Laman

Selasa, 14 Maret 2017

spi b6 PERADABAN ISLAM DINASTI-DINASTI LAIN di DUNIA ISLAM II

 PERADABAN ISLAM DINASTI-DINASTI LAIN di DUNIA ISLAM II


ULYA MUFIDAH
SILVIA RAMADHANTI   

JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017




PRAKATA


Puji syukur ke hadirat allah,Tuhan semesta alam.shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia.
Alhamdulilah wa syukurillah bahwa berkat rahmat dan anugerahnya makalah sejarah peradaban islam dapat diselesaikan.
Sejarah perkembangan islam sejak zaman Nabi Muhammad hingga saat ini akan terus berlangsung.Demikian pula dengan peradaban islam, senantiasa akan berlangsunng di berbagai wilayah dunia islam.
Kami mengharapkan mudah-mudahan makalah ini memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan para pembacan











                                                                                              Pekalongan, februari 2017
                                                    Tim penulis                                                        




DAFTAR ISI
PRAKATA.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar belakang ....................................................................................I
B.     Rumusan masalah ..............................................................................1
C.     Tujuan ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Dinasti Buwaihi              945  - 1055 .....................................................3
B.     Dinasti Murobbitun        1056 – 1147 ....................................................3
C.     Dinasti Saljuk                 1077 - 1307 ....................................................5
D.    Dinasti Muwahhidun      1121 - 1269 ....................................................6
E.     Dinasti Ayyubiyah          1174 - 1252 ...................................................8
F.      Dinasti Delhi                   1206 - 1555 ...................................................8
G.    Dinasti Mamluk              1257 – 1517 ..................................................8

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ......................................................................................... 10
B.     Saran ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
           Peradabaan (civilization) adalahmasyarakat yang teramat mapan (a well-estabilished) dan kompleks yang mencangkup segi-segi kehidupan politik, administrasi, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, agama, hukum, dan sebagainya. Dengan demikian, agama adalah salah satu bagian dari peradaban. Umat islam sebaliknya akan mengatakan bahwa peradabaan islam adalah bagian dari pembahasan tema besar islam. Karna peradabaan adalah produk manusi.
      Dalam sejarah islam, para penguasa sebagaimana telah dijelaskan dalam bab-bab sebelum ini, setelah masa kekuasaan khulafaur rasyidin, digantikan oleh para penguasa yang membentuk kekuasaan dengan sistem kekuasaan kekeluargaan atau dinasti.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan Islam pada masa Dinasti Buwaihi?
2.      Bagaimana perkembangan Islam pada masa Dinasti Murrobbitun?
3.      Bagaimana perkembangan Islam pada masa Dinasti Saljuk?
4.      Bagaimana perkembangan Islam pada masa Dinasti Muwahhidun?
5.      Bagaimana perkembangan Islam pada masa Dinasti Ayyubiyah?
6.      Bagaimana perkembangan Islam pada masa Dinasti Delhi?
7.      Bagaimana perkembangan Islam pada masa Dinasti Mamluk Mesir?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Buwaihi
2.      Untuk mengetahui masa kemajuan Dinasti  Murrobbitun
3.      Untuk mengetahui perkembangan Islam pada Dinasti Saljuk
4.      Untuk mengetahui kemajuan peradaban Islam Dinasti Muwahhidun
5.      Untuk mengetahui sejarah peradaban Islam Dinasti Ayyubiyah
6.      Untuk mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Delhi
7.      Untuk mengetahui perkembangan Islam pada masa Dinasti Delhi


                                                                             


















                                                                     BAB II
PEMBAHASAN
A.    DINASTI BUWAIHI (333 H/945 M/447 H/1055 M)
Wilayah kekuasaan Dinasti Buwaihi meliputi Irak dan Iran. Dinasti ini dibangun oleh tiga bersaudara, yaitu Ali bin Buwaihi, Hasan bin Buwaihi, Ahmad bin Buwaihi. Perjalanan Dinasti Buwaihi dapat dibagi dalam dua periode. Periode pertama merupakan periode pertumbuhan dan konsolidasi,sedangkan periode kedua adalah periode defensif, khusunya di wilayah Irak dan Iran Tenga. Dinasti Buwaihi mengalami perkembangan pesat ketika Dinasti Abbasiyah di baghdad mulai melemah. Dinasti buwaihi mengalami kemunduran dengan adanya pengaruh Tugril Beg dari Dinasti Saljuk. Peninggalan dinasti ini antara lain berupa observatorium di Baghdad dan sejumlah perpustakaan di Syiraz, Ar-Rayy, dan Isfahan (Iran).1



B.     DINASTI MUROBBITUN (448 H/ 1056 M-541 H/1147 M)
            Murotabbiun adalah sebuah nama dinasti Islam yang berkuasa di Magribi dan spanyol (Andalius) pada tahun 448-541 H/ 2056-1147 M. Asal usul dinasti ini berasal dari Lemtuna, salah satu anak dari suku Sahaja. Mereka biasa juga disebut Al-Muksimum (pemakai kerudung sampai menutupi wajah di bawah muka). Dinasti ini berawal dari sekitar 1.000 anggota pejuang. Kegiatan mereka antara lain menyebarkan agama Islam dengan mengajak suku lain untuk menganut agama Islam. Mereka mengambil ajaran mazhab salaf (gerakan Salafiyah) secara ketat. Wilayah mereka meliputi Afrika barat daya dan daerah Spanyol.2
      Di bawah seorang pemimpin spiritual, Abdullah bin Yasin dan seorang komandan militer, Yahya bin Umar, mereka berhasil memperluas wilayah kekuasannya sampai ke Wadi Dara. Kemudian mereka juga berhasil menaklukkan Kerajaan Sijilmasat yang dikuasai Mas’ud bin Wanuddin Al-magrawi tahun 447 H/1055 M. Ketika Yahya bin Umar meninggal dunia, jabatannya digantikan saudaranya, Abu Bakar binUmar. Kemudian Abu Bakar melakukan penaklukan ke daerah sahara Maroko. Tahun 450 H/1058 M ia menyeberang ke atlas tinggi (hit atlas). Setelah itu diadakan

penyerangan ke Maroko tengah dan selatan. Selanjutnya ia memerangi suku Baghawata yang dinggap menganut faham bid’ah. Pada penyerangan ini Abdullah bin Yasin tewas (451 H/1059 M).sejak itu Abu Bakar memegang tampuk kekuasaan secara penuh dan lambat laun ia berhasil mengembangkan sistem kesultanan.
     Abu Bakar berhasil menaklukan daerah sebelah utara atlas tinggi dan akhirnya pada 462 H/1070 M ia dapat menaklukan daerah Marrakech (Maroko). Kemudian ia mendapat informasi bahwa Bulugan, Raja Kala dan Bani Hammad, mengadakan penyerangan ke Magribi dengan melibatkan sebagian kaum Sahaja. Mendengar berita itu ia memutuskan untuk kembali ke Sahara untuk menegakkan perdamaian di antara kaum Al-murabitun                                                                                                                                                                           
Sekembalinya dari sahara, setelah berhasil memadamkan penyerangan Bulugan, ia menyerahkan kekeuasaannya kepada Yusuf bin Tasyri ( w. 500 H/1107 M ),karena ia mengklaim bahwa Maroko berada di bawah kekuasaannya. Akhirnya Abu Bakar kembali lagi ke Sahara dan kemudian hidup di Sudan sampai akhir hayatnya ( 1080 M).
    Pada 1062 Yusuf bin Tasyfin mendirikan ibu kota di Maroko. Ia juga berhasil menaklukan Fez (1070) dan Tangier (1078). Pada 1080-1082 ia berhasil meluaskan wilayahnya sampai ke Aljazair. Ia mengangkat para pejabat dari kalangan Al-Murabitun untuk menduduki jabatan gurbenur pada wilayah taklukan, sementara ia sendiri memerintah di Maroko.3
Puncak prestasi dan karier politiknya dicapai ketika ia berhasil menyebrang ke Spanyol. Ia datang ke Spanyol atas undangan Amir Cordova, Al-Mu’tamid bin Abbas, yang terancam kekuasaannya oleh Raja Alfonso VI (Raja Leon Castilla). Dalam melaksanakan tugasnya ini, Yusuf bin Tasyfin mendapat dukungan kuat dari Muluk At-Tawa’if yang ada di Andalusia. Dalam sebuah pertempuran besar di Zallakah, VI, selanjutnya ia juga berhasil merebut Granada dan Malaga. Mulai saat itulah ia memakai gelar Amirul mukminin.


Yusuf  bin Tasyfin juga berhasil menaklukan Amen dan Badajoz. Namun, di Laventa ia mendapat perlawanan sengit dari Ceuta dan pihaknya dapat dikalahkan di Ceuta. Akan tetapi, ia dapat memperoleh kemenangan kembali. Maridali ditaklukan pada 503 H/1110 M. Kemudian Kerajaan Saragosa dan Pulau Balearic berhasil diduduki oleh Dinasti Al-Murabitu.

Ketika Yusuf bin Tasyri meninggal dunia, ia mewariskan kekuasaannya kepada anaknya, Ali bin Yusuf bin Tasyfin. Warisan itu berupa sebuah wilayah kerajaan yang luas dan besar yang terdiri atas negeri di Magribi, bagian Afrika, dan Spanyol. Ali melanjutkan politik pendahuluan dan berhasil mengalahkan anak Alfonso VI pada 1111 M. selanjutnya ia menyebrang ke Andaluis, merampas Tavalera de Rain. Lamabat laun Dinasti Al-Murabitun mengalami kemunduran dalam memperluas wilayahnya. Hal tersebut disebabkan perubahan sikap mental mereka, yakni adanya kemewahan yang berlebihan. Kondisi ini merubah mereka dari sikap yang keras dalam kehidupan Spanyol yang penuh gemerlap dan kemewahan materi.
Dinasti Al-Murabitun memegang kekuasaan selama sekitar 90 tahun dengan enam orang penguasanya, yaitu Abu Bakar bin Umar (memerintah 448 H/2986 M), Yusuf bin Tasyri (453 H/1061 M-500 H/1107 M), Ali bin Yusuf (500 H/1107 M-537 H/1143 M), Tasyri bin Ali (537 H-541 H) (1143 M-1147 M) Ibrahim bin Tasyfin dan Isak bin Ali. Dinasti Al-Muratabiun berakhir tatkala dikalahkan Dinasti Muwahidun yang di pimpin Abdul Mukmin.[1]

C.     SALJUK (469 H/1077 M-706 H/1307 M)
            DINASTI Saljuk adalah nama keluarga keturunan Saljuk bin Duqaq (Tuqaq) dari suku bangsa Guzz dari Turki yang menguasai Asia barat daya pada abad ke-11 dan akhirnya mendirikan sebuah kekaisaran yang meliputi kawasan Mesopotamia, Suriah, Palestina dan sebagaian besar Iran. Wilayah kekuasaan mereka yang demikian luas menandai awal kekuasaan suku bangsa Turki di kawasan Timur Tengah hingga abad ke-13.
.            Dinasti Saljuk dibagi mejadi lima cabang, yaitu Saljuk Iran, Saljuk Irak, Saljuk Kirman, Saljuk Asia Kecil dan Saljuk Suriah. Dinasti Saljuk didirikan oleh Saljuk bin Duqaq dari suku bangsa Guzz. Akan tetapi, tokoh yang dipandang sebagai pendiri Dinasti Saljuk yang sebenarnya adalah Tugril Beq. Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk dan mendapat pengakuan dari Dinasti Abbasiyah. Dinasti Saljuk melemah setelah para pemimpinnya meninggal atau ditaklukkan oleh bangsa lain. Peninggalan dinasti ini adalah Kizil Kule (Menara Merah) di Alanya, Turki Selatan, yang merupakan pangkalan pertahanan Bani Saljuk dan Masjid Jumar di Isfahan, Iran.
D.    DINASTI MUWAHHIDUN
             Dinasti Al-Muwahhidun adalah sebuah dinasti islam yang pernah berjaya di kawasan Afrika utara dan Spanyol selama lebih dari satu abad, yaitu sejak tahyn 515 H/1121 M hingga 667 H/1269 M. Dinasti ini didirikan pada tahun 1114 M, berdasarkan ajaran pendirinya, yakni Muhammad bin Tumart (1080-1130), yang dikenal dengan sebutan Ibnu Tumart.[2]
                           Dinasti muwahihidin, yang berarti golongan berfaham tauhid, didasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart yang memerangi faham At-Tajsim yang menanggap bahwa tuhan mempunyai bentuk yang berkembang di Afrika utara pada masa itu di bawah kekuasaan Dinasti Al-Murabitun  (448 H/1056 M-541 H/1147 M) atas dasar bahwa ayat yang berkaitan dengan sifat Tuhan yang tersebut dalam Alquran seperti tangan Tuhan, tidak dapat dijelasakn dan harus dipahami seperti apa adanya. Menurut Ibnu Tumart, faham At-Tajsim identik dengan syirik (menyukutan Allah), dan orang yang menganut faham At-Tajsim adalah musyrik.Ibnu Tumart menganggap bahwa menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkinan  harus dilakukan dengan kekerasan. Oleh karena itu, dalam mendakwahkan prinsinya Ibnu Tumart tidak segan-segan menggunakan kekerasan. Sikap keras Ibnu Tumart itu tentu saja tidak disenangi sebagai besar masyarakat, terutama kalangan ulama dan penguasa. Oleh karena itu , tidak heran apabila Ibnu Tumart mendapat tantangan di mana-mana. Ia dilindungi Sultan Ali bin Yusuf bin Tasfin tahun 507 H/1113 M-537 H/1142 M yang hanya menguasainya dari Marrakeh (ibu kota Kerajaan Al-Murabitun). Namun, dakwah Ibnu Tumart ini dukungan dari berbagai suku Barbar, seperti suku Haragah, Hantanah Jadmiwah, Janfisah.
Pada umumnya dakwah Ibnu Tumart bersifat murni, artinya tidak di dasari kepentingan politik tertentu, semata-mata hanya ingin menegakkan tauhid yang murni. Akan tetapi, setelah merasa dakwahnya telah mendapat sambutan yang cukup berarti dan pengikutnya sudah mulai banyak, sementara Dinasti Al-Murabitun muali melemah, Ibnu Tumart berambisi untuk menjatuhkan kekuasaan kaum Murabitun. Maka pada tahun 514 H/1120 M ia dinobatkan dirinya sebagai Al-Mahdi dan dibaiat pengikutnya untuk melaksanakan maksudnya itu. Ia menamakan penguasa Al-Muwahidun dan wilayah kekuasaannya yaitu Tindasi dan sekitarnya, sebagai Ad-Daulah Al-Muwahidiyah.[3]
               Langkan pertama yang diambil Ibnu Tumart dalam meraih ambisinya adalah mengajak khafilah Barbar bergabung bersamanya. Kabilah yang menolak bergabung diperanginya sehingga dalam waktu yang relatif singkat banyak kabilah Barbaryang tunduk di bawah perintahnya. Pada 524 H/1129 M dengan jumlah pasukan sebanyak 40,000 orang, di bawah komando Abu Muhammad Al-Basyri At-tansyarisi, kaum Al-Muwahiddun menyerang ibu kota Dinasti Al-Murabitu, Marrakech. Peristiwa itu dikenal dengan nama perang Buhairah. Dalam perang itu, kaum Al-Muwahidun menderita kekalah besar. Banyak prajurit mereka terbunuh, termasuk komandan perang At-Tansyarisi dan beberapa anggota Al-Asyrah. Kekahalahan ini mengakibatkan meninggalnya Ibnu Tumart pada tahun itu juga.[4]
             Setelah Ibnu Tumart wafat, Abdul Mu’min bin Ali tahun (467 H/1094 M-558 H/1163 M) dibaiat sebagai pemimpin  Al-Muwahidun menggantikan Ibnu Tumart. Ia dipilih padahal tidak ada hubungan kekerabatan dengan Ibnu Tumart, karna ia dianggap sebagai orang yang paling dekat dengan Ibnu Tumar. Selain itu, ia dikenal sebagai orang yang berpengaruh luas, pintar, dan pemberani, pilihan itu ternyata tepat. Di bawah kepemimpinannya kaum Al-Muwahhidun meraih kemenangan demi kemenangan. Pada 526 H/1131 M kaum Al-Muwahhidun menguasai Nadla, kemusian Dir’ah, Taigan, Fazar, dan Gayamah. Pada 534 H/1139 M kaum Al-Muwahidun melancarkan serangan ke kubu-kubu petrahanan Al-Murabbitun sehingga satu demi satu kekuasaan Al-Murabitun jatuh ke tangan kaum Al-Muwahiddun. Fez, kota terbesar kedua setelah Marrakech, direbut kaum Al-muwahiddun 540 H/1145 M. Setahun kemudian kaum Al-Muwahiddun berhasil menguasai ibu kota Marrakech dan menjatuhkan Dinasti Al-Murabitun.
 Setelah berhasil menjatuhkan Dinasti Al-Muratabiun dan menguasai seluruh wilayah Magribi, Abdul Mu’min bin Ali berambisi memperluas wilayah kekuasannya. Untuk memindahkan pusat  pemerintahan Al-Muwahiddun dan Tinamallal ke Marrakech. Dari situ Abdul Mu’min memancarkan ekspresi jauh ke wilayah timur. Pada 1152 ia merebut Aljazair, enam tahun berikutnya seluruh wilayah  Tunisia.
E.     DINASTI AYYUBIYAH ( 569 H/ 1174M-650 H/1252 M)
Pusat pemerintahan dinasti Ayyubiyah adalah kairo,mesir. Wilayah kekuasaannya meliputi kawasan mesir,suriah, dan yaman. Dinasti ayyubiyah didirikan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, setelah menaklukkan khalifah terakhir dinasti Fathimiyah, Al-Adid.
Shalahuddin berhasl menaklukkan daerah islam lainnya dan pasukan salib. Shalahuddin adalah tokoh dan pahlawan Perang Salib. Selain dikenal sebagai panglima perang, Shalahuddin juga mendorong kemajuan di bidang agama dan pendidikan. Berakhirnya masa pemerintahan Ayyubiyah ditandai dengan meninggalnya Malik- Al Asyaf Muzaffarudin, sultan terakhir dan berkuasanya dinaastiMamluk. Peninggalan Ayyubiyah adalah Benteng Qal’ah Al- Jabal di Kairo,Mesir.
F.      DINASTI DELHI (602H/1206M-962 H/1555 M)
Dinasti Delhi terletak di India Utara. Dinasti Delhi mengalami lima kali pergantian kepemimpinan yaitu Dinasti Mamluk , Dinasti Khalji, Dinasti Tuglug, Dinasti Sayid, dan Dinasti Lody. Pada periode pertama, Delhi dipimpin Dinasti Mamluk selama 84 tahun. Mamluk merupakan keturunan Qutbuddin Aybak, seorang budak dari Turki. Dinasti Khalji dari Afganistan memerintah selama 30 tahun. Dinasti Tugluq memerintah sampai 93 tahun, sedangkan Dinasti Sayid selama 37 tahun. Penguasa terakhir Delhi adalah Dinasti Lody yang memerintah selama 75 tahun. Peninggalan Dinasti Delhi antara lain adalah masjid Kuwat Al-Islam dan Qutub Minar yang berupa menara di Lalkot, Delhi(India).
G.    DINASTI MAMLUK MESIR ( 648H/1250M-923H/1517M)
Dinasti Mamluk memiliki wilayah kekuasaan di Mesir dan Suriah. Dinasti Mamluk berasal dari golongan hamba yang dimiliki oleh para sultan dan amir, yang di didik  secara militer oleh tuan mereka. Dinasti Mamluk yang memerintah di Mesir dibagi dua, yaitu Mamluk Bahri dan Mamluk Burji. Sultan pertama Dinasti Bahri adalah Izzuddin Aibak. Sultan Dinasti Mamluk Bahri yang terkenal antara lain adalah Qutuz, Baybars, Qalawun, dan Nasir Muhammad bin Qalawun. Baybars adalah sultan Dinasti Mamluk Bahri yang berhasil membangun pemerintahan yang kuat dan berkuasa selama 17 tahun. Dinasti Mamluk Burji kemudian mengambil alih pemerintah dengan menggulingkan seltan Mamluk Bahri terakhir, As-Salih Hajji bin Sya’ban. Sultan pertama penguasa Dinasti Mamluk Burji adalah Barquq ( 784 H/1382 M- 801 H/1399M). Dinasti Mamluk Mesir memberikan sumbangan besar bagi sejarah Islam dengan mengalahkan kelompok Nasrani Eropa yang menyerang Syam( Syiria), selain itu Dinasti Mamluk Mesir berhasil mengalahkan Bangsa Mongol, merebut dan mengislamkan Kerajaan Nubia ( Ethiopia), serta menguasai Pulau Cyprus dan Rhodes. Dinasti Mamluk Mesir berakhir setelah Al-Asyras Tuman Bai, Sultan terakhir, dihukum gantung oleh pasukan Usmani Turki. Peninggalan Dinasti Mamluk antara lain berupa Masjid Rifai, Mausoleum Qalawun, dan Masjid Sultan Hassan di Kairo.[5]













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Wilayah kekuasaan Dinasti Buwaihi meliputi Irak dan Iran. Dinasti ini dibangun oleh tiga bersaudara, yaitu Ali bin Buwaihi, Hasan bin Buwaihi, Ahmad bin Buwaihi. Dinasti Buwaihi mengalami perkembangan pesat ketika Dinasti Abbasiyah di baghdad mulai melemah.
Murotabbiun adalah sebuah nama dinasti Islam yang berkuasa di Magribi dan spanyol (Andalius) pada tahun 448-541 H/ 2056-1147 M. Dinasti Al-Murabitun memegang kekuasaan selama sekitar 90 tahun dengan enam orang penguasanya.
Saljuk adalah nama keluarga keturunan Saljuk bin Duqaq (Tuqaq) dari suku bangsa Guzz dari Turki yang menguasai Asia barat daya pada abad ke-11 dan akhirnya mendirikan sebuah kekaisaran yang meliputi kawasan Mesopotamia, Suriah, Palestina dan sebagaian besar Iran.
 Setelah berhasil menjatuhkan Dinasti Al-Muratabiun dan menguasai seluruh wilayah Magribi, Abdul Mu’min bin Ali berambisi memperluas wilayah kekuasannya.
Pusat pemerintahan dinasti Ayyubiyah adalah kairo,mesir. Wilayah kekuasaannya meliputi kawasan mesir,suriah, dan yaman. Dinasti ayyubiyah didirikan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, setelah menaklukkan khalifah terakhir dinasti Fathimiyah, Al-Adid. Dinasti Delhi terletak di India Utara
 Dinasti Delhi mengalami lima kali pergantian kepemimpinan yaitu Dinasti Mamluk , Dinasti Khalji, Dinasti Tuglug, Dinasti Sayid, dan Dinasti Lody. Pada periode pertama.
Dinasti Mamluk memiliki wilayah kekuasaan di Mesir dan Suriah. Dinasti Mamluk berasal dari golongan hamba yang dimiliki oleh para sultan dan amir, yang di didik  secara militer oleh tuan mereka.

B.     Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga mengharapkan kritik dan saran guna peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini.






[1] Azyurmadi Azra, Ensiklopedi Islam,( Jakarta: Ichtiar Baru Van hoeve, 2005) hlm 276
[2] Ibid.,hlm 277
[3]  Azyurmadi Azra, Ensiklopedi Islam,( Jakarta: Ichtiar Baru Van hoeve, 2005) hlm 278

[4] Ibid; hlm 279
                [5] Ibid., hlm 280

Tidak ada komentar:

Posting Komentar