Laman

Jumat, 15 September 2017

SBM F 3-C (GEZAG/ KEWIBAWAAN)

KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR
(GEZAG/ KEWIBAWAAN)

Nok Dzikriyah
(2021115077)
 Kelas F

Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
20017





Prakata
Alhamdulillah wa syukurillah bahwa berkat rahmat dan anugerahNya makalah yang berjudul Tujuan Pendidikan Khusus ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang di tugaskan oleh bapak dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar.
Rasa syukur secara khusus ditujukan hanya kepada Allah swt. Yang telah memberikan kemampuan dan kekuatan berfikir dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis sangat sadar bahwa hanya berkat hidayah, inayah, serta ridha-Nya, perjalanan makalah ini terasa ringan. adapun dalam pembuatan makalah ini banyak orang-orang yang terlibat di dalamnya yang membantu proses penyusunan makalah ini.
Tidak lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu terselesaikannya tulisan ini, Bpk. Muhammad Hufron M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi ini, berkat arahan beliau sehingga saya mampu merancang makalah ini, yang insyaALLAH sesuai yang di harapankan. Terimakasih pula yang tiada terhingga untuk Ibu Bapak ku tercinta yang keduanya tak lelah mendoakan dan  memberikan dorongan moral dan spiritual. Untuk Teman-temanku yang senantiasa mendukung ku. Tak lupa pula untuk lembaga IAIN ini yang sudah memberikan naungan untuk berkarya dan berkreativitas, juga memberikan sumber-sumber yang sangat membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kemudian kritik pembaca terhadap kekurangan dalam penulisan  makalah ini, sangat diharapkan. Semua kritik penulis tampung sebagai bahan perbaikan pada penyusunan makalah selanjutnya.Semoga makalah ini menjadi amal baik bagi penulisnya, dan bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.






BAB I
PENDAHULUAN
Tema  
“Ketrampilan dasar mengajar”
Judul
Gezag (Kewibawaan)
Pentingnya dikaji
Pendidikan merupakan upaya yang ditempuh suatu negara untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia. Terutama di negara Indonesia, sekarang ini sedang gencar menyerukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Berbagai bentuk dari upaya-upaya tersebut antara lain, dengan melakukan berbagai inovasi seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan bahan ajar, pengadaan dan penyempurnaan fasilitas pembelajaran, peningkatan mutu guru maupun perbaikan kesejahteraan guru. Dapat dilihat pula, menjadi seorang guru merupakan hal yang membutuhkan banyak persiapan. Mulai dari menyiapkan diri dan menyiapkan bahan-bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswanya. Dalam Stansar Nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat(3) butir b dikemukakan tentang kompetensi kepribadian. Yang dimaksud kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Dalam makalah ini akan dikaji dan dijelaskan tentang gezag (kewibawaan).







BAB II
PEMBAHASAN
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Selain memberikan ilmu pengetahuan guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar memiliki kepribadian yang paripurna. Setiap guru memiliki kepribadian yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar, memiliki karakter sendiri-sendiri sehingga situasi belajar yang diciptakan oleh setiap guru bervariasi. Dalam tugasnya mengantarkan anak didiknya menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkepribadian, guru dituntut memiliki kepribadian yang baik sehingga bisa dicontoh siswanya.[1] Selain memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi profesional, personal, pedagogik, sosial, guru juga diharuskan memiliki ketrampilan dasar mengajar.
A.    Ketrampilan Dasar Mengajar
Ketrampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan perannya dalam mengelola proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Ketrampilan dasar mengajar merupakan syarat agar guru dapat mengimlementasikan berbagai strategi pembelajaran. Berikut ini ketrampilan dasar mengajar:
1.      Ketrampilan dasar bertanya
Selain menjelaskan materi pelajaran, seorang guru diharapkan memberikan selingan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didiknya. Dengan pertanyaan tersebut pembelajaran akan lebih bermakna. Pertanyaan tersebut berupa pancingan atau pertanyaan untuk mengajak siswa berfikir. Para ahli percaya pertanyaan yang baik memiliki dampak yang positif terhadap siswa, diantaranya:
a.       Bisa meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses pembelajaran.
b.      Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
c.       Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta menuntun siswa untuk menentukan jawaban.
d.      Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.
2.      Ketrampilan dasar memberikan reinforcement
Kerampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responsnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi. Ada dua jenis penguatan yang bisa diberikan guru yaitu penguatan verbal, yaitu penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata. Baik kata-kata pujian atau kata-kata koreksi. Kemudian penguatan nonverbal, yang diungkapkan melalui bahasa isyarat. Misalnya anggukan kepala sebagai tanda setuju, gelengan kepala tanda tidak setuju. Terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan agar dapat meningkatkan motivasi pembelajaran:
a.       Kehangatan dan keantusiasan, hindari kepura-puraan atau penguatan yang mengada-ada
b.      Kebermaknaan, yakinkan pada siswa bahwa peguatan yang diberikan guru adalah penguatan yang wajar. Sehingga bermakna untuk siswa.
c.       Gunakan penguatan yang bervariasi, sekali-kali gunakan penguatan verbal, di lain hari gunakan penguatan non verbal
d.      Berikan penguatan dengan segera, penguatan yang tertunda tidak akan efektif lagi dan kurang bermakna.
3.      Ketrampilan variasi stimulus
Merupakan ketrampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa menunjukkan sikap antusiasdan ketekunan serta berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran. Ada tiga jenis veriasi stimulus yang dapat dilakukan guru yaitu:
a.       Variasi pada waktu bertatap muka atau melaksanakan proses pembelajaran.
b.      Variasi dalam menggunakan media atau alat bantu pembelajaran.
c.       Variasi dalam melakukan pola interaksi.
4.      Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran
Membuka pelajaran atau set induction adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan sehingga mudah mencapai kompetensi yang diharapkan. Sedang menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
5.      Ketrampilan mengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran. Berikut ini permasalahan yang mendorong guru bisa mengelola kelas.
a.       Tidak adanya perhatian, siswa kurang perhatian terhadap materi pelajaran yang sedang dibahas, misalnya mengobrol, malah membaca buku yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran. Hal ini terjadi karena kurangnya motivasi belajar sehingga mereka kurang serius terhadap materi pelajaran.
b.      Perilaku mengganggu yang dilakukan oleh siswa secara individual atau kelompok. Seperti menirukan ucapan atau kalimat guru, mencemooh siswa, melakukan gerakan fisik yang bersifat mengganggu siswa lain. Untuk menghindari gangguan tersebut guru harus menciptakan kondisi yang optimal dengan mengambil inisiatif dalam mengendalikan kegiatan belajar mengajar agar kembali kondusif. Selanjutnya guru bersikap tanggap terhadap berbagai perilaku yang muncul di dalam kelas. Tanggap terhadap perilaku siswa yang mendukung pembelajaran maupun yang mengganggu.
c.       Memusatkan perhatian, memusatkan perhatian siswa dapat dilakukan dengan memberikan ilustrasi secara visual, misalnya dengan mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan lain  tanpa memutuskan kontak pandang baik terhadap kelompok maupun individu siswa, memberikan komentar secara verbal melalui kalimat-kalimat yang segar tanpa keluar dari kontenks materi pelajaran.
d.      Memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas, siswa akan belajar dengan perhatian penuh manakala memahami tujuan yang harus dicapai serta mengerti apa yang harus dilakukan.
e.       Memberi teguran dan penguatan, teguran diperlukan untuk memodifikasi tingkah laku. Penguatan diberikan kepada siswa yang memberikan respons positif dengan memberikan pujian yang menyejukkan atau penghargaan yang menyenangkan.[2]
B.     Kewibawaan (Gezag)
Dalam berinteraksi dengan peserta didik seorang guru memerlukan prasyarat yang bersifat pedagogis. Dengan prasyarat tersebut guru akan efektif melakukan kinerjanya, aspek tersebut digunakan dalam berbagai interaksi sosial yang mengandung aspek saling mempengaruhi. Aspek yang penting tersebut dinamakan kewibawaan.[3] Kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru akan membantunya mendisiplinkan peserta didik yang masih belum biasa hidup disiplin. Misalnya berbuat keributan di kelas, berkelahi, bahkan berbuat hal-hal yang menjurus pada hal yang bersifat kriminal dan mengganggu jalannya pelajaran. Guru yang berwibawa akan menjadi teladan bagi siswa-siswi, selain itu guru tersebut akan mampu membantu peserta didik menemukan diri, mengatasi dan mencegah masalah yang berkaitan dengan kedisiplinan. Dengan kedisiplinan, kearifan dan kewibawaan itu juga guru akan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, dan peraturan-peraturan tata tertib kelas akan ditaati peserta didik.[4] Kewibawaan muncul pada diri seseorang yang memiliki rasa cinta, yakni seorang guru yang memperlakukan anak didiknya seperti memperlakukan anaknya sendiri, memperlakukan mereka dengan kasih sayang. Dari cinta yang tulus tersebut akan  melahirkan kepercayaan anak didik pada gurunya. Lalu selanjutnya kepercayaan akan membuat sang guru berwibawa di hadapan muridnya, mereka akan mengikuti apa yang diperintahkan gurunya dengan tanpa paksaan.[5]
1.      Pengertian Gezag (Kewibawaan)
Kewibawaan secara umum dapat diartikan sebagai suatu kualitas “daya pribadi” pada diri seorang inndividu yang sedemikian rupa membuat pihak lain menjadi tertarik, bersikap mempercayai, menghormati dan menghargai secara intrinsik (sadar, ikhlas), sehingga secara intrinsik pula akan mengikutinya.[6] Kewibawaan berasal dari kata wibawa yang berarti kekuasaaan memberi perintah (yang harus ditaati) (Poerwadarminta, 2006:   1366). Sedangkan yang dimaksud dengan kewibawaan adalah suatu pancaran batin yang dapat menimbulkan pada pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas kekuasaan tersebut (Tirtarahardja, 2005: 54). Kewibawaan dalam kata lain juga disebut  gezag. Gezag berasal dari kata “zeggen” yang berarti berkata. Siapa yang perkataanya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunya kewibawaan atau gezag terhadap orang lain (Purwanto, 1995:48).
Kewibawaan seseorang dipengaruhi oleh faktor informal dan formal, dipengaruhi oleh simbol-simbol materi yang dimiliki seseorang seperti kekayaan, atau dapat pula tergantung pangkat, gelar, pakaian seragam, asal usul, jabatan, lingkungan dan sebagainya. Namun sesungguhnya kewibawaan terletak dalam bagian pribadi yang paling dalam yaitu qolbu. Kewibawaan bersifat relatif dan situasional, tergantung lingkungan,dan waktu. Kewibawaan tidak bersifat permanen dalam segala lingkungan dan situasi.[7]
2.      Unsur Kewibawaan
Ada empat unsur yang mepengaruhi kewibawaan seseorang:
a.       Memiliki keunggulan
Menurut Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kewibawaan ditentukan oleh kualitas kompetensinya yang meliputi kompetensi pribadi, sosial, pedagogik dan profesional.
b.      Memiliki rasa percaya diri
Dengan percaya diri seseorang akan tampil dengan penuh kesiapan, baik mental maupun kesiapan fisik dalam menghadapi  berbagai situasi, kemampuan berkomunikasi dengan baik dan yakin karena telah menguasai kemampuan dirinya serta telah memiliki kualitas intelektual yang sesuai dengan apa yang akan ditampilkannya. Melalui kepercayaan diri itu seseorang akan menjadi berwibawa di depan orang lain.
c.       Ketepatan dalam pengambilan keputusan
Keputusan yang tepat yaitu keputusan yang diambil dalam situasi tertentu dan tidak menimbulkan kegagalan. Ketepatan pengambilan keputusan merupakan faktor penentu terhadap unjuk diri dan unjuk kerja seseorang dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
d.      Tanggung jawab atas keputusan yang telah diambilnya
Seseorang yang telah menentukan suatu keputusan harus sanggup mempertanggung jawabkan konsekuensi yang akan timbul dari keputusan tersebut, baik konsekuensi positif atau negatif.
3.      Cara Mengembangkan Kewibawaan
a.       Meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Pada dasarnya kualitas keimanan dan ketaqwaan dapat menjamin kualitas kepribadian seseorang sehingga ia mampu tampil dengan percaya diri dan penuh tanggung jawab.
b.      Memahami diri dan tanggung jawab yang harus dipikulnya
Memahami siapa dan dalam posisi apa, untuk apa keberadaannya akan menentukan penampilan diri secara tepat. Beitu juga dengan memahami tugas dan tanggung jawabnya akan sangat menentukan dalam perwujudan pelaksanaannya.
c.       Memahami lingkungan tempat dirinya berada
Membedakan perilaku yang ditunjukkan di tempat-tempat tertentu, seperti perilaku seseorang di rumah sebagai orang tua berbeda ketika berada di tempat bekerja.
d.      Mengembangkan kompetensi pribadi secara memadai
Kompetensi tersebut meliputi kompetensi fisik, sosial, intelektual, spiritual, mental, diri dan sebagainya.
e.       Penampilan diri secara efektif yang didasari oleh unsur-unsur di atas
Melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan bertanggung jawab.[8]





BAB III
PENUTUP
Simpulan
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Selain memberikan ilmu pengetahuan guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar memiliki kepribadian yang paripurna. Dalam berinteraksi dengan peserta didik seorang guru memerlukan prasyarat yang bersifat pedagogis. Dengan prasyarat tersebut guru akan efektif melakukan kinerjanya, aspek tersebut digunakan dalam berbagai interaksi sosial yang mengandung aspek saling mempengaruhi. Aspek yang penting trersebut dinamakan kewibawaan. Kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru akan membantunya mendisiplinkan peserta didik yang masih belum biasa hidup disiplin.














Daftar Pustaka

Pupuh Fathurrohman & Sobry Sutikno. 2007. Strategi BelajarMengajar Strategi     Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep    Islami. Bandung: PT Retika Aditama.

Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.         Jakarta: Kencana.

Mohammad Surya. 2014. Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi Dari Guru Untuk Guru.     Bandung: Alfabeta.

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Daryanto.2013. Standard Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta:         Gava Media.








Profil Penulis


NAMA                                       : Nok Dzikriyah
TEMPAT, TANGGAL LAHIR: Pekalongan, 14 April 1995
HOBI                                         : Berkebun
ALAMAT                                  : Bojong Minggir rt:09, rw:05
RIWAYAT PENDIDIKAN : MII Wiroditan Bojong 2007, MTS Sunan Kalijaga Bojong (Lulus Tahun 2010), MAS Simbang Kulon Buaran (Lulus Tahun 2013), dan saat ini masih menempuh studi, sebagai mahasiswa di Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di IAIN Pekalongan semenjak 2015.




[1] Pupuh Fathurrohman & Sobry Sutikno, Strategi BelajarMengajar Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, Bandung, PT Retika Aditama, 2007, hlm.43-44.
[2] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana, 2007, hlm. 33-47.
[3] Mohammad Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi Dari Guru Untuk Guru, Bandung, Alfabeta, 2014, hlm. 327.
[4]Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007, hlm.122-123.
[5]Daryanto,  Standard Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional, Yogyakarta, Gava Media, 2013, hlm.158.
[6] Mohammad Surya,.................................................., hlm. 328.
[7] Mohammad Surya,.................................................., hlm.328-329
[8] Mohammad Surya,.................................................., hlm.329-332.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar