Laman

Rabu, 01 Maret 2017

tt2 a4a Doakan Ibu Bapak (QS. Al-Isra’ Ayat 23-34)

“KEDUDUKAN ORANG TUA”
Doakan Ibu Bapak (QS. Al-Isra’ Ayat 23-34)


Nurhayati  (2021115105)
Kelas A

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi II dengan tema “Kedudukan Orang Tua” yang berjudul Doakan Ibu Bapak QS. Al- Isra’ ayat 23-24.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, khususnya kepada:
1.     Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
2.   Orang tua, karena telah memberikan support atau dukungan bagi penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
3.   Muhammad Hufron, M.S.I, selaku dosen Tafsir Tarbawi II.
            Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah Tafsir Tarbawi II dengan tema “Kedudukan Orang Tua” yang berjudul Doakan Ibu Bapak QS. Al- Isra’ ayat 23-24 dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
                                                                        Penulis

                                                                        Nurhayati

                                                                        (2021115105)


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menghormati orang tua sangat ditekankan dalam Islam. Mengingat banyak dan besarnya pengorbanan orang tua terhadap anak, yaitu memelihara dan mendidik kita sejak kecil tanpa perhitungan biaya yang sudah dikeluarkan dan tidak mengharapkan balasan sedikitpun dari anak. Maka dari itu, berbakti kepada kedua orang tua hukumnya adalah fardhu ain bagi setiap muslim. Setiap muslim wajib mentaati setiap perintah dari keduanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah.
Berbakti kepada orang tua bukan saja karena merupakan suatu hak mereka yang harus ditunaikan, namun juga merupakan suatu anjuran yang bersifat wajib dilaksanakan oleh anak-anak. Kewajiban itu telah banyak dikupas secara gamblang baik dalam al-Quran maupun al-Hadis. Begitu besarnya nilai berbakti kepada orang tua, sampai-sampai perintahnya disandingkan langsung dengan perintah beribadah kepada Allah dan larangan menyekutukannya, yaitu pada QS. Al-Isra’ ayat 23-24 yang akan kita bahas dalam makalah ini.

B.    Judul Makalah
Judul dari makalah ini adalah “Kedudukan Orang Tua” dengan sub tema “Doakan Ibu Bapak”

C.    Nash dan Arti
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوْآ اِلاّ اِيَّاهُ وَبِالْوَا لِدَيْنِ اِحْسَانًا ؕ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْكِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْ لًا كَرِيْمًا (٢٣)
وَخْفِضْ لَهُمَا جَنَا حَ الذُّ لِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًا (٢٤)

Artinya:
23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil”.
D.    Arti Penting Dikaji
Kewajiban seorang Muslim salah satunya yaitu berbakti kepada orang tua baik itu masih hidup ataupun sudah meninggal. Berbakti kepada orang tua dimulai dengan perkataan yang baik, kemudian diiringi dengan meringankan apa-apa yang menjadi beban mereka. Dan bakti yang paling tertinggi yang tak pernah dibatasi oleh tempat dan waktu ialah do’a. Do’a adalah bentuk bakti anak kepada orang tua seumur hidupnya.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori
1.     Pengertian Doa
Pengertian doa menurut syariat adalah seruan seorang hamba kepada Tuhan-Nya untuk meminta pertolongan atau bantuan kepada-Nya. Secara hakikat, doa harus menunjukkan rasa fakir dan rasa membutuhkan seorang hamba kepada Tuhannya Yang Maha Kuasa, menunjukkan kelemahan daya dan upayanya, kehinaan dan kerendahan dirinya sebagai manusia,sekaligus memuji kebesaran dan  kemahakuasaan Allah Yang Maha Memberi, Maha Dermawan, dan Maha Menyayangi hamba-hamba-Nya.[1]
2.     Berbakti Kepada Orang Tua
Terdapat berbagai cara yang dapat kita lakukan sebagai bentuk bakti kepada mereka , diantaranya sebagai berikut:
a.      Menaati segala perintahnya, kecuali dalam perkara maksiat;
b.     Bersikap baik kepada kedua orang tua;
c.      Berbuat yang baik dan wajar serta tidak berlebihan;
d.     Memberi sesuatu dengan tidak menyakitkan;
e.      Tidak mengungkapkan kekecewaan dan kekesalan;
f.      Menjaga nama baik dan kemuliaannya;
g.     Jangan memutus pembicaraan atau bersuara lebih keras daripada suara orang tua;
h.     Jangan pernah berbohong kepada mereka;
i.       Tidak meremehkan mereka;
j.       Berterimakasih atau bersyukur kepada keduanya;
k.     Memberi nafkah;
l.       Selalu mendoakan keduanya;
m.   Melupakan kesalahan dan kelalaiannya;
n.     Tidak masuk ke kamar/tempat mereka sebelum mendapat izin;
o.     Senantiasa mengunjunginya.[2]

B.    Tafsir
1.     Tafsir Ibnu Katsier
Allah SWT berfirman, bahwa Tuhanmu, Wahai Muhammad, telah memerintahkan dan memesankan, hendaklah kamu tidak menyembah selain Dia dan disamping itu hendaklah kamu berbuat dan berskap bak dan hormat terhadap kedua ibu bapakmu. Jika kedua ibu bapakmu atau salah seorang diantara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, janganlah sekali-kali kamu memperdengarkan kepada mereka atau kepada salah seorang diantara mereka kata-kata yang kasar dan tidak sopan bahkan sepatah kata “ah” atau “uf” janganlah sekal-kali kamu lontarkan dihadapan mereka. Dan janganlah membentak-bentak merela berdua atau salah seorang diantara mereka, tetapi sebaliknya hendaklah kamu mengucapkan kata-kata yang hormat, sopan, lemah-lembut dihadapan mereka. Rendahkanlah dirimu kepada mereka dengan penuh kasih saying dan berdoalah untuk mereka beerdua dengan mengucapkan, “Ya Tuhanku, kasinilah dan rahmatilah kedua ayah ibuku, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu aku kecil dengan penuh kasih sayang”.[3]
2.     Tafsir Al- Azhar
“Dan telah menentukan Tuhan-mu, bahwa jangan engkau sembah kecuali Dia”. Pangkal ayat 23 ini, bahwasanya Tuhan Allah itu sendiri yang menentukan, yang memerintah dan memutuskan bahwasanya Dia-lah yang mesti disembah, dipuji dan dipuja. Dan tidak boleh, dilarang keras menyembah yang selain Dia. Oleh sebab itu maka cara beribadat kepada Allah, Allah sendirilah yang menentukan. Maka tidak pulalah sah ibadat kepada Allah yang ahnya dikarang-karangkan sendiri. Untuk menunjukkan peribadatan kepada Allah yang Maha Esa itulah, Dia mengutus Rasul-rasul-Nya.
“Dan hendaklah kepada ibu bapak, engkau berbuat baik”. Dalam lanjutan ayat in terang sekali bahwasanya berkhidmat kepda ibu-bapak menghormati kedua orang tua yang telah menjadi sebab bagi kita dapat hidup didunia ini ialah kewajiban yang kedua sesudah beribadat kepada Allah.
“Jika kiranya dalam pemeliharaan engkau telah sampai tua salah seorangnya, ataupun keduanya, maka janganlah engkau berkata kepada keduanya: “uffin”. Artinya, jika usia keduanya, atau salah seorang diantara keduanya, ibu dan bapak itu sampai meningkat tua, sehingga tidak kuasa lagi hidup sendiri, sudah sangat bergantung kepada belas-kasihan puteranya, hendaklah sabar berlapang hati memelihara orang tua itu. Bertambah tua, kadang-kadang bertambah dia seperti anak-anak dia minta dibujuk, dia minta belas kasihan anak. Mungkin ada bawaan orang yang telah tua itu yang membosankan anak, maka janganlah terlanjur dari mulutmu satu kalimatpun yang mengandung rasa bosan atau jengkel memelihara orang tuamu (didalam ayat ini disebut kata “uffin”).
“Dan janganlah dibentak mereka. Dan katakanlah kepada keduanya kata-kata yang mulia”. Sesudah dilarang mendecaskan mulut, mengeluh mengerutkaan kening, walaupu suara tidak kedengaran, dijelaskan lagi, jangan keduanya dibentaak, jangan keduanya dihardik, dibelalaki mata.
“Dan hamparkanlah kepada keduanya sayap merendah, karena sayang”. Walaupun engkau sebagai anak, merasa dirimu telah jadi orang besar, jadikanlah dirimu kecil dihadapan ayah bundamu. Apabila dengan tanda-tanda pangkat dan pakaian kebesaran engkau datang mencium mereka, niscaya air mata keterharuan akan berlinang dipipi mereka dengan tidak disadari. Itu sebabnya maka didalam ayat ditekankan “minar-rahmati” karena sayang, karena kasih mesra, yang datang dari lubuk hati yang tulus dan ikhlas.
“Dan ucapkanlah: Ya Tuhan! Kasihanilah keduanya sebagaimana keduanya telah mendidik mengasuhku diwaktu aku kecil”. Nampaklah bagaimana susah payah ibu bapak mengasuh mendidik anak diwaktu anak itu masih kecil, penuh kasih sayang. Maka diujung ayat ini diajarkan kepada kita  doa untuk kedua orang tua kita.[4]
3.     Tafsir Jalalain
وَقَضٰى (Dan telah memutuskan) telah memerintahkan- رَبُّكَ اَلاَّ (Rabbmu supaya janganlah) lafaz Alla berasal dari gabungan antara An dan La -  تَعْبُدُوْآ اِلاّ اِيَّاهُ وَ (kalian menyembah selain Dia dan) hendaklah kalian berbuat baik -  بِالْوَا لِدَيْنِ اِحْسَانً (pada ibu bapak kalian dengan sebaik-baiknya) yaitu dengan berbakti kepada keduanya. اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ jika salah seorang diantara keduanya sampai berumur lanjut ddalam pemeliharaanmu) lafaz Ahaduhuma adalah Fa’il – اَوْكِلٰهُمَا (atau kedua-duanya) dan menurut suatu qiraat lafaz Yablughanna dibaca Yablughaani, dengan demikian maka lafaz Ahaduhuma menjadi Badal daripada Alif lafaz Yablughaani - فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ (maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan “ah” kepada keduanya) dapat dibaca Uffin dan Uffan; atau Uffi dan Uffa, lafaz ini adalah Masdar yang artinya adalah celaka dan sial - وَّلَا تَنْهَرْهُمَا (dan janganlah kamu membentak mereka) jangan kamu menghardik keduanya - وَقُلْ لَّهُمَا قَوْ لًا كَرِيْمًا(dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia) perkataan yang baik dan sopan.
            وَخْفِضْ لَهُمَا جَنَا حَ الذُّ لِّ (Dan rendahkanlah dirimu dihadapan mereka berdua) artinya berlaku sopanlah kamu terhadap keduany – مِنَ الرَّحْمَةِ (dengan penuh kesayangan) dengan sikap lemah lembutmu kepada keduanya - كَمَا وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا (dan ucapkanlah “Wahai Rabbku! Kasihanilah mereka keduanya,sebagaimana) keduanya mengasihaniku sewaktu - بَّيٰنِيْ صَغِيْرًا (mereka berdua mendidik aku waktu kecil”).[5]

C.    Aplikasi Dalam Kehidupan
Seorang anak meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua orang tuanya. Berbakti kepada kedua orang tua dilakukan ketika keduanya masih hidup sampai dengan keduanya telah meninggal. Ketika masih hidup, berbicaralah dengan perkataan yang baik dan jangan sekali-kali mengatakan “ah” pada keduanya, apalagi berkata kasar. Kemudian diiringi dengan meringankan apa-apa yang menjadi beban mereka, apalagi jika usia keduanya sudah meningkat tua, sudah menjadi kewajiban kita untuk merawatnya. Serta doakanlah mereka, karena doa merupakan bakti yang bisa kita lakukan seumur hidup kita.

D.    Aspek Tarbawi
1.     Kita tidak boleh menyembah selain Allah SWT.
2.     Berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban seorang anak seumur hidupnya.
3.     Ridha Allah SWT adalah ridha orang tua, murka-Nya adalah murka orang tua.
4.     Berbakti kepada kedua orang tua  dengan tidak berbuat kasar dari segi perkataan maupun perbuatan.
5.     Memberikan perhatian dan kesabaran lebih kepada kedua orang tua yang sudah meningkat usianya.
6.     Doakan kedua orang tua ketika masih hidup maupun sudah meninggal.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Orang tua sangat berjasa dalam hidup kita, bahkan apapun yang kita lakukan tidak akan bisa membalas jasa tersebut. Beriringnya perintah beribadah kepada Allah dan berbakti kepada orang tua, memberikan isyarat penekanan pentingnya berbakti kepada kedua orang tua memiliki kebaikan yang berkualitas unggul, terlebih lagi orang tua yang sudah memasuki usia senja, ia butuh kasih sayang dan pengertian yang mendalam dari anak-anaknya. Dan bakti yang paling utama adalah doa yang dipanjatkan seorang anak kepada kedua orang tuanya seumur hidupnya.



















DAFTAR PUSTAKA
Asy-Syuyuti, Jalaluddin dan Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al- Mahalliy. 2009. Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Bahreisy, Salim. 1986. Terjemahan Singkat TAFSIR IBNU KATSIER jilid 5. Surabaya: PT. Bina Ilmu
Elzaki, Jamal. 2011. Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah. Jakarta: Zaman
Gunawan, Heri. 2014. Keajaiban Berbakti Kepada Kedua Orang Tua. Bandung: Remaja Rosdakarya
Hamka. 1984. Tafsir Al- Azhar. Jakarta: PT. Pustaka Panjimas






















PROFIL PENULIS


Nama              : Nurhayati
TTL                 : Wonogiri, 27 Januari 1996
Alamat                        : Dsn. Posongan, Kel. Purwoharjo Kec. Comal Kab. Pemalang
Cita-Cita         : Guru
Riwayat Pendidikan:
SD N 01 Purwoharjo Comal
SMP N 01 Comal
SMA N 01 Comal



[1] Jamal Elzaki, Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah (Jakarta: Zaman, 2011) hlm. 509
[2] Heri Gunawan, Keajaiban Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 20-24
[3] Salim Bahreisy, Terjemahan Singkat TAFSIR IBNU KATSIER jilid 5, (Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1986), hlm. 30-34
[4] Hamka, Tafsir Al- Azhar, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimss, 1984), hlm. 41-43
[5] Jalaluddin Asy-Syuyuti dan Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al- Mahalliy, Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), hlm.1136-1137

Tidak ada komentar:

Posting Komentar