Laman

Minggu, 20 November 2016

tt1 C 11a METODE TABLIGH, QS. AL-MAIDAH [5] ayat 67



( METODE PENDIDIKAN “UMUM” )
METODE TABLIGH
QS. AL-MAIDAH [5] ayat 67


Liya Bahriyatu Najiyah
NIM. 2021 115 260
Kelas C

JURUSAN TARBIYAH/ PROGRAM STUDI PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2016



KATA PENGANTAR
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
بسم الله الرحمن الرحيم. الحمد لله الذي جعل نعمة الايمان و الاسلام و أشكره شكر من عوفى من البلا و أستغفره لى ولوالدى و لمن له حق على و للمسلمين من كل ذنب قولا و فعلا و أتوب اليه من كل معصية توبة عبد لايملك لنفسه هدي ولايستطيع أن يدفع عنها ضلالا والصلاة والسلام على خير خلقه محمد وعلى اله وصحبه أجمعين.أما بعد:
Saya ucapkan terimakasih kapada pelabuhan hati Ayah dan Ibunda tercinta. Serta terima kasih sebanyak-banyaknya saya haturkan kepada dosen pengampu kita, bapak Muhammad Hufron, M.S.I semoga dirahmati Allah selalu, yang senantiasa membimbing dan mengawasi kita agar bernalar dengan sebaik-baiknya dan bijaksana menggunakan nikmat dari Allah berupa akal sehat. Terima kasih pula saya haturkan kepada para mahasiswa, yang berkenan hadir untuk menyimak dan mengkritisi makalah juga presentasi saya dalam mata kuliah “Tafsir Tarbawi I” ini semoga dapat memahami dan ilmunya bermanfaat. Amiin.
Sebagai manusia biasa, saya mohon maaf bilamana terdapat kesalahan dan kekurangan baik dari segi makalah maupun presentasinya. Makalah ini saya ajukan sebagai pemenuhan tugas tatap muka pada “Mata Kuliah Tafsir Tarbawi I” yang diampu oleh bapak Muhammad Hufron, M.S.I. semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi saya sebagai pemateri. Amiiin.         
                                                                       Pekalongan, 2 September 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. 1
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 4
A.    Latar Belakang............................................................................................. 4
B.     Judul Makalah.............................................................................................. 4
C.     Nash Al-Qur’an dan Artinya....................................................................... 4
D.    Arti Penting / Urgensi Kajian............................................................... ....... 4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 5
A.    Teori Metode Tabligh................................................................................... 5
B.     Tafsir............................................................................................................ 6
1.      Tafsir Ibnu Abbas.................................................................................. 6
2.      Tafsir Jalalain......................................................................................... 6
3.      Tafsir Al-Lubab...................................................................................... 7
4.      Tafsir Imam Syafi’i................................................................................ 7
C.     Aplikasi dalam Kehidupan........................................................................... 8
D.    Aspek Tarbawi............................................................................................. 8
BAB III PENUTUP............................................................................................. 10
A.    Kesimpulan................................................................................................ 10
B.     Saran.......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 11
PROFIL PENULIS............................................................................................. 12



BAB IPENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Metode pendidikan dalam Islam tidak terlepas dari sumber pokok ajaran yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai tuntunan dan pedoman bagi umat telah memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan terutama tentang metode pembelajaran dan metode mengajar. Salah satu dari metode pendidikan secara umum ialah metode tabligh. Maka urgen bagi kita mengetahui metode tabligh.
B.     Judul Makalah
Makalah ini penulis beri judul: METODE TABLIGH : METODE PENDIDIKAN “UMUM” (QS. Al-Maidah (5) ayat 67.
C.    Nash Al-Qur’an dan Artinya.
Qur’an Surah Al-Maidah (5) ayat 67[سورة المائدة,٦٧]
يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغۡ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَۖ وَإِن لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا بَلَّغۡتَ رِسَالَتَهُۥۚ وَٱللَّهُ يَعۡصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَٱلۡكَٰفِرِينَ ٦٧
Artinya :“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”
D.    Arti Penting / Urgensi Kajian.
Surat Al-Maidah ayat 67 ini penting untuk dikaji,sebab dilihat dari aspek makna yang terkandung di dalamnya bahwa menyampaikan risalah nabi SAW. (kebenaran) adalah perintah dari Allah dan tugas nabi yang diwariskan kepada kita (para pengemban ilmu), sehingga tabligh pun menjadi tugas kita. Kita wajib menyampaikannya kepada siapa pun dengan cara jujur, tegas, bijaksana, sempurna, menyeluruh dan bahasa yang baik serta mudah dipahami khalayak. Melalui ayat ini pula kita tahu bahwa rosul SAW. tidak menyembunyikan wahyu sedikit pun karena beliau dijaga atau dipelihara oleh Allah swt.
BAB II PEMBAHASAN
A.    Teori Metode Tabligh
Tabligh, dalam Al-Qur’an kata ini dikemukakan sebanyak 77 kali. Arti asal tabligh adalah menyampaikan. Dalam aktivitas dakwah Tabligh berarti menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain.Tabligh lebih bersifat pengenalan dasar tentang Islam. Pelakunya disebut mubaligh, yaitu orang yang melakukan tabligh. Sebagai tahapan awal, tabligh sangat strategis. Tabligh merupakan bagian dari sistem dakwah Islam. Tabligh adalah usaha menyampaikan dan menyiarkan pesan Islam yang dilakukan oleh individu maupun kelompok baik lisan maupun tulisan.[1]
Seorang mubaligh akan menghadapi orang-orang yang beraneka pemahamannya khususnya orang yang awam tentang Islam. Karena awamnya ini, boleh jadi rintangan dan ancaman terhadap mubaligh sangat besar. Dalam surat al-Maidah ayat 67 dijelaskan bahwa Rasulullah SAW. diperintahkan untuk tabligh (menyampaikan wahyu yang diterima dari Allah SWT.) dan Allah SWT. Menjanjikan penjagaannya.
Dalam ayat lain juga bahwa tugas para nabi dan pendakwah pada umumnya hanyalah tabligh kepada umatnya. Apakah mereka mengikuti atau tidak, bukan urusan para nabi dan pendakwah. Tabligh sebenarnya bisa disampaikan melalui lisan maupun tulisan. Akan tetapi, istilah mubaligh sekarang cenderung diartikan secara sempit oleh manyarakat umum sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti penceramah agama, pembaca khotbah, dan sebagainya.[2]
Tabligh itu berorientasi tugas, bukan hasil. Sekalipun tugas mubaligh hanya menyampaikan ajaran Islam, namun penyampaiannya dituntut untuk benar-benar mendalam dan membuat mitra dakwah menjadi paham. Pesan dakwah yang mudah dipahami dan mengesankan disebutbalighatau qaulan balighan(QS. An-Nisa :63). Oleh karena itu dalam surat Yasin ayat 17 disebutkan bahwa tugas para nabi adalah tabligh dengan bahasa yang jelas (al-balagh al-mubin). Dengan demikian target utama tabligh adalah ranah kognitif (pemahaman dan pemikiran), bukan ranah afektif (sikap) maupun behavioral (perilaku) mitra dakwah.[3]
B.     Tafsir
1.    Tafsir Ibnu Abbas.
Firman Allah Ta’ala,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغۡ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَۖ وَإِن لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا بَلَّغۡتَ رِسَالَتَهُۥۚ
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.”
Dia berkata, “maksudnya adalah apabila ada ayat yang diturunkan Tuhanmu kepadamu yang kamu simpan, berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Ku.”[4]
2.      Tafsir Jalalain.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغۡ( Hai Rasul, sampaikanlah ) semuaمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَۖ(yang diturunkan kepadamu dari Tuhanm) dan janganlahkan sembunyikan sesuatu pun darinya karena takut akan mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan. وَإِن لَّمۡ تَفۡعَلۡ(Dan jika tidak kamu lakukan) tidak kamu sampaikan semua yang diturunkan padamu itu -فَمَا بَلَّغۡتَ رِسَالَتَهُۥۚ(berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya) “Risalah” dengan tunggal atau jamak, karena menyembunyikan sebagian berarti menyembunyikan semuanya. -وَٱللَّهُ يَعۡصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِۗ(Dan Allah memelihara kamu dari manusia) agar tidak sampai membunuhmu. Pada mulanya Rasulullah SAW. itu dikawal sampai turun ayat ini, lalu sabdanya : “Pergilah, karena sesungguhnya Allah memeliharaku!” Riwayat Hakim. -إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَٱلۡكَٰفِرِينَ(Sesungguhnya Allah tidak memberikan bimbingan kepada kaum yang kafir).[5]

3.      Tafsir  Al-Lubab
Qur’an Surat Al-Maidah ayat 67 berpesan kepada Nabi Muhammad saw. bahwa sampaikanlah kepada siapa pun petunjuk Allah swt. Yang diturunkan kepadamu. Jika tidak walau hanya meninggalkan sebagian kecil dari apa yang harus engkau sampaikan, maka itu berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Jangan khawatir sedikit pun menyangkut akibat penyampaian ini. Allah swt memeliharamu dari gangguan yang berarti dari manusia.[6]

4.      Tafsir Imam Syafi’i
Imam Syafi’i berkata, “Dalam riwayat disebutkan, Jibril datang menemui Rasulullah atas perintah Allah, agar beliau menyampaikan wahyu yang telah diterimanya kepada umat manusia, menyeru mereka agar beriman pada-Nya. Tugas ini begitu berat bagi Nabi. Beliau khawatir umatnya mendustakan dan mencacinya. Lalu turunlah firman Allah QS. Al-Maidah ayat 67. Jibril menjelaskan, ‘Allah akan melindungimu dari upaya pembunuhan, ketika menyampaikan apa yang diperintahkan kepadamu’.”
Imam Syafi’i berkata, “Allah memberitahukan Rasulullah akan karunia yang telah ditetapkan dalam ilmu-Nya, yaitu perlindungan Allah terhadap beliau dari kejahatan makhluk-Nya.[7]
C.    Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari.
1.      Mengikuti kajian kitab dan senang mendatangi majlis ilmu (ta’lim). Seperti: Tabligh Akbar, Pengajian Umum, Khotbah, Ceramah Religi.
2.      Mengajarkan ajaran akidah Islam (Kebenaran) kepada siapa pun.
3.      Menyampaikan risalah atau ajaran nabi dengan bijaksana dan arif.
4.      Bersabar dalam menyampaikan kebenaran. Karena tidak semua orang dapat menerima kebenaran (ajaran Islam) dengan baik.
5.      Saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
6.      Bersyukur atas nikmat Iman dan Islam yang diberikan oleh Allah SWT.
7.      Berpegang teguh (kukuh) pada akidah kebenaran yang diajarkan Rosulullah saw. tidak mudah tergoda dengan kepercayaan lain.
D.    Aspek Tarbawi
1.      Tabligh itu menjadi kewajiban yang tak bisa ditawar-tawar, dan tidak boleh menyembunyikan apa yang wajib disampaikan dalam keadaan apa pun.[8]
2.      Menyampaikan risalah kebenaran (ajaran Islam) bukan hanya tugas nabi  SAW. dan para pendakwah saja, namun juga tugas kita sebagai muslim, terlebih pengemban ilmu itu semua atas perintah Allah SWT.
3.      Menjadi sebuah kewajiban bagi kita untuk mengajak orang lain dalam kebaikan.
4.      Meyakini bahwa orang yang menyampaikan kebenaran akan dijaga oleh Allah. Artinya tidak khawatir atau takut akan menyampaikan kebenaran.
5.      Tugas kita hanya menyampaikan. Masalah orang ikut atau tidak bukan urusan kita, namun kita kembalikan urusan tersebut kepada Allah swt.
6.      Pembelajaran dan pengajaran dalam presfektif Al-Qur’an.
7.      Metode tabligh merupakan metode pembelajaran dari Allah yang dicontohkan Rosul-Nya.
8.      Kalimat kebenaran mengenai akidah tidak perlu disembunyikan. Ia harus disampaikan secara lengkap dan jelas, sempurna dan menyeluruh.[9]
9.      Yang dituntut kepada pelaku tabligh ialah jangan bersikap tidak tegas di dalam menjelaskan kalimat kebenaran secara utuh mengenai masalah akidah, dan jangan berkompromi di tengah jalan mengenai hakikat masalah. Karena hakikat akidah tidak dapat dikompromikan dengan kepercayaan lain.[10]
10.  Keyakinan Nabi Muhammad saw. pada janji Allah swt. Sangat kukuh. Ini antara lain terbukti dengan apa yang disampaikan oleh istri beliau, Aisyah ra., bahwa Rasul saw. selalu dijaga pada malam hari hingga turunnya ayat 67 surah al-Maidah, tetapi setelah turunnya, beliau tidak lagi berminat untuk dijaga. Beliau bersabda:“Allah telah memelihara aku.
11.  Siapa pun yang tadinya dari kelompok-kelompok non-Muslim, kemudian menganut ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw., maka mereka juga akan menerima ganjaran serupa dengan ganjaran kaum Muslim.[11]
12.  Pelajaran bagi Nabi SAW dan para pengemban ilmu pengetahuan dari umatnya, yaitu agar mereka tidak menyembunyikan syariah-Nya.[12]
13.  Hendaklah kita umat Muhammad sendiri, kalau mengaku percaya kepada Allah dan Rasul, hendaklah kita percaya dalam keseluruhan, bukan percaya setengah-setengah, atau percaya mana yang enaknya saja.[13]
BAB III PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dalam pembahasan mengenai tafsir QS. A-Maidah ayat 67 ini dapat disimpulkan bahwa metode tabligh adalah salah satu metode pembelajaran dan metode pengajaran dalam perspektif Al-Qur’an yang diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan kebenaran ajaran agama Islam melalui risalah yang dibawa Rosulullah saw. Ayat ini menjamin kepada Nabi dan para penyampai syari’at (pengemban ilmu) untuk tidak khawatir akan akibat yang disampaikannya. Masalah mereka ikut atau tidak menjadi urusan Allah SWT. Urusan kita adalah menjalankan tugas dan perintah-Nya yaitu menyampaikan kepada umat tanpa ditutup tutupi sedikit pun.
Melalui ayat ini pula kita dapat menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad saw bersifat amanah sekaligus tabligh (sifat-sifat wajib rosul). Serta terpelihara atau dijamin oleh Allah perlidungan dari gangguan makhluk-Nya. Dapat dipastikan bahwa risalah atau syari’at nya benar, tidak ada keraguan didalamnya.
Dalam menyampaikan risalahnya Nabi menggunakan metode tabligh secara tegas, jujur, menyeluruh dan sempurna. Sehingga mengena dan sampai ke hati yang mendengarkannya atas se-izin kehendak Allah ta’ala.
B.     SARAN
Apa yang ada dalam makalah ini bukan semata pemikiran saya, akan tetapi saya ambil dari berbagai referensi yang berkaitan dengan judul yang ditugaskan kepada saya, untuk itu marilah kita ambil hikmah dan manfaatnya.



DAFTAR PUSTAKA
Al-Farran, Syaikh Ahmad Mushtafa, 2008. Tafsir Imam Syafi’i : Jilid 2. Jakarta: Almahira
Al-Mahalli, Jalaludin dan Jalaluddin As-Suyuti, 2009. Tafsir Jalalain. penj. Bahrun Abu Bakar Bandung: Sinar Baru Algensindo
Al-Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi. Semarang: Toha Putra, 1993
Al-Qurthubi, Syaikh Imam, 2008. Tafsir Al-Qurtubi Jakarta: Pustaka Azzam
Aziz, Moh. Ali, 2004. Ilmu Dakwah, Edisi Revisi. Jakarta: Kencana
Hamka, 1992.Tafsir Al-Azhar Juzu’ VI. Jakarta: Pustaka Panjimas
Quthb, Sayyid, 2002. Tafsir fi Zhilalil Qur’an, penj. As’ad Yasin Jakarta: Gema Insani Press
Shihab, M. Quraish, 2012. Al-Lubab. Tangerang: Lentera Hati
Thalhah, Ali bin Abi, 2009. Tafsir Ibnu Abbas. penj. Muhyiddin Mas Rida Jakarta: Pustaka Azzam




PROFIL PENULIS
Nama                                                                  :    Liya Bahriyatu Najiyah
NIM                                                                    :    202 111 5260
TTL                                                                     :    Pekalongan, 22 Juni 1998
Agama                                                                :    Islam
Hoby                                                                   :    Berenang
Cita-Cita                                                             :    Presiden
Alamat                                    :                           Jalan Kesesi-Comal Dusun Semangu Desa Sidomulyo RT/RW 02/01 No. 48,Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan.
Pendidikan                    :    TK Budi Mulia, Sidomulyo       
                                           SD N 01 Sidomulyo                    
                                           MTs N Kesesi                            
                                           MAN 1 Pekalongan                   
                                           IAIN Pekalongan                        (sejak 2015-sekarang)


[1] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi 2004 (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 21
[2]Ibid., hlm 22
[3]Ibid., hlm. 23
[4] Ali bin Abi Thalhah, Tafsir Ibnu Abbas, penj. Muhyiddin Mas Rida (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm. 257
[5] Jalaludin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain penj. Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm. 460
[6] M. Quraish Shihab, Al-Lubab (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 282
[7] Syaikh Ahmad Mushtafa Al-Farran, Tafsir Imam Syafi’i : Jilid 2 (Jakarta: Almahira, 2008), hlm. 383-384
[8]Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi (Semarang: Toha Putra, 1993), hlm. 291
[9] Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, penj. As’ad Yasin (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 282
[10]Ibid., hlm. 283
[11] M. Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 284
[12] Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurtubi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm. 580
[13] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ VI (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), hlm. 313

1 komentar:

  1. Terima kasih Pak Dosen Muhammad Hufron, M.S.I. yang sudah mengeposting makalah saya. Dan Teman-teman mahasiswa saya ucapkan terima kasih sudah mau membaca, semoga bermanfaat. ��

    BalasHapus