tidak serakah dan rakus.
3.         Menerima segala keadaan dengan iklas.
4.         Adanya tanggung jawab yang harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan peduli terhadap sesama.
5.         Kesaksian haruslah sesuai dengan kenyataan yang dilihatnya.[3]

Hadits 2
a.       Mengajarkan rasa kebersamaan pada sesama manusia pada umumnya sesama umat islam pada khususnya.
b.      Pada hadits banyak diterangkan larangan untuk menyakiti hati, larangan berbuat aniaya, anjuran berlaku adil, menghargai sesama. Sehingga dapat tercipta sebuah kehidupan yang mana saling berdampingan dengan indah, penuh kebersamaan, penuh barakah Allah, dan tentunya sesuai dengan anjuran yang diperintahkan Nabi Muhammad SAW dalam hadits diatas.
c.        Hadits diatas memberi pengajaran pada kita tentang sikap-sikap yang seharusnya dimiliki seorang manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi yang tergolong makhluk sosial.
d.      Sebagai bekal sikap untuk berinteraksi dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat.

BAB III
PENUTUP

Rasa toleransi peduli terhap sesama, dapat menimbulkan adanya rasa saling percaya dan menghormati satu sama yang lain. Rasa kepercaan yang ditimbulkan akan memperoleh kenyamanaan di lingkungan tempat tinggal.
Dari bagian-bagian orang yang mendapatkan undian. Dapat diperjelas undian yang dimaksud disini adalah rasa tanggung jawab sosial contohnya dalam persidangan adanya kesaksian salah satu faktor penting dalam pemecahaan masalah yang sedang di sidangkan.


















DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M, Studi Kitab Hadits, (Yogyakarta: Teras Press, 2009).
Al Bassam, Abdullah bin Abdurrahman, Taudhih Al Ahkam min Bulughul Al Maram, (Jakarta: Putaka Azzam, 2007).
Ali Imam Al Hafidz Ibnu Hajar, 2008, Fathul Bari, Jakarta: Pustaka Azzam.
Arifin, Bey dan A Syinqithy Djamaluddin, Sunnan Abi Dawud jilid 3, (Semarang:CV. assyifa, 1992).
Assa'idi, Sa’dullah, Hadits-hadits Sekte, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996).
Beni Ahmad Soebani, M. Si, 2007, Sosiologi Agama, Bandung: PT Retika Aditama.
Muhammad Syaih, 1996, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Jakarta: Logos.



[1]M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadits, (Yogyakarta: Teras Press, 2009)

[2] Sa’dullah Assa'idi, Hadits-hadits Sekte, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996), hlm. 51.
[3] Drs beni ahmad soebani,M.Si “sosiologi agama”, hal 1

25 komentar:

  1. assalamualaikum... :)

    salah satu aspek tarbawi yang terkandung dalam hadits yang pertama adalah "Kesaksian haruslah sesuai dengan kenyataan yang dilihatnya". nah yang ingin saya tanyakan, jika ada seorang saksi memberikan kesaksian tidak berdasarkan fakta,karena diancam oleh suatu pihak..
    sedangkan yg saya tahu, dalam setiap kesaksian itu dalam persidangan dilakukan diatas Al-qur'an..
    bagaimana pandangan pemakalah tentang hal tersebut dan apa hukumnya?

    trimakasiih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. saksi tanpa fakta yang sebenarnya adalah palsu.
      menurut saya kejujuran dalam saaksi harus di tegakkan, meskipun nyawa taruhannya. hukumya saksi palsu adalah haram( dosa besar)

      Hapus
    2. maaf geh bu guru rizka blmj tak jawab salamnya
      waalaikumsalam wr wb
      trims

      Hapus
  2. Assalamualaikum ..
    Rahardyani Tyas S 2021111298

    yang masih membingungkan disini adalah kata "undian",, mengapa undian yang dimaksud disini adalah rasa tanggung jawab sosial ? mohon dijelaskan lebih detail lagi ..
    terus hadits di atas kan juga menerangkan hidup itu haruslah rukun berdampingan, pada realita sekarang perspektif orang" berubah, banyak yang berpendapat bahwa hidup itu perjuangan, dimana orang" harus berlomba", siapa yang lemah, maka akan tergerus arus kehidupan,, dan yang kuat lebih mendominasi,, orang"nyapun egois" ...
    kolerasi hadits di atas dengan realita bgmn? bagaimana pendapat anda ??
    terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan di bikin bingung geh bu guru tyas. kata "undian" adalah sebagai perumpamaan.
      kalau ada orang seperti itu brarti tidak mengikuti sunnah rosulullah saw. korelasi dgn realita adalah sikap rukun berdampingan haruslah di lestarikan, karena islam mengajarkan yang demikian.

      Hapus
    2. maaf geh bu guru tyas blmj tak jawab salamnya
      waalaikumsalam wr wb
      trims

      Hapus
  3. inayah 2021 111 165
    Assalamu'alaikum...
    mw tanya, Bagaimanakah perspektif al-Quran dalam menjelaskan tentang kepemimpinan pria atas wanita dalam keluarga?
    terimakasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wassalamualaikum wr wb
      dalam perspektif islam kepemimpinan pria dalam rumah tangga adalah sebagai kepala keluarga.

      Hapus
  4. nanik dwi astutik
    2021111062
    asalamualaikum
    manerima segala keaadan dengan ikhlas, namun kenyaataan sekarang tidak sedikit orang yang tidak bisa menerima keaadannya dengan ikhlas karena kurangnya bersyukur, bagaimana agar manusia senantisa bersyukur dan ikhlas menerima keadaan ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wasalamualaikum
      agar manusia bersyukur dan ikhlas adalah menghitung nikmat yang telah allah berikan kepada kita. niscaya jika laut di jadikan tintanya dan pohon sbg pena utk menulis nikmat yang allah berikan kpd kita, pasti tidaklah cukup.

      Hapus
  5. 2021 111 127

    assalamu'alaikum...
    apa sajakah menurut pemakalah kiat-kiat untuk mencapai hidup damai yang penuh berkah??
    terimkasih...
    wassalamu'alaikum,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. wassalamualaikum,
      kiatnya adalah dengan bersyukur kepada allah dan khusnudzon (baik sangka) kpd allah.

      Hapus
  6. Assalamu'alaikum mas panji..
    saya mau tanya, apakah keberkahan hidup seseorang itu bisa dilihat dari segi meteri yang ia punya...? ataukah dari kehidupan kita yang selalu bahagia walaupun kita kekurangan materi..?
    bagaimana menurut mas panji

    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. wassalamualaikum wr wb
      menurut artikel Abu Thalhah, sumber : disadur dari risalah “Al-Barakah” , keberkahan hidup itu bukan di ukur dari banyaknya materi, tapi dgn hidup berkah materi dapat kita raih. kalau hidup kekurangan itu tidak bahagia.
      menurut saya hidup bahagia/berkah dan harta banyak.

      Hapus
  7. assalamu'alaikum ..
    Ni'matul Chikmah 2021111296

    yang saya tanyakan cukup singkat yaitu hidup yang penuh dengan keberkahan itu seperti apa? tolong jelaskan...

    terimakasih bapak guru ..
    Wassalamu'alaikum ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wassalamualaikum wr wb
      Keberkahan hidup itu mencakup semua hal. Mencakup bagian integral dari kehidupan itu sendiri. Keberkahan umur artinya umur yang dimiliki dalam kehidupan begitu bermakna. Tidak sia-sia rasanya dihidupkan Allah di dunia ini. Keberkahan ilmu artinya ilmu yang ia miliki benar-benar bermanfaat, bukan hanya untuk dirinya tetapi untuk orang lain. Keberkahan rizki artinya harta yang dimiliki tidak membelenggunya pada lembah kebakhilan dan kekikiran, tetapi justru mengantarnya pada puncak kedermawanan. Keberkahan iman islam artinya merasa indah berada dalam ketaatan dan kepatuhan kepada Allah. Keberkahan amal artinya amal yang ia kerjakan semata-mata untuk mencari keridloan Allah, bukan untuk mendapat pujian orang lain. Berkah tidak selalu banyak dalam hal jumlah, tapi mengacu pada aspek kualitas. Meskipun sedikit secara kuantitatif, tetapi benar-benar berguna, bermanfaat dan bermakna dalam kehidupan yang sedang kita jalani ini. Itulah makna dari sebuah keberkahan hidup.
      geh bu guru nikmatul hikmah

      Hapus
  8. 2021 111 380

    assalamu'alaikum..
    mau tanya ini Mas...singkat saja,,apakah orang yang diberikan materi yang berlimpah itu merupakan tanda-tanda ia mendapat keberkahan?

    BalasHapus
  9. Dewi Lisetyawati
    2021 111 139

    dalam hadits 59 dijelaskan tentang hidup damai berdampingan. nah bagaimana cara menciptakan kehidupan yang damai sesama umat muslim yang berbeda madzhab atau aliran? karena terkadang banyak sesama muslim namun karena berbeda aliran mereka saling menyalahkan dan menganggap bahwa alirannya atau ajarannya yang paling benar. mohon penjelasannya??
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. caranya yaitu saling menghargai, karena kalau kita merasa paling benar dan menganggap salah orang lain. maka pada hakekatnya orang itu tidak benar (salah)

      Hapus
  10. 2021 111 142

    bagaimana caranya agar kita memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan terhindar sikap serakah dan rakus???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam wacana keislaman, tanggung jawab adalah tanggung jawab personal. Seorang muslim tidak akan dibebani tanggung jawab orang lain. Allah berfirman: "Setiap jiwa adalah barang gadai bagi apa yang ia kerjakan." Dan setiap pojok dari ruang kehidupan tidak akan lepas dari tanggung jawab. Kullukum râ'in wa kullukum mas'ûlun 'an Ro‘iyyatih.....



      Tanggung jawab bisa dikelompokkan dalam dua hal. Pertama, tanggung jawab individu terhadap dirinya pribadi. Dia harus bertanggung jawab terhadap akal(pikiran)nya, ilmu, raga, harta, waktu, dan kehidupannya secara umum. Rasulullah bersabda: "Bani Adam tidak akan lepas dari empat pertanyaan (pada hari kiamat nanti); Tentang umur, untuk apa ia habiskan; Tentang masa muda, bagaimana ia pergunakan; Tentang harta, dari mana ia peroleh dan untuk apa ia gunakan; Tentang ilmu, untuk apa ia amalkan."



      Kedua, tanggung jawab manusia kepada orang lain dan lingkungan (sosial) di mana ia hidup. Kita ketahui bersama bahwa manusia adalah makhluq yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan dirinya. Dengan kata lain, ia mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap lingkungan sosialnya. Kewajiban sangat erat kaitannya dengan eksistensi seseorang sebagai bagian dari masyarakat. Kita sadar bahwa kalau kita tidak melaksanakan tanggung jawab terhadap orang lain, tidak pantas bagi kita menuntut orang lain untuk bertanggung jawab pada kita. Kalau kita tidak berlaku adil pada orang lain, jangan harap orang lain akan berbuat adil pada kita.

      Hapus
  11. Assalamu'alaikum..
    Ika Nur Fitriana 2021 111 168

    Dalam aspek tarbawi dijelaskan tentang Mengajarkan rasa kebersamaan pada sesama manusia pada umumnya sesama umat islam pada khususnya. Bagaimana dengan orang2 yang hidup di kota yang biasanya banyak yang bersikap egois dan tidak peduli dengan nasib orang lain?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wassalamualaikum
      terkait masalah orang2 kota yang seperti itu kita sebagai umat islam ya saling menasihati.

      Hapus
  12. Firda Amalia (2021 111 138)

    Assalamu'alaikum..
    dalamu hadits dianjurkan untuk saling menjaga kerukunan, yang ingin sy tanyakan bagaimana caranya menjaga kerukunan antar umat beragama?? mengingat dalam 1 agama saja sering terjadi konflik,apalagi antar umat beragama???
    terimakasih...

    Wassalamu'alaikum..

    BalasHapus