Laman

Minggu, 26 Februari 2017

spi c3 PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH

Bonita Agustina
Nur Azizah
Ivan Darmawan


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah”  ini. Shalawat dan salam kami panjatkan kepada junjungan alam semesta yaitu Nabi besar Muhammad SAW, kepada sahabat-sahabatnya dan sampai pada kita sebagai umat-Nya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur Sejarah Peradaban Islam yang kami sajikan dari berbagai sumber. Dan penuh dengan kesabaran terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Kami sangat berharap makalah ini bermanfaat bagi kami pribadi khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.






Pekalongan,    Februari 2017





Penyusun,

DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................1
B.    Rumusan Masalah........................................................................................1
C.    Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah Timur................................................3
B.    Para Khalifah Dinasti Umayyah Timur........................................................4
C.    Masa Kemajuan Dinasti Umayyah Timur....................................................6
D.    Masa Kehancuran Dinasti Umayyah Timur.................................................7
E.     Masuknya Islam Di Spanyol........................................................................8
F.     Faktor Yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Spanyol........................12
G.    Perkembangan Islam Di Spanyol...............................................................13
H.    Kemajuan Peradaban Islam Di Spanyol.....................................................15
I.       Pengaruh Peradaban Spanyol Islam Di Eropa...........................................18
J.      Transmisi Ilmu-Ilmu Keislaman Eropa.....................................................18
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................21
B.    Saran..........................................................................................................21
Daftar Pustaka.........................................................................................................iii
Lampiran.................................................................................................................iv






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah merupakan bagian penting dari perjalanan umat, bangsa, negara, maupun pribadi yang harus dilewati, sebagai bagian dari proses kehidupan. Islam yang sampain pada kita saat ini, sesungguhnya telah melewati berbagai proses sejarah dalam waktu yang tidak singkat. Dimulai dari masa Nabi Muhammad saw, Islam terus mengalami pasang surut, bukan hanya bidang agama namun tak jarang bersinggungan dengan bidng politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan.
Selepas kepergian Nabi, khulafa ar-Rasyidin adalah pemegang tongkat estafet dalam memimpin umat Islam yang selanjutnya jatuh pada saat kekuasaan Dinasti Umayyah. Dari sinilah penggantian model pemerintahan dari demokratis menjadi monarki.
Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali ibn Abi Thalib, maka lahirlah kekuasaan Bani Umayyah. Bani Umayyah adalah salah satu dinasti yang ikut mewarnai sejarah peradaban Islam. Dinasti Umayyah Timur yang dimaksudkan dalam makalah ini adalah dinasti yang didirikan oleh keturunan Umayyah atasan rintisan Muawiyah yang berpusat di Damaskus.

B.    Rumusan Masalah
1.     Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Umayyah Timur ?
2.     Siapa saja khalifah Dinasti Umayyah Timur ?
3.     Bagaimana masa kemajuan Dinasti Umayyah Timur ?
4.     Bagaimana masa kehancuran Dinasti Umayyah Timur ?
5.     Bagaimana masuknya Islam di Spanyol ?
6.     Apa saja faktor yang menyebabkan Islam mudah masuk di Spanyol ?
7.     Bagaimana perkembangan Islam di Spanyol ?
8.     Bagaimana kemajuan peradaban Islam di Spanyol ?
9.     Bagaimana pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa ?
10.  Apa saja transmisi-transmisi keislaman Eropa ?

C.    Tujuan
1.     Mengetahui sejarah, kemajuan, dan kehancuran Dinasti Umayyah Timur.
2.     Mengetahui para khalifah Dinasti Umayyah Timur.
3.     Mengetahui masuknya, faktor yang menyebabkan Islam mudah masuk, perkembangan Islam, dan kemajuan peradaban Islam di Spanyol.
4.     Mengetahui pengaruh peradaban Spanyol Islam dan transmisi-transmisi keislaman di Eropa.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah Timur
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb. Muawiyah disamping sebagai pendiri daulah Bani Abbasiyah juga sekaligus menjadi khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus.
Muawiyah juga dipandang sebagai pembangun dinasti yang oleh sebagian besar sejarawan awalnya dipandang negatif. Keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di Siffin dicapai melalui cara yang curang. Muawiyh juga dituduh sebagai pengkhianat prinsip-prinsip deokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah yang mula-mula mengubah pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat menjadi kekuasaan raja yang diwariskan turun-temurun. Didalam dirinya juga terkumpul sifat-sifat seorang pnguasa, politikus, dan adminisator.
Pertama, pengalaman politik telah memperkaya dirinya dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam memrintah, seorang pemimpin pasukan dibawah komando Panglima Abu Ubaidah bin Jarrah yang berhasil merebut wilayah Palestina, Suriah, dan Mesir dari tangan imperium Romawi yang telah menguasai ketiga daerah itu sejak tahun 63 SM. Kemudian Muawiyah menjabat menjadi kepala wilayah di Syam yang membawahi Suriah dan Palestina yang berkedudukan di Damaskus selama kira-kira 20 tahun semenjak diangkat oleh Khalifah Umar. Khalifah Utsman telah menobatkannya sebagai “Amir Al-Bahr” yang memimpin armada besar dalam penyerbuan ke kota konstantinopel walaupun belum berhasil.
Kedua, sebagai seorang adminisator, Muawiyah sangat bijaksana dalam menempatkan para pembanunya pada jabatan-jabatan penting. Tiga orang patutlah mendapat perhatian khusus, yaitu ‘Amr bin Ash, Mugirah bin Syu’bah, dan Ziyad bin Abihi. Ketiga pembantu Muawiyah merupakan empat politikus yang sangat mengagumkan di kalangan muslim Arab. Akses mereka sangat kuat dalam membina perpolitikan Muawiyah.
Ketiga, Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai tingkat “hilm”, sifat tertinggi yang dimiliki oleh para pebesar Mekah zaman dahulu. Seorang manusia hilm seperti Muawiyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan-keputusan yang menentukan, meskipun ada tekanan dan intimidasi.
Dengan menegakkan wibawa pemerintahan serta menjamin integritas kekuasaan di masa-masa yang akan datang, Muawiyah degan tegas menyelenggarakan suksesi yang damai, dengan pembaiat putranya, Yazid , beberapa tahun sebelum khalifah meninggal dunia.[1]

B.    Para Khalifah Dinasti Umayyah Timur
Masa kekuasaan Dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Diantara mereka ada pemimpin-pemimpin besar yang berjasa di berbagai bidang sesuai dengan kehendak zamannya, sebaliknya ada pula khalifah yang tidak patut dan lemah. Adapun urutan khalifah Umayyah adalah sebagai berikut :
1.     Muawiyah bin Abi Sufyan                (41-60 H / 661-679 M )
2.     Yazid I bin Muawiyah                       (60-64 H / 679-683 M)
3.     Muawiyah ii bin Yazid                     (64 H / 683 M)
4.     Marwan I bin Hakam                        (64-65 H / 683-684 M)
5.     Abdul Malik bin Marwan                 (65-86 H / 684-705 M)
6.     Al-Wahid I bin Abdul Malik            (86-96 H / 705-714 M)
7.     Sulaiman bin Abdul Malik               (96-99 H / 714-717 M)
8.     Umar bin Abdul Aziz                        (99-101 H / 717-719 M)
9.     Yazid II bin Abdul Malik                  (101-105 H / 719-723 M)
10.  Hisyam bin Abdul Malik                  (105-125 H / 723-742 M)
11.  Al-Walid II bin Yazid II                    (125-126 H / 742-743 M)
12.  Yazid bin Walid bin Malik               (126 H / 743 M)
13.  Ibrahim bin Al-Walid II                    (126-127 H / 743-744 M)
14.  Marwan II bin Muhammad               (127-132 H / 744-750 M)
Muawiyah mendapat kursi kekhalifahan setelah Hasan bin Ali bin Abi Thalib berdamai dengannya pada tahun 41 H. Namun Hasan menyadari kelemahannya sehingga ia berdamai dan menyerahkan kepemimpinan umat kepada Muawiyah sehingga tahun itu dinamakn ‘amul jama’ah, tahun persatuan. Muawiyah menerima kekhalifahan di Kufah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni :
a.      Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seorang pun penduduk Irak.
b.     Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.
c.      Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan tiap tahun.
d.     Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain, 2 juta dirham.
e.      Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada Bani Abdis Syams.
Muawiyah dibaiat oleh umat Islam di Kufah, sedangkan Hasan dan Husain dikembalika ke Madinah. Hasan wafat di kota nabi itu pada tahun 50 H. Diantara jasa-jasa Muawiyah ialah mengadakandinas pos kilat dengan menggunakan kuda-kuda yang  selalu siap di tiap pos. Ia juga berjasa memandirikan Kantor Cap (percetakan mata uang), dan lain-lain.
Muawiyah wafat pada tahun 60 H di Damaskus karena sakit dan digantikan oleh anaknya, Yazid yang telah ditetapkannya sebagai putra mahkota sebelumnya. Yazid tidak sekuat ayahnya dalam dalam memerintah, banyak tantangan ang dihadapinya, antara lain ialah membereskan pemberontakan kaum Syi’ah yang telah membaiat Husain sepeninggal Muawiyah.[2]
C.    Masa Kemajuan Dinasti Umayyah Timur
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, di mana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan pekalkukan, yang terhenti sejak zaman kedua khulafaur rasyidin terakhir. Saat-saat yang paling mengesankan dalam expansi ini ialah terjadi pada masa kekhalifahan Bani Umayyah, yaitu ketika kadaulatan di pegang oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dan tahun-yahun terakhir dari zaman kekuasaan Abdul Malik. Diluar masa-masa tersebut, usaha-usaha penaklukan mengalami degradasi atau nya mencapai kemenangan-kemenangan yang sangat tipis.
Expansi ke timur yang telah dirintis oleh Muawiyah, lalu disempurnakan oleh Khalifah Abdul Malik. Dibawah komando Gubernur Irak, Hajjaj bin Yusuf, tentara kaum muslimin menyebrangi sungai Ammu Darya dan menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Faeghana dan Samarkand.
Dalam bidang politik, Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat Majelis Penasihat sebagai pendamping, khalifah Bani Ummayah dibantu oleh beberapa orang sekrestaris untuk membantu pelaksanaan tugas, yang meliputi:
1.   Katib Ar-Rasail, sekretaris yang bertugas menyelengarakan administrasi dan surat-menyurat dengan para pembesar setempat.
2.   Katib Al-Kharraj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai hal yang berkaitan dengan ketentaraan.
3.   Katib Al-Jundi, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai hal yang berkaitan dengan ketentaraan.
4.   Katib Asy-Syurtah, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
Hasyim bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M) MERUPAKAN RAJA Bani Umayyah yang paling terkenal di lapangan ilmu pengetahuan dengan meletakkan perhatian besar pada ilmu pengetahuan.[3]
D.    Masa Kehancuran Dinasti Umayyah Timur
Meskipun kejayaan telah diraih oleh Bani  Umayyah ternyata tidak tahan lebih lama, dikarenakan kelemhan-kelemahan internal dan semakin kuat tekanan dari pihak luar.
     Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa faktor yang mnyebabkan Dinasti Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancurab, yaitu sebagai berikut:
1.   Sistem pergantian Khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatau yang baru bagi tradisi Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaruhnya tidak jelas.
2.   Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai konflik politik yang terjadi di masa Ali.
3.   Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara Suku Arabia Utara (Bani Qais) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam semakin runcing.
4.   Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
5.   Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib.
Demikianlah, Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang berangsung-angsur melemah. Kekhalifahan sesudahnya dipengaruhi pengaruh-pengaruh yang melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Bani Umayyah diruntuhkan oleh dinasti Bani Abbasiyah pada masa khalifah Marwan bin Muhammad (Marwan II) pada tahun 127 H/744 M.[4]
E.     Masuknya Islam di Spanyol
Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan Portugal sekarang ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika. Selat sempit itu sepanjang kenyataan memisahkan lautan Tengah dengan lautan Atlantik.
Semenanjung Iberia, sebelum ditaklukan bangsa Visigoths pada tahun 507 M, didiami oleh bangsa Vandals. Sejarah bangsa Vandals tidak banyak diketahui karena sebelum mereka sempat berbuat banyak, pada permulaan abad keenam datanglah bangsa Gothia Barat merebut negeri itu dan mengusir bangsa Vandalusia ke Afrika. Pada permulaan berdirinya kerajaan Gothia di Spanyol merupakan kerajaan yang sangat kuat, tetapi pada akhir pemerintahannya menjadi lemah dengan berdirinya wilayah-wilayah kecil sebagai akibat adanya perpecahan dalam pemerintahan.
Pejabat wilayah kerajaan banyak yang hidup dalam kemewahan, sementara rakyat hidup dalam kemelaratan. Hal tersebut menimbulkan kegelisahan di kalangan rakyat. Suasana yang sedemikian bertambah panas, ketika pejabat Gothia Barat memaksa penduduk yang beragama Yahudi agar masuk agama Nasrani. Banyak yang masuk agama Nasrani walaupun dengan terpaksa. Dikarenakan tidak mempunyai kekuatan untuk melawan.
Mangkatnya Witiza sebagai Raja Gothia Barat yang terakhir merupakan pembuka jalan bagi rakyat Spanyol untuk keluar dari kungkungan penderitaan yang telah lama mereka rasakan. Sepeninggal Witiza terjadi perebutan kekuasaan antara putra Witiza dengan Roderick, panglima perang Spanyol, yang ingin menjadi raja. Oleh karen itu, putra Witiza bersekutu dengan Graff Yulian yang sudah lama bermusuhan dengan Roderick. Bersekutunya dua kekuatan itu ternyata belum dapat mematahkan pertahanan Roderick. Oleh karena itu, untuk menambah kekuatan, Graff Yulian meminta bantuan Musa bin Nushair yang menjabat sebagai gubernur Afrika Utara di bawah pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus.
Sesungguhnya Musa telah lama mencari kesempatan untuk menyebrang ke Spanyol, maka dengan permohonan Graff itu berarti telah datang kesempatan yang telah ditunggunya sekian lama. Ad beberapa hal yang mendorong Musa bin Nushair mengabulkan permohonan Graff Yulian, diantaranya :
1.     Karena antara penduduk Spanyol dengan Afrika Utara terlibat dalam suasana perang.
2.     Penduduk Spanyol pernah memberikan bantuan kepada tentara Romawi dan berusaha menduduki beberapa daerah muslim di pantai Arika.
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Di zaman itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan.
Dalam proses penaklukan Spanyol terhadap tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan pasukan ke wilayah tersebut. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair.
Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyebrangi selat yang berda diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda. Mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut sang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoths yang memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7.000 orang di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.
Dalam penyerbuan ke Spanyol, Thariq bin Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata, pasukannya terdiri dari sebagaian besar suku Barba yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah Al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad tempat dimana Thariq dan pasukannya mendarat untuk pertama kali, kemudian dikenal dengan nama Gibraltar-Jabal Thariq, diambil dari namanya sendiri Thariq.
Dengan dikuasainya daerah ini maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan.dari sini Thariq dan pasukannya terus menaklukan kota-kota penting seperti Cordova.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Al-Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditunjukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada As-samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H.
Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordesu, Poiter dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Prancis gagal dan tentara yang dipimpinya mundur kembali ke Spanyol.
Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian dari Italia.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa berlangsung lebih dari 7,5 abad.
Menurut prof. Dr. Hamka, kekuasaan Islam di Spanyol itu dibagi kepada tiga masa berikut:
1.     Suatu provinsi dari kerajaan Bani Ummayah di Damaskus (Damsik) diperintah oleh wakil khalifah yang dikirim ke sana, mulai tahun 93 H sampai 138 H.
2.     Diperintah oleh pada Amir yang berdiri sendiri, terpisah dari khalifah Bani Abbas di Baghdad, dimulai oleh Amir Abdurrahman Ad-Dakhil pada tahun 138 H sampai 315 H.
3.     Abdurrahman An-Nashir memaklumkan dirinya menjadi khalifah di Andalusia, yaitu mulai tahun 315 H sampai 422 H.
Dalam kurun waktu 7,5 abad, islam spanyoltelah berkembang dengan pesatnya yang pada gilirannya mampu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia keilmuan dan pengetahuan yang terjadi di eropa pada umumnya.
Selama Islam berkuasa di Spanyol, banyak terdapat penguasa negeri yang memerintah, di antaranya adalah :
1.     Amir-Amir Bani Ummayah.
2.     Khalifah-Khalifah Bani Ummayah.
3.     Daulah Ziriyah di Granada.
4.     Daulah Bani Hamud di Malaga.
5.     Daulah Bani Daniyah.
6.     Daulah Bani Najib dn Bani Hud di Saragosa.
7.     Daulah Aniriyah di Valensia.
8.     Daulah Bani Ubbad di Sevilla.
9.     Daulah Jahuriyah di Cordova.
10.  Daulah Bani Zin-Nun di Toledo, dan
11.  Daulah Bani Ahmar di Spanyol.
Dunia Islam di Spanyol mengalami kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, semenjak diperintah oleh para Amir keturunan Bani Ummayah yang berdiri sendiri terpisah dari pemerintah Bani Abbasiyah di Baghdad, dimulai dari Abdurrahman Ad-Dakhil. Pada tahun 756 M, kekayaan pengetahuan dan intelektual di Islam Spanyol sangatlah besarnya pengaruh di Eropa, baik filsafat, sains, fiqh, musik, kesenian, bahasa, sastra maupun pembangunan fisik.[5]
F.     Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Spanyol
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak begitu mudah. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.
Faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi dalam beberapa negeri kecil.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal sewaktu Spanyol berada di bawah kekuasaan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian dan perdagangan, serta industri maju pesat. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan oleh Islam.
Awal kehancuran kerajaan Goth adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Sevilla ke Toledo, sementara Witiza, yng saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi memiliki semangat perang.
Faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, beberapa tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Yang tidak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan pada tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong-menolong.[6]

G.    Perkembangan Islam Di Spanyol
Islam di Spanyol telah berkuasa selama 7,5 abad. Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi menjadi 6 periode.
1.     Periode Pertama (711-755 M)
Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini, stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, berbagai gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
Gangguan yang datang dari dalam, berupa perselisihan diantara elite penguasa, perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Gangguan yang datang dari luar, datangnya sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang tinggal di daerah pegunungan.
2.     Periode Kedua (755-912 M)
Spanyol berada di bawah pemerintahan khalifah Abbasiyah di Baghdad. Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban.
3.     Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini, umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi daulah Abbasiyah di Baghdad. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
4.     Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini, Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif  yang berpusat di suatu kota. Umat Islam di Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Walaupun demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini.
5.     Periode Kelima (1086-1248 M)
Meskipun terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yakni kekuasaan Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dalam perkembangan selanjutnya, pada periode ini kekuasaan Islam Spanyol dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan beberapa wilayah Islam dikuasai oleh kaum Kristen.
6.     Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Amar(1232-1492). Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam merebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada anaknnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai pengganting menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dua penguasa kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja Fedenand dan Isabella yang mmpersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.[7]

H.    Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
Dalam masa lebih dari tujuh adab kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah menapai kejayaan disana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruna membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
1.     Kemajuan Intelektual
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbuadaya Arab, dan Kristen yang menentang Islam.
Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
a.      Filsafat
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M). Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis siimpor dari Tumur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh keduan adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil disebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M.
b.     Sains
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikiran terkenal. Ibn Jubair dari Valencia menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1301-1377 M) mencapai Samudra Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua serajawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika.
c.      Fikih
Dalam bidang fikih, Spanyol Islam terkenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini disana adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditetukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd al-Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya dintaranya adalah Abu Bakar ibn al-Quthiyah, mnzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d.     Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecermrlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budaknya, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e.      Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti Al-‘Iqd al-Faris karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
2.     Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal ebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu juga mendapat jatah air.
3.     Faktor-Faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd-Rahman al-Nashir.[8]



I.       Pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa
Tokoh Spanyol Islam yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran di Eropa adalan Ibnu Rusyd, yang dikenal di Eropa dengan Averros. Dari gerakan Avveroeisme di Eropa kemudian lahirbreformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Pengaruh-pengaruh peradaban Islam, termasuk didalamnya pemikiran Ibnu Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di berbagai Universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, Granada, dan Samalanca.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Demikian juga bahasa Arab telah berpengruh besar di Eropa Selama Islam berada di Andalusia, telah banyak nama-nama benda yang dikenal di Barat berasal dari bahasa Arab. Dianatara kata-kata bahasa Arab banyak yang masuk ke dalam suku kata bahasa Eropa seperti ke dalam bahasa Spanyol, Inggris, Prancis, dan Jerman.
Demikian besar pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa, sehingga jika saja masyarakat Eropa tidak mempelajari peradaban-peradaban Islam, bukan tidak mustahil bahwa Eropa masih ertinggal dibelakang dalam hal peradaban dunia. Bangsa Eropa maju dalam ilmu pengetahuan dan peradaban dikarenakan mereka belajar kepada kaum muslimin terutama melalui berbagai literatur dari hasil karya kaum muslimin di Andalusia Spanyol.[9]

J.      Transimisi Ilmu-ilmu Keislaman Eropa
1.     Melalui perang salib
Perang salib terjadi dari tahun 1096-1273 M (489-666 H) adalah perang antara umat Kristen Eropa Barat ke tanah Timur khususnya Palestina yang dikuasai daulah Islam. Ketika Frederick II, kaisar Jerman membawa angkatan perangnya ke Palestina dalam rangka Perang Salib (1228-1229 M), sepulangnya dari sana ia telah meletakkan dasar pendirian perguruan tinggi Universitas Napels.
Menurut Philip K.Hitti, dalam The Arab A short History, bahwa sumbangan Frederick yang terbesar adalah pendirian Universitas di Napels pada tahun 1224, salah satu universitas pertama di Eropa yang ditegakkan dengan sebuah piagam yang jelas dan terang. Selama abad ke-14 dan abad-abad berikutnya, kitab-kitab pengetahuan Arab merupakan bagian yang penting pada berbagai universitas di Eropa, termasuk Oxford dan Paris, walaupun sesungguhnya dengan tujuan-tujuan lain, yakni untuk mendidik pendeta-pendeta Katolik ke Negara-negara Islam.
2.     Melalui Negeri Sicilia
Pada awal abad kedelapan Masehi, banyak orang-orang Arab yang mencoba untuk singgah di Sicilia, tetapi gagal. Ini dimulai bersamaan dengan ususaha masuk ke Andalusia. Bisa dikatakan pada abad ke-8 hingga awal abad ke-10, suasana pulau Sicilia tidak pernah tenang dari guncangan dari dalam dan luar negeri. Pada tahun 827 M (212 H), Emir Ziyadatullah bin Ibrahim (817-838 M) dari Dinasti Aghlabiah di Afrika Utara, pasukan Islam berhasil mendarat di pulau Sicilia, atas undangan Ephemius dan bantuan penduduknya.
Sejak raja-raja Norman dan para pengganti kerajaan Sicilia menguasai bukan hanya pulau tersebut, melainkan juga Italia Selatan, maka merekalah yang merupakan jembatan untuk menyeberangkan berbagai kebudayaan Islam ke semenanjung Italia dan Eropa Tengah.
3.     Melalui Andalusia (Spanyol)
Semasa Islam di Andalusia, ada sejumlah perguruan tinggi terkenal disana. Perguruan-perguruan tinggi itu antara lain Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, dan Granada. Perintis ilmu di kalangan luar Islam yang pernah di Andalusia dalam bidang matematika, astronoi, astrologi, obat-obatan, kedokteran, filsafat, kimia, dan lain-lain. Diantara mereka tercatatlah nama-nama seperti dari Prancis Gerbert d’Aurilac yang kelak menjadi populer di Prancis degan gelar Sylvester II. Ia belajar selama 3 tahun di Toledo.
Di Andalusia sedikit demi sedikit umat Islam kehilangan wilayah kekuasaannya. Mula-mula kota Toledo direbut oleh Kristen pada tahun 1085 M, hilanglah pusat sekolah tinggi dn pusat ilmu pengetahuan Islam beserta segala isinya yang terdiri dari perpustakaan beserta ilmuan-ilmuannya.
Penyaluaran ilmu pengetahuan Eropa dimulai ketika Toledo jatuh ke tanga Kristen. Untuk mempermudah penyerapan ilmu-ilmu Arab, di Toledo didirikan sekolah tinggi terjemah. Pekerjaan ini dipimpin oleh Raymond. Buku-buku yang disalin adalah buku-buku bahasa Arab yang masih tersisah dari pembakaran.
Demikianlah, kemudian Toledo menjadi pusat perkembangan ilmu-ilmu Islam ke barat. Peranan Toledo bertambah lengkap setelah umat Islam ke dunia barat. Peranan Toledo bertambah lengkap setelah umat Islam diusir dari Andalusia. Buku-buku yang tersisa dari kota-kota lain di Andalusia seperti Cordova, Sevilla, Mlaga, dan Granada, dapat mereka manfaatkan. Bangsa Barat benci terhadap Islam, akan tetapi haus kepada ketinggian ilmu dan peradabannya.[10]











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Masa kekhalifahan Bani Umayyah yang hanya berumur 89 tahun yaitu dimulai pada masa Muawiyah bin Abu Sofyan ini banyak mengalami kemajuan perkembangan yang cukup pesat. Pada masa Muawiyah bin Abu Sofyan perluasan yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali.
Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin Abdul Malik. Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang.

B.    Saran
Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, kami menyadari bahwa masih banyak hal-hal yang kami lakukan sebagai kesalahan. Hendaknya kesalahan tersebut dapat kami perbaiki melalui saran yang kami harapkan dari pembaca dan peserta diskusi. Dan kami ucapkan terima kasih atas partisipasi yang telah diberikan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.









DAFTAR PUSTAKA

Munir Samsul Amin. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta. AMZAH
Yatim Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. PT. Raja Grafindo Persada





















LAMPIRAN
Profil Anggota
1.     Nama              : Bonita Agustina
Nim                 : 2014116033
Prodi               : Hukum Ekonomi Syariah
TTL                 : Pekalongan, 3 Agustus 1998
Contac Person : 0852-0018-1218
Alamat            : Rt 03/Rw 03, Ds. Kebonagung, Kec. Kajen, Kab. Pekalongan

2.     Nama              : Nur Azizah
Nim                 : 2014116042
Prodi               : Hukum Ekonomi Syariah
TTL                 : Batang, 3 Desember 1997
Contac Person : 0858-7749-1930
Alamat            : Jl. Yos Sudarso, Gg Durian, Rt 06/Rw 01, Kec.    Kasepuhan, Kab. Batang


3.     Nama              : Ivan Darmawan
Nim                 : 2014116043
Prodi               : Hukum Ekonomi Syariah
TTL                 : Gresik, 16 Januari 1998
Contac Person : 0857-0729-9354
Alamat                        : Ds. Paloh, Kec. Paciran, Kab. Lamongan








[1] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (AMZAH : 2009), hlm. 118-121
[2] Ibid, hlm. 121-129
[3] Ibid, hlm. 129-136
[4] Ibid, hlm. 136-137
[5] Ibid, hlm. 159-166
[6] Ibid, hlm. 166-168
[7] Ibid, hlm. 168-171
[8] Ibid, hlm. 100-106
[9] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (AMZAH : 2009), hlm. 177-179
[10] Ibid, hlm. 179-186

Tidak ada komentar:

Posting Komentar