Laman

Jumat, 07 April 2017

spi b9 IMPERIALISME BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM

IMPERIALISME BARAT  TERHADAP DUNIA ISLAM


1. Ichmilatur Rohmah  (2014116050)
2. Etik Nofayanti                   )2014116060)
3. Akrom sofa               (2014116061)

JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
2017





KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Wr.Wb.
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “SEJARAH PERADABAN ISLAM” yang berjudul “Imperialisme Barat terhadap dunia Islam.”
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Besar Muhammad SAW, dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam tekhnis penulisan maupun materinya. Oleh karena itu, kritik serta saran dari temen-temen semua sangat kami harapkan demi penyempurnan makalah ini.
Apabila ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb





Pekalongan,   April 2017


Kelompok penulis






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang......................................................................................1
B.  Rumusan Penulisan...............................................................................1
C.  Tujuan Makalah.....................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
A.  Kemajuan Dunia Barat Dalam Bidang Ilmu dan Teknologi.................3
B.  Kebangkitan Eropa
C.  Imperialisme Barat di Dunia Islam
D.  Kemunduran Kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke Negri-negri Islam
BAB 3 PENUTUP
A.  Kesimpulan
B.  Saran
DAFTAR PUTAKA





BAB  I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
       Umat islam mengalami puncak kejayaan kedua pada masa tiga kerajaan  Besar berkuasa, yakni kerajaan Usmani, Safawi, Mughal. Namun, seperti pada masa kekuasaan islam terdahulu, lambat laun kekuatan islam menurun. Bersamaan dengan kemunduran tiga kerajaan tersebut, bangsa Barat mulai menunjukkan usaha kebangkitannya. Periode tiga kerajaan tersebut (1503-1789) bahkan disebutkan sebagai periode-periode kejayaan peradaban Islam, setelah sebelumnya mengalami kemunduran pasca jatuhnya dinasti Abbasiyah.
       Kebangkitan bangsa Barat bermuara pada semangat keilmuan yang begitu tinggi, yang telah membawa bangsa Barat menuju penemuan-penemuan baru dan penjelajah samudra, serta revolusi indrustri hingga berujung pada Imperialisme terhadap wilayah-wilayah islam pada khususnya.
       Dengan organisasi dan persenjataan modern, pasukan perang Eropa mampu melancarkan pukulan telak terhadap  daerah-daerah kekuasaan islam. Kekuatan-kekuatan Eropa menjajah satu demi satu negara islam. Perancis menduduki Aljazair pada tahun 1830, dan merebut Aden dari Inggris sembilan tahun kemudian. Tunisia ditaklukkan pada tahun 1881, Mesir pada tahun 1882, Sudan pada tahun 1889. Sementara itu, wilayah islam di Asia Tenggara juga takluput dari penjajahan Barat. Umat Islam di  Asia Tengah menjadi sasaran pendudukan Uni Soviet.
B. Rumusan masalah
1.    Bagaimana kemajuan dunia Barat dalam Ilmu Pengetahuan dan tekhnologi
2. Bagaimana Eropa mengalami kebangkitan ?
3.  Bagaimana Imperialisme Barat di dalam dunia Islam ?
4. Apa penyebab kemunduran kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke negeri-negeri Islam ?
C. Tujuan penulisan
  1. Dapat mengetahui  kemajuan dunia Barat dalam Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
2. Dapat mengetahui kebangkitan Eropa
  3. Dapat mengetahui imperialisme Barat di dalam dunia Barat
4. Dapat mengetahi penyebab-penyebab terjdinya kemunduran kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke negeri-negeri Islam





















BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemajuan Dunia Barat Dalam Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Kemajuan yang telah dicapai bangsa-bangsa Barat pada periode ini sebenarnya memiliki kolerasi yang erat dengan perkembangan peradaban dunia Islam, baik ketika Islam mencapai puncak kejayaannya di Eropa ataupun kemajuan yang dicapai dunia Islam di Baghdad. Bangsa Barat banyak berutang budi kepada para ilmuwan muslim yang telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi         
Spanyol (Andalusia) merupakan tempat paling utama bagi bangsa Barat dalam menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarbangsa. Bangsa Barat menyaksikan realitas bahwa ketika Andalusia berada di bawah kekuasaan umat Islam, negeri ini telah terlalu jauh meninggalkan negara-negara tetangganya di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains disamping perkembangan dan kemajuan bangunan fisik.
       Dalam hal ini pemikiran Ibnu Rusyd atau Averros (1120-1198 M) sangat berpengaruh di dunia Eropa. Di antara ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam Islam yang banyak dipelajari oleh ilmuwan Barat adalah ilmu kedokteran, ilmu sejarah, sosiologi, dan ilmu-ilmu lainnya.
       Disamping ilmu-ilmu tersebut, terdapat ilmu-ilmu yang banyak berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa Barat. Diantaranya ilmu kimia, ilmu hitung, ilmu tambang (mineralogi), meteorologi, dan sebagainya.
Dari kerja keras dan tingginya kreativitas bangsa Barat dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh umat Islam, menyebabkan bangsa Barat menemukan masa kemajuan dan kejayaannya.
Setelah bangsa Barat menemukan masa-masa kejayaannya dengan ditemukannya berbagai kemajuan dalam sains dan tekhnologi, mereka ingin mengadakan ekspedisi ke berbagai negara diluar Eropa. Mereka ingin membuktikan pendapat Galileo Galilei yang menyatakan bahwa bumi ini bulat, yang berarti bahwa jika terus menyusuri jalan ke Barat, maka akan sampai ke tempat semula.
Oleh karena itu, banyak bangsa Eropa berlomba mencari wilayah baru, seperti Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda, Prancis dan sebagainya. Tujuan mereka tidak hanya untuk  membuktikan kebenaran teori itu, tetapi juga ada sebagian mereka yang bertujuan mengambil alih kekuatan ekonomi umat islam yang pada saat itu menguasai sistem perekonomian dunia.
Pada abad 20 M ini merupakan periode kebangkitan kembali islam, setelah mengalami kemunduran pada periode pertengahan. Pada periode ini mulai bermunculan pemikiran modernisasi dalam Islam. Gerakan modernisasi tersebut paling tidak muncul karena dua hal berikut. Pertama, timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa  banyak  ajaran “asing” yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Ajaran-ajaran itu bertentangan dengan semangat ajaran Islam yang sebenarnya, seperti bid’ah, khurafat dan takhayul. Ajaran-ajaran inilah, menurut mereka, yang membawa ajaran islam menjadi mundur. Oleh karena itu, mereka bangkit untuk membersihkan Islam dari ajaran atau paham seperti itu. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan reformasi. Kedua, pada periode ini Barat mendominasi dunia di bidang politik dan peradaban. Persentuhan dengan Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Oleh karena itu, mereka berusaha bangkit  dengan mencontoh Barat dalam masalah-masalah politik dan peradaban untuk menciptakan balance of power.[1]

B. Kebangkitan Eropa
Sejak pertama kali muncul, agama Islam merupakan problem bagi Eropa-Kristen. Orang-orang beriman adalah musuh diperbatasan. Dalam abad ke-7 dan ke-8, pasukan yang berperang atas nama penguasa Islam, Khalifah, meluas dan masuk ke dalam jantung dunia Kristen. Mereka menduduki propinsi-propinsi kerajaan Bizantium di Syria, Tanah Suci dan Mesir, dan terus meluas ke arah barat memasuki Afrika Selatan, Spanyol dan Sisilia; dan penaklukan ini bukanlah semata-mata bersifat militer, dalam skala luas terkadang penaklukan itu diikuti oleh konversi agama Islam. Antara abad ke-11 dan ke-13 terdapat serangan balasan dari Kristen, cukup sukses memasuki Tanah Suci pada masa itu, dimana kerajaan Latin Yerusalem di bangun, dan lebih permanen lagi di Spanyol.[2]
Bangsa-bangsa Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat pada awal kebangkitannya. Dihadapan mereka masih terdapat kekuatan angkatan perang Islam yang sulit dikalahkan, terutama kerajaan Usmani yang berpusat di Turki. Tidak ada jalan lain, mereka harus menebus jalan yang sebelumnya hanya di pandang sebagai dinding yang membatasi gerak mereka.
Mereka melakukan berbagai penelitian tentang rahasia alam, berusaha menaklukkan lautan dan menjelajahi benua yang sebelumnya masih diliputi kegelapan. Setelah Chritopher Colombus menemukan benua Amerika (1492 M) dan Vasco da Gama, menemukan jalan ke Timur melalui Cape Town (1498 M), benua Amerika dan kepulauan Hindia segera jatuh ke kekuasaan Eropa. Dua penemuan itu sungguh tak terkirakan nilainya, Eropa menjadi maju dalam dunia perdagangan karena tidak lagi tergantung kepada jalur lama yang dikuasai umat Islam.
L. Stoddard dalam the new world of islam, menggambarkan situasi tersebut dengan kata-kata demikian: “Lalu dengan sekejap mata dinding laut itu berubah menjadi jalan raya, dan Eropa yang terpojok itu menjadi yang dipertuan di lautan dan dengan demikian yang dipertuan di dunia. Terjadilah perputaran nasib yang maha hebat dalam sejarah seluruh umat manusia.
Kalau Eropa tadinya menghadapi kegagahan dan ketangguhan Asia dengan putus asa, terhadap siapa kemenangan tak mungkin tercapai dengan serangan langsung, sekarang orang Eropa dapat memandangnya enteng.
Neraca sumber bahan-bahan berubah bagi keuntungan Eropa. Daerah-daerah baru terbuka. Mereka dapat memperoleh kekayaan yang tidak terhingga untuk menghidupkan negerinya. Maka tidak lama setelah itu mulailah kemajuan Eropa yang engatasi Asia. Apa artinya sumber-sumber bagi Islam Timur yang rapuh itu, apabila dibandingkan dengan sumber-sumber dari Amerika dan kepulauan India yang telah jatuh jatuh ke tangan Eropa? Demikianlah peradaban Barat mulai hidup dan bersemangat. Ia melebur rantai Abad Pertengahan yang tadinya membelenggu, menggenggam ilmu pengetahuan dan maju ke arah modern.
Dalam bidang perekonomian bangs-bangsa Eropa pun semakin maju karena daerah-daerah baru terbuka baginya. Merka dapat memperoleh kekayaan yang tidak dapat terhingga untuk meningkatkan kesejahteraan negerinya. Maka, mulailah kemajuan bangsa Barat menandingi kemajuan umat Islam yang telah sudah lama memang berangsur-angsur mengalami kemunduran. Kemajuan bangsa  Barat itu dipercepat oleh penemuan dan perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Penemuan mesin uap yang kemudian melahirkan revolusi indrustri di Eropa semakn memantapkan kemajuan mereka. Tekhnologi perkapalan dan militer berkembang dengan pesat. Dengan demikian, Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan keseluruh dunia tanpa menghadap hambatan berarti dari lawan-lawan dari peasaing-pesaing mereka. Bahkan satu demi satu negeri islam jatuh kebawah kekuasaanya sebagai negeri taklukkan dan jajahan.
Negeri-negeri Islam yang pertama kali jatuh kebawah kekuasaan Eropa adalah negeri-negeri yang jauh dari pusat kekuasaan kerajaan Usmani, karena kerajaan ini meskipun terus mengalami kemunduran, ia masih disegani dan dipandang masih cukup kuat untuk berhadapan dengan kekuatan militer Eropa waktu itu. Negeri-negeri Islam yang pertama dapat dikuasai Barat adalah negeri-negeri Islam di Asia Tenggara dan di Anak Benua India. Sementara negeri-negeri Islam di Timur Tengah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Usmani, baru diduduki Eropa pada masa berikutnya.[3]




C. Imperialisme Barat Terhadap Dunia Islam

Setelah bangsa-bangsa Barat menguasai ekonomi dan politik negara-nehara Islam, terdapat negara Barat yang menjajah dunia Islam yang melakukan penyebaran agama Kristen melalui missionaries dan zending. Penjajahan bangsa Baratyang dipelopori oleh bangsa Spayol dan Portugis mempunyai tujuan yang hampir sama, yaitu disamping mencari daerah penanaman modal asingnya, mereka juga berusaha untuk menyebarkan agama Kristen di wilayah jajahannya. Walaupun usahanya tidak segencar yang dilakukan oleh Spanyoldan Portugis yang bersemboyan: Gold yaitu semangat untuk mencari keuntungan besar (emas), Glory yaitu semangat untuk mencapai kejayaan dalam bidang kekuasaan, dan Gospel yaitu semangat menyebarkan agama Kristen di masyarakat yang terjajah.
Oleh karena itu, kedua bangsa Barat itu terus gencar melakukan penjajahan terhadap negara-negara Islam dan berusaha menguasainya, sehingga dengan mudah mereka dapat menyebarkan agama Kristen. Kondisi seperti ini didukung oleh semangat balas dendam yang disebut reqonquesta, yaitu semangat balas dendam bangsa-bangsa Barat terhadap Islam yang dulu pernah menjajah mereka.
       Dengan demikian, motivasi bangsa-bangsa Barat dalam menjajah negara-negara Islam selain motivasi ekonomi dan politik,  juga terdapat motivasi agama. Masyarakat Islam yang berada dibawah kekuasaan bangsa-bangsa Barat ditekan, sehingga banyak diantara umat Islam yang melarikan diri atau bertahan dengan melakukan perlawanan terhadap kekuasaan penjajah  Barat tersebut. Gerak langkah umat Islam diawasi sedemikian rupa, sehingga umat Islam tidak dapat mengembangkan peradabannya atau paling tidak mempertahankan peradaban Islam yang masih ada. Masyarakat Islam diubah budayanya agar berperilaku dan berperadaban Barat. Dengan demikian, pola hidup dan perilaku  umat Islam mengarah kepada kehendak bangsa Barat yang menjajahnya.
Dengan demikian dapat dikatakan, pada saat kelemahan Islam pada seluruh benua Asia-Afrika jatuh ke tangan penjajah bangsa-bangsa Barat. Namun, meskipun ada dalam penjajahan dan tekanan, umat Islam terus melakukan perlawanan dan berusa membebaskan tanah air dan agama mereka dari penjajah bangsa-bangsa Barat tersebut. Sebab para penjajah yang datang ke negara-negara Asia Afrika, selain untuk mengeruk hasil bumi dan keuntungan yang sangat besar, mereka juga menyebarkan agama Kritsen.
Selain itu, kedatangan bangsa-bangsa Barat ke negeri-negeri atau wilayah Islam, terutaa negara-negara yang subur dan kaya hasil rempah-rempahnya seperti Indonesia dan Malakaserta Hindia, bukan semata-mata untuk mencari keuntungan serta mengeruk kekayaan hasil buminya tetapi juga bertujuan menguasai seluruh sistem yang ada, baik sistem ekonomi, politik, budaya, pendidikan, agama, dan lain-lain.
Kekejaman mereka dalam bidang ekonomi terlihat dari upaya mereka untuk melakukan monopoli perdagangan, yakni dengan merebut bandar-bandar pelabuhan besar yang sebelumnya menjadi daerah perdagangan umat Islam dari Arab, Persia, India, dan Cina. Seperti kedatangan Portugis, Belanda, Inggris, dan Spanyol dari abad ke-15 M, sampai abad ke-19 M di kawasan perdagangan Internasional Malaka, Gujarat , dan lainya. Mereka mengurus kekayaan pribumi dengan cara-cara paksaan, bahkan dengan kekerasan senjata dalam merebut wilayah Bandar tersebut.
Dalam bidang kemsyarakatan, penjajah sengaja menciptakan jurang pemisah antara  kaum bangsawan dengan rakyat kecil. Kaum bangsawan dibujuk untuk menuruti kehendak penjajah dengan mendapatkan posisis jabatan tertentu dan keuntungan dari penjajah. Rakyat kecil selalu diawasi agar mereka tidak memberontak. Mereka harus tunduk dan patuh pada penguasa yang menjajahnya. Kebijaksanaan politik pecah belah yang di lakukan pemerntah Imperialisme, bertujuan agar tidak terjadi kesatuan dan persatuan di kalangan rakyat. Sebab, jika hal itu terjadi, dikhawatirkan akan menimbulkan kekuatan yang akan mengancam keberadaan kaum penjajah.
Disamping itu, sikap kaum penjajah seringkali melakukan penghinaan terhadap umat Islam. Mereka mengatakan bahwa kaum agama (Islam)  adalah orang-orang yang bodoh dan terbelakang. Oleh karena itu, mereka tidak pantas mengatur masyarakat. Kaum agama tidak boleh berpolitik, mereka cukup melakukan ibadah saja di masjid. Mereka dilarang melakukan kegiatan-kegiatan organisasi. Orang-orang Islam yang baru pulang haji tidak lepas dari pengawasan pemerintah kolonial. Pengawasan ini dilakukan agar mereka tidak berpengaruh oleh gerakan-gerakan pembaruan dan perlawanan banga-bangsa Asia-Afrika yang digerakkan oleh para pembaharu Islam.
Sikap dan perlakuan penjajah terhadap masyarakat yang di jajah, tidak sebatas sampai di situ saja. Para penjajah menyebarkan budaya yang merusak bangsa dan agama. Seperti, budaya minuman keras, berjudi, pergaulan bebas, dan sebagainya yang melanda kaum terjajah. Dengan cara-cara seperti itupenjajah merusak peradaban Islam, dan dengan demikian mereka berharap dapat dengan mudah menguasai negara dan masyarakat Islam yang berada di bawah kekuasaannya.
Pada awal abad ke-17, India yang saat itu di bawah kekuasaan Mongol Islam, berada dalam posisi kemajuan dan kemakmuran. Keadaan demikian mengundang bangsa Eropa yang sedang berada dalam kemajuan untuk berdagang kesana. Pada awal abad ke-17 Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. Pada tahun 1611 M, Inggris mendapatkan izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M Belanda mendapatkan izin yang sama.
Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC) mulai berusaha menguasai wilayah India bagian timur ketika mereka merasa cukup kuat. Penguasa-penguasa setempat mencoba mempertahankan kekuasaan, dan berperang melawan Inggris tahun 1761 M. Namun, mereka tidak berhasil mengalahkan Inggris. Akibatnya, daerah-daerah Oudh, Bengal, dan Orissa jatuh ke tangan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi, ibu kota Kerajaan Mughal juga berada dibawah bayang-bayang kekuasaan Inggirs.
Dikawasan Asia Tenggara, beberapa wilayah negeri Islam baru mulai berkembang, yang merupakan drah rempah-rempah terkenal pada masa itu. Negeri-negeri di asia Tenggara menjadi ajangperebutan negara-negara Eropa. Kekeuatan Eropa justru lebih awal menancapkan kekuasaan di negeri ini.
Malaka, sebuah kerjaan Islam yang berdiri pada awal abad ke 15 M Semenanjung Malaya yang strategis dan merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah Samudra Pasai, di taklukkan Portugis tahun 1511 M. Sejak itu, peperangan antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seringkali berkobar. Para pedagang Portugis terutama berupaya menguasai Maluku yang sangat kaya akan rempah-rempah. Pada tahun 1521 M, Spanyol datang ke Malukudengan tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai Filipina, termasuk didalamnya beberapa kerajaan Islam, seperti Kesultanan Maguindanao, Kesultanan  Bunyan, Kesultanan Sulu.
Pada akhir abad ke-16 M, Belanda, Inggris, Denmark, dan Prancis yang datang ke Asia Tenggara. Akan tetapi, Denmark dan Prancis tidak berhasil menjajah negeri di Asia Tenggara dan hanya datang untuk datang. Belanda datang tahun 1598 M dan dengan segera dapat memonopoli perdagangan di Kepulauan Nusantara. Kongsi dagangnya, VOC segera pula memainkan peran politik.
Kedatangan Belanda mendapat perlawanan dari penduduk setempat. Oleh karena itu, seringkali terjadi peperangan antara Belanda dengan penduduk, walaupun akhirnya peperangan itu di menangkan oleh Belanda. Yang terbesar diantaranya adalah Perang Aceh, Perang Paderi di Minangkabau, dan  Perang Diponegoro di Jawa.
Sementara itu, setelah Inggris datang ke Asia Tenggara, ia segera menjadi kekuatanyang cukup dominan, menyaingi kekuatan Belanda. Kekuasaan Inggris sangat kuat di Semenanjung Malaya termasuk Singapura sekarang, dan Kalimantan Barat, termasuk Brunai. Inggris juga sempat menguasai seluruh Indonesia untuk jangka waktu yang tidak terlalu lama di awal abad ke-19 M. [4]

D. Kemunduran Kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke Negeri-negeri Islam

       Zaman kemunduran Kerajaan Usmani terjadi ketika kekuasaan keturunan Mongol berakhir pada tahun 1525 M. Zaman ini diawali dengan kemajuan bidang politik tiga kerajaan besar : Usmaniyah, Shafawiyah, Munghol India, sesudah itu seluruh Dunia Islam mundur secara berangsur-angsur dan akhirnya jatuh di bawah kekuasaan Barat.
Ciri-ciri Masa Ini :
a.    Pintu Ijtihad seakan-akan tertutup
Dalam periode ini udara ijtihad telah membeku dan tiada suatu keistimewaan yang harus ditulis serta diperbincangkan.
b.    Putusnya hubungan antar ulama
Dengan demikian hubungan dengan kitab-kitab para imam terdahulu pun menjadi putus dan tinggallah kitab-kitab ulama tersebut menjadi barang antik yang disimpan di Museum atau tinggal berdebu dalam perpustakaan.
c.    Zaman ikhtisar dan syarah
Pada zaman ini para ulama berusaha mengikhtisarkan kitab ulama terdahulu.[5]
Menurut Mustafa Kamal kemunduran kerajaan Turki Usmani disebabkan karena tidak beresnya sistem kekhalifahan, oleh karena itu sistem ini harus dihapuskan kalau Turki ingin maju sebagaimana negara Eropa lainnya. Karena pertimbangan ini maka Mustafa Kamal dalam kapasitasnya sebagai pimpinan dewan majelis menghapuskan jabatan khalifah pada tahun 1924. Semenjak ini berakhirlah imperium Turki Usmani, dan sejarah Turki memasuki era modern.[6]
Di karenakan kemajuan-kemajuan bangsa Eropa terutama dalam tekhnologi militer dan indrusti perang, membuat kerajaan Usmani menjadi kecil dihadapan Eropa. Akan tetapi, nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa Barat segan untuk menyerang atau mengalahkanwilayah-wilayah yang berada dibawah kerajaan Islam ini, termasuk daerah-daerah yang berada di Eropa Timur.
Namun, kekalahan besar kerajaan Usmani dalam menghadapi  serangan Eropa di Wina tahun 1683 M membuka mata Barat bahwa kerajaan Usmani telah mundur jauh sekali. Sejak itulah kerajaan Usmani berulang kali mendapat serangan-serangan dari Barat. Ia hanya terpelihara dari keruntuhan karena kedengkian kerajaan-kerajaan Barat, yang merebutkan rampasan perangyang berasal dari Turki.
Sejak kekalahan kekalahan dalam pertempuran Wina itu, kerajaan Usmani juga menyadari akan kemundurannya dan kemajuan Barat. Usaha-usaha pembaharuan mulai dilaksanakan dengan mengirm duta-duta kenegara-negara Eropa, terutama prancis, untuk mempelajari suasana di sana dari dekat.
Celebi Mehmed diutus ke Paristahun 1720 M dan di instruksikan untuk mengunjungi pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan dan institusi-instistusi lainnya. Ia kemudin memberi laporan tentang kemajuan tejnik, organisasi angkatan perang modern, dan kemajun lembaga-lembaga sosial lainnya. Laporan-lapoan itu mendorong Sultan Ahmad III (1703-1730 M) untuk memulai pembaharuan di kerajaanya. Pada masa kekuasaanya di datangkan ahli-ahli militer dari Eropa untuki tujuan pembaharuan militer dalam kerajaan Usmani. Pada tahun 1717 M, seorang perwira Prancis De Rochefort, datang ke Istanbul dalam rangka membentuk korp At-Then dan melatih tentara Usmani dalam ilmu-ilmu kemiliteran modern. Pada tahun 1729 M, datang lagi Comte de Bonneval, juga dari Prancis, untuk memberi latihan penggunaan meriam modern. Ia dibantu oleh Macathy dari Irlandia, Ramsay dari Skotlandia, dan Mornai dari Prancis. Pada tahun 1734 M, untuk pertama kalinya Sekolah Tekhnik Militer di buka.
Usaha pembaharuan ini tidak terbatas dalam bidang Militer. Dalam bidang-bidang lain juga dilaksanakan, seperti pembukuan percetakan di Istanbul tahun 1727 M, untuk kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan. Demikian juga gerakan penerjemahan buku-buku Eropa kedalam bahasa Turki. Pembaruan di Turki dilakukan dalam berbagai bidang untuk meraih kemajuan-kemajuan negara.
Akan tetapi, usaha-usaha pembaruan itu bukan hanya gagal menahan kemunduran Kerajaan Turki Usmani yang terus mengalami kemerosotan, tetapi juga tidak membawa hasil yang diharapkan. Penyebab kegagalan itu terutama adalah kelemahan raja-raja Usmani karena wewenangnya sudah jauh menurun. Di samping itu, keuangan negara yang terus mengalami kemerosotan sehingga tidak mampu menunjang usaha pembaruan. Faktor terpenting lainnya yang membawa kegagalan itu adalah karena ulama dan tentara Yenisseri yang sejak abad ke-17 M menguasai suasana politik dalam kerajaan Usmani serta menolak usaha pembaruan itu. Dengan demikian, Kerajaan Usmani terus mendekati jurang kehancurannya, sementara Barat yang menjadi ancaman baginya semakin besar dan bertambah maju.
Modernisasi di Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah penghalang pembaruan utama, yaitu tentara Yenisseri dibubarkan oleh Sultan Mahmud II (1807-1839 M) pada tahun 1826 M. Struktur kekuasaan kerajaan dirombak, lembaga-lembaga pendidikan modern didirikan, buku-buku berat diterjemahkan kedalam bahasa Turki, siswa-siswa berbakat dikirim ke Eropa untuk belajar, dan yang terpenting sekali adalah sekolah-sekolah yang berhubungan dengan kemiliteran didirikan. Bidang inilah yang utama dan pertama mendapat perhatian. Akan tetapi, meski banyak mendatangkan kemajuan, hasil gerakan pembaruan tetap tidak berhasil menghentikan gerakan maju Barat ke dunia Islam di abad ke-19 M. Selama abad ke-18 M Barat menyerang ujung garis medan pertempuran Islam di Eropa Timur, wilayah kekuasaan Kerajaan Usmani. Akhir dari serangan-serangan itu adalah di tandatanganinya Perjanjian San Stefano (Maret, 1878 M) dan Perjanjian Berlin (Juni-Juli, 1878  M) antara kerajaan Usmani dengan Rusia. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Turki di Eropa. Sementara sebagian besar daerah berpenduduk mayoritas muslim di Timur Tengah pada berikutnya muai diduduki bangsa-bangsa Eropa.
Ketika Perang Dunia I meletus, Turki bergabung dengan Jerman yang kemudian mengalami kekalahan. Akibatnya, kekuasaan kerajaan Turki Usmani semakin ambruk. Partai Persatuan dan Kemajuan  memberontak kepada Sultan dan dapat menghapuskan kekhalifahan Usmani, kemudian membentuk Turki modern pada tahun 1924 M. Dengan demikian, kesatuan politik dalam Kerajaan Usmani sejak bergeloranya gerakan pembaruan justru tidak stabil, terutama karena para sultan tidak mampu mengkomodasi pemikiran yang berkembang dikalangan pemimpin bangsanya. Di samping itu, peperangan melawan Barat di Eropa Timur terus berkecamuk, memakan dan menguras tenaga, berakhir dengan kekalahan di pihak Turki.
Penetrasi Barat ke pusat dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris dan Prancis, yang memang sedang bersaing. Inggris terlebih dahulu menanam kan pengaruhnya di India. Prancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di Barat dan India di Timur. Oleh karena itu, pintu gerbang ke India, yaitu Mesir harus berada di bawah kekuasaannya. Untuk maksud tersebut, Mesir dapat ditaklukkan Prancis yahun 1798 M.
Alasan lain Prancis menaklukkan Mesir adalah untuk memasarkan hasil-hasil indrustrinya. Mesir, disamping mudah dicapai, juga dapat menjadi sentral aktivitas untuk mendristribusikan barang-barang ke Turki, Syiria, Hijaz, begitu pula ke Timur jauh. Di balik itu, Napoleon Bonaparte sendiri, sebagai Panglima Ekspedisi Prancis itu memiliki keinginan untuk mengikuti jejak Alexander the Great dari Macedonia, yang jauhdi masalalu pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke India. akan tetapi, kondisi politik Prancis menghendaki Napoleon meninggalkan Mesir tahun 1799 M. Di Mesir, Jenderal Kleber menggantikan kedudukan Napoleon. Dalam suatu pertempuran laut antara Inggris dan Prancis Jebderal Kleber kalah. Jenderal Kleber dan ekspedisinya meninggalkan Mesir 31 Agustus 1801 M, dan Mesir terjadi kekosongan kekuasaan.
Kekosongan itu dimanfaatkan oleh seorang pewira Turki, Muhammad Ali (1769-1849 M) yang didukung oleh rakyat berhasil mengambil kekuasaan dan mendirikan Dinastinya. Dimulai oleh Muhammad Ali, Mesir sempat menegakkan kedaulatan dan melakukan beberapa pembaruan. Tetapi pada tahun 1882 M, negeri ini ditaklukkan oleh Inggris. Persaingan antara Inggris dan Prancis di Timur Tengah memang sudah lama dan terus berlangsung. Dengan demikian satu demi satu wilayah-wilayah Negara Islam jatuh ketangan Imperialisme Barat. Keadaan umat Islam yang semakin melemah tersebut seakan tiada berdaya menghadapi Imperialisme Barat yang semakin maju dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan Teknologi modern.[7]


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kemajuan yang telah dicapai bangsa-bangsa Barat pada periode ini sebenarnya memiliki kolerasi yang erat dengan perkembangan peradaban dunia Islam, baik ketika Islam mencapai puncak kejayaannya di Eropa ataupun kemajuan yang dicapai dunia Islam di Baghdad. Bangsa Barat banyak berutag budi kepada para ilmuwan muslim yang telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keadaan umat Islam yang semakin melemah tersebut seakan tiada berdaya menghadapi imperialisme Barat yang semakin maju dalam berbagai bidang khusus didalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
B.       Saran
Dalam makalah ini tentunya ada banyak sekali kesalahan ataupun koreksi dari para pembaca. Karena menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna menjadikan makalah ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.









DAFTAR PUSTAKA

Amir Munir Samsul. 2009. Sejarah dan Peradaban Islam. (Jakarta : Amzah)
Sunanto Musyrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. (Jakarta : Prenada Media)
Hourani Albert. 1998. Islam Dalam Pandangan Eropa. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset)
Ali. K. 1996. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). (Jakarta : Raja Grafindo Persada)



[1] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta:2009), hal. 345-347
[2] Albert Hourani, Islam dan Pandangan Eropa (Yogyakarta:1998), hal.9

[3] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta:2009), hal. 347-349
[4] Samsul Munir Amin,ibid, hal.350-354
[5] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Jakarta:2003) hal.243-245

[6] K. Ali, Sejarah Islam (Jakarta :1996), hal.564
[7] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta:2009), hal. 354-359



Tidak ada komentar:

Posting Komentar