KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR
(GEZAG/ KEWIBAWAAN)
Nok
Dzikriyah
(2021115077)
Kelas F
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
20017
Prakata
Alhamdulillah wa syukurillah bahwa berkat rahmat dan anugerahNya
makalah yang berjudul Tujuan Pendidikan Khusus ini dapat terselesaikan sesuai
dengan yang di tugaskan oleh bapak dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar
Mengajar.
Rasa syukur secara khusus ditujukan hanya kepada Allah swt. Yang
telah memberikan kemampuan dan kekuatan berfikir dalam proses penyusunan
makalah ini. Penulis sangat sadar bahwa hanya berkat hidayah, inayah, serta
ridha-Nya, perjalanan makalah ini terasa ringan. adapun dalam pembuatan makalah
ini banyak orang-orang yang terlibat di dalamnya yang membantu proses
penyusunan makalah ini.
Tidak lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu terselesaikannya tulisan ini, Bpk. Muhammad Hufron M.S.I selaku dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi ini, berkat arahan beliau sehingga saya
mampu merancang makalah ini, yang insyaALLAH sesuai yang di harapankan.
Terimakasih pula yang tiada terhingga untuk Ibu Bapak ku tercinta yang keduanya
tak lelah mendoakan dan memberikan dorongan moral dan spiritual. Untuk
Teman-temanku yang senantiasa mendukung ku. Tak lupa pula untuk lembaga IAIN
ini yang sudah memberikan naungan untuk berkarya dan berkreativitas, juga
memberikan sumber-sumber yang sangat membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kemudian kritik pembaca terhadap kekurangan dalam penulisan
makalah ini, sangat diharapkan. Semua kritik penulis tampung sebagai bahan
perbaikan pada penyusunan makalah selanjutnya.Semoga makalah ini menjadi amal
baik bagi penulisnya, dan bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
BAB I
PENDAHULUAN
Tema
“Ketrampilan dasar mengajar”
Judul
Gezag (Kewibawaan)
Pentingnya dikaji
Pendidikan merupakan upaya yang ditempuh suatu negara untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusia. Terutama di negara Indonesia, sekarang
ini sedang gencar menyerukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Berbagai bentuk
dari upaya-upaya tersebut antara lain, dengan melakukan berbagai inovasi
seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan bahan ajar, pengadaan dan
penyempurnaan fasilitas pembelajaran, peningkatan mutu guru maupun perbaikan
kesejahteraan guru. Dapat dilihat pula, menjadi seorang guru merupakan hal yang
membutuhkan banyak persiapan. Mulai dari menyiapkan diri dan menyiapkan
bahan-bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswanya. Dalam Stansar
Nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat(3) butir b dikemukakan tentang
kompetensi kepribadian. Yang dimaksud kompetensi kepribadian yaitu kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Dalam makalah ini akan dikaji dan
dijelaskan tentang gezag (kewibawaan).
BAB II
PEMBAHASAN
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Selain memberikan ilmu pengetahuan
guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar
memiliki kepribadian yang paripurna. Setiap guru memiliki kepribadian yang
sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar, memiliki
karakter sendiri-sendiri sehingga situasi belajar yang diciptakan oleh setiap
guru bervariasi. Dalam tugasnya mengantarkan anak didiknya menjadi orang yang
berilmu pengetahuan dan berkepribadian, guru dituntut memiliki kepribadian yang
baik sehingga bisa dicontoh siswanya.[1]
Selain memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi profesional, personal, pedagogik,
sosial, guru juga diharuskan memiliki ketrampilan dasar mengajar.
A.
Ketrampilan Dasar Mengajar
Ketrampilan
dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan perannya dalam
mengelola proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Ketrampilan dasar mengajar merupakan syarat agar guru
dapat mengimlementasikan berbagai strategi pembelajaran. Berikut ini
ketrampilan dasar mengajar:
1.
Ketrampilan dasar bertanya
Selain menjelaskan materi pelajaran, seorang guru diharapkan
memberikan selingan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didiknya. Dengan
pertanyaan tersebut pembelajaran akan lebih bermakna. Pertanyaan tersebut
berupa pancingan atau pertanyaan untuk mengajak siswa berfikir. Para ahli
percaya pertanyaan yang baik memiliki dampak yang positif terhadap siswa,
diantaranya:
a.
Bisa meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses
pembelajaran.
b.
Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
c.
Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta menuntun siswa untuk
menentukan jawaban.
d.
Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.
2.
Ketrampilan dasar memberikan reinforcement
Kerampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap
tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik
bagi siswa atas perbuatan atau responsnya yang diberikan sebagai suatu dorongan
atau koreksi. Ada dua jenis penguatan yang bisa diberikan guru yaitu penguatan
verbal, yaitu penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata. Baik kata-kata
pujian atau kata-kata koreksi. Kemudian penguatan nonverbal, yang diungkapkan
melalui bahasa isyarat. Misalnya anggukan kepala sebagai tanda setuju, gelengan
kepala tanda tidak setuju. Terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam
memberikan penguatan agar dapat meningkatkan motivasi pembelajaran:
a.
Kehangatan dan keantusiasan, hindari kepura-puraan atau penguatan
yang mengada-ada
b.
Kebermaknaan, yakinkan pada siswa bahwa peguatan yang diberikan
guru adalah penguatan yang wajar. Sehingga bermakna untuk siswa.
c.
Gunakan penguatan yang bervariasi, sekali-kali gunakan penguatan
verbal, di lain hari gunakan penguatan non verbal
d.
Berikan penguatan dengan segera, penguatan yang tertunda tidak akan
efektif lagi dan kurang bermakna.
3.
Ketrampilan variasi stimulus
Merupakan ketrampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran
tetap menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa menunjukkan sikap
antusiasdan ketekunan serta berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan
pembelajaran. Ada tiga jenis veriasi stimulus yang dapat dilakukan guru yaitu:
a.
Variasi pada waktu bertatap muka atau melaksanakan proses
pembelajaran.
b.
Variasi dalam menggunakan media atau alat bantu pembelajaran.
c.
Variasi dalam melakukan pola interaksi.
4.
Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran
Membuka pelajaran atau set induction adalah usaha sadar yang
dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi
bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang
disajikan sehingga mudah mencapai kompetensi yang diharapkan. Sedang menutup
pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri
pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang
telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya,
mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam
pelaksanaan proses pembelajaran.
5.
Ketrampilan mengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi
hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran. Berikut ini permasalahan
yang mendorong guru bisa mengelola kelas.
a.
Tidak adanya perhatian, siswa kurang perhatian terhadap materi
pelajaran yang sedang dibahas, misalnya mengobrol, malah membaca buku yang
tidak ada kaitannya dengan pelajaran. Hal ini terjadi karena kurangnya motivasi
belajar sehingga mereka kurang serius terhadap materi pelajaran.
b.
Perilaku mengganggu yang dilakukan oleh siswa secara individual
atau kelompok. Seperti menirukan ucapan atau kalimat guru, mencemooh siswa,
melakukan gerakan fisik yang bersifat mengganggu siswa lain. Untuk menghindari
gangguan tersebut guru harus menciptakan kondisi yang optimal dengan mengambil
inisiatif dalam mengendalikan kegiatan belajar mengajar agar kembali kondusif.
Selanjutnya guru bersikap tanggap terhadap berbagai perilaku yang muncul di
dalam kelas. Tanggap terhadap perilaku siswa yang mendukung pembelajaran maupun
yang mengganggu.
c.
Memusatkan perhatian, memusatkan perhatian siswa dapat dilakukan
dengan memberikan ilustrasi secara visual, misalnya dengan mengalihkan
pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan lain
tanpa memutuskan kontak pandang baik terhadap kelompok maupun individu
siswa, memberikan komentar secara verbal melalui kalimat-kalimat yang segar
tanpa keluar dari kontenks materi pelajaran.
d.
Memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas, siswa akan belajar
dengan perhatian penuh manakala memahami tujuan yang harus dicapai serta
mengerti apa yang harus dilakukan.
e.
Memberi teguran dan penguatan, teguran diperlukan untuk
memodifikasi tingkah laku. Penguatan diberikan kepada siswa yang memberikan
respons positif dengan memberikan pujian yang menyejukkan atau penghargaan yang
menyenangkan.[2]
B.
Kewibawaan (Gezag)
Dalam
berinteraksi dengan peserta didik seorang guru memerlukan prasyarat yang
bersifat pedagogis. Dengan prasyarat tersebut guru akan efektif melakukan
kinerjanya, aspek tersebut digunakan dalam berbagai interaksi sosial yang
mengandung aspek saling mempengaruhi. Aspek yang penting tersebut dinamakan
kewibawaan.[3]
Kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru akan membantunya mendisiplinkan
peserta didik yang masih belum biasa hidup disiplin. Misalnya berbuat keributan
di kelas, berkelahi, bahkan berbuat hal-hal yang menjurus pada hal yang
bersifat kriminal dan mengganggu jalannya pelajaran. Guru yang berwibawa akan
menjadi teladan bagi siswa-siswi, selain itu guru tersebut akan mampu membantu
peserta didik menemukan diri, mengatasi dan mencegah masalah yang berkaitan
dengan kedisiplinan. Dengan kedisiplinan, kearifan dan kewibawaan itu juga guru
akan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, dan peraturan-peraturan
tata tertib kelas akan ditaati peserta didik.[4]
Kewibawaan muncul pada diri seseorang yang memiliki rasa cinta, yakni seorang
guru yang memperlakukan anak didiknya seperti memperlakukan anaknya sendiri,
memperlakukan mereka dengan kasih sayang. Dari cinta yang tulus tersebut
akan melahirkan kepercayaan anak didik
pada gurunya. Lalu selanjutnya kepercayaan akan membuat sang guru berwibawa di
hadapan muridnya, mereka akan mengikuti apa yang diperintahkan gurunya dengan
tanpa paksaan.[5]
1.
Pengertian Gezag (Kewibawaan)
Kewibawaan secara umum dapat diartikan sebagai suatu kualitas “daya
pribadi” pada diri seorang inndividu yang sedemikian rupa membuat pihak lain
menjadi tertarik, bersikap mempercayai, menghormati dan menghargai secara
intrinsik (sadar, ikhlas), sehingga secara intrinsik pula akan mengikutinya.[6] Kewibawaan
berasal dari kata wibawa yang berarti kekuasaaan memberi perintah (yang harus ditaati)
(Poerwadarminta, 2006: 1366). Sedangkan
yang dimaksud dengan kewibawaan adalah suatu pancaran batin yang dapat
menimbulkan pada pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan
penuh pengertian atas kekuasaan tersebut (Tirtarahardja, 2005: 54). Kewibawaan
dalam kata lain juga disebut gezag.
Gezag berasal dari kata “zeggen” yang berarti berkata. Siapa yang perkataanya
mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunya kewibawaan
atau gezag terhadap orang lain (Purwanto, 1995:48).
Kewibawaan seseorang dipengaruhi oleh faktor informal dan formal,
dipengaruhi oleh simbol-simbol materi yang dimiliki seseorang seperti kekayaan,
atau dapat pula tergantung pangkat, gelar, pakaian seragam, asal usul, jabatan,
lingkungan dan sebagainya. Namun sesungguhnya kewibawaan terletak dalam bagian
pribadi yang paling dalam yaitu qolbu. Kewibawaan bersifat relatif dan
situasional, tergantung lingkungan,dan waktu. Kewibawaan tidak bersifat
permanen dalam segala lingkungan dan situasi.[7]
2.
Unsur Kewibawaan
Ada empat unsur
yang mepengaruhi kewibawaan seseorang:
a.
Memiliki keunggulan
Menurut Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kewibawaan ditentukan oleh kualitas kompetensinya yang meliputi kompetensi
pribadi, sosial, pedagogik dan profesional.
b.
Memiliki rasa percaya diri
Dengan percaya diri seseorang akan tampil dengan penuh kesiapan,
baik mental maupun kesiapan fisik dalam menghadapi berbagai situasi, kemampuan berkomunikasi
dengan baik dan yakin karena telah menguasai kemampuan dirinya serta telah
memiliki kualitas intelektual yang sesuai dengan apa yang akan ditampilkannya.
Melalui kepercayaan diri itu seseorang akan menjadi berwibawa di depan orang
lain.
c.
Ketepatan dalam pengambilan keputusan
Keputusan yang tepat yaitu keputusan yang diambil dalam situasi
tertentu dan tidak menimbulkan kegagalan. Ketepatan pengambilan keputusan
merupakan faktor penentu terhadap unjuk diri dan unjuk kerja seseorang dalam
melaksanakan tanggung jawabnya.
d.
Tanggung jawab atas keputusan yang telah diambilnya
Seseorang yang telah menentukan suatu keputusan harus sanggup
mempertanggung jawabkan konsekuensi yang akan timbul dari keputusan tersebut,
baik konsekuensi positif atau negatif.
3.
Cara Mengembangkan Kewibawaan
a.
Meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
Pada dasarnya kualitas keimanan dan ketaqwaan dapat menjamin
kualitas kepribadian seseorang sehingga ia mampu tampil dengan percaya diri dan
penuh tanggung jawab.
b.
Memahami diri dan tanggung jawab yang harus dipikulnya
Memahami siapa dan dalam posisi apa, untuk apa keberadaannya akan
menentukan penampilan diri secara tepat. Beitu juga dengan memahami tugas dan
tanggung jawabnya akan sangat menentukan dalam perwujudan pelaksanaannya.
c.
Memahami lingkungan tempat dirinya berada
Membedakan perilaku yang ditunjukkan di tempat-tempat tertentu,
seperti perilaku seseorang di rumah sebagai orang tua berbeda ketika berada di
tempat bekerja.
d.
Mengembangkan kompetensi pribadi secara memadai
Kompetensi tersebut meliputi kompetensi fisik, sosial, intelektual,
spiritual, mental, diri dan sebagainya.
e.
Penampilan diri secara efektif yang didasari oleh unsur-unsur di
atas
Melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan bertanggung
jawab.[8]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Selain memberikan ilmu pengetahuan
guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar
memiliki kepribadian yang paripurna. Dalam berinteraksi dengan peserta didik
seorang guru memerlukan prasyarat yang bersifat pedagogis. Dengan prasyarat
tersebut guru akan efektif melakukan kinerjanya, aspek tersebut digunakan dalam
berbagai interaksi sosial yang mengandung aspek saling mempengaruhi. Aspek yang
penting trersebut dinamakan kewibawaan. Kewibawaan yang dimiliki oleh seorang
guru akan membantunya mendisiplinkan peserta didik yang masih belum biasa hidup
disiplin.
Daftar Pustaka
Pupuh Fathurrohman & Sobry Sutikno. 2007. Strategi
BelajarMengajar Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: PT Retika Aditama.
Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Mohammad Surya. 2014. Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi Dari
Guru Untuk Guru. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Daryanto.2013. Standard Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru
Profesional. Yogyakarta: Gava
Media.
Profil Penulis
NAMA
: Nok Dzikriyah
TEMPAT, TANGGAL LAHIR: Pekalongan, 14 April 1995
HOBI :
Berkebun
ALAMAT : Bojong
Minggir rt:09, rw:05
RIWAYAT PENDIDIKAN : MII Wiroditan Bojong 2007, MTS Sunan Kalijaga
Bojong (Lulus Tahun 2010), MAS Simbang Kulon Buaran (Lulus Tahun 2013), dan
saat ini masih menempuh studi, sebagai mahasiswa di Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI) di IAIN Pekalongan semenjak 2015.
[1] Pupuh
Fathurrohman & Sobry Sutikno, Strategi BelajarMengajar Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep
Islami, Bandung, PT Retika Aditama, 2007, hlm.43-44.
[2] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana,
2007, hlm. 33-47.
[3] Mohammad Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi Dari Guru
Untuk Guru, Bandung, Alfabeta, 2014, hlm. 327.
[4]Mulyasa, Standar
Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007, hlm.122-123.
[5]Daryanto, Standard Kompetensi dan Penilaian Kinerja
Guru Profesional, Yogyakarta, Gava Media, 2013, hlm.158.
[6] Mohammad
Surya,.................................................., hlm. 328.
[7] Mohammad
Surya,.................................................., hlm.328-329
Tidak ada komentar:
Posting Komentar