Laman

Minggu, 17 November 2013

SBM-I-10: pembelajaran berpusat pada siswa - student center



MAKALAH
MODEL PEMBELAJARAN  PUSAT SISWA

Disusun guna memenuhi tugas :
                                    Mata kuliah            : Strategi Belajar Mengajar
                                    Dosen pengampu  :  M. Ghufron Dimyati, M.S.I

Disusun oleh :
Kelas I
Eni marfu’ah                      (2021 110 238)
Nur Laili Handayani          (2021 111 005)
Elik Istikomah                    (2021 111 106)

TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013


BAB I
PENDAHULUAN
Guru merupakan ujung tombak  keberhasilan kegiatan pembelajaran  di sekolah yang terlibat langsung dalam  merencanakan dan melaksanakan  kegiatan pembelajaran. Tugas guru bukan  semata-mata mengajar (teacher centered),  tapi lebih kepada membelajarkan siswa (children centered).
Dalam pembelajaran tidak hanya guru yang berperan aktif,  tapi diharapkan agar siswa ikut berpartisipasi dan berperan  aktif .  Oleh karena itu dalam pembelajaran  memerlukan pengembangan model-model  pembelajaran yang tepat,  sehingga pembelajaran  menjadi  lebih efektif dan  efisien.
Guru diharapkan agar dapat menerapkan model-model pembelajaran  dalam  kegiatan belajar mengajar,  agar pembelajaran tidak  monoton. Salah satu model pembelajaran  yang baik  adalah model pembelajaran pusat siswa,  lebih jelasnya dalam makalah ini kami akan menjelaskan mengenai model-model pembelajaran pusat siswa.












BAB  II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Dasar Pembelajaran  Berpusat Pada Siswa.
Pembelajaran merupakan proses aktif peserta didik yang mengembangkan potensi dirinya.  Peserta didik memproduksi pengetahuan  sendiri secara lebih luas, lebih dalam , dan lebih maju dengan modifikasi pemahaman terhadap konsep awal  pengetahuan.[1]  
Dalam model pembelajaran pusat siswa terdapat dua model pembelajran, yaitu:
a.       Model pembelajaran cooperative leraning
b.      Model pembelajaran problem based learning.

B.      Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
1.       Pengertian Pembelajaran  Kooperatif. 
Pembelajaran kooperatif adalah  strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam  satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam model  ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan  membantu sesama anggota kelompok untuk  belajar.[2]
Tujuan pembelajaran kooperatif, yaitu untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pengalaman sikap  kepemimpinan dan  membut keputusan  dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.[3]
2.       Karakteristik Pembelajaran Kooperatif.
Karakteristik atau ciri pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
·         Pembelajaran secara Tim
Pembelajaran  dilakukan secara tim.
·         Didasarkan Pada Manajemen Kooperatif
Manajemen  mempunyai 3 fungsi, yaitu fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran  kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Fungsi  manajemen sebagai organisasi menunjukan bahwa pembelajaran  kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Fungsi manajemen  sebagai kontrol menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif perlu ditentukan keberhasilan.
·         Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran  kooperatif ditentukan oleh  keberhasilan  secara kelompok.
·         Keterampilan bekerja sama
Kemempuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam pembelajaran secara kelompok.[4]
3.      Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif.
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
§  Prinsip ketergantungan positif (positive interpendence)
§  Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability)
§  Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
§  Keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi (social skiil)
§  Group Processing.[5]
4.      Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif.
1)      STAD (Student Team Achievement Division)
Ada lima langkah yang dilakukan pada STAD,  yaitu: (1)  tahap  penyajian  materi (2)  tahap kegiatan kelompok (3) tahap tes individual (4) tahap perhitungan skor perkembangan individu (5) tahap pemberian penghargaan kelompok.


2)      Jigsaw
Dibentuk  kelompok oleh guru, kemudian dibentuk lagi kelompok  ahli,  grup ahli ini mempelajari materi yang sama, setelah siswa belajar di grup ahli, mereka  kembali ke kelompok semula.
3)      Group Investigation
Siswa membentuk  kelompok sendiri,  kemudian  guru memberikan materi dan permasalahan, setiap kelompok memecahkan masalah  tersebut dan mereka dapat mencari data di kelas atau di luar kelas, setelah itu pada waktunya mereka harus melaporkan hasil kelompok dalam hal analisis dan  kesimpulan.
4)      Group Resume
Dibentuk  kelompok  yang diberi tugas membuat resume atau rangkuman dari materi pelajaran,  kemudian  melaporkan hasil resumenya.[6]
5)      Think-Pair-Share
Beri kesempatan siswa untuk mencari jawaban tugas  secara mandiri, kemudian bertukar pikiran dengan teman sebangku, setelah itu berdiskusi dengan pasangan lain (menjadi 4 siswa).
6)      Tipe Mind Mapping (MM)
Guru mengemukakan konsep/permasalahan utama yang akan ditanggapi oleh siswa, membentuk kelompok diskusi dengan anggota 2-3 orang,  tiap kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi, kemudian tiap kelompok  secara acak membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan  dan mengelompokan sesuai kebutuhan guru,  dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai  konsep yang disediakan guru.
7)      Tipe Snowball Throwing (ST)
Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan, guru membentuk kelompok dan memanggil ketua kelompok masing-masing untuk menjelaskan materi  yang telah disampaikan oleh guru, kemudian menyampaikan kepada teman-temannya,  masing-masing siswa menyiapkan  kertas untuk menuliskan 1 pertanyaan, kemudian kertas tersebut dibentuk seperti bola dan dilempar dari satu sisw ke siswa lain,  kemudian siswa menjawab pertanyaaan yang ada di kertas yang di lempar tersebut.
8)      Dua Tinggal, Dua Tamu (DUTI-DUTA)
Membentuk kelompok dengan anggota 4 siswa, beri tugas untuk diskusi, dua siswa bertamu ke kelompok lain, dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua  tamunya, tamu  kembali ke kelompok dan melaporkan temuan mereka dari kolmpok lain.
9)      Time Token
Semua siswa di beri kartu bicara, di dalam  kelompok  yang sudah menyampaikan  pendapatnya harus menyerahkan satu kartunya, demikian seterusnya sampai yang sudah habis kartunya tidak berhak bicara lagi.
10)  Debate
Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan  yang lainnya kontra.  Guru memberikan tugas untuk membaca materi  yang  akan  didebatkan. Setelah selesai  membaca materi, guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi oleh kelompok kontra demikian  seterusnya samapi sebgian  besar siswa bisa mengungkapkan pendapatnya.[7]
5.      Kelebihan Dan Kelemhan Pembelajaran  Kooperatif.
a.       Kelebihan pembelajaran  kooperatif.
ü  Melalui  strategi pembelajaran  kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru.
ü  Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri.
ü  Membantu siswa untuk respek pada orang laindan  menyadari akan segala keterbatasanya serta menerima segala perbedaan.
ü  Meningkatkan  motivasi siswa dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
b.      Kelemahan pembelajaran  kooperatif.
ü  Penilaian  yang diberikan dalam strategi pembelajaran  kooperatif didasarkan kepada hasil  kerja kelompok.
ü  Upaya mengembangkan kesadaran  berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup  panjang.
C.     Problem Based Learning.
1.      Pengertian dan Tujuan Problem  Based Learning.
Pengajaran  berdasarkan  masalah merupakan pendekatan  yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran  ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam  benaknya dan  menyusun pengetahuan  mereka sendiri tentang dunia sosial  dan  sekitarnya. Pembelajaran ini cocok  untuk  mengembangkan pengetahuan dasar  maupun kompleks.[8]
2.      Tahapan-Tahapan Strategi Pembelajaran  Berbasis Masalah.
John Dewey seorang ahli pendidikan  berkebangsaan Amerika menjelaskan enam langkah strategi pembelajaran  berbasis masalah yang kemudian  dinamakan metode pemecahan masalah (problem solving),  yaitu:
1)      Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2)      Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara  kritis dari barbagai sudut pandang.
3)      Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan  sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4)      Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan  menggambarkan inforamasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5)      Pengujian  hipotesisi, yaitu siswa merumuskan  kesimpulan  sesuai dengan  penerimaan  dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6)      Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah,  yaitu langkah siswa menggambarkan  rekomendasi yang dapat dilakukan  ssesuai rumusan hasil pengujian  hipotesis dan  rumusn  kesimpulan.
3.      Kelebihan Dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
1)      Kelebihan  strategi pembelajaran berbasis masalah.
a.        Problem  solving merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih  memahami isi pelajaran.
b.      Dapat menantang kemampuan  siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c.       Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d.      Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk  memahami masalah  dalam  kehidupan nyata.
e.       Dapat mengembangkan  kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
2)       Kelemahan strategi pembelajaran berbasis masalah.
a.       Manakala siswa tidak atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah  yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka enggan untuk mencoba.
b.      Keberhasilannya membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c.       Tanpa  pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan  masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa  yang mereka ingin pelajari.[9]







BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan  diatas dapat dilihat bahwa model pembelajaran pusat siswa sangatlah bermanfaat dalam meningkatkan dan mengembangkan kemampuan  siswa dalam mengembangkan  pengetahuannya dalam  sebuah  pembelajaran, karena dalam pembelajatran  pusat siswa ini sangat menekankan keaktifan dari siswa.
Dalam model pembelajaran  pusat siswa juga terdapat banyak  metode-metodenya, sehingga guru  dapat memilih dan   menerapkan  yang sesuai dengan materi yang akan  disajikan dan  sesuai  dengan kebutuhan peseta didik.
Semoga pembahasan  diatas dapat bermanfaat...















DAFTAR  PUSTAKA
Alma, Buchari, DKK.  2009. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar.  Bandung: Alfabeta.
Dananjaya, Utomo.2012. Media Pembelajaran  Aktif. Bandung: Nuansa.
Mustakim, Zaenal. 2009.  Strategi Dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Press.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam  Implementasi Pembelajaran  Yang Efektif dan  Berkualita. Jakarta: Kencana.



[1] Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran  Aktif (Bandung: Nuansa, 2012),  hlm.  27-28
[2] Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Cet.ke 3 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.203
[3] Zaenal Mustakim, Strategi Dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2009), hlm.113-114
[4] Rusman, Op.Cit, hlm.207
[5] Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam  Implementasi Pembelajaran  Yang Efektif dan  Berkualita,  Cet.ke 2 (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.266
[6] Buchari Alma, DKK, Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2009),  hlm.83-86
[7] Yatim Riyanto, Op.Cit, hlm. 274-277
[8] Zaenal Mustakim, Strategi Dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2009), hlm. 130
[9]Ibid, hlm. 134-136

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum
    Fina Ainul Muna 2021 111 055

    ketika ada seorang siswa yang tidak suka berperan aktif dalam kelas atau lebih suka diam dan tidak mau berpendapat,. menurut anda metode apa yang cocok untuk menangani anak tersebut agar lebih aktif?

    BalasHapus