MEDIA PUBLIK (POPULAR MEDIA)
Menyebarkan Ilmu ke kalangan
Eksternal
MAKALAH
Disusun dan disampaikan untuk
memenuhi tugas:
Mata Kuliah : HADITS TARBAWI II
Dosen
Pengampu : Muhammad Hufron, M.S.I
Oleh:
Iswatikah (2021111189)
Kelas F
TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
PENDAHULUAN
Dewasa ini, ilmu pengetahuan sangat
dibutuhkan untuk menjadi salah satu bagian dari kehidupan yang tidak bisa
ditinggalkan. Ilmu sangat dibutuhkan di setiap aspek kehidupan. Setiap hari,
kita tidak bisa jauh dari yang namanya ilmu.
Cara memperoleh ilmu bisa dimana
saja, kapanpun dan dalam bentuk apapun. Ilmu bisa diperoleh dari lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat dan dari kehidupan sehari-hari yang tanpa sengaja
telah memberikan kita ilmu yang bermanfaat untuk hidup kita.
Media publik merupakan salah satu
cara untuk menyebarkan ilmu. Media publik sangat mudah diterima oleh masyarakat
karena kemudahanya. Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang media publik sebagai sarana untuk menyebarkan
ilmu ke kalangan eksternal.
PEMBAHASAN
A.
MATERI
HADITS
MEDIA PUBLIK (POPULAR
MEDIA)
Hadits 15 : Menyebarkan Ilmu ke kalangan Eksternal
عَنْ سَعِيْدِ بْنِ
جُبَيْرٍ عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُمَا قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {وَأَنْذِرْ
عَشِيْرَتَكَ اْلاَقْرَبِيْنَ} (وَرَهْطَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ)، خَرَجَ
رَسُوْلُ الله ِصَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى صَعِدَ الصَّفَا فَهَتَفَ:
((يَاصَبَاحَاهْ))، فَقَالُوْا: مَنْ هَذَا؟ فَاجْتَمَعُوْ إِلَيْهِ فَقَالَ: ((أَرَأَيْتُمْ
إِنْ أَخْبَرْ تُكُمْ أَنَّ خَيِلاً تَخْرُجُ مِنْ سَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ أَكُنْتُمْ
مُصَدِّقِيَّ؟)) قَالُوا مَاجَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبًا. قَالَ: ((فَإِنِّي
نَذِيْرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْد)). قَالَ أَبُوْلَهَبٍ: تَبَّالَكَ،
مَاجَمِعْتَنَا إِلاَّ لِهَذَّا؟ ثُمَّ قَامَ فَنَزَلَتْ:{تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ
لَهَبٍ وَتَبَّ}، (وَقَدْ تَبَّ). هَكَذَا قَرَأَهَا الأَعِمَشُ يَوْمَئِذٍ .
(رواه البخارى فى الصحيح, كتاب تفسير القرآن الكريم, باب تباب خسران تتبيب تدمير)[1]
B. TARJAMAH HADITS
4971.“Dari Sa’id bin
Jubair, dari Ibnu Abbas RA, dia berkata, “Ketika turun ‘Dan berilah peringatan
keluargamu yang paling dekat, dan kelompokmu di antara mereka yang ikhlash’,
Rasulullah SAW keluar hingga naik ke Shafa, lalu berteriak, ‘Yaa shabahaah’.
Mereka bersabda, ‘Siapa ini?’ Mereka pun berkumpul kepadanya. Beliau bersabda,
’Bagaimana pendapat kalian jika aku mengabarkan bahwa pasukan berkuda keluar
dari balik bukit ini, apakah kalian membenarkanku?’ Mereka berkata, ‘Kami tidak
pernah mencoba dusta kepadamu’. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya aku adalah
pemberi peringatan dihadapan adzab yang pedih’. Abu Lahab berkata, Binasalah
kamu, kamu tidak mengumpulkan kami kecuali untuk ini?’ Kemudian dia berdiri.
Maka turunlah ayat, ‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan
binasa’, yakni sungguh binasa. Demikian dibaca oleh Al A’masy pada hari itu.”(HR.
Bukhori)[2]
C.
MUFRODAT
Berkata : قَالَ
Ketika
turun : لَمَّا نَزَلَتْ
Dan
berilah : وَأَنْذِرْ
Keluargamu
: عَشِيْرَتَكَ
Paling
dekat : اْلاَقْرَبِيْنَ
Kelompokmu
: رَهْطَكَ
Yang
ikhlash : الْمُخْلَصِيْنَ
Keluar
: خَرَجَ
Pasukan : خَيِلاً
Berkumpul
: اجْتَمَعُوْ
Balik
: سَفْحِ
Gunung
: جَبَلِ
Berdusta
: كَذِبًا
Pedih
: شَدِيْد
D.
BIOGRAFI ROWI (PERTAMA) & MUKHORIJ
a)
Rowi pertama: Ibnu Abbas RA
Nama lengkap
dari Ibnu Abbas RA adalah Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib Al-Qurasyi
Al-Hasyimi dan digelari Habr Al-Ummah (ulama umat) dan Turjuman
Al-Qur’an (pakar tafsir Al-Quran).
Ia adalah putra
paman Nabi, Abbas bin Abdul Muthalib dan merupakan sahabat Nabi. Pada saat
Rasulullah meninggal, Abdullah bin Abbaas masih berusia 13 tahun.[3]
Tercatat 1660
hadits yang diriwayatkanya dari Nabi. Ia meninggal di Thaif tahun 68 H.[4]
b)
Mukhorij: Bukhari
Namanya
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Mughirah bin Bardizbah. Dan biasa dipanggil Abu
Abdullah, terkenal dengan sebutan Bukhari karena dinisbatkan kepada negaranya
Bukhara. Dilahirkan pada tahun 194 H di Bukhara Khusaran.[5]
Meskipun Imam
Bukhari sibuk dengan menuntut ilmu dan menyebarkannya, tetapi dia merupakan
individu yang mengamalkan ilmu yang dimilikinya, menegakkan keta’atan kepada
Rabbnya, terpancar pada dirinya ciri-ciri seorang wali yang terpilih dan orang
shalih serta berbakti, yang dapat menciptakan karismatik di dalam hati dan
kedudukan yang mempesona di dalam jiwa.
Dia merupakan
pribadi yang banyak mengerjakan shalat, khusu’ dan banyak membaca al Qur`an.
Di antara hasil
karya Imam Bukhari adalah Al Jami’ as Sahih (Sahih Bukhari), Al Adab al Mufrad,
At Tarikh ash Shaghir, At Tarikh al Awsath, At Tarikh al Kabir, At Tafsir al
Kabir, Al Musnad al Kabir, Kitab al ‘Ilal, Raf’ul Yadain fi ash Shalah, Birru
al Walidain, Kitab al Asyribah, Al Qira`ah Khalfa al Imam, Kitab ad Dlu’afa, Usami
ash Shahabah, Kitab al Kuna, Al Hbbah, Al Wihdan, Al Fawa`id, Qadlaya ash
Shahabah wa at Tabi’in, Masyiikhah.
Imam Bukhari
keluar menuju Samarkand, Tiba di Khartand, sebuah desa kecil sebelum Samarkand,
ia singgah untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh
sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya beliau meninggal pada hari sabtu
tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun
kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul
Fitri.[6]
E.
KETERANGAN HADITS
Dalam kitab Fathul Bari dijelaskan bahwa Ibnu Abbas
berkata berilah peringatan kaum kerabatmu yang dekat. Pembahasan hadits ini
menerangkan kepada kita bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi Muhmmad SAW agar
menyampaikan dakwahnya kepada keluarga atau kerabat dekat.
Hadits diatas selain menjelaskan asbabun nuzul dari
surat al-Lahab juga menjelaskan salah satu riwayat hadits dimana Rasulullah SAW
menyampaikan dan memanfaatkan media publikasi sebagai sarana pendidikan dan
penyampaian informasi. Seperti dalam hadits yang artinya “lalu naik kebukit
shafa”. Hal tersebut merupakan contoh penggunaan media publikasi, dimana kita
ketahui bahwa bukit shafa selain tinggi juga ramai karena banyak orang
bepergian untuk mengunjungi Makkah. Sehingga secara tidak langsung banyak orang
mendengarkan apa yang disampaikan oleh Rasulullah.
Salah satu contoh media publik yang dapat disajikan
dengan lembaga pendidikan adalah berbicara atau berceramah didepan khalayak
ramai. Pada intinya media publikasi adalah sarana pendidikan yang dapat
menjangkau masyarakat banyak.[7]
F.
ASPEK TARBAWI
·
Perintah memanfaatkan media publik sebagai sarana penyampaian ilmu
dan informasi ke kalangan eksternal.
·
Perintah untuk mengajarkan ilmu kepada mereka yang ikhlas.
·
Peringatan adanya adzab yang pedih di akhirat kelak bagi
orang-orang yang telah berbuat dosa.
·
Anjuran untuk berbuat jujur dan tidak berdusta.
PENUTUP
Media publik sangat penting untuk menyebarkan ilmu ke kalangan eksternal.
Hal ini sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dengan menggunakan media publik
sangat membantu memudahkan penyebaran ilmu.
Di zaman sekarang ini media yang digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan
ilmu sudah berkembang dan semakin canggih. Hal ini lebih memudahkan dalam
penyebaran ilmu.
dfgdhhfffMedia publik berfungsi sebagai fasilitas penunjang agar suatu
informasi dapat
DAFTAR PUSTAKA
al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. 2012. Ensiklopedia
Hadits 2; Shahih al-Bukhari 2. Jakarta: Almahira.
Al Asqalani, Abu Hajar dan Al Imam Hafizh. 2008. Fathul Baari 24
: Shahih Bukhari. Jakarta: Pustaka Azzam.
Mursi, Muhammad Sa’id. 2008. Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang
Sejarah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Asqalani, Ibnu Hajar.1998. Fathl Bari Juz 8. Beirut: Dar
Al-Fik.
id.lidwa.com/app, diakses
pada Selasa, 12 Februari 2013.
[1] Abu Abdullah
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits 2; Shahih al-Bukhari 2,
terjemahan Subhan Abdullah dkk, (Jakarta: Almahira, 2012), hlm. 306.
[2] Abu Hajar Al
Asqalani dan Al Imam Hafizh, Fathul Baari 24 : Shahih Bukhari,
terjemahan Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm. 642-643.
[3] Muhammad Sa’id
Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, terjemahan Khoirul
Amru Harahap danAchmad Faozan (Jakarta: Pustak Al-Kautsar, 2008), hlm. 112-113.
[4] Ibid,
hlm. 115.
[5] Ibid,
hlm. 351.
[7] Ibnu Hajar
Al-Asqalani, Fathl Bari Juz 8, (Beirut: Dar Al-Fik, 1998), hlm. 587-588.