Laman

Rabu, 27 September 2017

SBM F 5-a “ TEACHER CENTER”

MODEL PEMBELAJARAN

“ TEACHER CENTER”
 


Sabila Dina 
2021115383

Kelas:  F
 

JURUSAN  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN

2017




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah ‘ala kulli haalin wa nikmatin, segala puji bagi Allah SWT dalam setiap keadaan dan setiap curahan nikmat yang tak terhingga. Semoga shalawat dan salam tetap terlimpahkan kepada baginda Rasulullah saw, keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia terhadap sunnahnya dan semoga didalamnya kita semua. Aamiin.
Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tema  Model Pembelajaran” dengan sub tema “ Teacher Center” dengan lancar tanpa halangan suatu apapun. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapatkan hambatan dan tantangan namun dengan dukungan dari berbagai pihak, tantangan tersebut dapat diatasi.
Apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dalam pengetikan, penyusunan, maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik dari pembaca guna penyempurnaan penulisan berikutnya.
Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis. Amin yaa rabbal’alamin

Pekalongan, September 2017

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Tema
Model Pembelajaran
B.     Sub Tema
Teacher Center
C.     Mengapa perlu dikaji
Sub tema ini perlu dikaji karena model pembelajaran yang berpusat pada guru adalah suatu system pembelajaran dimana guru atau dosen menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar sehingga terjadi komunikasi satu arah.   Dalam model pembelajaran ini guru di harapkan mempunyai tujuan untuk membantu siswa dalam mendapatkan pengetahuan dan  keterampilan dalam belajar. Guru harus memiliki model pembelajaran yang interaktif agar siswa tidak bosan dalam mendengarkan penjelasan guru tersebut.
Pembelajaran bukanlah transfer of knowledge yang tidak memperhatikan kondisi yang dialami peserta didik. Manusia bukanlah robot yang bisa diatur menurut kehendak pemilkinya, semua itu mengharuskan adanya penanganan yang berbeda antara masing-masing individu. Dibutuhkan suatu keahlian khusus bagi seorang pendidik untuk memahami segala sesuatu yang terjadi  pada para peserta didiknya.     




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Model Pembelajaran
Secara kaffah model dimaknai sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk suatu bentuk yang lebih komprehensif. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan  atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992:4). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekanto, dkk. mengemukakan maksud dari model pembelajaran yaitu “ Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.”
Arends menyatakan “ istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, pengelolaannya.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki pada strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu:
a)      Rasional teoritik logis disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
b)      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang kakn dicapai).
c)      Tingkah laku pengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
d)     Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.(Kardi dan Nur, 2009: 9)[1]
Adapun pendapat beberapa para ahli terkait model pembelajaran dalam bukunya Suprihatingrum antara lain:[2]
a.       Menurut Paul D Eggen (1979), bahwa “ the model was described as being potentially a large in scope, capable or organizing several lessons or a unit of study”. Maksudnya  bahwa model dijabarkan menjadi potensi yang tidak terbatas lingkupnya, dan model mampu mengorganisasikan beberapa pelajaran atau satuan pembelajaran.
b.      Menurut Suprihatingrum (2013), bahwa model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi ataupun prosedur tertentu lainnya, antara lain: pertama, model pembelajaran merupakan rasional teoritik yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. kedua, model pembelajaran merupakan landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). ketiga, dalam model pembelajaran terkandung tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksankan dengan berhasil. dan keempat, lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dari pemaparan yang disampaikan para ahli di atas terlihat kesamaan (ciri khusus) suatu hal dikatakan sebagai model pembelajaran. Kesamaan yang dimaksud adalah adanya pola atau rencana yang sistematis. Walaupun demikian, pandangan para ahli memiliki penekanan tertentu. Ada ahli yang mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual  yang melukiskan prosedur pembelajarn secara sistematis dalma mengelola pengalaman belajar pserta didik agar tujuan pembelajaran  yang diharapkan dapat tercapai. Ada pula yang mengatakan jika model pembelajaran merupakan deskripsi lingkungan belajar. Yang jelas istilah model pembelajaran memilki makna yang lebih luas dibandingkan strategi, metode atau prosedur.[3]
Model pembelajaran itu sendiri diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaks, dan sifat dari linkungan belajarnya. Model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang di dalamnya menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik kepada peserta didik.[4]
B.     Pengertian Teacher Center
TCL ( teacher centered learning) adalah suatu system pembelajaran dimana guru atau dosen menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar sehingga terjadi komunikasi satu arah. Di sini ilmu di transfer secara cepat dari dosen kepada mahasiswa secara drill sehingga daya serap dari mahasiswa lemah karena hanya mendengarkan dari dosen.
C.     Model-model Pembelajaran Interaktif yang Berpusat pada Guru
Seorang guru memilih model-model pembelajaran interaktif dengan tiga alasan:
1.      Konsep model yang menyiratkan sesuatu yang lebih besar dari pada strategi, model atau taktik tertentu. Sebagai contoh seperti yang digunakan disini, istilah model pembelajaran mencakup pendekatan pengajaran secara keseluruhan, yang luas dan bukan strategi atau teknik tertentu.
2.      Konsep model pengajaran berfungsi sebagai alat komunikasi yang penting bagi guru, para pencetus konsep model pengajaran telah mengklasifikasikan berbagai pendekatan pengajaran menurut tujuan intruksional, sintaksinya dan sifat lingkungan belajarnya.
3.      Model pembelajaran yang interaktif yang digunakan oleh guru dalam mengajar mempunyai tujuan untuk membantu siswa dalam mendapatkan pengetahuan, keterampilan serta belajar tentang konsep yang telah ditentukan sebelumnya.
Model-model pembelajaran Interaktif yang berpusat pada guru antara lain:
1.      Presentasi dan Penjelasan
Presentasi adalah model yang berpusat pada guru. Presentasi (ceramah) dan Penjelasan memakan waktu yang cukup lama. Banyaknya waktu yang digunakan untuk mempresentasikan dan menjelaskan informasi  semakin meningkat, mulai dari SD,SMP, dan SMA. Namun sebelum guru mempresentasikan dan menjelaskan kepada siswa, maka guru perlu merencanakan terlebih dulu dengan melakukan:
a)      Memilih tujuan dan isi presentasi.
b)      Mendiagnosis pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.
c)      Memilih advance organizer ( kerangka pendukung bagi info baru) yang tepat dan kuat.
d)     Merencanakan penggunaan waktu dan ruang.
Setelah direncanakan kemudian diadaptasi kepada siswa yang mempunyai kemampuan. Guru dapat mengadaptasikan presentasi dengan berbagai cara,diantaranya:
a.       Menyiapkan penggunaan gambar dan ilustrasi (media).
b.      Menggunakan beragam tes.
c.       Sedikit banyak konkret (contoh).[5]
Yang dimaksud metode ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran di mana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi pengajaran kepada anak didik dilaksanakan dengan lisan oleh guru di dalam kelas. Hubungan antara guru dengan anak didik banyak menggunakan bahasa lisan. Peranan guru dan murid berbeda secara jelas, yaitu guru terutama dalam menuturkan dan menerangkan secara aktif, sedangkan murid mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta membuat catatan tentang pokok persoalan yang diterangkan oleh guru. perlu diketahui bahwa dalam metode ceramah ini peran utama adalah guru.[6]
Metode ceramah yang berasal dari kata lecture, memiliki arti dosen atau metode dosen, metode ini lebih banyak dipengaruhi dikalangan dosen, karena dosen memberikan kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah dengan pertimbangan dosen berhadapan dengaan banyak mahasiswa yang mengikuti perkuliahan. Metode ceramah ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan fakta, pada akhir perkuliahan ditutup dengan Tanya jawab antara dossen dan mahasiswa, namun demikian pada sekolah tingkat lanjutan metode ini divariasi dengan metode lain.
Metode ceramah dapat dilakukan oleh guru:
a.       Untuk memberikan pengarahan, petunjuk diawal pelajara,.
b.      Waktu terbatas, sedangkan materi/ informasi banyak yang akan disampaikan,
c.       Lembaga pendidikan sedikit memilki staf pengajar, sedangkan jumlah siswa banyak.
Keterbatasan metode ceramah sebagai berikut:
a)      Keberhasilan siswa tidak terukur,
b)      Perhatian dan motivasi siswa sulit diukur,
c)      Peranserta siswa dalam pembelajaran rendah,
d)     Materi kurang terfokus,
e)      Pembicaraan sering melantur.[7]
2.      Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
 Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher center. Menurut Arends, model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.[8]
Pengajaran langsung  yaitu gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isu pelajaran kepada seluruh kelas. Model ini agak mudah untuk diterapkan dan dapat dikuasai dalam waktu yang realtif pendek. Pengajaran langsung dapat dideskripsikan dengan tiga fitur, yaitu:
1)      Tipe hasil belajar yang dihasilkannya.
2)      Sintaksis atau aliran kegiatan intruksionalnya secara keseluruhan.
3)      Lingkungan belajarnya.
Pengajaran langsung dirancang untuk meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan (pengetahuan prosedural) dan pengetahuan factual yang dapat diajarkan secara bertahap.[9]
Ciri-ciri model pengajaran langsung menurut Kardi dan Nur, sebagai berikut:
a.       Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.
b.      Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c.       Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
Selain itu juga dalam pengajaran langsung harus memenuhi suatu persyaratan, antara lan: (1) Ada alat yang akakn didemonstrasikan, dan (2)  Harus mengikuti tingkah laku mengajar (sintaks).[10]
3.      Pengajaran Konsep
Kebanyakan para guru sepakat bahwa dalam penyampaian informasi kepada siswa tentang cara memikirkannya lebih penting lagi. Konsep dalam subjek apapun adalah pemikiran balok-balok bangunan dasar untuk berpikir terutama bagi individu untuk menghasilkan berbagai objek dan ide serta membuat aturan dan prinsip tentang proyek.
Dengan pengajaran konsep, guru dapat membantu siswa untuk memperoleh dan mengembangkan konsep-konsep dasar yang dibutuhkan untuk pembelajaran yang lebih lanjut dan pemikiran tingkat tinggi.
Sebuah konsep pengajaran pada dasarnya terdiri dari empat fase, yaitu:
a.       Mempresentasikan tujuan.
b.      Memberikan masukan baik examples atau non-examples
c.       Menguji pencapain konsep.
d.      Menganalisis proses berpikir siswa.
Concept learning (belajar konsep) pada dasarnya adalah meletakan berbagai macam masalah ke dalam golongan dan setelah itu mampu mengenali golongan itu.
Sifat konsep yaitu:
a.       Konsep dapat ditempatkan ke dalam kategori-kategori seperti objek atau ide lain kemudian diberi nama atau label.
b.      Konsep bisa dipengaruhi oleh konteks sosial.
c.       Konsep memilki definisi dan label.
d.      Konsep memilki atribut-atribut kritis yang dapat digunakan untuk membedakan antara sebuah konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.
e.       Konsep memilki atribut yang non-kritis.[11]














BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang di dalamnya menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik kepada peserta didik.
TCL ( teacher centered learning) adalah suatu system pembelajaran dimana guru atau dosen menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar sehingga terjadi komunikasi satu arah.
Dalam Model-model pembelajaran interaktif yang berpusat pada guru dibagi menjadi beberapa model, yaitu:
1.      Presentasi dan Penjelasan
2.      Pengajaran langsung
3.      Pengajaran konsep













DAFTAR ISI
           
Abu Ahmadi, 1997.  Strategi Belajar Mengajar.  Bandung.  CV. PUSTAKA SETIA.
Hamruni,2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta. Insan Madani.
Jamil Suprahatiningrum, 2013.  Strategi Pembelajaran, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Arruz Media.
Martinis Yamin, 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.  Tim Gaung Persada Press Jakarta.
Trianto  Ibnu Badar Al-Tabany, 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontestual. Jakarta.  PRENADAMEDIA GROUP.
Zaenal Mustakim,2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan. STAIN  Pekalongan Press.











PROFIL
           
Nama                           : Sabila Dina
            Tempat, tanggal lahir  : Pekalongan, 20 Mei 1995
            Alamat                        : Jl. Karya Bakti Gg. 3 Medono Pekalongan

Riwayat Pendidikan
            SD MUHAMMADIYAH 01 KANDANG PANJANG
            MTs. MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
            SMA MUHAMMADIYAH 1 PEKAJANGAN DI PEKALONGAN
            Perguruan tinggi sekarang: IAIN pekalongan






[1]Trianto  Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontestual. (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2014), hlm. 23-24
[2] Jamil Suprahatiningrum, Strategi Pembelajaran, Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Arruz Media,2013), hlm. 145
[3] Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), hlm. 5
[4] Jamil Suprihatiningrum, Op.Cit., hlm. 159
[5] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran,(Pekalongan: STAIN  Pekalongan Press, 2009), hlm. 103-105
[6] Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 1997), hlm. 53 
[7] Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Tim Gaung Persada Press Jakarta, 2007), hlm. 153-154
[8]Trianto  Ibnu Badar Al-Tabany, Op.Cit., hlm. 93
[9] Zaenal Mustakim, Op.Cit., hlm. 106 
[10]Trianto  Ibnu Badar Al-Tabany, Op.Cit., hlm. 93-94
[11] Zaenal Mustakim, Op. Cit., hlm. 109-110

Tidak ada komentar:

Posting Komentar