Laman

Rabu, 01 Maret 2017

tt2 d4a (MENDOAKAN AYAH DAN IBU) QS. AL ISRO [17] : 23-24

KEDUDUKAN ORANG TUA 
(MENDOAKAN AYAH DAN IBU) QS. AL ISRO [17] : 23-24

Said setiawan (2021115080)
Kelas : D


FAKULTAS TARBIYAH & ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2017





KATA PENGANTAR
Assalamualaikm, Wr. Wb.
Segala puji hanya untuk Allah yang menguasai semua alam semesta dengan segala qudrotNya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga juga para sahabatnya.
Alhamdulillah makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Penulis sangat berterima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Tafsir tarbawi Bapak Muhammad hufron, M.S.I. yang sudah memberikan arahan serta ilmunya bagi para mahasiswa. Penulis juga tidak lupa berterima kasih kepada semua orang yang terlibat dalam membantu pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri penulis pribadi maupun yang membaca serta yang mendengarkan. Jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya karena penulis juga masih harus banyak belajar.
Dari semuanya penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun ataupun memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam pembuatan makalah ini. Jika terdapat kebenaran dari makalah ini maka semata-mata datangnya dari Allah SWT yang telah menunjukkan jalan bagi penulis untuk menulis makalah ini, dan jika terdapat kesalahan maka datangnya dari penulis sendiri karena kurangnya ilmu pengetahuan dan juga dari setan.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb.
    Pekalongan, 4 maret 2017

    Said Setiawan
    2021115080

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
    Orang tua mempunyai yang sangat penting dalam perkembangan seseorang, dari lahir sampai kita sekarang ini mereka-lah yang mencurahkan tenaga dan waktunya untuk memberikan yang terbaik untuk kita. Maka dari itu kita sebagai seorang anak hendaknya memperlakukan mereka sebaik mungkin.
    Dalam makalah ini penulis akan memaparkan mengenai “ Kedudukan Orang Tua ( mendo’akan ayah dan ibu)”. Ayah dan ibu adalah orang yang menjadikan kita ada di dunia, tanpa mereka kita mungkin tak akan pernah lahir ke dunia. Sudah sepatutnya kita berbakti kepada mereka, karena dalam hadist dijelaskan bahwa “ Ridho Allah tergantung pada ridho kedua orang tua, dan murka Allah tergantung kepada murka mereka”.

B.    Judul makalah
Kedudukan Orang Tua (mendoa’kan ayah dan ibu)
C.    Nash dan arti QS. Al Isro 23-24
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ
o أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا
Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya  kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sakali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkatan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (Q.S. Al Isra' : 23)
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي
o صَغِيرًا   
Artinya : "Dan rendahkan;ah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (Q.S. Al Isra' : 24)

D.    Arti penting pengkajian materi
          Kedua orang tua merupakan penyebab eksistensi (keberadaan) manusia didunia ini.oleh karena itu, sudah sepantasnya bahwa kita mempersembahkan bakti terbaik kepada kedua orang tua. Bakti tersebut bukan hanya karena Hak orang tua yang harus di penuhi oleh anak-anaknya, namun juga merupakan kewajiban yang bersifat pasti, yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, bahkan perinath berbakti kepada orang tua telah disandingkan dengan perintah menyembah Allah dan larangan menyekutukan-Nya, hal ini bermakna bahwa berbakti kepada kedua orang tua merupakan penyempurna bagi ibadah kepada Allah Swt.








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori
a.    Makna birrul walidain
Menurut bahasa, kata birrul walidain berasal dari penggabungan dua kata, yakni kata al-bir dan al-walidain. Dalam kamus bahasa arab, al-bir dimaknai sebagai “suatu kebaikan”. Kata ini pula yang digunakan dalam Al-quran dan al-hadits ketika berbicara tentang kebaikan. Ibrahim al-hazimy mengatakan bahwa al-bir berarti al-shidq wa al-tha’ah (berbuat baik dan taat). Sedangkan kata al-walidain berarti kedua orang tua,maksudnya adalah ayah dan ibu.
    Birrul walidain adalah berbakti dan berbuat baik kepda kedua orang tua, mengasihi, menyayangi, mendoakan, taat dan patuh kepda apa yang mereka perintahkan, melakukan hal yang mereka sukai, dan meninggalkan sesuatu yang mereka tidak sukai. Hukum birrul walidain adalah wajib.Allah SWT bahkan telah mengaitkan antara berbakti kepada orang tua dengan ibadah dan iman kepada-NYA. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam AL-QURAN yang artinya “sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan –NYA dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua ibu-bapak....”  (QS.An-nisa’;36). Dalam ayat lain menyatakan “ dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain DIA, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik baiknya” (QS. Al-isra; 23).
    Dalam islam birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) lebih dari sekedar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki nilai tambahan yang semakin “melejitkan” makna kebaikan tersebut , sehingga menjadi sebuah “bakti”. Bakti itu sendiri pun bukanlah balasan yang setara yang dapat mengimbangi kebaikan orang tua, namun setidaknya sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur.
    Imam an-nawawi menjelaskan bahwa;”arti birrul walidain yaitu berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya , melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka bahagia, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.” Sementara imam adz-dzahabi menjelaskan bahwa birrul walidain hanya dapat direalisaikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban;pertama, menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat;kedua, menjaga amanah harta yang ditipkan orang tua, atau diberikan orang tua; ketiga, membantu atau menolong orang tua bila mereka membutuhkan. Apabila salh satu dari ketiga kriteria itu terabaikan. Niscaya seseorang belum layak disebut telah berbakti kepada orang tua.

b.    kedudukan orang tua
    Posisi ibu dalam birrul walidain menempati posisi yang tinggi ketimbang ayah. Secara logika memang sangat wajar, karena seorang ibu merupakan sosok yang telah mengandung anak selama 9 bulan,  melahirkan, menyusui sealama 2 tahun, mengasuh, serta merawat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Bahkan tidak jarang tengah malam ia terbangun karena tangisnya. Berkat kasih sayang dan perhatian ibu yang sangat tinggi, maka sangat wajar jika Allah memberikan keistemewaan berupa surga “di telapak kaki” seorang ibu.
    Dalam hadits nabi Muhammad SAW di sebutkan bahwa berbuat baik kepada ibu memiliki posisi yang “lebih” , jika di bandingkan dengan posisi ayah. Hal ini karena ibu telah memberikan peran yang “lebih”, dari pada ayah.
   عن ابي هريرة رضي الله عنه قال جاء رجل الي رسول الله صلي الله عليه وسلم  فقال, يا رسول الله من احق الناس بحسن صحابتي قال امك قال ثم من قال امك قال امك قال ثم من قال امك قال ثم من قال ابوك (رواه البخاري و مسلم)
Artinya;
Dari abu hurairah ra.. ia berkata seseorang pernah datang kepada rosulullah SAW, wahai rosulullah, siapakah orang yang paling berhak aku pergauli dengan baik?” beliau menjawab “ibumu” orang tersebut kemudian bertanya: “lalu siapa lagi” beliau menjawab “ibumu”  orang tersebut bertanya lagi : “lalu siapa lagi?” beliau menjawab “ibumu” kemudian orang tersebut bertanya : “lalu siapa lagi” beliau menjawab “bapakmu” (HR. Bukhari dan muslim)
c.    Mendoakan dan memohonkan ampun bagi keduanya
Sebagaimana dikemukakan dalam hadits, bahwa setiap amal anak adam yang telah meninggal dunia itu telah terputus, kecuali- di antaranya- adalah doa anak saleh. Doa anak saleh ini yang akan menjadi teman dan menerangi ayah dan ibunya daialam kuburnya, setelah ia meninggal dunia.
Dalam hadits Nabi SAW disebutkan bahwa diantara bentuk bakti kepada orang tua adalah dengan jalan mengirimkan doa dan memohonkan ampun untuk keduanya (HR. Abu dawud dan ibnu majah)
Diantara bentuk doa anak kepada orang tua, sebagaimana dicontohkan dalam Al-quran adalah kalimat “ya tuhan kami, kasih sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi sejak kecil” (QS. Al-isra; 24)
Dalam ajaran islam, doa akan terkabul jika sesama mukmin, dan bukan termasuk orang-orang yang musyrik. Hal ini seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika mendoakan ibunya. “diriwayatkan dari abu hurairah r.a, bahwa suatu saat Rasulullah berziarah ke kubur ibunya, lalu menangis dan menjadikan orang yang ada di sekelilingnya ikut menangis. Kemudian beliau bersabda, “saya memohon izin kepada Rabb ku, untuk ku minta ampun buat ibuku, maka dia tidak mengabulkan (tidak mengizinkan). Lalu saya memohon izin kepada-Nya, untuk menziarahi kuburnya, kemudian dia mengizinkannya, maka dari itu berziarahlah ke kekubur, karena dapat mengingat kematian” (HR. Muslim).
d.    Penafsiran ayat
1.    Tafsir Al-mishbah
Menurut tafsir al-mishbah thahir Ibn ‘Asyur menilai ayat ini dan ayat-ayat berikut merupakan rincian tentang syariat islam yang ketika turunnya merupakan rincian pertama yang disampaikan kepada kaum muslimin di mekah.
Ayat diatas menyatakan dan tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu- telah menetapkan dan memerintahkan supaya kamu yakni engkau Wahai Nabi Muhammad dan seluruh manusia jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbakti kepada kedua orang tua yakni ibu bapak kamu dengan dengan kebaktian sempurna. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya mencapai ketuaan yakni berumur lanjut atau dalam keadaan lemah sehingga mereka terpaksa berada disisimu yakni berada dalam pemilaharaanmu, maka sekali kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah”  atau suara dan kata yang mengandung kata kemarahan atau pelecahan atau kejemuan – walau sebanyak dan sebesar apapun pengabdian dan pemeliharaanmu kepadanya dan janganlah engkau membentak keduanya menyangkut apapun yang mereka lakukan apalagi melakukan yang lebih buruk dari membentak dan ucapkanlah kepada keduanya sebagai ganti membentak bahkan dalam setiap percakapan dengannya perkataan yang mulia yakni perkataan yang baik, lembut dan penuh kebaikan serta penghormatan.
Makna (ihsana) penulis telah mengemukakan bahwa Al-Quran menggunakn kat ini untuk dua hal. Pertama, memberi nikmat kepada pihak lain, dan kedua perbuatan baik, karena itu kata “ihsan” lebih luas dari sekedar memeberi nikmat atau nafkah. Penulis juga mengemukakan bahwa alQuran menggunakan kata penghubung “bi” ketika berbicara tentang bakti kepada ibu bapak  و با لوا لدين احسا ن)  ( , padahal bahasa membenarkan penggunaan “li” yang berarti untuk dan “ila” yang berarti kepada untuk penghubung kata itu.
وقد احسن بي اذ اخر جني من سجن))Dia (Allah) telah berbuat baik kepadaku ketika Dia membebaskan ku dari penjara, sedang bila yang dimaksud dengan memberi manfaat material, maka idiom yang digunakan adalah li, dan dengan demikian ayat ini lebih menekankan kebaktian pada penghormatan dan pengagungan pribadi kepada kedua orang tu
ام يبلغن عندك الكبر احد هما ااوكلاهما jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya mencapai ketuaan di sisimu walaupun kata mencapai ketuaan (usia lanjut) berbentuk tunggal. Hal ini untuk menekankan bahwa apapun keadaan mereka, berdua sendiri, maka masing-masing harus mendapat perhatian anak. memang boleh jadi keberadaan orang tua sendirian atau keberadaan mereka berdua masing-masing dapat menimbulkan sikap tak acuh kepadanya.
كر يما biasa diterjemahkan mulia . kata ini terdiri dari huruf-huruf kaf, ra dan mim yang menurut pakar-pakar bahasa mengandung makna yang mulia atau terbaik sesuai objeknya.
جناح pada mulanya berarti sayap. Dari sini ungkapan itu di pahami dalam arti kerendahan hati, hubungan harmonis dan perlindungan dan ketabahan.
كما ربيا ني صغيرا di pahami oleh sementara ulama dalam arti di sebabkan karena mereka telah mendidikku waktu kecil, bukan sebagaimana mereka telah mendididikku waktu kecil. Jika anda berkata berkata sebagaimana, maka rahmat yang anda mohonkan itu adalah yang kualitas dan kuantitasnya sama dengan apa yang anda peroleh dari keduanya.

2.    Tafsir Al-Azhar
Menurut tafsir Al-Azhar bahwasanya berkhidmat kepada ibu bapa menghormati kedua orang tua yang telah menjadi sebab bagi kita dapat hidup di dunia ini ialah kewajiban yang kedua sesudah beribadat kepada Allah.
Cobalah fahami dan perhatikan tentang kewajiban berkhidmat dan bersikap baik, berbudi mulia kepada ibu bapa ini. Karena manusia itu apabila telah berumah tangga sendiri, beristeri dan beranak-pinak, kerap kali tidaklah di perhatikannya lagi dari hal khidmat kepada kedua ibu-bapanya. Harta benda dan anak keturunan kerapkali menjadi fitnah ujian bagi manusia didalam perjuangan hidupnya: disanalah kasih sayang ayah bunda kepada anaknya.
“jika kiranya salh seorang mereka atau keduanya telah tua dalam pemeliharaan engkau, maka janganlah engkau berkata uff kepada keduanya.”
Artinya jika usia keduanya., atau salah satu di antara keduanya, ibu dan bapa itu sampai meningkat tua, sehingga tidak kuasa lagi hidup sendiri, sudah sangat bergantung pada belas kasihan puteranya, hendaklah sabar berlapang hati memelihara orang tua itu. Maka janganlah terlanjur dari mulutmu satu kalimat pun yang mengandung rasa bosan dan jengkel memelihara orang tua mu.
“dan janganlah di bentak mereka, dan katakanlah kepada keduanya kata-kata yang mulia..” (ujung ayat 23)
Sesudah dilarang mencedaskan mulut, mengeluh mengerutkan kening, walaupun suara tidak kedengaran, dijelaskan lagi, jangan keduanya di bentak. Jangan kedua nya di hardik, di belalaki mata.
“ dan hamparkanlah kepada keduanya sayap merendahkan diri, karena sayang.” (pangkal ayat 24)
Walaupun engkau sebagai anak merasa dirimu telah jadi orang besar, jadikanlah dirimu kecil di hadapan ayah bundamu. Oleh sebab itu maka di tekankan perintah oleh Tuhan;”katakanlah kepada keduanya kata-kata yang mulia”, yang membesarkan hatinya, yang menimbulkan kegembiraan kembali pada cahaya mata yang mulai kuyu karena tekanan umur.
Lalu datanglah penutup ayat; “dan ucapkanlah ; ya tuhan! Kasihinilah keduanya sebagaimana keduanya memelihara aku di kala kecil”
Nampaklah pada ujung ayat ini, tergambar bagaimana susah payah ibu-bapa mengasuh mendidik anak di waktu anak itu masih kecil; penuh kasih sayang.  Yaitu kasih sayang yang tidak mengharapkan balasan jasa.
3.    Aplikasi dalam kehidupan
         Sudah sepatutnya kita sebagai anak berbakti kepada Orang Tua karena merekalah kita bisa hidup di dunia ini. hendaklah menjaga dan merawat mereka dengan sepenuh hati kita seperti mereka menjaga kita di waktu masih anak-anak sampai sekarang. Janganlah berkata kasar terhadap orang tua kita karena murka orang tua adalah murka Allah. Berbaktilah kepada mereka sebelum mereka meninggalkan kita untuk selamanya, kemudian bahagiakanlah kedua orang tua mu seperti engkau dibahagiakan mereka selama ini.
4.    Aspek tarbawi
•    Selalu hormat dan patuh terhadap kedua Orang tua kita.
•    Berbicara dengan tutur katalah baik terhadap kedua orang tua.
•    Selalu mendoakan mereka.
•    Jangan lah membentak dan mencaci mereka.


















BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
         Seorang anak,sudah semestinya untuk selalu berlaku sopan dan santun terhadap orang tua. Tidak tanpa terkecuali karena sudah jelas bahwa orang tualah yang sudah sepenuhnya memberikan kasih sayang kepada anak. seorang anak juga tidak boleh berkata kasar dan juga tidak boleh memperlakukan orang tua nya dengan cara yang tidak sesuai, berkatalah dengan kalimat yang lembut dan jangan sekali-kali membentak kedua orang tua .






















DAFTAR PUSTAKA

http://nasrudinanwar09.blogspot.co.id/2015/03/kandungan-qs-al-isra-ayat-23-24.html
Gunawan ,Heri. 2014. keajaiban berbakti kepada kedua orang tua. Bandung: PT remaja roskadarya.
Shihab,M. Quraish.2002. tafsir al mishbah pesan dan keserasian.Jakarta: lentera hati.
Hamka,.Tafsir Al-Azhar.jakarta:pustaka panjimas.

























PROFIL
NAMA                                       : Said Setiawan
TEMPAT, TANGGAL LAHIR: Pekalongan,18 desember 1997
HOBI                                         : Traveling and Touring 
ALAMAT                                  : Wiradesa, Kampil rt 6 rw 2 kab pekalongan
RIWAYAT PENDIDIKAN : MIS Gumawang Wiradesa, MTS Salafiyah Wiradesa, MAS Simbang Kulon Buaran, dan saat ini masih menempuh studi, sebagai mahasiswa di Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di IAIN Pekalongan semenjak 2015.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar