Laman

Senin, 04 April 2016

HT L 7 a "MANUSIA: ASPEK FISIK- BIOLOGIS"

HADITS TARBAWI 
"MANUSIA: ASPEK FISIK- BIOLOGIS" 
 
Athi’ Faridlotun Khasanah 
2021214408


KELAS : L
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM / JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016



KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah S.W.T., atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Manusia: Aspek Fisik-Biologisini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw. serta keluarga dan sahabatnya.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan yang diampu oleh Bapak Ghufron Dimyati, M. Ag di STAIN PEKALONGAN.
Makalah ini dapat selesai dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat,
1.H.Salafudin, M.Si.selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam.
2. Dra.Hj.Musfirotun Yusuf,M.M selaku dosen pembimbing.
3. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap semoga hasil karya ini bermanfaat dan dapat dijadikan pengetahuan mengenai hal tersebut.
Akhirnya penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Untuk itu penyusun mengucapkan terimakasih.


                                                                                     Pekalongan, 25 Maret 2016
                                                                                               


                                                                                                    Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah Swt. Yang paling mulia, baik dilihat dari segi bentuk, kepribadian, akal, pikiran, perasaan dan sebagainya. Berbeda dengan makhluk yang lain, meskipun memiliki kehidupan tetapi tidak memiliki sifat-sifat seperti manusia. Sebagai makhluk yang paling mulia, ternyata bahan dasar yang dipakai dalam menciptakan manusia adalah tanah. Maha Besar Allah Swt. Pencipta yang paling baik.
            pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang penciptaan manusia melalui proses yang demikian rumit oleh Allah melalui beberapa tahapan untuk memperoleh bentuk yang sempurna.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian
Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalam “Man the Unknown”, bahwa banyak kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia, karena keterbatasan-keterbatasan manusia sendiri.
Istilah kunci yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pada pengertian manusia menggunakan kata-kata basyar, al-insan, dan ann-nas.
Kata basyar disebut dalam Al-Qur’an 27 kali. Kata basyar menunjuk pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran [3]:47) tegasnya memberi pengertian kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.
Kata al-insan dituturkan sampai 65 kali dalamAl-Qur’an yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori. Pertama al-insan dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung amanah (QS Al-Ahzab [3]: 72), kedua al-insan dihubungkan dengan predisposisi negatif dalam diri manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS Al-Maarij [70]: 19-21) dan ketiga al-insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan nonmateri (QS Al-Hijr [15]: 28-29). Semua konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia psikologis dan spritual.
Kata an-nas yang disebut sebanyak 240 dalam Al-Qur’an mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial dengan karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman padahal sebenarnya tidak (QS Al-Baqarah [2]:8).[1]
Secara biologis manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Dia merupakan hasil akhir dari hasil evolusi penciptaan alam semesta. Manusia adalah makhluk dua dimensi. Di satu pihak terbuat dari tanah (thin) yang menjadikannya makhluk fisik, di pihak lain, ia juga makhluk spiritual karena ditiupkan kedalamnya roh Tuhan. Dengan demikian, manusia menduduki posisi yang unik antara alam semesta dan Tuhan, yang memungkinkannya berkomunikasi dengan keduanya.
       Sebagai makhluk fisik-biologis, manusia adalah makhluk paling maju dan sempurna, dan merupakan puncak evolusi alam. Sebagai makhluk paling maju secara fisik dan paling rumit dalam strukturnya, manusia mengandung semua unsur yang ada dalam kosmos, mulai dari unsur yang ada dalam dunia mineral (batu-batuan, logam dan lainnya), dunia tumbuhan dengan kemampuan untuk tumbuh, menambah baik dan berkembang biak, sampai yang ada pada dunia hewan dengan kemampuannya bergerak secara bebas untuk melakukan penyerapan indrawi (sense perception).
       Selain itu manusia juga memiliki jiwa rasional yang hanya dimilki bangsa manusia saja. Jiwa rasional ini memungkinkan  manusia mampu mengambil premis-premis rasional yang berguna untuk membimbing,mengatur dan menguasai daya-daya dari jiwa-jiwa yang lebih rendah. Dengan demikian, manusia merupakan inti dari alam semesta, dan tidak heran kalau kaum bijak menyebut manusia sebagai mikrokosmos karena mengandung semua unsur yang terdapat dalam makrokosmos (alam semesta).
       Karena kedudukannya yang sangat istimewa itulah,manusia dikaruniai roh oleh Tuhan yang menyebabkan manusia memiliki dua dimensi yang membentuk sebuah entritas yang disebut diri (al-nafs). Kedua unsur tersebut adalah unsur jasmani dan unsur rohani. Sebagai makhluk rohani manusia mampu melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh makhluk lainnya, seperti menerima wahyu atau  ilham, meneruskan kehidupan setelah kematian, melakukan perenungan abstrak dan mengetahui ma’qulat (yaitu hal-hal yang hanya bisa dipahami akal dan intuisi tetapi tidak melalui indera).[2]




B.     Ayat atau Hadits Pendukung
·         QS. Al-Mu’minun ayat 12-14
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ   §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ   ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ  
12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

·         QS. Shaad ayat 71-72
øŒÎ) tA$s% y7/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) 7,Î=»yz #ZŽ|³o0 `ÏiB &ûüÏÛ ÇÐÊÈ   #sŒÎ*sù ¼çmçG÷ƒ§qy àM÷xÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇÐËÈ  
71. (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah".
72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya".
Ayat tersebut menjelaskan bahwa proses (tahapan) penciptaan manusia melibatkan tanah (kerak bumi) sebagai bahan dasar, penyempurnaan dan proses pembentukan, serta ditiupkan ruh Allah Swt. Proses tersebut merupakan salah satu tahapan pembentukan manusia dari tanah yang merupakan salah satu unsur bumi, sebagaimana yang tersurat dalam ayat Al-qur’an tentang proses penciptaan manusia.[3]
·         Dalam sebuah Hadis dijelaskan:

عن أنس ابن مالك رضي الله عنه عن النّبي صلي الله عليه وسلم قال وكّل الله بالرّحم ملكا فيقول أي ربّ نطفة , أي ربّ علقة, أي ربّ مضغة, فإذا اراد الله ان يقضي خلقها قال: أي ربّ ذكر أم أنثي ؟ أشقيّ أم سعيد فما الرّزق , فما الاجل؟ فيكتب كذ لك في بطن أمّه

Dari Anas bin Malik RA, dari Nabi Saw. Beliau bersabda.”Allah menugaskan seorang malaikat untuk menangani rahim, lalu dia berkata, ‘Wahai Tuhanku , setetes mani’. ‘Wahai Tuhanku, segumpal darah’.’Wahai Tuhanku, segumpal daging’. Kemudian tatkala Allah hendak menyempurnakan penciptaannya, malaikat itu berkata, ‘Wahai Tuhanku, laki-laki atau perempuan? Sengsara atau bahagia? Bagaimana rezekinya? Kapan ajalnya? Maka ditetapkanlah semua itu ketika berada di dalam perut ibunya .”[4]
C.  Teori Pengembangan
Melalui konsep embriologi yang tersurat di dalam Al-qur’an dapat dipelajari bahwa Allah Swt. Menciptakan manusia melalui beberapa proses untuk memperoleh bentuk yang sempurna. Proses penciptaan ini mempunyai bahan dasar yang berasal dari tanah kemudian mengalami sejumlah proses menjadi bentuk yang sempurna. Penciptaan manusia berikutnya diciptakan dari air mani yang kemudian dipertemukan dengan “benih” perempuan. Melalui proses yang rumit, embrio tersebut bermigrasi dan kemudian tertanamlah “benih” manusia tersebut pada tempat yang kokoh, yaitu rahim. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang embriologi, terdapat beberapa teori tentang perkembangan (embriologi) manusia sebelum Al-Qu’an diturunkan, antara lain teori yang dikemukakan oleh Aristoteles (322-384 SM yang menjelaskan bahwa pencipataan manusia berasal dari mani laki-laki dan wanita kemudian berkembang menjadi makhluk kecil yang menyerupai manusia. Teori ini berkembang selama 2000 tahun. Teori ini ditinggalkan karena muncul pertemuan dari Fransisco Redi (1668 M) dan Louis Pasteur (1864 M) yang menjelaskan terbentuknya janin melalui embriologi modern. Penemuan pada abad ke-19 ini telah mendukung konsep embriologi yang ada di dalam Al-Qur’an yang diwahyukan Allah Swt. Kepada Nabi Muhammad Saw pada abad ke-7 M. [5]
Di dalam Al-qur’an dijelaskan bahwa perkembangan manusia di dalam rahim ibu melibatkan 3 proses, yaitu:
1.      Nutfah.
Nutfah merupakan pencampuran antara setetes mani laki-laki dan wanita. Setetes mani (dalam ilmu reproduksi disebut sperma) mengandung jutaan sel spermatozoa yang bercampur dengan sel telur (dalam ilmu reproduksi disebut ovum).
2.      Organogenesis (proses pembentukan organ)
Proses pembentukan organ dimulai dari:
a.       Pembentukan segumpal darah (alaqoh). Pembentukan alaqoh terjadi setelah proses peleburan antara sel spermatozoa dengan sel telur kemudian terbentuklah zigot (merupakan cikal bakal manusia).
b.      Pembentukan segumpal daging (mudhghoh), dalam bahasa Indonesia disebut mudigah. Bentukan yang menyerupai segumpal daging ini terjadi pada minggu ke-3 hingga ke-8.
c.       Pembentukan tulang dan daging (dalam biologi disebut otot). Pada tahap ini rangka manusia mulai dibentuk.
3.      Tahap perkembangan.
Tahap ini dimulai sejak minggu ke-8 yang telah menggambarkan kesempurnaan organ melalui organogenesis (proses pembentikan organ). Dalam hal ini telah terlihat beberapa anggota badan dan jenis kelamin. Keadaan ini akan terus mengalami perkembangan hingga menjelang kelahiran. [6]
            Al- Fadhil Ali bin Al Muhaddab Al-Hamawi, seorang tabib, menukil keseragaman pendapat para dokter,bahwa pembentukan janin di dalam rahim terjadi dalam waktu sekitar empat puluh hari, dan pada kurun waktu ini sudah bisa dibedakan jenis kelaminnya apakah laki-laki ataukah perempuan berdasarkan unsur-unsur yang menunjukkan arah bentuknya. Kemudian menjadi segumpal darah juga dalam kurun waktu seperti itu. Mereka berkata,”Gerakan janin secara halus akan terasa pada masa pembentukannya.” Kemudian menjadi segumpal daging kecil juga selama kurun waktu seperti itu, yakni pada empat puluh hari ketiga, lalu ia pun dapat bergerak. Selanjutnya dia berkata,”para dokter sepakat bahwa ruh tidak ditiupkan kecuali setelah empat bulan.”[7]
           
D.  Aplikasi Hadits dalam Kehidupan
Sebagai khalifah-Nya di muka bumi, manusia dikaruniai Tuhan dengan dua buah yang sangat istimewa, “kebebasan” dan “ilmu pengetahuan”. Kebebasan manusia bersandar pada kenyataan bahwa manusia bukan hanya makhluk jasmani, tetapi juga makhluk rohani dengan memiliki roh yang berasal dari Tuhan sendiri. Karena roh manusia memiliki sumber rohani, maka manusia tidak sepenuhnya tunduk pada hukum yang berlaku di alam fisik. Dengan sifatnya yang seperti itu, Tuhan mengaruniai manusia dengan kebebasan, yakni kebebasan terbatas untuk memilih, sebagai hadiah yang diberikan hanya kepada manusia. Kebebasan adalah amanat yang tidak mau diemban oleh langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi hanya manusia yang mau mengembannya.[8]
Dengan adanya kebebasan itu, manusia menjadi makhluk yang moral yang bisa diberi sifat baik atau jahat, tergantung perbuatan mana yang dipilihnya secara sadar. Manusia tidak dipaksa Tuhan untuk mengerjakan suatu perbuatan yang ditentukan khusus oleh-Nya, tetapi manusia dapat memilih perbuatan tersebut. Dan baik buruknya manusia ditentukan oleh pilihannya sendiri. Kalau manusia tidak punya kebebasan memilih (ikhtiar), maka berarti manusia telah ditentukan dari semula untuk melakukan perbuatan yang ditentukan sebelumnya oleh Tuhan. Dan jika itu yang terjadi, maka manusia pada hakikatnya tidak punya kekuatan apapun terhadap apa yang telah dilakukannya. Manusia tidak akan mampu mengubah suatu apapun. Jika keberadaan dan cara berada manusia seperti ini, maka ia tidak ubahnya seperti keberadaan dan cara berada benda-benda mati semisal batu atau meja.
Selain kebebasan manusia juga dikaruniai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan hasil pengolahan akal (berpikir) dan perasaan tentang sesuatu yang diketahui itu. Sebagai makhluk berakal, manusia mengamati sesuatu. Hasil pengamatan itu diolah sehingga menjadi ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan itu, dirumuskannya ilmu baru yang akan digunakan dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjangkau jauh di luar kemampuan fisiknya.[9]
Selain panca indera lahir, manusia juga dikaruniai akal yang mampu menerobos batas-batas inderawi melalui metode silogistik, sehuingga dapat menangkap obbjek-objek nonmaterial atau yang biasa disebut ma’qulat (yakni objek-objek yang hanya bisa dipahami oleh akal) yang biasanya dikontraskan dengan mahsusat (yakni objek-objek yang hanya bisa ditangkap lewat persepsi indrawi). Selain panca indra dan akal, manusia juga dikaruniai hati (qolb atau fuad) oleh Tuhan.seperti halnya akal, hati juga mampu menangkap objek-objek nonmaterial. Namun berbeda dengan akal yang mengangkap objek-objek tersebut secara tidak langsung melalui proses pengambilan kesimpulan dari benda-benda atau objek-objek yang telah diketahui, yang biasanya disebut silogisme, maka hati menangkap objek-objek nonmaterial (ma’qulat) tersebut melalui pengetahuan langsung atau pengalaman batin atau apa yang disebut sebagai intuisi. Pengalaman batin tersebut biasanya disebut dzawq.[10]  
E.  Nilai Tarbawi
1.      Manusia diciptakan oleh Allah dari saripati (berasal) dari tanah, maka dari itu, kita (manusia) harus memiliki sifat rendah hati dan tidak sombong karena dihadapan Allah kita adalah sama.
2.      Semua kehidupan (ajal, jodoh, rizqi, bahagia dan celaka) manusia telah ditentukan oleh Allah pada usia 4 bulan dalam kandungan , kita sebagai manusia hanya bisa ikhtiar dan berdoa.
3.      Kita harus beriman kepada Qodar (takdir), karena Allah telah mentakdirkan nasib manusia sejak masih dalam kandungan atau alam rahim.
4.      Beriman kepada Qodar (takdir) akan menghasilkan rasa takut yang mendalam dan menumbuhkan semangat yang tinggi untuk breramal dan istiqomah demi mengharap khusnul khotimah.
5.      Manusia dikarunia oleh Allah berupa akal dan perasaan yang memungkinkannya menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan, dan membudayakan ilmu yang dimilikinya.















PENUTUP
Proses penciptaan manusia setelah Nabi Adam ialah terjadi secara biologis. Yaitu bahwa manusia diciptakan oleh Allah dari saripati (berasal) dari tanah. Dari saripati kemudian dijadikan air mani. Setelah air mani bertemu ovum kemudian disimpan dirahim ibu selama empat puluh hari menjadi segumpal darah lalu menjadi segumpal daging, kemudian menjadi tulang-belulang kemudian Allah membentuk menjadi manusia, baru setelah janin berusia 120 hari Allah meniupkan ruh ke janin tersebut. setelah kandungan berusia 9 bulan terjadi kelahiran.
Semua kehidupan (ajal, jodoh, rizqi, bahagia dan celaka) manusia telah ditentukan oleh Allah pada usia 4 bulan dalam kandungan , kita sebagai manusia hanya bisa ikhtiar dan berdoa.

           

















DAFTAR PUSTAKA

Didiek A. Supadie, dkk, Pengantar Studi Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2012)
Darajat, Zakiyah. 2014. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Hajar, Ibnu Al-Asqolani, Al-Imron Al-Hafidz. 2009.Fathul Baari 32. Jakarta: Pustaka Azzam
Kartanegara, Mulyadhi. 2007. Nalar Religius, menyelami hakikat Tuhan, Alam dan Manusia. Jakarta: Erlangga
Kiptiyah. 2007. Embriologi dalam Al-qur’an. Malang: UIN Malang PRESS





















PROFIL

 
Nama               : Athi’ Faridlotun Khasanah
NIM                : 2021214408
Alamat                        : Desa Kendalrejo, Kec. Petarukan, Kab. Pemalang
Jurusan            : Tarbiyah
Prodi               : PAI
Semester          : 4
Kelas               : L
Pendidikan      :
1.      MI AL- MU’AWANAH
2.      MTs AL-MU’AWANAH
3.      MAN PEMALANG
4.      STAIN PEKALONGAN
“ Semua akan indah pada waktunya”




Hadis 38: Manusia: Aspek Fisik- Biologis
عن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال حدّثنا رسول الله صلّى الله عليه وسلّم وهوالصّادق المصدوق قال {إنّ احدكم يجمع خلقه في بطن امّه أربعين يوما ثمّ يكون مضغة مثل ذالك ثمّ يبعث االله ملكا في ؤمرب أربع كلمات و يقال له اكتب عمله ورزقه وأجله وشقيّ أوسعيد ثمّ ينفخ فيه الروح فإنّ الرّجل منكم ليعمل حتّى ما يكون بينه وبين الجنّة إلاّ ذراع فيسبق عليه كتابه فيعمل بعمل أهل النّار و يعمل حتّى ما يكون و بين لنّار إلاّ ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنّة} رواه البخار في الصحيح كتاب بدء الخالق, باب ذكر الملائكة. 

“Dari Zaid bin Wahab, Abdullah bin Mas’ud berkata, Rasulullah menceritakan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar lagi dibenarkan, sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaanya diperut ibunya selama 40 hari. Kemudian ia menjadi segumpal darah kemudian menjadi daging sama seperti itu, kemudian Allah mengutus Malaikat dan diperintahkan menulis empat kalimat. Dikatakan kepadanya: tulislah amalnya, rizkinya, dia sengsara atau bahagia. Kemudian ditiupkan ruh kepadanya. Sesungguhnya salah seorang dianntara kalian melakukan amalan hingga tidak ada lagi antara dirinya dengan surga kecuali satu jengkal, namun kitabnya telah mendahuluinya lalu ia melakukan amalan penghuni neraka. Dan sesungguhnya seseorang berbuat hingga tidak ada antara dirinya dan neraka kecuali satu jengkal. Namun kitab telah mendahuluinya maka dia melakukan amalan penghuni surga.” (HR> Bukrori) 



[1] Didiek A. Supadie, dkk, Pengantar Studi Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm 137-138
[2] Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius, menyelami hakikat Tuhan, Alam dan Manusia, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm 12-13

[3] Kiptiyah, Embriologi dalam Al-qur’an, (Malang: UIN Malang PRESS, 2007), hlm 2
[4] Ibnu Hajar Al-Asqolani, Al-Imron Al-Hafidz, Fathul Baari 32,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm
[5] Ibid., hlm 20
[6] Ibid., hlm 25-30
[7] Ibnu Hajar Al-Asqolani, Al-Imam Al-Hafizh, op. Cit, hlm 16
[8]Mulyadhi Kartanegara, op.cit , hlm 14
[9]Zakiyah Darajat, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm 5-6
[10] Mulyadhi Kartanegara, op.cit. hlm 15-16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar