Laman

Rabu, 22 Maret 2017

tt2 a6c “INVESTASI DENGAN IMAN DAN AMAL SHALIH” QS. AL-‘ASHR AYAT 1-3

INVESTASI AMAL SHALIH
“INVESTASI DENGAN IMAN DAN AMAL SHALIH”
QS. AL-‘ASHR AYAT 1-3

Yurisprudensi Islam (2021115133)
Kelas : A

FAKULTAS TARBIYAH / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




KATA PENGANTAR
Puji sukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas dalam pembuatan makalah yang berjudul “Investasi dengan Iman dan Amal Shalih”.
Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Muhammad Hufron selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II, juga kepada Ibu dan Bapak yang telah meridhaihi terselesainya makalah ini, tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah memotivasi untuk terselesainya pembuatan makalah ini.
Namun demikian, penulis menyadari pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mohon maaf atas salah-salah kata maupun susunan kalimat yang kurang baik, dengan rendah hati kritik serta saran yang bersifat membanggun penulis sangat mengharapkan untuk menjadikan saya lebih baik dalam pembuatan makalah.


Batang, 25 Maret 2017

Yurisprudensi Islam





BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Setiap orang muslim pastilah mendambakan kebahagiaan di akhirat sebagai tujuan hakiki, namun sebagai orang muslim, tidak diperbolehkan hanya berfokus dalam mencari kebahagiaan di akhiratnya saja. Dimana mencari kebahagiaan dunia dan akhirat haruslah seimbang.
Investasi adalah salah satu cara untuk kita mencari kebahagiaan di dunia namun tidak melupakan kebahagiaan di akhirat. Investasi dalam ilmu ekonomi bisa di katakan sebagai penanaman modal yang mana akan kita peroleh manfaatnya di kemudian hari. Namun investasi jika di kaitkan dengan akhirat ialah kita melakukan hal-hal kebaikan di dunia untuk menciptakan keharmonisan antar umat beragama dan sebagai imbalannya kita akan mendapatkan pahala sebagai modal kita di akhirat. Maksudnya adalah kita sebagai manusia haruslah saling menasihati agar berpegang pada kebaikan dan kesabaran. Karena manusia merupakan makhluk sosial tempatnya salah dan lupa maa dari itu sudah seharusya sesama manusia kita harus memiliki jiwa sosial dengan baik, kaitannya dengan hal ini adalah kebaikan dan kesabaran. Diharapkan dengan saling mengingatkan kita bisa tetap berpegang pada kebenaran dan kesabaran. Karena keduanya merupakan kunci dalam kita untuk selalu berada di jalan yang di ridhai oleh Allah SWT untuk menuju surganya.
Untuk itu penulis mendapat tema besar “Investasi Amal Shalih”, dengan sub tema “Investasi dengan Iman dan Amal Shalih” sebagai salah satu cara kita mendapatkan kebahagiaan akhirat namun tidak meninggalkan kebahagiaan dunia.
B.       Judul Makalah
Dalam kesempatan kali ini, penulis mencoba untuk sedikit memaparkan sesuai dengan judul makalah yang diterima penulis “Investasi dengan Iman dan Amal Shalih”.
C.      Nash dan Terjemahan
بِسْمِ اللهِ الّرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
وَالْعَصْرِ
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ
اِلَّاالَّذِيْنَ امَنُوْاوَعَمِلُواالصّلِحتِ وَتَوَاصَوْابِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْابِالصَّبْرِ
Dengan nama Allah, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
1.        Demi masa.
2.        Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
3.        kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran
D.      Arti Penting
Ayat tersebut penting untuk dikaji karena, agar kita tidak  menjadi salah satu di antara orang-oarang yang dalam kerugian, supaya kita menjadi orang yang beriman dalam mengerjakan kebajikan untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, agar menciptakan hubungan kemanusian yang harmonis dan berjiwa kekeluargaan.








BAB II
PEMBAHASAN
1.        Teori
Iman dan Amal Shalih
Iman menurut pengertian bahasa Arab ialah at-tashdiqu bil qalbi, membenarkan dengan (dalam) hati. Sedangkan iman menurut batasan syara’ ialah memadukan ucapan dengan pengakuan hati dan prilaku. Dengan istilah lain perkataan mengikrarkan dengan lidah akan kebenaran islam, membenarkan yang diikrarkan itu dengan hati dan tercermin dalam perilaku hideup sehari-hari dalam bentuk amal perbuatan.
Al – Isbahani mengatakan, bahwa menurut mazhab Ahlus Sunnah, iman dapat bertambah dan berkurang. Namun apakah seseorang yang telah membenarkan dalam hati tetapi tidak terlihat dalam prilaku hidup bisa dikatakan mukmin mutlak?, menurut pendapat yang kuat tidak bisa, sebab ia tidak melaksanakan apa yang seharusnya diperbuat selaku seorang yang beriman.[1] Pendapat tersebut diperkuat di dalam bukunya Hamka yang berjudul Pelajaran Agama Islam, bahwa mengaku saja percaya kepada tuhan, padahal tidak mengikut perintah, atau tidak menjalankan isi al-Quran, atau tidak menuruti sunnah Nabi, tidaklah bisa dikatakan dengan iman.  Dengan alasan bahwa apakah mengakui kepada Tuhan, apakah keberatan mengerjakan perintah-Nya? Mengakui kepada Tuhan apakah keberatan menghentikan Larangan-Nya?[2]
Ali Ibn Abi Thalib berpendapat bahwa “Iman ialah mengikrarkan dengan lidah, meyakinkan dalam hati dan mengamalkannya dengan anggota tubuh”. Abu Thalib al-Maliki dalam Qut al-Qulub mengatakan:
“Amal adalah bagian dari iman. Tidak sempurna iman tanpa amal. Amal dan iman adalah saudara kembar. Tidak sah yang satu tanpa yang satunya lagi. Keduanya bersama-sama juga tidak sah tanpa meniadakan kufur yang menjadi lawannya. Tuhan mensyaratkan amal shalih untuk iman dan tidak menganggap berguna iman kecuali dengan adanya amal. Syarat iman ialah amal dan takwa serta juga amal shalih”.[3]
Amal shalih ialah semua pekerjaan dan upaya baik yang berwujud tenaga, pikiran maupun harta yang memberi kebaikan kepada diri sendiri, keluarga dan masyarakat luas. Jelasnya, semua pekerjaan yang mendatangkan kebaikan, baik kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.
Hubungan antara iman dan amal shalih, jelas terlihat dalam penjelasan Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim:
Pertanyaan: “Apakah amal yang paling utama?” Nabi menjawab: “Iman akan Allah dan Rasul-Nya. Sesudah itu berjihad di jalan-Nya dan haji mabrur”.
Pertanyaan: Apakah amal yang paling uatama?” Nabi menjawab: “Sholat pada waktunya, kemudian berbakti kepada orang tua, kemudian berjihad di jalan Allah”.
Hadis –hadis yang tersebut di atas tegas menyatakan bahwa amal ialah semua kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim, seperti: sholat, berbakti kepada orang tua, berjihad, dan sebagainya. Karena itu tidaklah benar memisahkan tempat beramal dengan tempat berjuang. Lapangan beramal adalah juga lapangan perjuangan.[4]
2.        Tafsir Tarbawi
a)        Tafsir Juz ‘Amma
Ayat وَالْعَصْرِ Demi masa, adalah masa atau waktu yang di dalamnya berlangsung segala perbuatan manusia atau zaman yang amat panjang. Menurut pendapat Ibn Abbas adalah waktu dimualinya kewajiban sholat ashar.
Bangsa Arab terdahulu mempunyai kebiasaan berkumpul di waktu ashar (beberapa saat sebelum terbenamnya matahari) untuk berbincang-bincang apa saja yang menjadi perhatian mereka, Hingga adakalanya terdengar kata-kata yang tidak sopan yang mengganggu sebagian dari mereka. Mereka mengganggap bahwa waktu adalah tercela. Maka Allah SWT bersumpah bahwa waktu bukanlah sesuatu yang tercela dan di cerca.
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِي خْسْرٍ   sesungguhnya manusia dalam kerugian. Bahwa manusia yang ditunjukkan dalam hal ini adalah manusia yang berakal dan sudah dewasa (baligh) niscaya mengalami kerugian, kecuali orang-orang yang terkecuali.
اِلَّاالّذِيْنَ امَنُوْا وَعَمِلُواالصّلِحتِ    kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Yaitu mereka yang membenarkan tentang inti kebaikan dan keburukan.
وَتَوَاصَوْابِالْحَقّ   mereka saling menasihati agar berpegang pada kebenaran. Yaitu kebenaran yang pasti atau syariat agama yang sahih yang di tunjukkan oleh dalil yang tidak di ragukan atau penyaksian yang lurus.
وَتَوَاصَوْبِالصَّبْر   dan saling menasihati agar berpegang pada kesabaran. Kesabaran adalah suatu kekuatan kejiwaan yang membuat orang menjadi tabah ketika menghadapi kesulitan dalam pelaksanaan pekerjaan yang baik.[5]
b)      Tafsir Al Azhar
“Demi masa” (ayat 1) adalah waktu-waktu yang kita lalui dalam hidup kita, zaman demi zaman, masa demi masa. Maka berputarlah dunia ini dan berbagai masa di lalui suka dan duka, naik dan turun, masa muda dan masa tua. Ada masa hidup kemudian mati dan tinggalah kenang-kenangan ke masa lalu. Diperingatkanlah masa itu kepada kita dengan sumpah, agar dia jangan di sia-siakan, jangan di abaikan, sejarah manusia ditentukan edaran manusia.
“Sesungguhnya manusia itu adalah di dalam kerugian” (ayat 2). Di dalam masa yang dilalui itu nyatalah bahwa manusia hanya rugi selalu. kecuali orang yang beriman (pangkal ayat 3). Orang-orang yang mempunyai kepercayaan bahwa hidupnya ini adalah atas kehendak Yang Maha Kuasa. Iman menimbulkan keyakinan bahwasabya sesudah hidup yang sekarang ini ada hidup lagi. Itulah hidup yang sebenarnya (baqa). Dan beramal shalih bekerja yang baik dan berfaedah, “dan berpesan –pesan dengan kebenaran” bahwa hidup yang bahagia itu adalah hidup yang bermasyarakat, maka hubungkanlah tali kasih sayang dengan sesama manusia, beri memberi ingat apa yang benar. “dan berpesan-pesan dengan kesabaran” (ujung ayat 3) al-Quran menerangkan bahwa kesabaran hanya dapat dicapai oleh orang yang kuat jiwanya, orang yang lemah maka akan merugi.[6]
c)        Tafsir Al-Maraghi
Allah SWT. Bersumpah dengan memakai masa. Sebab, masa itu mengandung banyak peristiwa baik atau buruk. Jika seseorang tertimpa musibah, maka semua itu karena perbuatannya sendiri, dan masa tidak ikut bertanggung jawab. Sesungguhnya manusia itu adallah rugi dalam amal perbuatannya, kecuali orang-orang yang Allah kecualikan. Yakinlah dengan i’tikad yang benar. Bahwa alam semesta ini hanya memiliki satu Tuhan Yang Maha Menciptakan dan memberikan rida kepada orang yang taat, dan murka kepada orang-orang yang berbuat maksiat. Maka saling berwasiat antar sesama agar berpegang pada kebenaran dan saling mewariskan antar sesama pada kesabaran, menekan diri untuk tidak berbuat maksiat, yang biasanya disenangi oleh manusia yang nalurinya senang terhadap hal-hal semacam itu.[7]
3.        Aplikasi Dalam Kehidupan.
Sesama manusia kita harus tolong-menolong, yaitu untuk saling menginggatkan agar selalu berpegang pada kebenaran dan kesabaran, serta mengerjakan amal shalih.
Seperti yang sedang marak sekarang ini yaitu adanya informasi hoax yang tersebar dimana-mana, sebagai seseorang yang berpegang pada kebenaran maka tidak akan segera mugkin menyimpulkan bahwa informasi tersebut adalah fakta. Ia akan mencari suatu kebenaran terdahulu untuk kemudian di amalkan, perbuatan baik jika di amalkan maka amal tersebut dikatakan dengan amal shalih, termasuk juga didalamnya untuk mengingatkan antar sesama agar berpegang pada kesabaran, karena kesabaran merupakan syarat utama untuk meraih keselamatan. Namun sebelum kita mengingatkan orang lain untuk berpegang pada kesabaran maka kita juga harus berpegang pada kesabaran dahulu agar amalan yang kita sampaikan tergolong dalam amalan yang shalih.
4.        Aspek Tarbawi
1.        Jadilah muslim yang beriman.
2.        Yang selalu mengerjakan amalan-amalan shalih dalam kehidupan.
3.        Saling menasihati untuk selalu berepegang teguh pada kebenaran.
4.        Kita jiga harus saling menasihati untuk selalu berpegang teguh pada kesabaran agar hidup kita terselamatkan dari hal-hal yang tidak di inginkan.










BAB III
PENUTUP
Daftar Pustaka
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2007 AL-ISLAM 1 (Semarang: Pustaka Rizki Putra)
Hamka. 1989.  Pelajaran Agama Islam. (Jakarta: PT Bulan Bintang)
Bagir Muhammad. 1999 TAFSIR JUZ ‘AMMA (Bandung: Mizan)
Hamka. 2006. Tafsif Al Azhar (Jakarta: PT Pustaka Panjimas)
Mustofa Ahmad. 1993. Tafsir Al-Maraghi (Semarang: PT Karya Toha Putra)











BIODATA
Nama                                       :           Yurisprudensi Islam
Tempat / tangggal lahir           :           Batang  9 Maret 1996
Alamat                                                :           Jl Gajahmada Gg Rajawali 01/03 Dracik,
Proyonanggan  Selatan  Batang
Riwayat Pendidikan               :           MI DARUL SALAM BATANG
SMPN 1 BATANG
SMAN 2 BATANG
Moto Hidup                            :           Jangan pernah merasa sudah berusaha keras.




[1] Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, AL-ISLAM 1 (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007)., hlm. 17-18
[2] Hamka, Pelajaran Agama Islam (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989)., hlm, 10
[3] Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, ibid., hlm. 18-19
[4] Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, ibid., hlm. 65-67
[5] Bagir Muhammad, TAFSIR JUZ ‘AMMA (Bandung: Mizan, 1999)., hlm. 309-312
[6] Hamka, Tafsif Al Azhar (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 2006)., hlm. 256-259
[7] Mustofa Ahmad, Tafsir Al-Maraghi (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1993)., hlm. 410-412

Tidak ada komentar:

Posting Komentar