Laman

Rabu, 22 Maret 2017

tt2 a6b “Iman dan Amal Sholeh Kunci Kejayaan” (QS. An-Nur Ayat 55)

INVESTASI AMAL SHOLEH
“Iman dan Amal Sholeh Kunci Kejayaan”
(QS. An-Nur Ayat 55)

Khatikah  (2021115129)
Kelas   A
  
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Swt. yang telah memberikan begitu banyak limpahan nikmat sehingga di antara nikmat-Nya tersebut penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah dalam rangka nenuntut ilmu.
Shalawat beriringkan salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada baginda kita yang telah menuntun umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman ilmiah yakni Nabi besar Muhammad saw. juga kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi’in, serta sampai kepada kita selaku umatnya hingga hari kiamat Amiin.
Selanjutnya makalah yang berada di hadapan pembaca merupakan uraian materi yang ditulis mengacu kepada silabus mata kuliah Tafsir Tarbawi II  yaitu tentang  “INVESTASI AMAL SHOLEH (iman dan amal sholeh kunci kejayaan)”. Yang Alhamdulillah telah selesai ditulis. Tidak akan ada kata selesai disusun makalah ini melainkan dukungan dari semua pihak baik dari orang tua dan dari Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II, baik dukungan dari segi moril maupun materil. Untuk itu penulis sampaikan banyak terima kasih.
Sudah barang tentu dalam makalah ini tidak luput dari kekeliruan ataupun kekurangan baik dalam materi maupun dalam hal ikhwal penyusunan. Untuk itu penulis bermohon maaf dan tak lupa untuk sedia menerima berbagai masukan yang bersifat membangun untuk penyempurnaannya.
                                                                                   



Pekalongan, 25 Maret 2017



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Setiap manusia pasti ingin  hidup bahagia. Masing-masing manusia dalam hidupnya mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan kesejahteraan. Menurut ajaran agama islam hanya dengan iman dan amal saleh yang dapat menghantarkan kita baik sebagai individu maupun masyarakat ke arah itu. Dengan iman umat islam generasi pendahulu dapat mencapai kejayaan, yang berhasil merubah dari keadaan dunia yang gelap gulita menjadi terang benderang. Para umat islam terdahulu mengamalkan ajaran agama islam dengan sebaik-baiknya.
Namun saat ini cahaya iman dihati manusia sekarang itu  redup, dengan begitu mudahlah nilai-nilai kebaikan diantara manusia itu mulai pudar. Allah menciptakan kehidupan itu bukan tanpa tujuan, tetepi hidup manusia itu harus mempunyai tujuan. Kita diciptakan di dunia ini bukan hanya untuk sekedar bersenang-senang atau bermain-main saja. Apapun yang terjadi pasti mendatangkan kebaikan. Bagi seorang mukmin keberuntungan atau kesengsaraan, sama saja. Keduanya pasti mendatangkan kebaikan. Kunci kejayaan itu terletak pada iman dan amal sholeh, keduanya saling berkaitan.
B.    Tema dan Judul
Dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas tema ”INVESTASI AMAL SHOLEH”, dengan judul “ iman dan amal sholeh kunci kejayaan”. Menyesuaikan dengan tugas yang telah diterima penulis.
C.    Nash dan Arti
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُون
Artinya:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
D.    Arti Penting Untuk  di Kaji
Pada QS. An-Nur ayat 55 diatas penting untuk dikaji, sebab pada ayat tersebut dijelaskan mengenai janji Allah. Janji Allah adalah sebuah janji yang pasti terbukti. Tak mungkin diingkari sebab janji itu dikemukakan oleh Allah sendiri, yaitu janji Allah kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakkan  amal sholeh akan dijadikan sebagai penguasa di bumi, seperti kaum sebelumnya. Iman dan amal sholeh melahirkan kebahagiaan sejati di dunia dan diakhirat. Dan bagi yang yang melanggar janji Allah maka termasuk golongan orang fasik.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori
Iman merupakan persoalan utama dan terutama. Dalam sebuah pohon , iman adalah akar. Akar menentkan kualitas sebuah pohon. Pohon yang tinggi menjulang, berbuah lebat, bisa dipastikan memiliki akar yang kuat. Begitu pun iman. Iman yang mengakar kuat akan menjadikan pohon islam tumbuh kokoh menjulang.
Ada pengalaman menarik yang dikemukakan Dr. Carl Jung dalam buku The Modern Man in Search of  Spirit. Dalam buku tersebut, psikologi kenamaan ini menuturkan, “ Ratusan pasien telah saya obati. Sebagian dari mereka berusia 35 tahun ke atas. Ternyata agama menjadi terapi yang efektif bagi mereka. Kebanyakan mereka jatuh sakit karena kehilangan apa yang diberikan agama kepada orang-orang beriman. Kunci kesembuhan para pasien itu adalah kembali kepada keimanan yang benar.”[1]
Iman secara bahasa berarti tashdiq ( membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah keyakinan dalam hati, perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan. Imam syafi’i berkata, “ iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia dikatakan bahwa : “ iman secara bahasa berasal dari anamah yang berarti  menganugerahkan rasa aman dan tentram, dan yang kedua masuk kedalam suasana aman dan tentram, pengertian pertama ditunjukkan kepada Tuhan yakni, al-Makmun, yaitu Maha Memberi keamanan dan ketentraman kepada manusia melalui agama yang diturunkan lewat Nabi. Pengertian kedua dikaitkan dengan manusia. Seorang mukmin adalah mereka memasukki dalam suasana aman dan tentram menerima prinsip yang telah ditetapkan Tuhan.[2]
Amal (dari bahasa Arab: عَمَلَ) berarti mengamalkan, berbuat, bekerja. Kata ini sering dipertukarkan dengan sedekah.
Kemudian Amal Sholeh, dua rangkaian kata ini sering kita temui karena berkaitan dengan agama. Amal itu sendiri adalah melakukan segala sesuatu untuk menghasilkan sesuatu. Dan shaleh berarti segala sesuatu segala sesuatu yang bersifat baik dan berguna. Jika kedua makna tersebut amal shaleh berarti melakukan sesuatu untuk menghasilkan sesuatu yang sifatnya baik,menguntungkan dan berguna. Terdapat beberapa janji-janji Allah SWT kepada mereka yang beriman dan beramal shaleh. Diantaranya ialah keuntungan dunia dan akhirat, nikmat surga, penghapusan dan pengampunan dosa-dosa, diberi petunjuk dan panduan,dikurniakan derajat yang tinggi,dianugerahkan kekuasaan, mendapat rezeki yang mulia (berkat), dibalas dengan pahala yang secara berterusan, dicurahkan rahmat dan dilepaskan daripada kegelapan hidup kepada cahaya. Amal shaleh yang amat disukai oleh Allah SWT adalah amal-amal yang telah diwajibkan kepada manusia untuk dilaksanakan misalnya seperti shalat lima waktu. Allah SWT senang bila hambaNya menambah amal-amal shaleh dalam rangka mendekatkan diri kepadanya akan tetapi Ia juga tidak senang bila hambaNya melalaikan amal yang wajib karena amal yang lain walaupun itu adalah amal shaleh. Allah SWT tidak akan menghendaki orang yang melaksanakan shalat sunnah semalam penuh akan tetapi lalai pada shalat yang wajib karena bangun tidur terlalu siang. Selanjutnya, amal shaleh Allah SWT setelah amal-amal wajib adalah amal yang bisa dirasakan manfaatnya bagi hambaNya yang lain. Menuntut ilmu merupakan suatu hal yang akan memberikan manfaat yang besar bagi setiap umat manusia. Dengan ilmu kita dapat mengetahui hal-hal yang kita tidak tahu dan kita dapat menjalankan amal shaleh seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT. Buahnya iman adalah amal shaleh, yang tak saja dinikmati oleh yang bersangkutan saja, tetapi juga oleh banyak orang.[3]
Kata-kata orang yang beriman adalah laksana sinar cahaya yang muncul dari matahari. Tidak akan menjadi penghalang beberapa banyak awan yang menutupi matahari itu, cahayanya akan tetap muncul dari belakang awan itu dan akan tetap bersinar. Awan tak akan mampu mengubah matahari. Demikian pula halnya kabut dosa, kabut perbuatan setan dank abut kecemburuan serta kabut dendam akan selalu berusaha menutupi amal kita. Tetapi jika keimanan, keyakinan, dan kemantapan hati kita berdiri teguh, maka kita akan mampu menolak kabut-kabut itu dan pantulan cahaya kebenaran akan bersinar terang lagi dari diri kita.[4]
B.    Penafsiran Ayat
1.     Tafsir Al-Azhar
Pada ayat 55 ini adalah inti tujuan perjuangan hidup. Dan inilah janji dan pengharapan yang telah dikemkakan Tuhan bagi setiap Mu’min dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan keyakinan di permukaan bumi ini.
Dan pokok pendirian mesti dipegang teguh dan sekali-kali jangan dilepaskan, baik keduanya atau salah satu diantara kdanya. Pertama ialah iman atau kepercayaan. Kedua amal shalih, perbuatan baik, bukti dan bakti.
Kalau iman tidak ada haluan pekerjaan tidaklah tentu arahnya entah berakibat baik ataukah berakibat buruk. Iman sebagai telah berkali-kali diterangkan adalah pelita yang member cahaya dalam hati, menyinar cahaya itu keluar dan dapatlah petunjuk, sehingga nyatalah apa yang akan dikerakan. Oleh sebab itu iman dengan sendirinya menimbulkan amal yang shalih.
Banyak pula amalan yang shalih dikerjakan, tetapi jika tidak timbul daripada iman, bercampur aduklah diantara yang haq dan yang batil. Tetapi kalau keduanya telah berpadu satu, amal shalih timbul dari iman dan iman menimbulkan amal, terdapatlah kekuatan pribadi, baik orang seorang ataupun pada masyarakat Mu’min itu. Maka kepada orang-orang yang seperti ini, atau masyarakat yang seperti inilah Tuhan menjanjikan bahwa mereka akan diberi warisan kekuasaan dipermkaan bumi ini. Kendali bumi ini akan diserahkan ke tangan mereka, sebagaimana dahulu pun warisan yang demikian telah pernah pula diberikan kepada umat yang terdahulu dari mereka.
Dengan sendirinya, apabila kekuatan iman amal shalih itu telah padu satu dan telah menimbulkan hasil nyata dalam masyarakat, maka agama yang dipeluk pun menjadi kokoh dan teguh, berurat ke bumi, bercabang ke langit, tidak dapat diusik dan diganggu orang lagi. Sebab dialah agama yang diridhai Allah.
Kalau sekiranya selama ini dada rasa berdebar, cemas ditimpa oleh takut, rasa-rasa akan ditimpa oleh bahaya juga, rasa-rasa agama ini akan diancam orang juga, sehingga keamanan dalam hati tak pernah ada, namun apabil janji warisan itu telah dikabulkanTuhan, rasa ketakutan itu akan hilang dengan sendirinya dan kamanan tercapai, sebagai ganti dari ketakutan.
Tetapi dasar pokok keamanan itu diperingatkan kembali oleh Tuhan, yaitu sifat-sifat dan kelakuan yang dipunyai oleh umat beriman dan beramal shalih itu. Yaitu mereka hanya beribadah kepada Allah. Mereka tidak mempersekutukan Tuhan dengan yang lain. Selama hal ini masih dijaga terus dan dipelihara, selama itu pula janji perwarisan itu tidak akan dicabut oleh Tuhan. Tetapi kalau sesudah itu mereka kafir lagi, menolak dan ingkar lagi, niscaya merekapun telah terhitung menjadi orang fasik. Jangan kecewa jika janji itu dicabut kembali.[5]
2.     Tafsir Al-Maraghi
Allah telah menjelaskan, bahwa barangsiapa mentaati Rosul, berarti dia telah mengikuti jalan yang haq, dan barangsiapa mengikuti jalan yang haq, maka balasannya adalah surge yang penuh kesenangan. Selanjutnya Allah menyampaikan janji-Nya bahwa Dia akan menjadikan kaum mu’minin yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai khalifah di bumi, meneguhkan kedudukan mereka dengan pertolongan dan kemuliaan, serta menjadikan mereka merasa aman setelah merasa takut kepada musuh, sehingga mereka hanya menyembah kepada Allah semata dalam keadaan aman. Tetapi, barangsiapa mengingkari semua nikmat itu sesudah itu, berarti Dia telah durhaka kepada Tuhannya, dan kafir kepada nikmat-Nya.
Thabrani, Hakim dan Ibnu Mardawih meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, ketika Rasulullah saw. dan para sahabatnya tiba dimadinah dan dilindungi oleh orang-orang anshar, maka orang-orang arab memanah mereka secara serempak sehingga mereka bermalam dengan selalu memegang senjata hingga pagi. Mereka berkata, “ Lihatlah, kami tetap akan berjaga hingga kami dapat tidur dengan aman dan tenang. Kami hanya takut kepada Allah”.[6]
3.     Tafsir Ibnu Katsir
Inilah janji dari Allah Ta’ala kepada rasul-Nya bahwa Dia akan menjadikan umatnya sebagai pemimpin manusia sehingga Negara menjadi damai melalui mereka dan hamba-hamba pun tunduk kepada mereka. Dia berjanji akan menukar rasa takut dengan keamanan dan kekuatan. Allah yang maha suci dan Mahatinggi telah memenuhi janji itu. Kepunyaan Allahlah segala puja dan karunia
            Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat yang mulia ini, “ Dia Allah telah berjjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakkan amal-amal sholeh”. Ayat ini sebagaimana firman Allah,” dan ingatlah ketika kamu sebagai minoritas dan kaum yang lemah dimuka bumi. Kamu takut disambar manusia. Kemudian Allah menempatkan dan menguatkanmu dengan pertolongan-Nya serta memberimu rezeki yang baik-baik. Agar kamu bersyukur.” (al-Anfal: 26).
            Firman Allah ,”bahwa Dia bersungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka”.[7]
C.    Aplikasi dalam kehidupan
Dengan demikian, keseharian orang mukmin sejatinya penuh dengan amal shaleh seperti beramal, berusaha, berupaya, berbuat, bekerja. Sebab amal shaleh buah dari iman. Optimis dalam beribadah kepada Allah SWT atas segala usaha yang dilakukannya karena percaya pertolongan Allah SWT sangat dekat kepada orang yang berbuat baik. Kita juga harus menjauhi maksiat. Kita sebagai makluk sosial harus membiasakan dan senang melakukan amal shaleh, karena iman dan amal merupakan kunci kejayaan .
D.    Aspek Tarbawi
1.     Buah dari iman adalah amal sholih
2.     Di dunia iman menjadi pembimbing dan penerang hati,  dan di akhirat iman menjadi penyelamat diri
3.     Iman dan amal sholeh keduanya tidak dapat dipisahkan
4.     Fluktuasi iman dipengaruhi amal, iman akan meningkat dengan amal sholih
5.     Iman akan menurun dengan amal maksiat
6.     Iman dapat memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa
7.     Iman tidak menjanjikan seseorang terbebas dari kesusahan, namun iman dapat membuat seseorang tegar berjalan melewati perbukitan gelap.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Iman merupakan persoalan utama dan terutama. Dalam sebuah pohon , iman adalah akar. Akar menentkan kualitas sebuah pohon. Pohon yang tinggi menjulang, berbuah lebat, bisa dipastikan memiliki akar yang kuat. Begitu pun iman. Iman yang mengakar kuat akan menjadikan pohon islam tumbuh kokoh menjulang. Iman secara bahasa berarti tashdiq ( membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah keyakinan dalam hati, perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan. Imam syafi’i berkata, “ iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan. Kemudian Amal Sholeh, dua rangkaian kata ini sering kita temui karena berkaitan dengan agama. Amal itu sendiri adalah melakukan segala sesuatu untuk menghasilkan sesuatu. Dan shaleh berarti segala sesuatu segala sesuatu yang bersifat baik dan berguna. Jika kedua makna tersebut amal shaleh berarti melakukan sesuatu untuk menghasilkan sesuatu yang sifatnya baik,menguntungkan dan berguna. Iman seseorang dapat bertambah dan berkurang karena dipengaruhi oleh amal.
B.    SARAN
Kita sebagai makhluk Allah hendaknya dapat memperkuat keimanan kita melalui amal sholih serta meningkatkan kualitas amal sholih dalam diri kita masing-masing, dengan begitu iman yang tertanam dalam diri kita akan kuat tidak mudah tergoyahkan. Karena kualitas iman dilihat dari kualitas amal.




DAFTAR PUSTAKA

Al-Farisi, Mohamad Zaka Al-Farisi.  2008. Agar Hidup Lebih Hidup. Bandung:               Refika Offset
Al-Maraghiy, Ahmad Mustofa. 1989. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999.  Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani      Press
Hamka, Tafsir Al-Azha. 2003. Jakarta: Pustaka Panjimas
Hasan, Riaz, 2006. Keragaman Iman.Jakarta: RajaGrafindo Persada
Muhayyadin, Bawa. 1997. Tasawuf Mendamaikan Dunia. Bandung: Pustaka                      Hidayah











PROFIL PENULIS

Khatikah, lahir pada tanggal 26 juni 1996 silam di pekalongan, jawa tengah. Beralamatkan di desa ngalian kecamatan tirto kabupaten pekalongan. Kesehariannya sebagai mahasiswi semester empat di IAIN Pekalongan dengan mengambil jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam. Riwayat Pendidikannya untuk sekolah dasar di Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian, untuk sekolah menengah pertama di MTs S Hidayatul Athfal, dan untuk sekolah menengah atas di MAS Simbang Kulon.




[1] Mohamad Zaka Al-Farisi, Agar Hidup Lebih Hidup, (Bandung, Refika Offset, 2008), hlm.9
[2] Riaz Hassan, Keragaman Iman, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 15
[3] Mohamad Zaka Al-Farisi, Op., Cit, hlm.10-11
[4] Bawa Muhayyadin, Tasawuf Mendamaikan Dunia, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), hlm. 155
[5] Hamka, Tafsir Al-Azhar , (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003), hlm.217
[6] Ahmad Mustofa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 221-222
[7] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i,  Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Hlm.516-518

Tidak ada komentar:

Posting Komentar