Laman

Senin, 13 Maret 2017

spi a5 DINASTI-DINASTI LAIN DI DUNIA ISLAM SEMASA DINASTI ABBASIAH I”

“PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI-DINASTI LAIN 
DI DUNIA ISLAM SEMASA DINASTI ABBASIAH I”

MUHAMMAD RISKON
MUHAMMAD RISQON FAJAR
MUKHIDIN MAULANA
 KELAS A

PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017




PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT  karena tanpa rahmat dan hidayah nya tak mungkin makalah dengan judul “Dinasti-Dinasti Lain di Dunia Islam Seiring Dinasti Abbasiyah 1” ini dapat di selesaikan, hingga akhirnya kami berhasil menyusun tugas ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam di  IAIN Pekalongan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Agung Muhammad SAW, keluarga dan sahabatanya. Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat mencapai hasil yang sebaik- baiknya, namun kami menyadari bahwa dalam cara penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan tidak kesempurnaan, mengingat akan pengetahuan dan kemampuan yang kami memiliki masih terbatas untuk itu kritik dan saran yang membangun  sangat kami harapkan demi kebikan yang akan datang. Kami mengharapkanmudah-mudahanmakalah inidapatmemberikanmanfaat, khususnyabagipenulisdan para pembacapadaumumnya.




Pekalongan,Februari 2017
                                               

Tim penulis

DAFTAR ISI
Prakata      ...................................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB I .. PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang........................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah...................................................................................... 1
1.3TujuanPenulisan........................................................................................ 2
1.4MetodePengumpulan Data ........................................................................ 2
BAB II  PEMBAHASAN
2.1 Dinasti Idrisiyah (789-926 M) ................................................................. 3       
2.2 Dinasti Aghlabiyah (800-909 M) ............................................................ 4
2.3 Dinasti Samaniyah (819-1005 M) ........................................................... 5
2.4 Dinasti Safariyah (867-1495 M) .............................................................. 6
2.5 Dinasti Tulun (868-905 M)....................................................................... 7
2.6 Dinasti Hamdaniyah (905-1004 M).......................................................... 8
2.7 Dinasti Fathimiyah (909-1171 M)............................................................ 9



BAB  III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 11
3.2 Saran......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 12
LAMPIRAN .................................................................................................. 13


BAB I
 PENDAHULUAN
1.1            Latar Belakang
Dalam sejarah islam, para penguasa sebagaimana telah dijelaskan dalam bab-bab sebelum ini, setelah masa kekuasaan khulafaur rasyidin, di gantikan oleh para penguasa yang membentuk kekuasaan dengan sistem kekeluargaan atau disebut juga dengan dinasti.
Dimulai dari kekuasaan Muawiyyah yang membentuk Dinasti Umayyah, maka sistem pemerintahan yang bersifat demokrasi berubah menjadi monarchi hereditis (kerajaan turun-temurun). Kekhalifahan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya agar setia terhadap anaknya,Yazid, yang kelak akan menggantikannya. Muawiyah bermaksud untuk mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Muawiyah memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun ia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut.
Dinasti-dinasti yang berkuasa setelah khulafaur rasyidin adalah Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Umayyah di Andalusia, Dinasti Safawiyah, Dinasti Usmani di Turki, Dinasti Mongol islam di India, dan beberapa dinasti lain yang berkuasa di beberapa belahan dunia islam.
Selain dinasti-dinasti yang disebutkabn diatas, juga terdapat beberapa dinasti lain yang juga memiliki peran penting dalam pengembangan peradaban di dunia islam.
1.2       Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah peradaban islam pada Masa Dinasti Idrisiyah (172 H/789 M-314 H/926 M)?
1.2.2 Bagaimanakah peradaban islam pada Masa Dinasti Aghlabiyah (184 H/800 M-296 H/909 M)?
1.2.3 Bagaimanakah peradaban islam pada Masa Dinasti Samaniyah (203 H/819 M-395 H/1005 M) ?
1.2.4 Bagaimanakah peradaban islam pada Masa Dinasti Safariyah (253 H/867 M-900 H/1495 M) ?
1.2.5 Bagaimana Peradaban islam Pada Masa Dinasti Tulun (254 H/868 M-292 H/905 M)?
1.2.6  Bagaiman Peradaban islam Pada Masa Dinasti Hamdaniyah (292 H/905 M-394 H/1004 M)?
1.2.7 Bagaimana Peradaban islam Pada Masa Dinasti Fathimiyah (909-1171 M)?
1.3       Tujuan Penulisan
1.3.1 Dapat Mengetahui peradaban islam pada Masa Dinasti Idrisiyah.
1.3.2 Dapat Mengetahui peradaban islam pada Masa Dinasti Aghlabiyah.
1.3.3 Dapat Mengetahui peradaban islam pada Masa Dinasti Samaniyah.
1.3.4 Dapat Mengetahui peradaban islam pada Masa Dinasti Safariyah.
1.3.5 Dapat Mengetahui peradaban islam pada Masa Dinasti Tulun.
1.3.6 Dapat Mengetahui peradaban islam pada Masa Dinasti Hamdaniyah.
1.3.7 Dapat Mengetahui peradaban islam pada Masa Dinasti Fathimiyah.
1.4       Metode Pengumpulan Data
            1.4.1    MetodeStudiPustaka
StudiPustakaadalahmengadakanpenelitiandenganmempelajaridanmembacabuku-bukusertasumberdari internet (online) yang adahubungannyadenganpermasalahan yang menjadiobjekpenelitian.
Penulismencari data dibukureferensidan internet yang berkaitandenganPeradaban Islam Dinasti- Dinasti Di Dunia Islam 1



BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Dinasti Idrisiyah (789-926 M)
                        Wilayah kekuasaan Dinasti Idrisiyah adalah Maghribi (Maroko). Didirikan oleh Idris I bin Abdullah, cucu Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan dinasti pertama yang beraliran Syi’ah, terutama di Maroko dan Afrika Utara. Sultan terbesar adalah Yahya IV (292 H/905 M) yang berhasil merestorasi meyebarkan budaya dan agama islam ke bangsa Brbar dan penduduk asli. Dinasti ini runtuh setelah ditaklukan oleh Dinasti Fathimiyah pada tahun 374 H/985 M. Dinasti Idrisiyah antara lain meninggalkan Masjid Karawiyyin dan Masjid Andalusia yang didirikan pada 244 H/859 M.[1]
2.1.1    Sejarah Pembentukan
            Kesuksesan dan kejayaan bani Abbasiyah dalam menumbangkan bani Umayyah di dukung dan di bantu oleh beberapa kelompok yang memilki andil besar untuk menggulingkan pemerintahan Bani Umayyah yaitu kelompok alawiyun. Mereka berharap jika Abbasiyah telah berkuasa, mereka akan mendapatkan yang selama ini hilang dan dirampas Umayyah. Namun ketika usaha itu telah berhasil, mereka merasa di khianati oleh bani Abbasiyah, akhirnya kelompok alawiyun ini melakukan pemberontakan yang dilakukan oleh dua orang bersaudara keturuna Ali bin Abi Thalib, yaitu Muhammad yang bergelar Al-Nafs Al-Zakakiyyah dan Ibrahim yag keduanya adalah putra Abdullah bin Hasan Bin Ali. Akan tetapi, lagi-lagi pemberontakan dapat dilumpuhkan oleh penguasa Abbasiyah yang semasa itu masih sangat kuat.
         Ketika kekhalifahan di tangan Al-Hadi, kelompok Alawiyun kembali melakukan pemberontakan yang dipimpin oleh Al-Husain ibn Hasan disuatu tempat berjarak  6mil antara Makkah dan Madinah. Al-Hasan gugur dalam pemberontakan, namun dua keluarga Alawiyun berhasil meloloskan diri, yaitu Idris bin Abdillah dan saudaranya Yahya bin Abdillah. Idris bin Abdillah inilah yang kemudian dikenal sebagai perintis berdirinya dinasti idrisiyah.
        

         2.1.2       Kemajuan Yang Di Capai
         Pada saat dinasti idrisiyah dipimpin oleh idris II sampai Yahya IV, pemerintahan idrisiyah mampu melebarkan sayapnya dengan bagus. Idris kemudin menjadikan Fez sebagai ibu kota pemerintahan pada tahun 808 M. Dinasti Idrisiyah memiliki saham dan andil besar dalam perkembangan kultur masyarakat barbar, selain itu peradaban luar biasa yang diukir oleh dinasti ini pada  dinasti ini adalah pendirian universitas Qairowan yang megah dan terkenal.
         2.1.3       kemunduran dan kehancuran
         Ketika dinasti ini dipimpin oleh Muhammad Al-Muntasir, beberapa wilayah kekuasaan dinasti mengalami perpecahan. Kondisi inilah yang rentan megalami serangan dari luar, akhirnya melemahnya kekuatan Idrisiyah yang mengakibatkan kekalahan dan kehilangan kekuasaan ditangan dinasti Fathimiyah pada tahun 985 M.[2]

2.2       Dinasti Aghlabiyah (184 H/800 M-296 H/909 M)
                        Wilayah kekuasaan Dinasti Aghlabiyah meliputi Tunisia dan Afrika Utara. Pusat pemerintannya terletak di Qairawan, Tunisia. Pemimpin pertama dinasti ini adalah Ibrahim bin Al-Aghlab, panglima dari Khurasan. Aghlabiyah berperan dalam mengganti bahasa latin dengan bahasa arab serta menjadikan islam agama mayoritas. Dinasti ini berhasil menduduki Sicilia dan sebagian besar Italia Selatan, Sardinia, Corsica bahkan pesisir Alpen pada abad ke-9. Dinasti ini berakhir setelah ditaklukan oleh Dinasti Fathimiyah. Peninggalan dinasti ini antara lain adalah Masjid Raya Qairawan dan Masjid Raya di Tunis. [3]
            2.2.1    Sejarah pembentukan
            Dinasti Aghlabiyah sebuah dinasti yang berpusat di Tusnisia yang berlangsung sekitar satu abad, nama dinasti di ambil dari nama Ibrahim bin Al-Aghlab, seorang khurasan yang menjadi perwira dalam barisan pasukan Abbasiyah. Harun Al-Rasyid mengirim bala tentara ke Ifriqiyah di bawah pimpinan Ibrahim Al-Aghlab yang berhasil menumpas golongan khawarij, dengan keberhasilan tersebut ia di angkat sebagai gubernur Tunis tahun 184 H/800 M. Dengan demikian Ibrahim bin Aghlab memerintah wilayah ini dengan keturunannya, yang kemudian dikenal dengan Aghlabiyah.
            2.2.2    Kemajuan yang di capai
            Beberapa kemajuan yang dicapai dalam pemerintahan aghlabiyah diantaranya dalam bidan politik, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan ekonomi. Dalam bidang politik ialah perluasan wilayah dari wilayah kegubernuran hingga daratan eropa. Dalam bidang kebudayaan terdapat pembangunan masjid Qairowan dan 10.000 benteng pertahanan di Afrika Utara, sedangkan kemajuan dibidang ekonomi adalah pengembangan dalam sektor pertanian, perdagangan, dan industri.
            2.2.3    Kemunduran dan kehancuran
            Dinasti Aghlabiyah mengalami kemunduran disebabkan oleh propaganda golongan syi’ah yang dipelopori oleh Abu Abdullah Al-Syi’i atas perintah Ubaidillah Al-Mahdi. Kuatnya pasukan syi’ah dari sekte ismailiyah ini kemudian mampu mengulingkan dinasti Aghlabiyah pada tahun 909 M.[4]

2.3       Dinasti Samaniyah (203 H/919 M-395 H/1005 M)
                        Wilayah kekuasaan Dinasti Samaniyah meliputi daerah Khurasan (Irak) dan Transsoxania (Usbekistan) yang terletak di sebelah timur Baghdad. Ibu kotanya adalah Bukhara. Dinasti Samaniyah didirikan oleh Ahmad bin Asad bin Samankhudat, keturunan seorang bangsawan Balkh (Afghanistan Utara). Puncak kejayaannya tercapai pada masa pemerintahan Isma’il bin Ahmad (Ismail I), Penguasa ketiga dinasti ini. Isma’il II AL-Muntasir, Khalifah terakhir Samaniyah, tidak dapat mempertahankan wilayahnya dari serangan Dinasti Qarakhan dan Dinasati Ghaznawi. Dinasti Samaniyah berakhir setelah Isma’il terbunuh pada tahun 395 H/1005 M peninggalan Dinasti Samaniyah berupa Mausaleum Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari, seorang ilmuan muslim.[5]
           
2.3.1    sejarah pembentukan
            Dinasti ini tidak selalu berjalan lancar. Persilihan antra saudara pun pernah terjadi, dimana ketika ismail berkuasa Nashr selalu meragukan kejujurannya, dari ketidak kepercayaan itulah maka terjadi peperangan diantara keduanya.
            2.3.2    kemajuan yang dicapai
            Dinasti Samaniyah berkuasa dalam kemajuannya yaitu bidang politik, memelihara pusat yang strategis bagi daulat islam di timur, dan mengembangkan kekuasaan sampai ke wilyah Turki, sedangkan dalam kebudayaan, menjadikan Bukhara sebagai tempat menetapnya ulama, memiliki perpustakaan yang di dalamnya kitab-kitab mashur dari berbagai disiplin ilmu yang terdapat ditempat lain, selain itu perkembangan ilmiah dan kesejahteraaan serta filsafat memuncak diera Samaniyah.
            2.3.3    kemunuran dan kehancuran
            Dinasti Samaniyah mulai mengalami kemunduran setelah sepeninggal Ismail, kemudian kepemimpinannya dilanjutkan oleh Ismail II Al-Muntasir khalifah terakhir Samaniyah, namun kepemimpinannya tidak mampu mempertahankan wilayahnya dari serangan dinasti Qarakhan dan dinasti Ghaznawi.[6]

2.4       Dinasti Safariyah (253 H/867 M-900 H/1495 M)
                        Wilyah kekuasaan Dinasti Safariyah meliputi kawasan Sijistan, Iran. Dan merupakan dinasti yang paling lama berkuasa di dunia islam. Pendiri dinasti ini adalah Ya’qub bin Lais As-Saffar, seorang pemimpin kelompok khawarij di provonsi Sistan (Irak). Dinasti Safariyah di bawah kepemimpinan Amr bin Lais berhasil melebarkan wilayah kekuasaanya sampai ke Afghanistan Timur. Pada masa itulah kekuasaan Dinasti Safariyah mencapai puncaknya. Dinasti ini semakin melemah karena pemberontakan dan kekacauan dalam pemerintahan. Akhirnya Dinasti Ghaznawi mengambil alih kekuasaan Dinasti Safariyah. Setelah penguasa terakhir Dinasti Safariyah, khalaf meninggal dunia, berakhir pula kekuasaan Dinasti Safariyah di Sijistan.[7]
           
2.4.1    kemajuan yang dicapai
            Setelah Yaqub memproklamasikan dirinya sebagai penguasa baru, dia melanjutkan ekspansi ke wilayah-wilayah di sekitarnya, meskipun kesuksesannya telah banyak dicapai oleh Yaqub tapi hubungan dengan pemerintah Abbasiyah masih baik. Hal inilah yang menjadi penguat dinasti, karena pemerintah Abbasiyah semakin mengukuhkan pemberian khalifah atas beberapa kota penting kepadanya.  Kegemilangan Yaqub dengan perluasan wilyah menjadikannnya berkeinginan menguasai Baghdad, namun upaya ini tidak berhasil.
            2.4.2    kemunduran dan kehancuran
            Kemunduran dan keruntuhan disebabkan karena ketamakan para penguasa yang selalu berkeinginan memperluas wilyah kekuasaan. Seperti dinasti Safariyah ditangan Amr ia tetap bersih kukuh ingin menguasai dan memperluas wilayah hingga ke Transoxsania. Akhirnya pasukan Amr dapat ditaklukan oleh pasukan Ismail bin Ahmad, dan Amr berhasil ditangkap, sehingga semua penaklukan terlepas kembali.[8]
           
2.5       Dinasti Tulun (254 H/868 M-292 H/905 M)
                        Wilayah kekuasaan Dinasti Tulun meliputi Mesir dan Suriah, Dinasti islam yang masa pemerintahannya paling cepat berakhir. Pendirinya adalah Ahmad bin Tulun, putra seorang Turki yang diutus oleh gubernur Transoxania (Uzbekistan) membawa umpeti ke Abbasiyah. Dinasti Tulun yang memrintah sampai 38 tahun berakhir ketika dikalahkan oleh pasukan Dinasti Abbasiyah dan setelah khalifah Syaiban bin Tulun terbunuh.
            Dinasti Tulun mencatat berbagai prestasi, antara lain sebagai berikut:
a.      Mendirikan bangunan-bangunan megah
b.     Memperbaiki nilometer (alat pengukur air) di Pulau Raufah (dekat Kairo), yang pertama kali dibangun pada tahun 103 H/716 M pada masa pemerintahan Bani Umayyah.
c.      Berhasil membawa Mesir pada kemajuan, sehingga Mesir menjadi pusat kebudayaan Islam yang dikunjungi para ilmuwan dan seluruh pelosok dunia islam.
2.6       Dinasti Hamdaniyah (292 H/905 M-394 H/1004 M)
                        Dinasti Hamdaniyah, wilayah kekuasaannya meliputi Aleppo (Suriah) dan Mosul (Iran). Nama Dinasti ini dinisbatkan kepada pendirinya, Hamdan bin Hamdun yang bergelar Abu Al-Haija’. Dinasti Hamdaniyah di Mosul dipimpin oleh Hasan yang menggantikan ayahnya, Abu Al-Haija’. Kepemimpina Hasan mendapat pengakuan dari kepemimpinan Baghdad. Dinasti Hamdaniyah di Aleppo di dirikan oleh Ali Saifuddawlah merebut Aleppo dari Dinasti Ikhsyidiyah. Dinasti Hamdaniyah di Mosul maupun di Aleppo berakhir ketika para pemimpinnya meninggal.[9]
            2.6.1    kemajuan yang dicapai
            Prestasi gemilang yang diukir oleh dinasti Hamdaniyah lebih tampak pada wilayah politiknya. Dinasti ini mmampu memainkan peran penting sebagai pagar betis untk mempertahankan kekuasaan dinasti Abbasiyah, bahkan dinasti Hamdani ini sebagai suatu kekuatan yang mampu menahan pasukan Romawi yang ingin merebut wilayah Suria. Selain kemajuan di bidang militer, dinasti juga mengalami kemajuan dibeberapa bidang, seperti didunia intelektual. Sehingga meskipun dinasti ini bukan dinasti yang besar namun capaiannya tampak jelas.
            2.6.2    kemunduran dan kehancuran
            Kemunduran sudah mulai terasa semenjak meninggalnya Saif                                 Al-Daulat. Para penggantinya ini kurang memiliki kemampuan untuk mengimbangi kekuatan-kekuatan asing yang besar saat itu yaitu Buwaihi, Romawi, dan Fatimiyah yang sudah ada sejak 1004 M.[10]

2.7       Dinasti Fathimiyah (297-567 H/909-1171 M)
                        Berdirinya Dinasti Fathimiyah dilatar belakangi oleh melelmahnya dinasti Abbasiyah, kemudian Ubaidillah Mahdi mendirikan dinasti Fathimiyah yang melepaskan diri dari kekuasaan Abbasiyah. Kebudayaan berkembang pesat pada masa dinasti Fathimiyah yang ditandai dengan berdirinya masjid Al-Azhar yang berfungsi sebagai pusat pengkajian islam dan ilmu pengetahuan. Dinasti ini berakhir setelah Al-Adid, khalifah terakhir dinasti Fathimiyah yang jatuh sakit.
           
2.7.1    kemajuan yang dicapai
            a. Bidang Administrasi
            Administrasi pemerintahan dinasti Fathimiyah secara garis besar tidak jauh berbeda dengan dinasti Abbasiyah. Khalifah menjabat sebagai kepala negara baik keduniaan maupun spiritual.
            b. Kondisi sosial
            Mayoritas khalifah bersikap moderat dan penuh perhatian kepada urusan agama non muslim. Selama masa ini pemeluk kristen Mesir diperlakukan secara bijaksana, hanya khalifah Al-Hakim yang bersikap agak keras terhadap mereka. Orang-orang kristen tidak pernah merasakan kemurahan dan keramahan melebihi sikap pemerintahan muslim.
c.      Ilmu pengetahuan dan kesusastraan
Khalifah Fathimiyah mendirikan beberapa  lembaga ilmu pengetahuan dan beberapa karya sastra. Selain itu pada masa dinasti ini juga banyak ditemui berbagai seni arsitektur, ini dibuktikan dengan banyaknya bangunan masjid yang sangt megah.

2.7.2    kemunduran dan kehancuran
Keruntuhan dinasti Fatimiyah disebabkan oleh beberapa faktor kelemahan pada masa pemerintahannya, antara lain :
a.      Sistem pemerintahan dirubah menjadi sistem parlementer.
b.     Terjadinya persaingan perebutan wazir.
c.      Adanya resistensi dari orang-orang sunni dan nasroni di Mesir.
d.     Terjadinya perebutan kekuasaan antara bangsa barbar dengan bangsa Turki.
e.      Adanya pemaksaan ideologi Syi’ah kepada rakyat yang mayoritas sunni.
f.      Datangnya serbua dari tentara salib.
g.     Para penguasanya selalu tenggelam dalam kehidupan yang mewah.
h.     Kondisi Al-Adhid yang dimanfaatkan oleh Nur Ad-Din.[11]






















BAB III
PENUTUP
3.1            Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dinasti-dinasti lain yang ada di dunia islam seiring Dinasti Abbasiyah meliputi sebagai berikut:
1.     Dinasti Idrisiyah
2.     Dinasti Aghlabiyah
3.     Dinasti Samaniyah
4.     Dinasti Safariyah
5.     Dinasti Tulun
6.     Dinasti Hamdaniyah
7.     Dinasti Fathimiyah
Dalam masa memerintah masing-masing dinasti memiliki kemjauan dan kemunduran tersendiri yang berbeda-beda, yang mana telah dijelaskan/dipaparkan dalam isi makalah.
3.2            Saran
Dengan dibuatnya makalh ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.











DAFTAR PUSTAKA
Amin Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010)

http://amarstain.blogspot.co.id/2015/09/makalah-peradaban-islam-dinasti.html?m=1 (Di akses tgl 10/03, 03.00 wib)




























PROFIL PEMAKALAH

Nama              :Muhammad Riskon
Nim:                : 2014116052
Prodi:              :HukumEkonomiSyari’ah
Ttl:                  :Pekalongan, 29 Juni 1997
No. Hp:           : 085600828494
Nama              : Muhammad RisqonFajar
Nim                 : 2014116053
Prodi               : HukumEkonomiSyariah
Ttl                   : Pekalongan, 22 Juli 1998
No. Hp            : 085800225040
Nama              : Mukhidin Maulana
Nim                 : 2014116054
Prodi               :HukumEkonomiSyariah
Ttl                   :Pekalongan, 22 Mei 1998
No. Hp            :085878973691



[1]Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2010 hlm 275
[3]Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2010, hlm 275
[5]Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2010, hlm 275
[7]Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2010, hlm 276
[9]Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2010, hlm 277

Tidak ada komentar:

Posting Komentar