Laman

Sabtu, 03 September 2016

TT1 A 1a Kedudukan orang berilmu



KEDUDUKAN ORANG BERILMU


Disusun Oleh:
Aulia Irfamayani              (2021113013)
Kelas  A



JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
IAIN
PEKALONGAN
2016



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah pencipta alam semesta yang menjadikan bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa yang ada dibumi sebagai penjelajahan bagi kaum yang berfikir. Tidak lupa sholawat serta salam kami ucapkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Dan sungguh berkat limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini demi memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi I yang di ampu oleh Bapak Muhammad Ghufron Dimyati, M.S.I
Kami menyadari bahwa adalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja saya akan mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.



Pekalongan, 6 Septemebr 2016
Penulis,

Aulia Irfamayani
2021113013

BAB I
PENDAHULUAN
A.           LATAR BELAKANG
Ilmu adalah Nur (cahaya), yang sejatinya menerangkan sesuatu yang gelap Keberadaan ilmu pengetahuan menjadi sangat penting bagi perubahan kehidupan manusia, sehingga kedudukan orang yanga berilmu seperti yang dikemukakan diatas adalah sangat tinggi, baik di hadapan Allah swt maupun manusia itu sendiri. Ilmu membuat kita yakin dan mempunyai dasar yang kuat, sehingga tidak menjadi orang yang hanya ikut-ikutan.
Ilmu tidak hanya teori. Tidak dikatakan alim jika orang itu tahu tetapi tidak mengamalkan. Bahkan orang yang hanya menasehatkan kebenaran tetapi tidak mengamalkannya, di akhirat akan diazab seperti himar yang berputar-putar pada penggilingan, dan ususnya terburai. Hukuman diberlakukan setelah orang mengetahui ilmunya, namun bukan berarti kita tidak perlu menuntut ilmu saja agar tadak mendapat hukuman. Keliru, justru Allah memberikan otak yang mempunyai kemampuan yang luar biasa kepada manusia adalah untuk mengolah apa-apa yang ada di bumi untuk keperluannya bukan untuk di rusak.
Bahwa sesungguhnya alam semesta ini adalah ciptaan Allah. Itu bukti bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dan Allah akan mengangkat derajat atau martabat orang-orang yang berilmu. Kedudukan orang-orang yang berilmu yaitu dekat dengan Allah dan Malaikat-Nya. 




BAB II
PEMBAHASAN

KEDUDUKAN ORANG BERILMU
1.             Qs. Ali Imran Ayat : 18
yÎgx© ª!$# ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd èps3Í´¯»n=yJø9$#ur (#qä9'ré&ur ÉOù=Ïèø9$# $JJͬ!$s% ÅÝó¡É)ø9$$Î/ 4 Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd âƒÍyêø9$#           ÞOŠÅ6yÛø9$# ÇÊÑÈ  

2.             Terjemahan
 Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.[1]

3.             Makna Mufradat
Allah menyaksikan
y ª!$#Îgx©
Bahwasanya
¼çm¯Rr&
Tidak ada Tuhan melainkan Dia
tqèdžwÎ) m»s9Î) Iw
Dan para Malaikat
ps3Í´¯»n=yJø9$#ur
Dan orang-orang yang mempunyai ilmu
ÉOù=Ïèø9$# #qä9'ré&ur
Yang menegakkan dengan keadilan
ÅÝó¡É)ø9$$Î/$JJͬ!$s%
Tiada Tuhan melainkan Dia
tqèdžwÎ) m»s9Î) Iw
Maha Perkasa
ƒÍyêø9$#
Maha Bijaksana
OŠÅ6yÛø9$#
    
4.             Tafsir
Allah telah menjelaskan bahwa tiada Tuhan selain Dia” Kata Îgx© bermakna, menjelaskan dan memberitahukan.[2] Dengan segala amal ciptaan-Nya ini, pada langit dan bumi, pada lautan dan daratan, pada tumbuh-tumbuhan dan binatang, dan segala semat-semata, Tuan Allah telah menjelaskan bahwa hanya Dia yang Tuhan, hanya Dia yang mengatur. Maka segala yang ada ini adalah penjelaskan atau kesaksian dari Tuhan, menunjukkan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. “ Demikianpun malaikat” dalam keadaan mereka yang gaib itu, semuanya telah menyaksikan, telah memberilan syahadah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Sebab Malaikat adalah sesuatu kekuatan yang telah diperintahkan oleh Tuhan melaksanakan perintah-Nya, dan taat patuh setialah mereka menjalankan perintah itu. Kita tidak dapat melihat Malaikat dalam bentuk rupanya tetapi kitadapat merasakan adanya.  Di antara Malaikat itu adalah Jibril yang diperintahkan Tuhan menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad saw dan wahyu itu telah tercatat menjadi Al-Qur’an dan Al-Qur’an telah berkumpul menjadi mushaf. Oleh sebab itu dalam tangan kita sendiri kita telah mendapat salah satu berkas syahadah dari Malaikat. “Dan orang-orang yang berilmu”pun telah menyampaikan syahadahnya pula, bahwa tidak adaTuhan melainkan Allah. [3]
Bertambah mendalam ilmu, bertambah menjadi kesaksian dia bahwa alam ini ada ber-Tuhan dan Tuhan itu hanya satu, yaitu Allah dan tidak ada Tuhan yang lain, sebab yang lain adalah makhluk-makhluk-Nya belaka. Manusia yang berilmu menyaksikan dengan penyelidikan akalnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, maka timbul pulalah kesaksian bahwa tuhan menciptakan alam dengan seimbang.
Hendaklah menarik perhatian kita tentang kedudukan mulia yang diberikan Tuhan kepada Ulil Ilmu,yaitu orang-orang yang berilmu atau orang-orang yang mempunyai ilmu di dalam ayat ini. Setelah Tuhan menyatakan kesaksiaan-Nya yang tertinggi sekali, bahwa tiada Tuhan selain Allah., dan kesaksian itu datang dari Allah sendiri, maka Tuhan-pun menyatakan pula baha kesaksiantertinggi diberikan pula oleh orang-orang yang berilmu. Artinya, tiap-tiap orang yang berilmu, yaitu orang-orang yang menyediakan akal fikirannya buat menyelidiki keadaan alam ini, baik di bumi ataupun di langit, dilaut di darat,dibinatang dan di tumbuhan niscaya manusia itu akhirnya akan sampai juga, tidak dapat tidak, kepada kesaksian yang murni, bahwa memang tiada ada Tuhan selain Allah. Bahwa yang bisa merasa takut kepada Allah itu hanyalah ulama, yaitu ahl-ahli ilmu pengetahuan.



Imam Al-Ghazali di dalam kitab “Al-Ilmu“ dan didalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” telah memahkotai karanganya itu ketika memuji martabat ilmu bahwa ahli ilmu yang sejati telah diangkat Allah dengan ayat ini kepada martabat yang tinggi sekali, yaitu dekat Allah dan dekat Malaikat.[4]
5.             Aspek Tarbawi
a.             Bukti keesaan Allah terhampar dengan jelas di alam raya ini, sebagaimana diuraikan secara pasti dan berulang-ulang dalam firman-firman-Nya. Dengan bukti Allah telah menciptakan alam semesta ini.
b.             Allah memenuhi kebutuhan semua makhluk secara adil bagi sesuai sehingga apa yang dianugerahkan-Nya adalah yang terbaik buat masing-masing.
c.             Bahwa orang yang berilmu akan diangkat martabat oleh Allah. [5]













BAB III
PENUTUP
Ilmu adalah Nur (cahaya), yang sejatinya menerangkan sesuatu yang gelap Keberadaan ilmu pengetahuan menjadi sangat penting bagi perubahan kehidupan manusia, sehingga kedudukan orang yanga berilmu seperti yang dikemukakan diatas adalah sangat tinggi, baik di hadapan Allah swt maupun manusia itu sendiri. Ilmu membuat kita yakin dan mempunyai dasar yang kuat, sehingga tidak menjadi orang yang hanya ikut-ikutan. Allah memenuhi kebutuhan semua makhluk secara adil bagi sesuai sehingga apa yang dianugerahkan-Nya adalah yang terbaik buat masing-masing. Bahwa orang yang berilmu akan diangkat martabat oleh Allah.












DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Bayan, Juz 3
Al- Qurthubi, Syaikh Imam. 2008. Al Jami’li Ahkaam Al Qur’an. Jakarta: Pustaka Azzam.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al_Mishbah. Jakarta : Lentara Hati.
Malik,Abdul dkk. Tafsir Al-Azhar.
Shihab, M. Quraish. 2012.  Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah Al-Qur’an. Jakarta:Lentera Hati.














BIODATA

DSC_0029.JPG
Nama                                       : Aulia Irfamayani
Tempat Tanggal Lahir             : Pemalang, 06 Maret 1994
Alamat                                                : Ds. Plakaran Kec. Moga Kab. Pemalang
Cita-Cita                                 : Guru 


[1] Al Qur’an Bayan Juz 3, hlm 52
[2] Al- Qurthubi, Syaikh Imam, Al Jami’li Ahkaam Al Qur’an (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hm 116
[3] M. Quraish Shihab,  Tafsir Al_Mishbah (Jakarta : Lentara Hati, 2002), hlm 38
[4] AbdulMalik AbdulKarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, hlm 158-159
[5] M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari surah-surah Al-Qur’an (Jakarta:Lentera Hati, 2012),hlm 102-103


Tidak ada komentar:

Posting Komentar