Laman

Sabtu, 22 November 2014

SPI - H - 12: KONTRIBUSI ISLAM TERHADAP ILMU PENGETAHUAN DAN FILSAFAT



KONTRIBUSI ISLAM TERHADAP ILMU
PENGETAHUAN DAN FILSAFAT

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.Pd.
                       


Disusun oleh:
Inarotul Izzah       2021112095
Elly Sholikhati     2021112097
Kelas H

JURUSAN TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2014



BAB I
PENDAHULUAN
Prestasi intelektual mengagumkan yang tekah di capai oleh masyarakat islam dengan jelas dapat kita cermati ketika analisis secara komparatif dengan perkembnagan intelektual Arab sebelum islam. Ilmu tentanh syair dan orator adalah dua hal yang menonjol yang dapat kita lihat dalam realitas sejarah intelektual sebelum islam. Baru setelah kedataangan islam dengan bersumber ajarannya berupa Al Qur’an dan sunnah Nabi. Berkembnaglah keilmuan dalam masyarakat Arab pada khususnya dan masyarakat islam pada umumnya yang meliputi berbagai bidang keilmuan seperti sejarah, geografi, filsafat, hukum, teori politik, maupun kritik sejarah.
Ketika islam berkuasa berabad-abad, banyak torehan-torehan tinta emas dalam sejarahnya baik dari segi ekspansi wilayah maupun dalam segi ilmu pengatahuan. Islam menyebar dengan cepat , begitu juga dengan peradaban peradabannya. Banyak dari peradaban-peradaban islam yang memepunyai pengaruh besar terhadap dunia bahkan sampai masa sekarang pengaruh tersebut masih terasa.









BAB II
PEMBAHASAN

A.      FILSAFAT SERUAN ISLAM
Proses perkembangan pemikira muslim , terapat dalam tiga fase dan erat kaitannya dngan sejarah islam.
Pertama, akibat adanya pergolakan politik pada masa kekhalifahan Ali, menimbulkan perag Shiffin dan perang Jamal.adanya kasus persng ini menjadi factor utama munculnya golongan khawarij.
Kedua, akibat ekspansi Islam k barat ke Spanyol dan prancis, ke selatan sampai ke Sudan, Ethiopia dan seterusnya, ke timur sampai ke India an seterusnya dank e utara sampai ke rusia.
Mengalirnya pemikiran asing dan diserap serta disaring oleh pemikir-pemikir muslim, menyuburkan pertumbuhan da perkmbangan pemikiran muslim dan pada gliranya berkembanglah filsafat islam, tasawuf dan ilmu-ilmu keislaman lainnya.
Ketiga, akibat adaya perubahan masyarakat dari tradisional menjadi masyarakat modern, dar pandangan cakrawala berpikir yang regional mejadi yang lebih luas lagi. Kehidupan pribadi makin lama makin kompleks, menimbulkan masalah-masalah baru yang memerlukan pemecahan.
Ketiga faktor-faktor yang dikemukakan diatas sangat membantu lahirnya pemikiran-pemikiran baru bagi umat islam.
Pemikiran filsafat Yunani mulai berkembang pada abad VI SM. Filsafat Yunani yang berkembang itu bukanlah hasil pemikiran filosof Yunani semata pada waktu itu,  tetapi lebih tepat dikatakan hasil proses perkembangan berpikir dan kumpulan dar pilihan pilihan kebudayaan sebelum masa filosof itu.
Tujuan semula keberadaan filsafat Yunani itu untuk menguji kebenaran ajaran agama, maka pengetahuan keagamaan yang dapay dibenarkan oleh akal pikiran dinamakan filsafat dan yang tidak sesuai disebut cerita agama.
Salah seorang yang berjasa dalam menyebarkan kebudayaan yunanai adalah Alexander Agung yang pada tahun 331 SM dapat menguasai Persia (Darius), namun di negeri jajahan itu , ia selalu berusaha menyatukan kebudayaan Yunani dengan kebudayaan jajahannya , antara lain, dengan cara perkawinan, berpakaian dan pengangkatan pegawai atau pengiringnya.
Sekitar abad ke-7 dan 8 M. Islam telah menyebarkan sayap-sayapnya ke Syiria, mesir, Afrika Utara dan sebagian Spanyol. Melalui filosof-filosof kristen di Syiria orang-orang islam mengenal filsafat Yunani.
Dengan demikian filsafat Yunani yang sampai ke dunia islam bkanlah langsung dari Yunani akan tetapi melalui filosof diluar yunani dan bahkan telah bercampur aduk dengan pemikiran-pemikiran di mana filsafat itu berkembang.
Pandangan kaum muslimin terhadap filsafat ternyata berbeda-beda, antara lain:
1.      Filsafat itu bukan untuk orang awam, karena filsafat itu laksana alam yang sanagat abstrak , dalam an luas, hanya orang-orang tertentulah yang dapat berkecimpung dalam filsafat (ahli-ahli pikir)
2.      Berfilsafat itu adalah berpikir dan mencari kebenaran. Dalam ajaran islam itu telah ada ayaitu yang datang dari Allah, kebanaran yang terkandung dalam kebesaran Allah. Ketakjuban atas kebesaranAllah , menyebabkan orang berkeinginan untuk mengetahui dan memikirkannya agar dapat mensyukuri nikmat Allah lebih mendalam.
Jadi, merenung dan berpikir itu adalah jalan ke filsafat dan berfilsafat itu berarti menghargai dan mensyukuri nikmat Allah. Menghargai Allah yang telah memberikan akal pikiran kepada manusia dan mensyukuri nikmat Allah dengan cara menggunakan akal pikiran itu. 
Faktor yang Mendorong Orang Islam Mempelajari Filsaafat
1.      Bahwa ajaran islam menganjurkan kepada pemeluk untuk mempelajari ilmu pengetahuan.
Penerjemahan dan pembahasan filsafat Yunani mulai tampak jelas pada zaman khalifah Haru ar-rasyid, diawali dengan pengeahuan yang bersifat praktis seperti pengetahuan kedokteran , astronomi dan liannya.
Pemikiran filsafat Yunani selanjutnya lebih dikembangkan oleh pemikir-pemikir yang disebut golongan muktazilah dan filosof islam. Tampaknya kedua golongan ini menggunakan metode berfikir filsafat untuk mempertahankan agama dan memecahkan permasalahannya.
2.      Kaum muslimin melihat adanya manfaatmempelajari filsafat Yunani itu, terutama untuk memperkuat akidah islamiah dan berguna pula untuk berpolemik atau berapologi , dengan orang-orang yang tidak seagama atau ynag menyimpang dari ajaran islam.
3.      Situasi dan kondisi memerlukan adanya terjemahan-terjemahan terutama ilmu-i;mu yang tidak mrninggung masalah keagamaan, karena masyarakatnya makin maju.
Setalah orang islam meyakini kebaikan nilai-nilai pengetahua ynag diterjemahkan itu, maka makin bertambahlanh kegiatan untuk mempelajari pengetahuan Yuanani itu dengan jalan bagaimanapun,. Namun setalah kekhlalifahan Makmun yaitu zaman zaman kekhalifahan al-Mutawakkil penerjamahan buku-buku tidak lagi banyak dilakukan (terutama buku filsafat) bahkan akhirnya dilarang.[1]



B.       ILMUAN DAN PARA CENDEKIAWAN MUSLIM
1.        Al-Thabari
Nama kengkapnya Abu Ja’far Muhammad Ibnu Jarir al Thabari. Lahir di Amul, Thabaristan yang terletak di pantai selatan laut Thabaristan (laut Qazwayn) pada tahun 225 H/839 M dan meninggal di Baghdad pada tahun 310 H/923 M. Ia adalah seorang sejarawan besar, ensiklopedis, ahli tafsir, ahli qira’at, ahli hadist dan ahli fikih.
Karya al-Thabari dalam bidang sejarah yang sangat terkenal, yaitu dalam bidang sejarah umum, ber judul Tarikh al-Umam wa al-Muluk (sejarah bangsa-bangsa dan raja-raja) atau Tarikh al-Rusul wa al-Anbiya’ wa al-Muluk wa al-Khulafa’ (sejarah para Rasul, para Nabi, para Raja, dan para Khalifah).
a.         Al-Thabari sebagai Sejarawan
Secara garis besar, kandungan kitab sejarah karya al-Thabari dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian sejarah sebelum Islam dan bagian sejarah Islam. Pada bagian pertama, al-Thabari memulai sejarah para Rasul dan raja-raja itu dengan mengetengahkan sejarah Nabi Adam dan Nabi-Nabi permulaan dan sistem pemerintahan mereka. Pada bagian selanjutnya ia mengetengahkan sejarah kebudayaan Sasania (Persia). Riwayat-riwayat tang dikumpulkannya yang berhubungan dengan sejarah Sasania tersebut dikutipnya dari naskah berbahasa Arab dari buku raja-raja Persia yang diterjemahkan oleh Ibn Muqaffa’.
Pada bagian kedua, al-Thabari memaparkan sejarah Nabi Muhammad SAW, peristiwa-peristiwa penting yang dilaluinya dan perang-perang yang dipimpinnya. Setelah itu ia memaparkan sejarah Islam pada masa al-Khulafa’ al-Rasyidin termasuk di dalamnya ekspansi-ekspansi yang terjadi pada masa ini. Sejarah dinasti Ummayah merupakan bagian tersendiri, dan karyanya itu diakhiri dengan sejarah dinasti Abbasiyah. Peristiwa yang terakhir yang di angkat oleh al-Thabari adalah peristiwa yang terjadi pada tahun 302 H/915 M.

2.    Al-Mas’udi
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Ali ibn Husayn ibn Ali (Baghdad- fustat, mesir 956 M). Ia adalah seorang sejarahwan dan ahli geografi, ahli geologi, dan ahli zoologi muslim, juga mempelajari ilmu kalam (theologi), akhlaq, politik, dan ilmu bahasa. Sebagian besar sejarawan berpendapat bahwa ia dilahirkan di Baghdad di penghujung abad ke-9 dan meninggal dunia di Fursat pada tahun 956 M. Namun Ibn Nadim dalam kitabnya al-Fihrits (indeks) menyebutnya sebagai berasal dari Maghrib.
Diantara karyanya yang dapat diketahui adalah sebagai berikut. (1) Dzakhair al-Ulum wa Ma Kana fi Sa’ir al-Duhur (khazanah ilmu pada setiap kurun), (2) al-Istidzkar Lima Marra fi Salif al-A’mar tentang peristiwa-peristiwa masa lalu. (3) Tarikh fi Akhbar al-Umam min al-‘Arab wa al-‘Ajam (sejarah bangsa-bangsa, Arab dan Persia), (4) Akhbar al-Zaman wa man Abadahu al-Hadtsna min al-Umam al-Madhiyah wa al-Ajyal al-Haliyah wa al-Mamalik al-Da’irah (tentang sejarah umat masa lampau dan bangsa-bangsa sekarang serta kerajaan-kerajaan mereka).
3.    Al-Biruni
Nama lengkapnya adalah Abu Rayhan Muhammad Ibn Ahmad al-Biruni al-Khawarizmi. Dia lahir di Khawarizm, Turkmenia pada bulan Dzulhijjah 362 H/ September 973 M dan meninggal dunia di Ghazna pada bulan Rajab 448 H/ 13 Desember 1048 M. Ia menguasai ilmu-ilmu sejarah, matematika, fisika, ilmu falak, kedokteran, ilmu-ilmu bahasa, geologi, geografi, dan filsafat. Dia adalah seorang yang terkenal banyak mengarang dan menerjemahkan karya-karya tentang kebudayaan India kedalam bahasa Arab.
“Al-biruni” adalah julukan yang diberikan kepadanya. Dalam bahasa Khawarizmi, kata “biruni” berarti orang asing. Ada dua pendapat tentang alasan mengapa ia dijuluki sebagai “orang asing”. Pendapat pertama menyatakan bahwa ia dijuluki demikian karena dia meskipun berasal dari Khawarizmi, dia bermukim di sana hanya sebentar, karena ia sering mengembara. Karena dia sering meninggalkan kota kelahirannya. Pendapat kedua menyebutkan bahwa sebab dia dijuluki demikian karena dia pertama-tama tinggal di salah satu daerah di Khawarizmi yang banyak di huni oleh orang asing (pendatang).di samping itu ada juga yang menyatakan bahwa dia dijuluki demikian karena dia menetap cukup lama di Birun, sebuah negeri yang terletak di dekat Sungai Sind, di India.
4.    Ibnu Khaldun
Nama lengkapnya adalah Waliyuddin ‘Abd al-Ramhan ibn Muhammad ibn Muhammad ibn abu Bakar Muhammad ibn al-Hasan ibn Khaldun. Dia lahir di Tunisia di awal bulan Ramadhan 732 H (27 Mei 1333 M) dan wafat di Kairo pada tanggal 25 Ramadhan 808 H/ 19 Maret 1406 M.
Keluarganya berasal dari Khadrolmaut dan silsilahnya sampai kepada sahabat Nabi yang bernama Wayl ibn Hujr dari kabilah Kindah.
Dia mengarang kitab monumentalnya kitab al-I’bar wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam al-A’rab wa al-‘Ajam wa al-Barbar wa man Siwahum min Dzaw al-Sulthan al-Akbar (di singkat al-I’bar) yang terdiri dari tujuh jilid besar. Kitab ini berisi kajian sejarah, dan didahului oleh sebuah pembahasan tentang masalah-masalah sosial manusia yang dikenal dengan nama Muqaddimah ibn Khaldun yang merupakan jilid pertama dari kitab al-I’bar.
Kitab Muqaddimah itu membuka lebar-lebar jalan menuju bahasan ilmu-ilmu sosial. Oleh karena itu, dalam sejarah islam Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dalam islam.[2]

5.    Ibnu Rusyd (Averros)
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai “Kadi” (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.Pemikiran Ibnu Rusyd
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya.
6.    Ibnu Sina (Aviecienna)
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Beliau juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Karya Ibnu Sina, fisikawan terbesar Persia abad pertengahan , memainkan peranan penting pada Pembangunan kembali Eropa.
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
7.    Al-Khawarizmi
Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia.
Beliau telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangen dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat belajar matematika dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan khalifah. Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam. Beliau juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin. Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab. Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematika dan menghasilkan konsep-konsep matematika yang begitu populer yang masih digunakan sampai sekarang.
8.    Jabir Ibnu Hayyan/ Ibnu Geber
Ditemukannya kimia oleh Jabir ini membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak melulu lihai dalam ilmu-ilmu agama, tapi sekaligus juga menguasai ilmu-ilmu umum. “Sesudah ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika, bangsa Arab memberikan sumbangannya yang terbesar di bidang kimia,” tulis sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam History of The Arabs. Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai Bapak Kimia Modern.
Pada perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi.
Semua ini telah ia siapkan tekniknya, praktis hampir semua ‘technique’ kimia modern. Ia membedakan antara penyulingan langsung yang memakai bejana basah dan tak langsung yang memakai bejana kering. Dialah yang pertama mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui proses penyulingan
.[3]

C.      PENEMUAN ILMU DAN TEKONLOGI DI KALANGAN INTELEKTUAL MUSLIM
Dalam buku milik Mehdi Nakosteen disebutkan beberapa kontribusi Ilmu keislaman terhadap sains modern :
1.  Melalui abad keduabelas dan sebagian abad ke tiga belas, karya-karya Muslim tentang sains, filsafat, dan bidang-bidang lain telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin, terutama dari bahasa Spanyol dan memperkaya kurikulum barat, khususnya Eropa barat laut.
2.   Orang-orang Muslim, telah memberi kepada Barat metode eksperimental, sekalipun masih kurang sempurna.
3.    Sistem notasi dan desimal Arab telah diperkenalkan kepada Arab.
4.    Karya-karya terjemahan mereka, terutama dari orang-orang seperti Avicenna dalam ilmu kedokteran, sudah digunakan sebagai teks (kuliah) di dalam kelas-kelas sekolah tinggi, jauh ke dalam pertengahan abad ke tujuh belas.
5.    Mereka merangsang pemikiran orang-orang Eropa, dipelajari kembali hal itu dengan kebudayaan-kebudayaan klasik dan lainnya, sehingga membantu menghasilkan (abad) Renaisance.
6.    Mereka adalah perintis universitas-universitas Eropa, mereka telah mendirikan ratusan sekolah tinggi sebelum Eropa
7.   Mereka memelihara pemikiran Greco-Persian ketika Eropa bersikap tidak toleran terhadap kebudayaan-kebudayaan Pagan.
8.    Mahasiswa-mahasiswa Eropa di dalam Universitas Muslim membawa kembali (ke negaranya) metode-metode baru tentang pengajaran.
9.   Mereka telah memberi kontribusi tentang pengetahuan rumah sakit-rumah sakit, sanitasi dan makanan kepada Eropa.[4]
Kemajuan intelektual islam pada kenyataannya tidak hanya menguntugkan dunia islam saja, tapi juga msyarakat eropa pun juga merasakan keuntungan dari kemajuan ini terutama setelah kekuasaan islam mengalami kemunduran.
Bahkan, lebih lanjut Endress mengatakan bahwa kontak islam dan kristan telah memberikan kesadaranbaru bagi masyarakat kristan yang yang kemudian membawa mereka pada kajian-kajian tentang islam dimana kegiatan ini terus berlangsung hingga sekarang.
Kontribusi islam dalam kebangkitan intelektual eropa. Sebagaimana dijelaskan oleh Mehdi Nakosteen bahwa salah satu sebab kemunduran islam adalah banyaknya perpustakaan islam yang di hancurkan oleh tentara Mongol sementara tiu, di barat banyak buku yang tidak ikut hancur dapat karena banyak perpustakaan yang letaknya jauh dari jangkauan penghancur. Banyak perpustakaan pribadi memiiki beberapa salianan buku penting. Bagaimananpun, demikian Nakosteen, karya-karya terbaik tersebut telah diselamatkan oleh para mahsiswa latin dari eropa melalui bebrapa penterjemahan ke dalam bahasa latin, hebrew, spanyol, italia, catalan, dan bahasa lain selama abad ke 12 dan ke13.[5]
Perkembangan sains Islam dapat dibagi ke dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pewarisan dan penerjemahan. Pada masa ini dilakukan pengumpulan berkas-berkas penulisan Yunani untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Institusi terkenal yang mengoleksi dan menerjemahkan tersebut salah satunya adalah Baitul Hikmah yang dibangun pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah. Tahap kedua adalah pengklasifikasian cabang-cabang ilmu kemudian merumuskan metoda ilmiah dalam mempelajari dan membuktikannya. Tahap ketiga adalah pengembangan dan penemuan ilmu-ilmu pengetahuan baru. Diantaranya:
1.        Matematika
Matematika adalah ilmu yang diperoleh melalui tangga musik dan rasional. Konsep matematika yang dikembangkan adalah sebagai berikut (1) logika tentang bukti, (2) ide-ide empiris tentang hukum eksakta dan hukum alam (3) konsep operasi (4) matematika bergerak dari deskripsi yang bersifat statis kepada deskripsi yang bersifat dinamis.[1]  
Phytagoras meneliti nada-nada alam dan nada-nada tangga nada musik. Dari hasil penelitiannya dia mendapat ilham menciptakan sistem angka decimal 1-10, 11-20 dan seterusnya yang hingga kini dipakai seluruh dunia. yang kemudian mengilhami Plato (428-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) dan pada perkembangan matematika dan filsafat rasional dunia barat.
Dalam perjalanan ilmu yang bertolak dari matematika yang dipengaruhi oleh budaya Islam ditemukan letak kiblat, penemuan pola kemungkinan simetris antara ruang dan waktu yang sifatnya statis, berbagai penemuan mengenai simetris-simetris kristal. Sayang buku ini tidak memasukkan nama al-Kawarizmi, kalau mau jujur selain Phytagoras.[6]
Angka-angka hindu diuraikan oleh Khawarizmi (abad ke 9) dan Biruni (abad ke11) telah selesai diperkenlakan kepada eropa oleh Adelard dari Bath dan melalui suatau adaptasi oleh Ibrahim Ibn Ezra (abad ke12). Pada masa ini banyak karya matematika yang diterjemahkan.[7]
2.        Aritmatika
Menurut ibn Khaldun aritmatika Adalah pengetahuan tentang angka-angka yang dikombinasi di dalam deret hitung dan deret ukur. Disiplin ilmu ini adalah cabangnya pertama dari ilmu-ilmu matematis dan yang paling pasti. Ia masuk kedalam pembuktian melalui hitungan. Buku-buku tentang ilmu ini ditulis As-Syifa, An-Najat oleh Ibnu Sina.
Merupakan cabang aritmatika : orang pertama yang menulis disiplin ilmu ini adalah al-Khawarizmi, dan sesudahnya, Abu Kamil Syuja bin Aslam. Buku yang terbaik adalah kitab karya al-Quraisyi.
3.        Geometri
Meluasnya dunia Islam membutuhkan panduan di bidang geografi. Menghadapi kebutuhan yang berkembang pada perjalanan dan pedagangan serta urusan pemerintahan, ahli geografi bekerja keras untuk memperbaiki, mengembangkan, dan mengisi peta dunia yang diperoleh dari sumber-sumber Babilonia, Persia, dan Yunani serta dari naskah Yahudi, Kristen dan Cina. Pandangan kartografi Islam terhadap daerahnya menyerupai pandangan kartografi modern. Abu Ishaq al-Istakhri dengan karyanya: Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalur Perjalanan Kerajaan) dan Ibn Hawqal membagi daerah Islam menjadi 12 wilayah dan memisahkan daerah non-Islam dalam kategori yang berbeda serta menulis atlas.
Al-Mas’udi, dalam karyanya Muruj al-Dhahab (Padang Rumput Emas dan Tambang Permata), menguraikan tempat-tempat yang ia kunjungi dan berisi potret Eropa. Ibn Batuta, penjelajah abad ke-14 asal Maroko, menghabiskan hidupnya dengan berkelana dari Afrika Utara ke Cina dan Asia Tenggara lengkap dengan laporannya. Ibnu Khaldun memberikan penjelasan tentang daerah dan orang-orang di dalam batas wilayah Islam. Al-Idrisi membuat peta dunia berbentuk relief dari perak kemudian membuat detailnya pada 71 peta terpisah dan menyertainya dengan buku Kitab al-Rujari. Piri Re’is, seorang kapten laut masa Turki Utsmani, menghasilkan atlas mediterania serta bahkan peta Afrika Barat dan Amerika.
4.        Optika
Merupakan cabang geometri ilmu yang menerangkan musabab terjadinya kesalahan dalam persepsi visual, dengan dasar pengetahuan tentang bagaimana sebab-sebab hal tersebut terjadi. Persepsi visual terjadi dengan melalui kerucut yang ditimbulkan oleh sinar. Yang puncaknya adalah titik pandang dan pangkalnya adalah obyek yang dilihat. Ilmu ini juga membahas juga perbedaan melihat bulan pada laritude yang berlainan (de Slane mencatat bahwa Ibnu Khaldun telah mengatakan Longitudelongitude). Sarjana yang paling terkenal membahas tentang ini adalah Ibnu al-Haitsan.
5.        Astronomi
Ilmu yang mempelajari gerakan bintang- bintang yang tetap dan planet-planet, astronomi menarik kesimpulan berdasarkan metode geometris tentang adanya bentuk-bentuk tertentu dan bermacam-macam posisi lingkaran yang mengharuskan terjadinya gerakan yang dapat dilihat dengan indra itu. Dan astronomi juga membuktikan bahwa misalnya dengan adanya presisi equinox-equinox, pusat bumi tidaklah identik dengan pusat lingkaran kecil (epicycle) yang membawa (bintang-bintang) dan bergerak di dalam lingkaran yang besar. Lalu melalui gerakan bintang-bintang yang tetap, astronomi membuktikan adanya lingkaran falak kedelapan. Dibuktikan juga bahwa bintang tunggal memiliki sejumlah deklinasi. Orang yunani mempergunakan alat yang mereka sebut Astrolab (dzat i-halg).
Dalam Islam pada masa al-makmun dibangun alat observasi besar yang dikenal Astrolab, tapi tidak selesai kemudian pondasi bangunan ini lenyap, dan dilupakan Karya terbaik bidang ini adalah Majisti (Al-Magest ) yang dikarang oleh Ptolomeus (raja Yunani ) sedang filosof muslim terkemuka seperti Ibnu Sina meringkasnya dalam Asy-Syifa, Ibnu Rusyd (filosof Andalusia) juga meringkas karya ptolomeus . Ibn as-Samah dan ibn as-Shalt dalam kitab al-Iqtishar, Ibn al-Farghani memiliki ringkasan astronomi.
6.        Fisika
Menuru Ensiklopedi Islam Fisika adalah ilmu pengetahuan yang membahas materi, energi, dan interaksinya. Ruang lingkup fisika amat luas, mencakup struktur materi, sifat berbagai wujud materi dan interaksinya. Menurut ibnu Khaldun Fisika adalah Ilmu yang membahas tentang tubuh-tubuh dari titik pandang gerakan dan diam yang melekat padanya. Fisika mempelajari tentang tubuh-tubuh samawi dan substansi elementair, sebagaimana juga manusia, binatang, tumbuhan dan barang tambang yang diciptakan dari padanya. Perihal mata air, gempa yang timbul dalam bumi, juga awan, uap , guntuh, kilat, dan badai yang terdapat dalam atmosfir dan lain-lain.
Selanjutnya mempelajari tubuh, yaitu jiwa dalam berbagai bentuk dimana ia muncul pada manusia dan binatang-binatang dan tumbuhan Buku-buku Aristoteles tentang fisika di ringkas dalam asy-Syifa karya ibnu Sina. Kemudian Ibnu Sina meringkas kembali Asy-Syifa didalam kitab An-Najah dan al-isyarat. Ibnu Sina seakan–akan menetang Aristoteles dan banyak mengemukakan pendapatnya sendiri sedang Ibn Rusyd meringkas tapi tidak menentang.
7.        Kedokteran
Kedokteran adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang tubuh manisia dari segi sehat dan sakitnya. Dokter berusaha menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit dengan bantuan obat-obatan dan makanan. Galen atau galinus ilmuwan yang hidup jaman nabi Isa karya-karya kedokterannya merupakan induk dari ilmu kedokteran sesudahnya. Dalam Islam terdapat dokter-dokter terkemuka seperti ar-Razi (Muhammad ibn Zakaria ) 251-313H /866-925 M, al-Majusi (Ali ibn al-Abbas abad ke 10), dan Ibnu Sina. Dan dari kalangan Andalusia yang paling terkenal adalah Ibn-Zuhr (Abdul Malik bin Zuhr (avenzoar) wafat 557 H (1162 M).[8]
8.        Aljabar
Ilmu pengethuan tentang aljabar telah disebarkan ke barat melalui terjemahan-terjemahan latin oleh Adelard dari Bath , John dari Seville, dan Robert dari Chster. (Plato dari Tivoli juga menerjemahkan Spherics karya dari Theodosius dari Bythinia, dari bahasa Arab ke bahasa Latin. Lebih lanjut dperkenalkan malalui tulisan febonacci dan risalah dalam bahasa Hebrew dari Abraham bar Hiyya, dierjemahkan bahasa latin oleh Plato dari Tivoli tahun 1145.[9]


BAB III
KESIMPULAN

Sekitar abad ke-7 dan 8 M. Islam telah menyebarkan sayap-sayapnya ke Syiria, mesir, Afrika Utara dan sebagian Spanyol. Melalui filosof-filosof kristen di Syiria orang-orang islam mengenal filsafat Yunani.
Dengan demikian filsafat Yunani yang sampai ke dunia islam bkanlah langsung dari Yunani akan tetapi melalui filosof diluar yunani dan bahkan telah bercampur aduk dengan pemikiran-pemikiran di mana filsafat itu berkembang.
Diantara ilmuan muslim yaitu :


1.      Al-Thabari
2.      Al-Mas’udi
3.      Al-Biruni
4.      Ibnu Khaldun
5.      Ibnu Rusyd
6.      Ibnu Sina
7.      Al-Khawarizmi
8.      Jabir Ibnu Hayyan


Perkembangan sains Islam dapat dibagi ke dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pewarisan dan penerjemahan. Pada masa ini dilakukan pengumpulan berkas-berkas penulisan Yunani untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Institusi terkenal yang mengoleksi dan menerjemahkan tersebut salah satunya adalah Baitul Hikmah yang dibangun pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah. Tahap kedua adalah pengklasifikasian cabang-cabang ilmu kemudian merumuskan metoda ilmiah dalam mempelajari dan membuktikannya. Tahap ketiga adalah pengembangan dan penemuan ilmu-ilmu pengetahuan baru.



DAFTAR PUSTAKA

Asmuni, Yusran. 1996. Dirasah Islamiyah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
In’am Esha, Muhammad. 2011. Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam. Malang: UIN Maliki Press.
Nakosteen, Mehdi. 1996. Kontribusi Islam atas Dunia Intelek Barat. Surabaya: Risalah Gusti
Yatim, Badri. 1997. Historiografi Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.



[1] Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah, cet. Ke 1, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 91-98.
[2]  Badri Yatim, Historiografi Islam, cet.1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 113-143.
[4] http://masjack78.blogspot.com/p/filsafat-ilmu.html Selasa 28 Oktober 2014 jam 09.15 WIB.

[5] Muhammad In’am Esha, Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam, cet. Ke 1, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm. 137-136.
[6] http://masjack78.blogspot.com/p/filsafat-ilmu.html Selasa 28 Oktober 2014 jam 09.15 WIB.
[7] Muhammad In’am Esha, Op. Cit., hlm. 136.
[8] http://masjack78.blogspot.com/p/filsafat-ilmu.html Selasa 28 Oktober 2014 jam 09.15 WIB.
[9] Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektuak Barat: Deskripsi Analisis Abad Keemasan, cet. Ke 1, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hlm. 272.

1 komentar: