Laman

Senin, 13 Maret 2017

SPI B5 DINASTI DINASTI LAIN DI DUNIA ISLAM SEIRING DINASTI ABBASIAH

DINASTI DINASTI LAIN DI DUNIA ISLAM
SEIRING DINASTI ABBASIAH

Ika Putri Sari
Dewi kusumaningrum
Nila Ni’matul udhma
KELAS B

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017

`


PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT  karena tanpa rahmat dan hidayah nya tak mungkin makalah dengan judul “Peradaban Islam Masa Khulafaur Rasyidin” ini dapat di selesaikan, hingga akhirnya kami berhasil menyusun tugas ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam di  IAIN Pekalongan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Agung Muhammad SAW, keluarga dan sahabatanya. Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat mencapai hasil yang sebaik- baiknya, namun kami menyadari bahwa dalam cara penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan tidak kesempurnaan, mengingat akan pengetahuan dan kemampuan yang kami memiliki masih terbatas untuk itu kritik dan saran yang membangun  sangat kami harapkan demi kebikan yang akan datang. Kami mengharapkan mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.






Pekalongan,Februari 2017
Tim penulis


DAFTAR ISI
PRAKATA......................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................4
1.1 Latar belakang  4
1.2 Rumusan Masalah  4
1.3 Tujuan Penulisan  4
1.4 Metode Pengumpulan Data  5
BAB II  PEMBAHASAN
2.1 Dinasti Idrisiyah (789-926)  6
2.2 Dinasti Aghlabiyah (800-909)  6
2.3 Dinasti Samaniiyah (819-1005)  6
2.4 Dinasti Safariyah (867-1495)  7
2.5 Dinasti Tulun (868-905)  7
2.6 Dinasti Hamdaniyah (905-1004)............................................................... 8
2.7 Dinasti Fatimiyah (909-1171)................................................................... 9
BAB  III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan 15
3.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dimulai dari kekuasaan Mu’awiyah yang membentuk Dinasti Umayyah, maka sistem pemerintahan yang bersifat demokrasi berubah menjadi monochi hereditis ( kerajaan turun temurun ). Kekhalifahan Mu’awiyyah diperoleh melalui kekerasan dan diplomasi, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Sukses kepemimipinan secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yzid kelak menggantikannya. Muawiyah bermaksud emncontoh monorchi di Persia dan Bizantium. Muawiyah tetap menggunakan istilah khalifah , namun ia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk menanggung jabatan tersebut.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Peradaban Islam Dinasti Idrisiyah (789-926) ?
1.2.2 Bagaimana Peradaban Islam Dinasti Aghlabiyah (800-909) ?
1.2.3 Bagaimana Peradaban Islam Dinasti Samaniyah (819-1005) ?
1.2.4 Bagaimana Peradaban Islam Dinasti Safariyah (867-1495) ?
1.2.5 Bagaimana Peradaban Islam Dinasti Tulun (868-905)?
1.2.6 Bagaimana Peradaban Islam Dinasti Hamdaniyah (905-1004) ?
1.2.7 Bagaimana Peradaban Islam Dinasti Fatimiyah (909-1171) ?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1 Dapat Mengetahui Peradaban Islam Dinasti Idrisiyah .
1.3.2 Dapat Mengetahui Peradaban Islam Dinasti Aghlabiyah.
1.3.3 Dapat Mengetahui Peradaban Islam Dinasti Samaniyah.
1.3.4 Dapat Mengetahui Peradaban Islam Dinasti Safariyah.
1.3.5 Dapat Mengetahui Peradaban Islam Dinasti Tulun.
1.3.6 Dapat Mengetahui Peradaban Islam Dinasti Hamdaniyah.
1.3.7 Dapat Mengetahui Peradaban Islam Dinasti Fatimiyah.
1.4  Metode Penelitian
1.4.1 Metode Studi Pustaka 
Studi Pustaka adalah mengadakan penelitian dengan mempelajari dan membaca buku-buku serta sumber dari internet (online) yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.
 Penulis mencari data dibuku referensi dan internet yang berkaitan dengan Peradaban Islam Masa Khulafaur Rasyidin.























BAB II
PEMBAHASAN
 2.1 Dinasti Idrisiyah (789-926)
Wilayah kekuasaan Dinasti Idrisiyah adalah Magribi (Maroko). Dinasti ini didirkan oleh Idris I bin Abdullah, cucu Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan merupakan Dinasti pertama yang beraliran Syi’ah, terutama di Maroko dan Afrika Utara. Sultan Idrisiyah terbesar adalah Yahya IV (292 H /905 M - 309 H/922) yang berhasil merestorasi Volubilis, kota romawi menjadi kota Fez. Dinasti Idrisiyah berperan dalam menyebarkan budaya dan agama islam ke bangsa Barbar dan penduduk asli. Dinasti ini runtuh setelah ditaklukkan oleh Dinasti Fatimiyah Pada tahun 374 H/985 M. Dinasti Idrisiyah antara lain meninggalkan Masjid Karawiyyin dan Masjid Andalusia yang didirikan pada 244 H/859 M.
2.2 Dinasti Aghlabiyah (184 H/800 M – 296 H/909 M)
Pusat pemerintahan Dinasti Aghlabiyah terletak di Qairawan, Tunusia. Wilayah kekuasaan Dinasti Aghlabiyah meliputi Tunisia dan Afrika Utara. Pemimpin pertama dinasti ini adalah Ibrahim bin Alghlab, seorang panglima dari Khurasan. Aghlabiyah berperan dalam mengganti bahasa latin dengan bahasa Arab serta menjadikan Islam sebagai agama Mayoriyas. Dinasti ini berhasil menduduki Sicila dan sebagian besar italia Selatan, Sardina, Corsia bahkan pesisir Alpen pada abad ke-9. Dinasti Aghlabiyah berakhir setelah ditaklukkan oleh Dinasti fatimiyah. Peninggalan dinasti ini antara lain adalah masjid Raya Qairawan dan Masjid raya di Tunis.
2.3 Dinasti Samaniyah (203 H/819 M – 395 H/1005 M)
Wilayah kekuasaan Dinasti Samaniyah meliputi daerah khurasan (Irak) dan Transoxania  (Usbekistan) yang terletak di sebelah timur Baghdad. Ibukotanya adalah Bukhara. Dinasti Samaniyah didirikan oleh Ahmad bin Asad bin Samankhudad, keturunan seorang Balkaha (Afganistan Utara). Puncak kejayaannya tercapai pada masa pemerintah Ismail bin Ahmad (Ismail I), pengusaha ketiga Dinasti ini. Isma’il II Al-Muntasir, Kahalifah terakhir Samaniyah, tidak dapat mempertahankan wilayahnya darin serangan Dinasti Qarakhan dan Dinasti ghasnawi. Dinasti Samaniyah berakhir setelah Isma’il terbunuh pada tahun 395 H/ 1005 M, peninggalan Dinasti Samaniyah berupa Mausaleum Muhammad bin Isma’il Al-Bukhori, seorang Ilmuan muslim.
2.4 Dinasti Safariyah (253 H/867 M – 900 H/1495 M)
Dinasti Safariyah merupakan sebuah Dinasti Islam yang paling lama berkuasa didunia islam. Wilayah kekuasaan Dinasti safariyah meliputi kawasan Sijistan, Irak. Pendiri Dinasti ini adalah Ya’qub bin Lais AS-Saffar, seorang pemimpin kelompok khawarij di prriyah di provinsi Sistan (Irak). Dinasti Safariyah di bawah kepemimpinan Amr bin Rais berhasil melebarkan wilayah kekuasaannya sampai ke Afghanistan Timur. Pada masa itulah Dinasti safariyah mencapai puncaknya. Dinasti ini semakin melemah karena pemberontakan dan kekaucawan dalam pemerintahan. Akhirnya Dinasti Ghaznawi mengambil Alih kekuasaan Dinasti Safariyah. Setalah penguasa terakhir Dinasti safariyah, Khalaf meninggal dunia, berakhir pula pemerintahan Dinasti safariyah di Sijistan.
2.5 Dinasti Tulun (254 H/868 M – 292 H/905 M)
Dinasti Tulun adalah Sebuah Dinasti islam yng masa pemerintahannya paling cepat berakhir. Wilayah kekuasaan Dinasti Tulun meliputi Mesir dan Suriah. Pendirinya adalah Ahmad bin Tulun, putra seorang Turki yang diutus oleh gubernur Transoxania (Usbakistan) membawa Upeti ke Abbasiyah. Dinasti Tulun yang memerintah sampai 38 tahun berakhir ketika dikalahkan oleh pasukan Dinasti Abbasiyah dan setelah Khalifah Syahiban bin Tulun terbunuh.
Dinasti Tulun memcatat berbagai prestasi, antara lain sebagai berikut:
2.5.1 Mendirikan bangunan-bangunan megah, seperti Rumah sakit Fustat, Masjid Ibnu Tulun, dan Istana Khalifah yang kemudian hari menjadi peninggalan sejarah islam yang bernilai.
2.5.2 Memperbaiki Nilometer (Alat mengukur air) di pulau Raufah (dekat Kairo), yang pertama kali dibangun tahun 103 H/716 M pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Dengan berfungsinya kembali Alat ini, iri gasi Mesir menjadi lancar dan pad gilirannya sangat membantu dalam meningkatakan hasil produksi pertanian rakyat Mesir.
2.5.3 Berhasil membawa Mesir pada kemajuan, sehingga Mesir menjadi pusat kebudayaan Islam yang dikunjungi para Ilmuan dan seluruh pelosok dunia Islam.
2.6 Dinasti Hamdaniyah (292 H/905 M – 394 H/1004 M)
Dinasti Hamdaniyah, wilayah kekuasaannya meliputi Aleppo (Suriah) dan Mosul (Irak). Nama Dinasti ini dinisbahkan kepada pendirinya, Hamdan bin Hamdun yang bergelar Abu Al-Haija’ . Dinasti Hamdaniyah di Mosul dipimpin oleh Hasan yang menggantikan ayahnya, Abu Al-Haija’. Kepemimpinan Hasan mendapat pengakuan dari pemerintah Baghdad. Dinasti Hamdaniyah di Alepo dari Dinasti Ikhsyidiyah Dinasti Hamdaniyah di Mosul maupun di Alepo berakhir ketika para pemimpinnya meninggal.
2.7 Diasti Fatimiyah (909 M – 1171 M)
Wilayah kekuasaan Dinasti Fatimiyah (909-1171 M) meliputi Afrika Utara, Mesir dan Suria. Berdirinya Dinasti Fatimiyah dilatar belakangi oleh melemahnya Dinasti Abbasiyah. Dinasti ini mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Al-Aziz. Kebudayaan islam berkembang pesat pada masa Dinasti Fatimiyah, yang ditandai dengan berdirinya masjid Al-Azhar. Masjid ini berfungsi sebagai pusat pengkajian islam dan ilmu pengetahuan. Dinasti Fatimiyah berakhir setelah Al-Adid, khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah jatuh sakit Shalahuddin Al-Ayubi, Wazir Dinasti Fatimiyah menggunakan tersebut dengan mengakui kekuasaan khalifah Abbasiyah, Al-Mustahdi. Peninggalan Dinasti ini meliputi antara lain Masjid Al-Azhar yang sekarang terkenal dengan Universitas Al-Azhar, bab Al-Futuh ( Benteng Futuh), dan Masjid Al-Ahmar di Cairo, Mesir.
Dinasti ini mengklaim sebagai keturunan garis lurus dari pasangan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah. Menurut mereka, Abdullah Al-Mahdi sebagai pendiri Dinasti ini merupakan cucu Ismail bin Ja’far Ash-Shadiq. Sedangakan Ismail merupakan imam Syiah yang ketujuh.
Setelah Imam Ja’far Shadiq wafat, Syiah terpecah menjadi dua cabang. Cabang pertama meyakini Musa Al-Kazim sebagai imam ketujuh pengganti Ja’far, sedangkan sebuah cabang lainnya mempercayai ismail bin Muhammad Al-maktum sebagai imam Syiah ketujuh. Cabang Syiah kedua dinamai Syiah Ismailiiyah. Syiah Ismailiiyah tidak menampakkan gerakannya secara jelas sehingga muncullah abdullah bin Maimun yang membentuk Syiah Ismailiiyah sebagai sebuah sistem gerakan politik keagamaan. Ia berjuang mengorganisir propaganda Syiah Ismailiiyah dengan tujuan menegakkan kekuasaan Fatimiyah. Secara rahasia ia mengirimkan misionari kesegala penjuru wilayah muslim untuk menyebarkan ajaran Syiah ismailiiyah. Kegiatan ini menjadi latarbelakang Dinasti fatimiyah di Afrika dan pindah keMesir. Adapun para pengusa Dinasti Fatimiyah:
2.7.1 Al-Mahdi (909-934M)
Al-mahdi merupakan penguasa Fatimiyah yang cakap. Dua tahun semenjak penobatannya yakni Abu Abdullah Al-Husain karena terbukti bersekongkol dengan saudaranya yang bernama Abu Abbas untuk melancarkan perebutan jabatan Khalifah. Kemudian Al-Mahdi melancarkan gerakan perluasan wilayah kekuasaan ke seluruh Afrika yang terbentang dari Mesir sampai wilayah fes di Maroko.
2.7.2 Al-Qa’im (934-949 M)
Al-Mahdi digantikan putranya yang bernama Abdul Qasim dan bergelar Al-Qa’im. Ia meneruskan gerakan ekspansi yang telah dimulai oleh ayahnya. Pada tahun 934 M, ia mengerahkan pasukan dalam jumlah besar ke daerah selatan pantai Prancis.
2.7.3 Mu’iz Lidinillah (965-975 M)
Ketika Al-manshur meninggal, putranya yang bernama Abu Tamim Ma’ad mengantikan kedudukannya sebagai kholifah sebagai bergelar Mu’iz Lidinilah.Penobatan Mu’iz sebagai kholifah keempat menandai era baru Dinasti Fatimiiah. Banyak keberasilan yang dicapainya. Pertama kali ia menetapka untuk mengadakan peninjauan ke seluruh penjuru wilayah kekuasaannya untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya.Selanjutnya, Mu’iz menetapkan langkah-langkah yang harus ditempuh demi terciptanya keadilan dan kemakmuran.
Khalifah Mu’iz meninggal pada tahun 975 M,setelah memerintah selama 23 tahun. Ia merupakan kholafah terbesar. Ia adalah pendiri Dinasti Fatimiah dimesir.
2.7.4 Al-Aziz (975-996 M)
Al-Aziz menggantikan kedudukan ayahnya, Mu’iz. Ia termasuk khalifah Fatimiyah yang paling bijaksana dan pemurah. Kemajuan imperium Fatimiyah mencapai puncaknya pada masa pemerintahan ini. Pembangunan fisik dan seni arsitektur merupakan lambang kemajuan pada masa ini. Ia adalah seorang penyair dan tokoh pendidikan. Masjid Al-Azhar diresmikan oleh khlaifah Al-Aziz sebagai lembaga pendidikan. Al-aziz meninggal pada tahun 996 M, dan bersamaan dengan ini berakhirlah Dinasti Fatimiyah.
2.7.5 Al-Hakim (996-1021M)
Sepeninggalan Al-Aziz, khalifah Fatimiyah dijabat oleh anaknya yang bernama Abu Al-Mansur Al-Hakim. Ketika naik tahta ia berusia 11 tahun. Selama tahun-tahun pertama Al-Hakim dibawah pengaruh seorang gubernurnya yang bernama Barjawan.
Al-Hakim adalah pribadi muslim yang taat ia pendiri sebuah tempat pemujaan suku aliran Druz di Lebanon, yang sampai sekarang masih ada. Al-Hakim mendirikan sebuah masjid yang dibangunnya terdapat sebuah masjid yang menjadi lambang kemajuan arsitektur yang indah. Pada tahun 1306 M, ia menyelesaikan bangunan dari Al-Hakim (gedung pusat islam pengetahuan) sebagai sarana penyebaran teologi syariah, sekaligus untuk kemajuan kegiatan pengajaran.
2.7.6 Az-Zahir (1021-1036M)
Al-Hakim diganti putranya yang bernama Abu Hasyim Ali dengan gelar Az-Zahir. Ia naik tahta pada usia16 tahun, sehingga pusat kekuasaan dipegang oleh bibinya yang bernama Sitt Al-Mulk.
Peristiwa yang paling terkenal pada masa ini adalah penyelesaian, persengkataan, keagamaan pada tahun 1025 dimana tooh-tokoh madzhab Malikiyah diusir dari Mesir.
2.7.7 Al-Mustansir (1036-1095M)
Az-Zahir digantikan oleh anaknya yang bernama Abu Tamim Ma’ad yang bergelar Al-mustansir, pemerintahannya selama 61 tahun merupakan masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah islam. Raja muda Zarida di Afrika yang bernama Mu’iz bin Badiz melemparkan penghinaan kepada Dinasti Fatimiyah dengan tidak menyebut nama khalifah fatimiyah dalam kuthbah jum’atnya melainkan ia menggantikan dengan menyebut nama khalifah Abbasiyah. Sepeninggalan Al-Muntasir pada tahun 1095 M, imperium Fatimiyah dilanda konflik dan permusuhan, tidak seorang pun khalifah sesudah Al-Muntasir mampu mengendalikan kemerosotan imperium ini.
2.7.8 Al-Musta’li ( 1095-1101 M)
Putra termuda al-Mustansir yang bergelar Al-musta’li menduduki tahta kehalifahan sepeninggal sang ayah Al-Mustansir.Setelah Al-Muasta’li meninggal, anaknya yang masih myda bernama Al-Amir Manshur dengan gelar Al-Amir dinobatkan sebagai khalifah oleh Al-Afzal. Anaknya Abu Manshur Ismail,dengan gelar Az-Zafir,mengantikan kedudukannya setelah wafatnya Al-Hafiz. Ia adalah pemuda 17 tahun yang tampang yang tidak peduli dengan urusan politik pemerintahan. Az-Zafir meninggal pada tahun 1154 M, terbunuh aoleh Masir Ibnu Abbas.
Kemajuan Peradaban Pada Masa Dinasti Fathimiyah
a. Bidang Administrasi
Periode Dinasti Fathimiyah menandi era baru sejarah bangsa mesir. Sebagai Khalifah dinasti ini adalah pejuang dan penguasa besar yang berhasil menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran di Mesir.
Administrasi Kepemirantahaan Dinasti Fatimiyah secara garis besar tidak berbeda dengan administrasi Dinasti Abbasiyah, sekalipun menjabat sebagai kepala negara baik dalam urusan dunia maupun spiritual. Khalifah berwenang mengangkat dan sekaligus menghentikn jabatan-jabatan dibawahnya.
b. Kondisi Sosial
Mayoritas Khalifah Fathimiyah bersifat modert dan penuh perhatian kepada urusan agama non muslim.Selama masa ini pemeluk kristen Mesir diperlakukan secara bijaksana. Hanya Khalifah Al-Hakim yang bersifat agar keras terhadap mereka. Pada masa Al-Aziz bahkan mereka  lebih diuntungkan daripada umat islam dimana mereka ditunjuk menduduki jabatan-jabatan tinggi di istana.Demikian pada masa Al-Mustansir dan seterusnya, mereka hidupan dengan penuh kedamaian dan kemakmuran
Mayoritas Khalifah Fatimiyah berpola hidup mewah dan santai. Al-Mustansir, menurut satu informasi, mendirikan semacam pavilium di istananya sebagai tempat memuaskan kegemaran berfoya-foya bersama sejumlah penari rupawan.
Dinasti Fatimiyah berhasil dalam mendirikan sebuah negara yang sangat luas dan peradaban yang berlainan semacam ini didunia timur.Hal ini sangat menarik perhatian karena sistem administrasinya yang sangat baik sekali,aktivitas artistik, luasnya toleransi lerijiusa,efisien angkatan perang dan angkatan laut ,kejujuran pengadilan,dan terutama perlindungannya terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

c. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Kesusastraan
Sumbangan Dinasti Fatimiyah dalam kemajuan ilmu pengetahuan tidak sebesar sumbangan Abbasiyah di Bagdad dan Ummayah di Spanyol.
Ibnu Khilis merupakan salah seorang Wazir Fathimiyah yang sangat memperdulikan pengajaran.ia mendirikan sebuah lembaga pendidikan dan memberinya subsidi besar setiap bulan.
Diantara para Khalifah Fathimiyah adalah tokoh pendidikan dan orang yang berperadaban tinggi. Al-Aziz termasiuk antara Khalifah yang mahir dalam bidang syair dan mencintai kegiatan pengajaran. Ia telah mengubah mesjid agung Al-Zahar menjadi sebuah lembaga pendidikan tinggi.Kekayaan dan Kemakmuran Dinasti Fatimiyah dan besarnya perhatian para Khalifah merupakan faktor pendorong para ilmuan untuk berpindah ke Kairo.
Khalifah Fatimiyah mendirikan sejumlah sekolah dan perguruan,mendirikan perpustakaan umum dan lambang ilmu pengetahuan.
Para Khalifah Fatimiyah pada umumnya juga mencintai berbagai seni termasuk seni arsitektur.








BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari Dinasti-dinasti ini mereka pernah mengalami masa jaya dan mundur,masa jaya mereka tidak terlepas dari cara pengelolaan sistem pemerintahan yang baik pada masa awal terbentuk. Namun hal itu tak berlangsung lama kareena masalah yang timbul dari kekuasaan mereka. Beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan mereka hancur adalah karena ketidak cakapan beberapa kholifahnyang memimpin,selain itu juga mereka lalai terhadaptugas mereka sebagai kholifah yang seharusnya berlaku adil dan bijaksana.
Selain itu juga, faktor masa ilsam jaya dibawa kekuasaan dinasti-dinasti itu menjadi runtuh adalah karena sesama dinasti- dinsti islam yang ada saling menjatuhkan dan menghanccurkan satu sama lain, yang hal itu menjadi titik lemah pemerintahan islam.
Dinasti-dinasti kecil barat yaitu:
1. Dinasti Idrisiyah ( 172 H/789M-314H/926M )
2. Dinasti Aghlabiah ( 184H/800M-296H-909M )
3. Dinasti Samaniyah ( 203H/819M-395H/1005M )
4. Dinasti Safariyah ( 253H/867M-900H/1495M )
5. Dinasti Tulun (254H/868M-292H/905M )
6. Dinati Hamdaniayah ( 292H/905M-394H/1004M )
7. Dinasti Fathimiyah ( 909M-1171M )
3.2 Saran
Dalam makalah ini tentunya ada banyak sekali koreksi dari para pembaca. Karena menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang dengan itu semua kami harapkan makalah ini akan menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2009.
Azyumardi Azra (Pimpinan Redaksi), Ensiklopedi Islam.
Hasan Ibrahim Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam (Terjemahan dari Islamic         History and Culture. Penerjemah Djahdan Humam). Yogyakarta: Kota Kembang, 1989.

















LAMPIRAN
Profil Anggota
1. Nama : Ika Putri Sari
Nim : 2014116025
Prodi : Hukum Ekonomi Syariah
TTL : Pekalongan, 02 Februari 1999
Contact Person : 0857-4718-8653
Alamat : Dk. Welo Ds. Wringinagung Kec. Doro
2. Nama : Dewi Kusumaningrum
Nim : 2014116007
Prodi : Hukum Ekonomi Syariah
TTL : Pekalongan, 20 Agustus 1997
Contact Person : 0823-2436-8470
Alamat : Banyuputih Batang

3. Nama : Nila Ni’matul Udhma
Nim : 2014116030
Prodi : Hukum Ekonomi Syariah
TTL : Pekalongan, 30 Maret 1997
Contact Person : 085600093813
Alamat : Kuripan Lor Gg. 8


Tidak ada komentar:

Posting Komentar