KONTRIBUSI
ISLAM TERHADAP ILMU
PENGETAHUAN DAN
FILSAFAT
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah : Sejarah
Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.Pd.
Disusun oleh:
Inarotul Izzah 2021112095
Elly Sholikhati 2021112097
Kelas H
JURUSAN TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Prestasi
intelektual mengagumkan yang tekah di capai oleh masyarakat islam dengan jelas
dapat kita cermati ketika analisis secara komparatif dengan perkembnagan
intelektual Arab sebelum islam. Ilmu tentanh syair dan orator adalah dua hal
yang menonjol yang dapat kita lihat dalam realitas sejarah intelektual sebelum
islam. Baru setelah kedataangan islam dengan bersumber ajarannya berupa Al
Qur’an dan sunnah Nabi. Berkembnaglah keilmuan dalam masyarakat Arab pada
khususnya dan masyarakat islam pada umumnya yang meliputi berbagai bidang
keilmuan seperti sejarah, geografi, filsafat, hukum, teori politik, maupun
kritik sejarah.
Ketika islam
berkuasa berabad-abad, banyak torehan-torehan tinta emas dalam sejarahnya baik
dari segi ekspansi wilayah maupun dalam segi ilmu pengatahuan. Islam menyebar
dengan cepat , begitu juga dengan peradaban peradabannya. Banyak dari
peradaban-peradaban islam yang memepunyai pengaruh besar terhadap dunia bahkan
sampai masa sekarang pengaruh tersebut masih terasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. FILSAFAT SERUAN ISLAM
Proses
perkembangan pemikira muslim , terapat dalam tiga fase dan erat kaitannya dngan
sejarah islam.
Pertama,
akibat adanya pergolakan politik pada masa kekhalifahan Ali, menimbulkan perag
Shiffin dan perang Jamal.adanya kasus
persng ini menjadi factor utama munculnya golongan khawarij.
Kedua,
akibat ekspansi Islam k barat ke Spanyol dan prancis, ke selatan sampai ke
Sudan, Ethiopia dan seterusnya, ke timur sampai ke India an seterusnya dank e
utara sampai ke rusia.
Mengalirnya
pemikiran asing dan diserap serta disaring oleh pemikir-pemikir muslim,
menyuburkan pertumbuhan da perkmbangan pemikiran muslim dan pada gliranya
berkembanglah filsafat islam, tasawuf dan ilmu-ilmu keislaman lainnya.
Ketiga,
akibat adaya perubahan masyarakat dari tradisional menjadi masyarakat modern,
dar pandangan cakrawala berpikir yang regional mejadi yang lebih luas lagi.
Kehidupan pribadi makin lama makin kompleks, menimbulkan
masalah-masalah baru yang memerlukan pemecahan.
Ketiga
faktor-faktor yang dikemukakan diatas sangat membantu lahirnya
pemikiran-pemikiran baru bagi umat islam.
Pemikiran
filsafat Yunani mulai berkembang pada abad VI SM. Filsafat Yunani yang
berkembang itu bukanlah hasil pemikiran filosof Yunani semata pada waktu itu, tetapi lebih tepat dikatakan hasil proses
perkembangan berpikir dan kumpulan dar pilihan pilihan kebudayaan sebelum masa
filosof itu.
Tujuan semula
keberadaan filsafat Yunani itu untuk menguji kebenaran ajaran agama, maka
pengetahuan keagamaan yang dapay dibenarkan oleh akal pikiran dinamakan
filsafat dan yang tidak sesuai disebut cerita agama.
Salah seorang
yang berjasa dalam menyebarkan kebudayaan yunanai adalah Alexander Agung yang
pada tahun 331 SM dapat menguasai Persia (Darius), namun di negeri jajahan itu
, ia selalu berusaha menyatukan kebudayaan Yunani dengan kebudayaan jajahannya
, antara lain, dengan cara perkawinan, berpakaian dan pengangkatan pegawai atau
pengiringnya.
Sekitar abad
ke-7 dan 8 M. Islam telah menyebarkan sayap-sayapnya ke Syiria, mesir, Afrika
Utara dan sebagian Spanyol. Melalui filosof-filosof kristen di Syiria
orang-orang islam mengenal filsafat Yunani.
Dengan
demikian filsafat Yunani yang sampai ke dunia islam bkanlah langsung dari
Yunani akan tetapi melalui filosof diluar yunani dan bahkan telah bercampur
aduk dengan pemikiran-pemikiran di mana filsafat itu berkembang.
Pandangan
kaum muslimin terhadap filsafat ternyata berbeda-beda, antara lain:
1.
Filsafat itu bukan untuk
orang awam, karena filsafat itu laksana alam yang sanagat abstrak , dalam an
luas, hanya orang-orang tertentulah yang dapat berkecimpung dalam filsafat
(ahli-ahli pikir)
2.
Berfilsafat itu adalah
berpikir dan mencari kebenaran. Dalam ajaran islam itu telah ada ayaitu yang
datang dari Allah, kebanaran yang terkandung dalam kebesaran Allah. Ketakjuban
atas kebesaranAllah , menyebabkan orang berkeinginan untuk mengetahui dan
memikirkannya agar dapat mensyukuri nikmat Allah lebih mendalam.
Jadi,
merenung dan berpikir itu adalah jalan ke filsafat dan berfilsafat itu berarti
menghargai dan mensyukuri nikmat Allah. Menghargai Allah yang telah memberikan
akal pikiran kepada manusia dan mensyukuri nikmat Allah dengan cara menggunakan
akal pikiran itu.
Faktor yang Mendorong
Orang Islam Mempelajari Filsaafat
1.
Bahwa ajaran islam
menganjurkan kepada pemeluk untuk mempelajari ilmu pengetahuan.
Penerjemahan dan pembahasan filsafat Yunani mulai tampak
jelas pada zaman khalifah Haru ar-rasyid, diawali dengan pengeahuan yang
bersifat praktis seperti pengetahuan kedokteran , astronomi dan liannya.
Pemikiran filsafat Yunani selanjutnya lebih dikembangkan
oleh pemikir-pemikir yang disebut golongan muktazilah dan filosof islam.
Tampaknya kedua golongan ini menggunakan metode berfikir filsafat untuk
mempertahankan agama dan memecahkan permasalahannya.
2.
Kaum muslimin melihat
adanya manfaatmempelajari filsafat Yunani itu, terutama untuk memperkuat akidah
islamiah dan berguna pula untuk berpolemik atau berapologi , dengan orang-orang
yang tidak seagama atau ynag menyimpang dari ajaran islam.
3.
Situasi dan kondisi
memerlukan adanya terjemahan-terjemahan terutama ilmu-i;mu yang tidak
mrninggung masalah keagamaan, karena masyarakatnya makin maju.
Setalah orang islam meyakini kebaikan nilai-nilai
pengetahua ynag diterjemahkan itu, maka makin bertambahlanh kegiatan untuk
mempelajari pengetahuan Yuanani itu dengan jalan bagaimanapun,. Namun setalah
kekhlalifahan Makmun yaitu zaman zaman kekhalifahan al-Mutawakkil penerjamahan
buku-buku tidak lagi banyak dilakukan (terutama buku filsafat) bahkan akhirnya
dilarang.[1]
B.
ILMUAN DAN PARA CENDEKIAWAN MUSLIM
1.
Al-Thabari
Nama kengkapnya
Abu Ja’far Muhammad Ibnu Jarir al Thabari. Lahir di Amul, Thabaristan yang
terletak di pantai selatan laut Thabaristan (laut Qazwayn) pada tahun 225 H/839
M dan meninggal di Baghdad pada tahun 310 H/923 M. Ia adalah seorang sejarawan
besar, ensiklopedis, ahli tafsir, ahli qira’at, ahli hadist dan ahli fikih.
Karya
al-Thabari dalam bidang sejarah yang sangat terkenal, yaitu dalam bidang
sejarah umum, ber judul Tarikh al-Umam wa al-Muluk (sejarah
bangsa-bangsa dan raja-raja) atau Tarikh al-Rusul wa al-Anbiya’ wa al-Muluk
wa al-Khulafa’ (sejarah para Rasul, para Nabi, para Raja, dan para
Khalifah).
a.
Al-Thabari sebagai Sejarawan
Secara garis
besar, kandungan kitab sejarah karya al-Thabari dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian sejarah sebelum Islam dan bagian sejarah Islam. Pada
bagian pertama, al-Thabari memulai sejarah para Rasul dan raja-raja itu dengan
mengetengahkan sejarah Nabi Adam dan Nabi-Nabi permulaan dan sistem
pemerintahan mereka. Pada bagian selanjutnya ia mengetengahkan sejarah
kebudayaan Sasania (Persia). Riwayat-riwayat tang dikumpulkannya yang
berhubungan dengan sejarah Sasania tersebut dikutipnya dari naskah berbahasa
Arab dari buku raja-raja Persia yang diterjemahkan oleh Ibn Muqaffa’.
Pada bagian
kedua, al-Thabari memaparkan sejarah Nabi Muhammad SAW, peristiwa-peristiwa
penting yang dilaluinya dan perang-perang yang dipimpinnya. Setelah itu ia
memaparkan sejarah Islam pada masa al-Khulafa’ al-Rasyidin termasuk di dalamnya
ekspansi-ekspansi yang terjadi pada masa ini. Sejarah dinasti Ummayah merupakan
bagian tersendiri, dan karyanya itu diakhiri dengan sejarah dinasti Abbasiyah.
Peristiwa yang terakhir yang di angkat oleh al-Thabari adalah peristiwa yang
terjadi pada tahun 302 H/915 M.
2.
Al-Mas’udi
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan
Ali ibn Husayn ibn Ali (Baghdad- fustat, mesir 956 M). Ia adalah seorang
sejarahwan dan ahli geografi, ahli geologi, dan ahli zoologi muslim, juga
mempelajari ilmu kalam (theologi), akhlaq, politik, dan ilmu bahasa. Sebagian besar
sejarawan berpendapat bahwa ia dilahirkan di Baghdad di penghujung abad ke-9
dan meninggal dunia di Fursat pada tahun 956 M. Namun Ibn Nadim dalam kitabnya
al-Fihrits (indeks) menyebutnya sebagai berasal dari Maghrib.
Diantara karyanya yang dapat diketahui
adalah sebagai berikut. (1) Dzakhair al-Ulum wa Ma Kana fi Sa’ir al-Duhur
(khazanah ilmu pada setiap kurun), (2) al-Istidzkar Lima Marra fi Salif
al-A’mar tentang peristiwa-peristiwa masa lalu. (3) Tarikh fi Akhbar
al-Umam min al-‘Arab wa al-‘Ajam (sejarah bangsa-bangsa, Arab dan Persia),
(4) Akhbar al-Zaman wa man Abadahu al-Hadtsna min al-Umam al-Madhiyah wa
al-Ajyal al-Haliyah wa al-Mamalik al-Da’irah (tentang sejarah umat masa
lampau dan bangsa-bangsa sekarang serta kerajaan-kerajaan mereka).
3.
Al-Biruni
Nama lengkapnya adalah Abu Rayhan
Muhammad Ibn Ahmad al-Biruni al-Khawarizmi. Dia lahir di Khawarizm, Turkmenia
pada bulan Dzulhijjah 362 H/ September 973 M dan meninggal dunia di Ghazna pada
bulan Rajab 448 H/ 13 Desember 1048 M. Ia menguasai ilmu-ilmu sejarah,
matematika, fisika, ilmu falak, kedokteran, ilmu-ilmu bahasa, geologi,
geografi, dan filsafat. Dia adalah seorang yang terkenal banyak mengarang dan
menerjemahkan karya-karya tentang kebudayaan India kedalam bahasa Arab.
“Al-biruni” adalah julukan yang
diberikan kepadanya. Dalam bahasa Khawarizmi, kata “biruni” berarti orang
asing. Ada dua pendapat tentang alasan mengapa ia dijuluki sebagai “orang
asing”. Pendapat pertama menyatakan bahwa ia dijuluki demikian karena dia
meskipun berasal dari Khawarizmi, dia bermukim di sana hanya sebentar, karena
ia sering mengembara. Karena dia sering meninggalkan kota kelahirannya.
Pendapat kedua menyebutkan bahwa sebab dia dijuluki demikian karena dia
pertama-tama tinggal di salah satu daerah di Khawarizmi yang banyak di huni
oleh orang asing (pendatang).di samping itu ada juga yang menyatakan bahwa dia
dijuluki demikian karena dia menetap cukup lama di Birun, sebuah negeri yang
terletak di dekat Sungai Sind, di India.
4. Ibnu Khaldun
Nama lengkapnya adalah Waliyuddin ‘Abd
al-Ramhan ibn Muhammad ibn Muhammad ibn abu Bakar Muhammad ibn al-Hasan ibn
Khaldun. Dia lahir di Tunisia di awal bulan Ramadhan 732 H (27 Mei 1333 M) dan
wafat di Kairo pada tanggal 25 Ramadhan 808 H/ 19 Maret 1406 M.
Keluarganya berasal dari Khadrolmaut dan
silsilahnya sampai kepada sahabat Nabi yang bernama Wayl ibn Hujr dari kabilah
Kindah.
Dia mengarang kitab monumentalnya kitab
al-I’bar wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam al-A’rab wa al-‘Ajam wa
al-Barbar wa man Siwahum min Dzaw al-Sulthan al-Akbar (di singkat al-I’bar)
yang terdiri dari tujuh jilid besar. Kitab ini berisi kajian sejarah, dan
didahului oleh sebuah pembahasan tentang masalah-masalah sosial manusia yang
dikenal dengan nama Muqaddimah ibn Khaldun yang merupakan jilid pertama dari
kitab al-I’bar.
Kitab Muqaddimah itu membuka lebar-lebar jalan
menuju bahasan ilmu-ilmu sosial. Oleh karena itu, dalam sejarah islam Ibnu
Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dalam islam.[2]
5. Ibnu Rusyd (Averros)
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius
yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya
sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai “Kadi” (hakim) dan fisikawan.
Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar
atas filsafat Aristoteles yang mempengaruhi filsafat Kristen di abad
pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang
mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah
hukum.Pemikiran Ibnu Rusyd
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi
bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan
resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak
ada.
Filsafat Ibnu
Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa
pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap
keberagamaannya.
6. Ibnu Sina (Aviecienna)
Ibnu Sina
(980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf,
ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian
Uzbekistan). Beliau
juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang
filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan
Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan
dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal
adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama
berabad-abad.
Karya Ibnu Sina, fisikawan terbesar
Persia abad pertengahan , memainkan peranan penting pada Pembangunan kembali
Eropa.
Dia adalah pengarang dari 450 buku
pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya memusatkan pada filosofi
dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran
modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam
dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu.”
pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of
Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At
Tibb).
7.
Al-Khawarizmi
Dalam
pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam
yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang
syariat tapi di dalam bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik,
ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia.
Beliau telah menciptakan pemakaian
Secans dan Tangen dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dalam usia
muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt
al-Hikmah di Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat
belajar matematika dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin
perpustakaan khalifah. Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India dan
cara-cara perhitungan India pada dunia Islam. Beliau juga merupakan seorang
penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin. Al-Khawarizmi adalah seorang
tokoh yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab. Banyak lagi ilmu
pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematika dan menghasilkan
konsep-konsep matematika yang begitu populer yang masih digunakan sampai
sekarang.
8.
Jabir Ibnu Hayyan/ Ibnu Geber
Ditemukannya
kimia oleh Jabir ini membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak melulu lihai
dalam ilmu-ilmu agama, tapi sekaligus juga menguasai ilmu-ilmu umum. “Sesudah ilmu kedokteran, astronomi,
dan matematika, bangsa Arab memberikan sumbangannya yang terbesar di bidang
kimia,” tulis sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam History of The Arabs.
Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai Bapak Kimia Modern.
Pada perkembangan berikutnya, Jabir
Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia
menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi,
pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation),
amalgamasi, dan oksidasi-reduksi.
Semua ini telah ia siapkan tekniknya, praktis hampir semua ‘technique’ kimia modern. Ia membedakan antara penyulingan langsung yang memakai bejana basah dan tak langsung yang memakai bejana kering. Dialah yang pertama mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui proses penyulingan.[3]
Semua ini telah ia siapkan tekniknya, praktis hampir semua ‘technique’ kimia modern. Ia membedakan antara penyulingan langsung yang memakai bejana basah dan tak langsung yang memakai bejana kering. Dialah yang pertama mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui proses penyulingan.[3]
C.
PENEMUAN ILMU
DAN TEKONLOGI DI KALANGAN INTELEKTUAL MUSLIM
Dalam buku milik Mehdi Nakosteen
disebutkan beberapa kontribusi Ilmu keislaman terhadap sains modern :
1. Melalui
abad keduabelas dan sebagian abad ke tiga belas, karya-karya Muslim tentang
sains, filsafat, dan bidang-bidang lain telah diterjemahkan ke dalam bahasa
latin, terutama dari bahasa Spanyol dan memperkaya kurikulum barat, khususnya
Eropa barat laut.
2. Orang-orang
Muslim, telah memberi kepada Barat metode eksperimental, sekalipun masih kurang
sempurna.
3. Sistem notasi dan desimal Arab telah diperkenalkan
kepada Arab.
4. Karya-karya terjemahan mereka, terutama dari
orang-orang seperti Avicenna dalam ilmu kedokteran, sudah digunakan sebagai
teks (kuliah) di dalam kelas-kelas sekolah tinggi, jauh ke dalam pertengahan
abad ke tujuh belas.
5. Mereka merangsang pemikiran orang-orang Eropa, dipelajari
kembali hal itu dengan kebudayaan-kebudayaan klasik dan lainnya, sehingga
membantu menghasilkan (abad) Renaisance.
6. Mereka adalah perintis universitas-universitas Eropa,
mereka telah mendirikan ratusan
sekolah tinggi sebelum Eropa
7. Mereka
memelihara pemikiran Greco-Persian ketika Eropa bersikap tidak toleran terhadap
kebudayaan-kebudayaan Pagan.
8. Mahasiswa-mahasiswa
Eropa di dalam Universitas Muslim membawa kembali (ke negaranya) metode-metode
baru tentang pengajaran.
9. Mereka
telah memberi kontribusi tentang pengetahuan rumah sakit-rumah sakit, sanitasi
dan makanan kepada Eropa.[4]
Kemajuan
intelektual islam pada kenyataannya tidak hanya menguntugkan dunia islam saja,
tapi juga msyarakat eropa pun juga merasakan keuntungan dari kemajuan ini
terutama setelah kekuasaan islam mengalami kemunduran.
Bahkan, lebih
lanjut Endress mengatakan bahwa kontak islam dan kristan telah memberikan
kesadaranbaru bagi masyarakat kristan yang yang kemudian membawa mereka pada
kajian-kajian tentang islam dimana kegiatan ini terus berlangsung hingga
sekarang.
Kontribusi
islam dalam kebangkitan intelektual eropa. Sebagaimana dijelaskan oleh Mehdi
Nakosteen bahwa salah satu sebab kemunduran islam adalah banyaknya perpustakaan
islam yang di hancurkan oleh tentara Mongol sementara tiu, di barat banyak buku
yang tidak ikut hancur dapat karena banyak perpustakaan yang letaknya jauh dari
jangkauan penghancur. Banyak perpustakaan pribadi memiiki beberapa salianan
buku penting. Bagaimananpun, demikian Nakosteen, karya-karya terbaik tersebut
telah diselamatkan oleh para mahsiswa latin dari eropa melalui bebrapa
penterjemahan ke dalam bahasa latin, hebrew, spanyol, italia, catalan, dan
bahasa lain selama abad ke 12 dan ke13.[5]
Perkembangan sains Islam dapat dibagi ke dalam tiga
tahap. Tahap pertama adalah
pewarisan dan penerjemahan. Pada masa ini dilakukan pengumpulan berkas-berkas
penulisan Yunani untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Institusi
terkenal yang mengoleksi dan menerjemahkan tersebut salah satunya adalah Baitul
Hikmah yang dibangun pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah.
Tahap kedua adalah pengklasifikasian cabang-cabang ilmu kemudian merumuskan
metoda ilmiah dalam mempelajari dan membuktikannya. Tahap ketiga adalah pengembangan dan penemuan ilmu-ilmu
pengetahuan baru. Diantaranya:
1.
Matematika
Matematika adalah ilmu yang diperoleh melalui tangga
musik dan rasional. Konsep matematika yang dikembangkan adalah sebagai berikut
(1) logika tentang bukti, (2) ide-ide empiris tentang hukum eksakta dan hukum
alam (3) konsep operasi (4) matematika bergerak dari deskripsi yang bersifat
statis kepada deskripsi yang bersifat dinamis.[1]
Phytagoras meneliti nada-nada alam dan nada-nada
tangga nada musik. Dari hasil penelitiannya
dia mendapat ilham menciptakan sistem angka decimal 1-10, 11-20 dan seterusnya
yang hingga kini dipakai seluruh dunia. yang kemudian mengilhami Plato (428-347
SM) dan Aristoteles (384-322 SM) dan pada perkembangan matematika dan filsafat
rasional dunia barat.
Dalam perjalanan ilmu yang bertolak dari matematika yang
dipengaruhi oleh budaya Islam ditemukan letak kiblat, penemuan pola kemungkinan
simetris antara ruang dan waktu yang sifatnya statis, berbagai penemuan
mengenai simetris-simetris kristal. Sayang buku ini tidak memasukkan nama
al-Kawarizmi, kalau mau jujur selain Phytagoras.[6]
Angka-angka hindu diuraikan oleh Khawarizmi (abad ke 9)
dan Biruni (abad ke11) telah selesai diperkenlakan kepada eropa oleh Adelard
dari Bath dan melalui suatau adaptasi oleh Ibrahim Ibn Ezra (abad ke12). Pada
masa ini banyak karya matematika yang diterjemahkan.[7]
2.
Aritmatika
Menurut ibn Khaldun aritmatika Adalah pengetahuan tentang
angka-angka yang dikombinasi di dalam deret hitung dan deret ukur. Disiplin
ilmu ini adalah cabangnya pertama dari ilmu-ilmu matematis dan yang paling
pasti. Ia masuk kedalam pembuktian melalui hitungan. Buku-buku tentang ilmu ini
ditulis As-Syifa, An-Najat oleh Ibnu Sina.
Merupakan cabang
aritmatika : orang pertama yang menulis disiplin ilmu ini adalah al-Khawarizmi,
dan sesudahnya, Abu Kamil Syuja bin Aslam. Buku yang terbaik adalah kitab karya
al-Quraisyi.
3.
Geometri
Meluasnya dunia Islam membutuhkan panduan di bidang
geografi. Menghadapi kebutuhan yang berkembang pada perjalanan dan pedagangan
serta urusan pemerintahan, ahli geografi bekerja keras untuk memperbaiki,
mengembangkan, dan mengisi peta dunia yang diperoleh dari sumber-sumber
Babilonia, Persia, dan Yunani serta dari naskah Yahudi, Kristen dan Cina.
Pandangan kartografi Islam terhadap daerahnya menyerupai pandangan kartografi
modern. Abu Ishaq al-Istakhri dengan karyanya: Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalur
Perjalanan Kerajaan) dan Ibn Hawqal membagi daerah Islam menjadi 12 wilayah dan
memisahkan daerah non-Islam dalam kategori yang berbeda serta menulis atlas.
Al-Mas’udi, dalam karyanya Muruj al-Dhahab (Padang Rumput
Emas dan Tambang Permata), menguraikan tempat-tempat yang ia kunjungi dan
berisi potret Eropa. Ibn Batuta, penjelajah abad
ke-14 asal Maroko, menghabiskan hidupnya dengan berkelana dari Afrika Utara ke
Cina dan Asia Tenggara lengkap dengan laporannya. Ibnu Khaldun memberikan
penjelasan tentang daerah dan orang-orang di dalam batas wilayah Islam.
Al-Idrisi membuat peta dunia berbentuk relief dari perak kemudian membuat
detailnya pada 71 peta terpisah dan menyertainya dengan buku Kitab al-Rujari. Piri Re’is, seorang kapten laut masa Turki Utsmani,
menghasilkan atlas mediterania serta bahkan peta Afrika Barat dan Amerika.
4.
Optika
Merupakan cabang
geometri ilmu yang menerangkan musabab terjadinya kesalahan dalam persepsi
visual, dengan dasar pengetahuan tentang bagaimana sebab-sebab hal tersebut
terjadi. Persepsi visual terjadi dengan melalui kerucut yang ditimbulkan oleh
sinar. Yang puncaknya adalah titik pandang dan pangkalnya adalah obyek yang
dilihat. Ilmu ini juga membahas juga perbedaan melihat bulan pada laritude yang
berlainan (de Slane mencatat bahwa Ibnu Khaldun telah mengatakan
Longitudelongitude). Sarjana yang paling
terkenal membahas tentang ini adalah Ibnu al-Haitsan.
5.
Astronomi
Ilmu yang mempelajari gerakan bintang- bintang yang tetap
dan planet-planet, astronomi menarik kesimpulan berdasarkan metode geometris
tentang adanya bentuk-bentuk tertentu dan bermacam-macam posisi lingkaran yang
mengharuskan terjadinya gerakan yang dapat dilihat dengan indra itu. Dan
astronomi juga membuktikan bahwa misalnya dengan adanya presisi
equinox-equinox, pusat bumi tidaklah identik dengan pusat lingkaran kecil
(epicycle) yang membawa (bintang-bintang) dan bergerak di dalam lingkaran yang
besar. Lalu melalui gerakan bintang-bintang yang tetap, astronomi membuktikan
adanya lingkaran falak kedelapan. Dibuktikan juga bahwa bintang tunggal
memiliki sejumlah deklinasi. Orang yunani mempergunakan alat yang mereka sebut
Astrolab (dzat i-halg).
Dalam Islam pada masa al-makmun dibangun alat observasi
besar yang dikenal Astrolab, tapi tidak selesai kemudian pondasi bangunan ini
lenyap, dan dilupakan Karya terbaik bidang ini adalah Majisti (Al-Magest ) yang
dikarang oleh Ptolomeus (raja Yunani ) sedang filosof muslim terkemuka seperti
Ibnu Sina meringkasnya dalam Asy-Syifa, Ibnu Rusyd (filosof Andalusia) juga
meringkas karya ptolomeus . Ibn as-Samah dan ibn as-Shalt dalam kitab
al-Iqtishar, Ibn al-Farghani memiliki ringkasan astronomi.
6.
Fisika
Menuru
Ensiklopedi Islam Fisika adalah ilmu pengetahuan yang membahas materi, energi,
dan interaksinya. Ruang lingkup fisika amat luas, mencakup struktur materi,
sifat berbagai wujud materi dan interaksinya. Menurut ibnu Khaldun Fisika
adalah Ilmu yang membahas tentang tubuh-tubuh dari titik pandang gerakan dan
diam yang melekat padanya. Fisika mempelajari tentang tubuh-tubuh samawi dan
substansi elementair, sebagaimana juga manusia, binatang, tumbuhan dan barang
tambang yang diciptakan dari padanya. Perihal mata air, gempa yang timbul dalam
bumi, juga awan, uap , guntuh, kilat, dan badai yang terdapat dalam atmosfir
dan lain-lain.
Selanjutnya
mempelajari tubuh, yaitu jiwa dalam berbagai bentuk dimana ia muncul pada
manusia dan binatang-binatang dan tumbuhan Buku-buku Aristoteles tentang fisika
di ringkas dalam asy-Syifa karya ibnu Sina. Kemudian Ibnu Sina meringkas
kembali Asy-Syifa didalam kitab An-Najah dan al-isyarat. Ibnu Sina seakan–akan
menetang Aristoteles dan banyak mengemukakan pendapatnya sendiri sedang Ibn
Rusyd meringkas tapi tidak menentang.
7.
Kedokteran
Kedokteran
adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang tubuh manisia dari segi
sehat dan sakitnya. Dokter berusaha menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit
dengan bantuan obat-obatan dan makanan. Galen atau galinus ilmuwan yang hidup
jaman nabi Isa karya-karya kedokterannya merupakan induk dari ilmu kedokteran
sesudahnya. Dalam Islam terdapat dokter-dokter terkemuka seperti ar-Razi
(Muhammad ibn Zakaria ) 251-313H /866-925 M, al-Majusi (Ali ibn al-Abbas abad
ke 10), dan Ibnu Sina. Dan dari kalangan Andalusia yang paling terkenal adalah
Ibn-Zuhr (Abdul Malik bin Zuhr (avenzoar) wafat 557 H (1162 M).[8]
8.
Aljabar
Ilmu pengethuan tentang aljabar
telah disebarkan ke barat melalui terjemahan-terjemahan latin oleh Adelard dari
Bath , John dari Seville, dan Robert dari Chster. (Plato dari Tivoli juga
menerjemahkan Spherics karya dari Theodosius dari Bythinia, dari bahasa Arab ke
bahasa Latin. Lebih lanjut dperkenalkan malalui tulisan febonacci dan risalah
dalam bahasa Hebrew dari Abraham bar Hiyya, dierjemahkan bahasa latin oleh
Plato dari Tivoli tahun 1145.[9]
BAB III
KESIMPULAN
Sekitar abad
ke-7 dan 8 M. Islam telah menyebarkan sayap-sayapnya ke Syiria, mesir, Afrika
Utara dan sebagian Spanyol. Melalui filosof-filosof kristen di Syiria
orang-orang islam mengenal filsafat Yunani.
Dengan
demikian filsafat Yunani yang sampai ke dunia islam bkanlah langsung dari
Yunani akan tetapi melalui filosof diluar yunani dan bahkan telah bercampur
aduk dengan pemikiran-pemikiran di mana filsafat itu berkembang.
Diantara
ilmuan muslim yaitu :
1.
Al-Thabari
2.
Al-Mas’udi
3.
Al-Biruni
4.
Ibnu Khaldun
5.
Ibnu Rusyd
6.
Ibnu Sina
7.
Al-Khawarizmi
8.
Jabir Ibnu Hayyan
Perkembangan sains Islam dapat dibagi ke dalam tiga
tahap. Tahap pertama adalah
pewarisan dan penerjemahan. Pada masa ini dilakukan pengumpulan berkas-berkas
penulisan Yunani untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Institusi
terkenal yang mengoleksi dan menerjemahkan tersebut salah satunya adalah Baitul
Hikmah yang dibangun pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah.
Tahap kedua adalah pengklasifikasian cabang-cabang ilmu kemudian merumuskan
metoda ilmiah dalam mempelajari dan membuktikannya. Tahap ketiga adalah pengembangan dan penemuan ilmu-ilmu
pengetahuan baru.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuni, Yusran. 1996. Dirasah Islamiyah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
In’am Esha, Muhammad. 2011. Percikan Filsafat
Sejarah dan Peradaban Islam. Malang: UIN Maliki Press.
Nakosteen, Mehdi. 1996. Kontribusi Islam atas
Dunia Intelek Barat. Surabaya: Risalah Gusti
Yatim, Badri. 1997. Historiografi Islam. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu.
[1] Yusran Asmuni, Dirasah
Islamiyah, cet. Ke 1, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.
91-98.
[3] http://klikunic.net/inilah-10-ilmuwan-islam-paling-berjasa-dalam-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-dunia/ Selasa 28 Oktober 2014 jam 09.12
WIB.
[5] Muhammad In’am Esha, Percikan
Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam, cet. Ke 1, (Malang: UIN Maliki Press,
2011), hlm. 137-136.
[9] Mehdi Nakosteen, Kontribusi
Islam atas Dunia Intelektuak Barat: Deskripsi Analisis Abad Keemasan, cet.
Ke 1, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hlm. 272.
semoga bermanfaat.
BalasHapus