Laman

Jumat, 23 September 2016

sbm G 3 PENDEKATAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN


PENDEKATAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN 
 Mifrokhatul Laily   Marisa Levia Devega
 Wahyu Diniyah       Tiya Apriyani          
 Kelas G

PRODI PAI / JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016




KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar”. Shalawat serta salam semoga senantiasa kita curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga dan sahabat beliau.
Makalah ini menjelaskan tentang pengertian Pendekatan dalam belajar mengajar. Makalah ini meliputi: Pengertian pendekatan dalam proses belajar mengajar, macam-macam pendekatan dalam proses belajar mengajar serta contoh pendekatan dalam proses belajar mengajar. Makalah ini disajikan dalam mata kuliah Strategi Belajar Mengajar di IAIN Pekalongan.
Kepada para pembaca, penulis membuka kritik dan saran baik dari segi penulisan maupun isinya untuk penyempurnaan penulisan berikutnya.Akhirnya, semoga makalah yang sederhana ini dapat menambah wawasan keilmuan tentang Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.


Pekalongan, September 2016

                                            
Penulis





BAB I
                                                           PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Proses belajar mengajar saat ini masih banyak yang menggunakan paradigma lama, yaitu diman seorang guru yang lebih aktif daripada peserta didiknya. Sehingga proses belajar mengajar itu didominasi oleh peran dan kegiatan guru. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan peserta didik yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini tercapai sesuai dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan peserta didik. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi antara dua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, peserta didik juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar serta lebih merasa bersahabat dengan guru yang mengajar.
Pendidik yang memandang peserta didik sebagai pribadi yang berbeda dengan peserta didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang peserta didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting untuk meluruskan pandangan yang keliru dalam meniali peserta didik, untuk itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi bahwasanya peserta didik itu merupakan individu dengan segala perbedaannya sehingga diperlukan beberapa pendekatan dalam proses belajar mengajar.
B.       Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalahnya adalah :
1.         Apa yang dimaksud dengan pendekatan dalam proses belajar mengajar ?
2.         Apa saja macam-macam pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar?
3.         Bagaimana contoh pendekatan dalam proses belajar mengajar ?



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar
      Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan adalah
1.         Proses perbuatan, cara mendekati
2.         Usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Dalam bahasa inggris, pendekatan diistilahkan dengan “ approach” dalam bahasa Arab disebut dengan “ madkhal”.
Secara terminologi Mulyanto Sumardi menyatakan, bahwa “pendekatan” bersifat axiomatic. Ia terdiri dari serangkaian asumsi mengenai hakikat bahasa dan pengajaran bahasa serta belajar bahasa. Bila dikaitkan dengan pendidikan islam, “ pendekatan” berarti serangkaian asumsi mengenai hakikat pendidikan Islam dan pengjaran agama Islam serta belajar agama Islam. [1]
Pendekatan selalu terkait dengan tujuan, metode dan teknik. Karena teknik yang bersifat implementasional dalam pengajaran tidak terlepas dari metode apa yang digunakan. Sementara metode sebagai rencana yang menyeluruh tentang penyajian materi pendidikan selalu didasarkan dengan pendekatan, dan pendekatan merujuk kepada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pendidikan tidak akan efektif apabila tidak melakukan pendekatan ketika menyampaikan suatu materi dalam proses belajar mengajar. Dalam proses pendidikan agama Islam, pendidikan tepat guna adalah pendidikan yang mengandung nilai-nilai yang sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai  untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam.
Menjadi guru kreatif, profesional dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan suatu pendekatan pembelajaran mungkin memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran lainnya.
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Pada dasarnya pendekatan pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknis pelaksanaannya. Satu pendekatan direncanakan untuk satu pembelajaran, mungkin dalam pelaksanaan proses tersebut digunakan beberapa metode.[2]
B.       Macam-macam Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar
Ada beberapa pendekatan yang diharapkan dapat membantu seorang pendidik dalam menyelesaikan dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain sebagai berikut.
1.         Pendekatan yang Berhubungan dengan Penyampaian Materi
a.        Pendekatan Kompetensi
Kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi menunjuk kepada perbuatan (performance) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada perbuatan yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh. 
Implikasi dari pendekatan kompetensi terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)        Pembelajaran perlu menekankan pada pembelajaran individual meskipun dilaksanakan secara klasikal, dalam pembelajaran perlu diperhatikan peserta didik. Dalam hal ini misalnya tugas diberikan secara individu, bukan secara kelompok.
2)        Perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan metode dan media yang bervariasi yang memungkinkan setiap peserta didik mengikuti belajar dengan tenang dan menyenangkan.
3)        Dalam pembelajaran perlu diberikan waktu yang cukup, terutama dalam penyelesaian tugas atau praktik pembelajaran agar setiap peserta didik dapat mengerjakan tugas belajar dengan  baik.[3]
b.        Pendekatan Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu potensi yang diciptakan oleh Allah SWT untuk digunakan sebagai pemenuhan  kebutuhan manusia dalam menjalani hidup di dunia yang perlu dijaga kelestariannya. Lingkungan merupakan sumber belajar yang paling efektif dan efisien serta tidak membutuhkan biaya yang besar dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.[4]
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk melibatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya.
c.         Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.[5]
d.        Pendekatan Tematik (Thematic Approach)
Pendekatan tematik adalah suatu sistem pembelajaran yang menyatukan beberapa mata pelajaran yang dikaitkan/berpusat pada satu pokok permasalahan (tema), sehingga terjadi kepaduan antara yang satu dengan yang lain dan dapat memberikan pengalaman belajar yang berarti bagi siswa. Pengalaman yang berarti tersebut ditunjukan dengan mampunya siswa menghubungkan antara konsep-konsep belajar yang telah dilakukannya dan dapat diwujudkannya/direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siwa tidak hanya menghafal materi pelajaran saja.
Pendekatan tematik menekankan pada pembelajaran yang mengajak siswa untuk menemukan dan melakukan pengalaman belajaranya sendiri (learning by doing). Pendekatan ini dimotori oleh Gestalt dan Piaget yang menekankan bahwa pembelajran haruslah bermakna dan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan anak.[6]

e.         Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang tekandung didalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan sub konsep yang menjadi fokus dengan berbagai metode siswa dibibimbing untuk memahami konsep.
f.         Pendekatan Inquiri
Kegiatan pembelajaran selama menggunakan pendekatan inkuiri ditentukan oleh keseluruhan aspek pengajaran di kelas, proses keterbuakaan, dan peran siswa aktif. Pada prinsipnya, keseluruhan proses pembelajaran membantu siswa menjadi mandiri, percaya diri, dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk terlibat secara aktif. Peran guru bukan hanya membagikan pengetahuan dan kebenaran, melainkan pula sebagai penuntun dan pemandu. Peran guru adalah menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran. Jadi, bukan memberikan informasi atau ceramah kepada siswa. Guru juga harus memfokuskan pada tujuan pembelajaran, yaitu mengembangkan tingkat berpikir yang lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa. Setiap pertanyaan yang diajukan oleh siswa sebaiknya tidak langsung dijawab oleh guru, tetapi siswa diarahkan untuk berpikir tentang jawaban dari pertanyaan tersebut.[7]
g.        Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses, seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan.
h.        Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association (NSTA) menunjukkan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses dan konsep pengetahuan.[8]
i.          Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran di sekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Semua mata pelajaran itu pada umumnya dapat dibagi menjadi mata pelajaran umum dan mata pelajarn agama. Berbagai pendekatan dalam pembahasan terdahulu dapat digunakan untuk kedua jenis mata pelajaran ini. Tentu saja penggunaannya tidak sembarangan, tetapi harus disesuiakan dengan tujuan pembelajaran yang dicapai. Dalam praktiknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Khususnya untuk mata pelajaran umum, sangat berkepentingan dengan pendekatan keagamaan. hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum. Sehingga dengan pendekatan keagamaan dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama di dalam diri siswa, yang pada akhirnya nilai-nilai agama tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dihayati, dipahami dan diamalkan selama hayat siswa di kandung badan.
j.          Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Dalam rangka penguasaan bahasa Ingrris tidak bisa mengabaikan masalah pendekatan yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Kegagalan penguasaan bahasa Inggris oleh siswa, salah satu sebabnya adalah kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Kegagalan pengajaran tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena akan menjadi masalah bagi siswa dalam setiap jenjang pendidikan yang dimasukiny, karenanya perlu dipecahkan. Salah satu alternatif ke arah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru, yaitu pendekatan kebermaknaan.[9]


2.    Pendekatan yang Berhubungan dengan Penciptaan Kondisi Pembelajaran
a.      Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem pada mulanya digunakan di bidang enginering untuk merancang sistem-sistem elektronik, mekanik dan militer. Kemudian pendekatan sistem melibatkan sistem manusia-mesin, dan selanjutnya dilaksanakan dalam bidang keorganisasian dan manajemen. Pada akhir tahun 1950 dan awal tahun 1960-an mulai diterapkan dalam bidang pendidikan dan pelatihan.
Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembanagn ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan psikologi belajar sistematik, serta kenyataan dalam masyarakat sendiri. Pendekatan sistem merupakan suatu acuan dalam rangka perencanaan dan penyelenggaraan pembelajaran.[10]
b.      Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar yang telah dikembangkan dan telah  terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam rangka kegiatan belajar mengajar memerhatikan penegembangan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan. Ketiga unsur tersebut menyatu dalam satu individu dan tampil dalam bentuk kreativitas.
Pendekatan keterampilan proses memungkinkan siswa untuk untuk memperoleh keberhasilan belajar yang optimal. Dengan keterampilan proses yang dilatihkan, siswa akan lebih mudah menguasai dan memahami materi pelajaran karena siswa belajar dengan berbuat (learning by doing). [11]
c.       Pendekatan Individual
Pendekatan individual dalam proses pembelajaran, adalah sebuah pendekatan yang bertolak pada asumsi bahwa peserta didik memiliki latar belakang perbedaan dari segi kecerdasan, bakat, kecenderungan, motivasi, dan sebagainya. Perbedaan individual peserta didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus memerhatikan perbedaan peserta didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila hal ini tidak dilakukan, maka strategi belajar tuntas (mastery learning) yang menuntut penguasaan penuh kepada peserta didik tidak pernah menjadi kenyataan. Dengan pendekatan individual ini kepada peserta didik dapat diharapkan memiliki tingkat penguasaan materi yang optimal.
Pendekatan belajar individual ini berguna untuk mengatasi peserta didik yang suka benyak bicara atau membuat keributan dalam kelas. Caranya antara lain dengan memindahkan salah satu peserta didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukuup jauh dengan peserta didik lainnya. Peserta didik yang suka berbicara ditempatkan pada anak didik yang pendiam.
 Dengan pendekatan ini, penghargaan terhadap kecakapan peserta didik yang berbeda-beda dapat dilakukan. Bagi peserta didik yang mau belajar sungguh-sungguh dan cerdas, memiliki kesempatan dan peluang untuk belajar lebih cepat. Sebaliknya, peserta didik yang kurang cerdas dan kurang sungguh-sungguh dapat menyelesaikan pelajarannya sesuai dengan kesanggupannya.

d.      Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok adalah sebuah pendekatan yang didasarkan pada pandangan, bahwa pada setiap peserta didik terdapat perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan antara satu dan lainnya.  Perbedaan peserta didik yang satu dengan yang lainnya ini, bukanlah untuk dipertentangkan atau dipisahkan, melainkan harus diintegrasikan. Seorang peserta didik yang cerdas misalnya, dapat disatukan dengan peserta didik yang kurang cerdas, sehingga peserta didik yang kurang cerdas itu dapat ditolong oleh peserta didik yang cerdas. Demikian pula, persamaan yang dimiliki antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya dapat disinergikan sehingga dapat saling menunjang secara optimal.
Selain itu, pendekatan kelompok ini juga didasarkan pada asumsi, bahwa setiap anak didik memiliki kecenderungan untuk berteman dan berkelompok dalam rangka memperoleh pengalaman hidup dan bersosialisasi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan pendekatan kelompok ini, diharapkan dapat ditumbuhkan rasa sosial yang tinggi pada setiap peserta didik, dan sekaligus untuk mengendalikan rasa egoism yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di dalam kelas.

e.       Pendekatan Campuran
Pada bagian terdahulu telah dikemukakan, bahwa seorang anak didik di samping memiliki latar belakang perbedaan secara individual, juga memiliki persamaan sebagai makhluk yang berkelompok. Dengan demikian, setiap peserta didik sesungguhnya dapat didekati secara individual dan kelompok.
Pendekatan campuran, yaitu sebuah pendekatan yang bertumpu pada upaya menyinergikan keunggulan yang terdapat pada pendekatan individual dan keunggulan yang terdapat pada pendekatan kelompok. Namun dalam praktiknya, pendekatan campuran ini akan jauh lebih banyak masalahnya dibandingkan dengan dua pendekatan sebagaimana tersebut di atas. Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan peserta didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permaslahan peserta didik yang bervariasi.[12]

f.       Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif 1ain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti, dan sebagainya. Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat diberikan sanksi hukum dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera. Ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, noram sosial, dan norma agama.

3.    Pendekatan Berdasarkan Kurikulum atau Garis-Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)
a.      Pendekatan Pengalaman
Experience is the taecher, pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman adalah guru yang tidak pernah marah. Pengalaman adalah guru tanpa jiwa, namaun selalu dicari oleh siapapun juga. Belajar dari pengalaman adalah lebih baik daripada sekedar bicara dan tidak pernah berbuat sama sekali.
Pendekatan pengalaman adalah suatu pendekatan yang memberikan pengalaman keagamaan kepada siswa dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan , baik secara individu maupun kelompok.
b.      Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan bagi anak adalah sangat penting, karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktifitas akan menjadi milik anak di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia yang baik pula.
Pendekatan pembiasaan adalah pendekatan yang dilakukan guru terhadap murid dengan cara melalui menanamkan kebiasaan yang baik dalam kehidupan mereka.[13]
c.       Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiawaan yang ada dalam diri seseorang. Emosi berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang memiliki perasaan pasti merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan rohaniah. Dan didalamnya terdapat perasaan intelektual, estetis, etis, sosial dan perasaan harga diri.
Perasaan adalah fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan rasa tidak senang, mempunyai sifat senang dan sedih, kuat dan lemah, lama dan sebentar, relatif tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan jiwa. [14]
Pendekatan emosional adalah pendekatan yang dilakukan guru kepada siswa melalui rangsangan verbal maupun nonverbal serta melalui sentuhan-sentuhan emosi (perasaan).
d.      Pendekatan Rasional
Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, mana kebenaran dan mana kedustaan dari suatu ajaran atau perbuatan. Di sekolah siswa dididik dengan berbagai ilmu pengetahuan. Perkembangan berpikir anak dibimbing kearah yang lebih baik, sesuai dengan tingkat usia anak. Perkembangan berpikir anak mulai dari yang konkret hingga menuju ke yang abstrak. Karena keampuhan akal itulah akhirnya dijadikan pendekatan yang disebut pendekatan rasional guna kepentingan pendidikan dan pengajaran di sekolah,
e.       Pendekatan Fungsional
Ilmu pengetahuan yang dipelajari anak disekitar bukanlah hanya sekedar pengisi otak, tetapi diharapkan berguana bagi kehidupan anak, baik sebagai individual maupun sebagai makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembanagnnya.bahkan yang lebih penting adalah ilmupengetahuan dapat membentuk kepribadian anak. Anak dpaat merasakan manfaat dari ilmu yang didapatnya di sekolah. Anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu sudah fungsional di dlaam diri anak.
C.      Contoh Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar
Setelah memahami pengertian dan macam-macam dari pendekatan dalam proses belajar mengajar, berikut ada beberapa contoh yang terkait dengan beberapa pendekatan tersebut, antara laian sebagai berikut:
Dalam pendekatan inquiry contohnya dengan pembelajaran terbimbing  adalah sebagai berikut
1) guru menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa dan memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penernuan;
2) Menentukan lembar pengamatan data untuk siswa;
3) Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap;
4) Menentukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu atau secara berkelompok;
5) Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa.
Dalam pendekatan pembiasaan,  anak kecil tidak seperti orang dewasa yang dapat berpikir abstrak. Anak kecil hanya dapat berpikir konkret Kata-kata seperti kebijaksanaan, keadilan, dan perumpamaan, adalah contoh kata benda abstrak yang sukar dipikirkan oleh anak. Anak kecil belum kuat ingatannya,ia lekas melupakan apa yang sudah dan baru terjadi. Perhatian mereka lekas dan mudah beralih kepada hal-hal yang baru, yang lain, yang disukainya.
Dalam pendekatan lingkungan, misalnya ketika seorang guru akan menjelaskan materi pencemaran lingkungan maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan lingkungan. Setelah pendekatan tersebut dipilih selanjutnya menentukan metode apa yang akan digunakan.



















BAB III
PENUTUP
Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Paradigma pendikan yang digunakan sekarang ini bukanlah paradigma dimana pembelajar diibaratkan sebagai  mengisi air ke dalam gelas, melainkan guru bertindak sebagai guru yang memotivasi dan menginspirasi agar berbagai potensi yang dimiliki peserta didik itu dapat diexplorasi dengan upayanya sendiri. Paradigma pendidikan  yang demikiaan itu, menempatkan guru sebagai “seorang bidan” yang membantu melahirkan seorang ibu hamil. Guru hanya membantu peserta didik agar dapat mengaktualisasikan potensi yang di milikinya.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. Pendekatan yang tepat maka akan berlangsung belajar mengajar yang menyenangkan.









DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi , Abu dan Widodo Supriono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.

Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif . Yogyakarta: Gava
Media.
Djamarah , Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Mustakim, Zaenal. 2015. Strategi Metoden dan Pembelajaran. Pekalongan: STAIN PRESS.

Nata, Abuddin . 2009. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Purwanto , M. Ngalim. 1991. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Uno ,Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkunan, Kreatif, Efektif dan Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.






 PROFIL

Nama   : Marisa Levia Devega
Nim    : 2021114053
Tempat, tanggal lahir: Pekalongan, 02 Maret 1996

 





Nama : Tiya Apriyani
NIM : 2021114067
Tempat, tanggal lahir : Pekalongan, 17 April 1996


Nama   :Mifrokhatul Laily
Nim     :2021114052
Tempat,  tanggal lahir: Pekalongan,15 November 1996

Nama   : Wahyu Diniyah 
Nim     : 2021114072
Tempat,  tanggal lahir: Batang, 15 April 1996
















[1] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) hlm. 99-100.
[2] Zaenal Mustakim, Strategi Metoden dan Pembelajaran (Pekalongan: STAIN PRESS, 2015) hlm. 72
[3] Ibid, hlm. 73-74
[4] Hamzah Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkunan, Kreatif, Efektif dan Menarik (jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm: 137.
[5] Daryanto dan Muljo Rahardjo, Model Pembelajaran Inovatif  (Yogyakarta: Gava Media, 2012) hlm. 153.
[6] Zaenal Mustakim, Op.Cit, hlm. 80.
[7] Jamil Suprihatiningrum, Op.Cit. hlm. 166.
[8] Zaenal Mustakim, Op.Cit, hlm. 83.
[9] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hlm. 58-71
[10] Zaenal Mustakim, Op.Cit, hlm 87-88
[11] Jamil Suprihatiningrum,Op.Cit, hlm. 170.
[12]Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009)  hlm. 153-159

[13] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991) hlm. 224.
[14] Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) hlm. 36.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar