Laman

Jumat, 22 September 2017

TT1 L 2-a "Perbedaan 'Alim dan Jahil"

KARATERISTIK AHLI ILMU
"Perbedaan 'Alim dan Jahil"
QS, AZ . ZUMAR 39: 9
Muhammad Najib Nadji
( 2021216005)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYYAH DAN ILMU KRGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2017






PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kita mulai memperkenalkan lebih lanjut bahwasanya yang pertama dari Juzu’ ke 24 ini ialah Az- zumar ialah “ Berombongan-rombong, ber iringan –iringan, ber arak-arakan. Yang di maksud Az-Zumar yaitu ketika kelak di hari kiamat, setelah di hisab atau di hitung amal manusia selama hidup di dunia keluarlah hukum dan keputusan Allah di mana merka akan di tempatkan. Mana yang lebih banyak berbuat kejahatan, mereka itu akan di hantarkan secara berombongan kedalam neraka jahannam. Dan barang siapa lebih banayak berbuat kebajikan dan amalan yang sholeh mereka pun akan di hantarkan secara berombongan-rombongan pula ke dalam Surga. Surah Az-Zumar di turunkan di mekah soal yang di perbincangkan di dalamnya ialah soal Aqidah.
B.     Rumusan Masalah
a)      Bagaimana Pengertian Secara Umum dari QS, AZ-Zumar 39: 9 ?
b)      Bagaimana Cara Metode Penafsiran  QS, AZ-Zumar 39: 9 ?
c)      Apa Penjelasan dari QS, AZ-Zumar 39: 9 ?
C.    Tujuan
a)      Agar Memahami dari Pengertian Secara Umum dari QS, AZ-Zumar 39: 9.
b)      Dapat Mengerti Metode Penafsiran  QS, AZ-Zumar 39: 9.
c)      Untuk Lebih Mengerti dari Penjelasan dari QS, AZ-Zumar 39: 9.








PEMBAHASAN
A.    Pengertian Secara Umum
Allah swt menerangkan, terhadap sifat-sifat orang-orang musyrik yang sesat dan menyebutkan celaan terhadap mereka serta tidak tetapnya mereka dalam beribadah; kemudian dari karena mereka kembali kepada Allah pada  saat mengalami kesusahan dan kembali kepada patung-patung ketika mengalami kesenangan, maka dilanjutkan dengan menyebutkan hal ihwal orang-orang mu’min yang tekun melakukan ketaatan, yaitu yang hanya bersandar kepada tuhan mereka saja dan hanya kembali kepada-nya saja, serta mengharapkan rahmatnya dan takut kepada azabnya.[1]
Kekafiran dan penipuan yang demikian itu hanyalah akan berlaku sementara, atau sedikit saja. Namun amalan Musyrik ini sejak dari jauh hari, masih di dunia juga sudah di nyatakan penilainya. Bahwa dalam sementara itu yang akan kamu dapati di akherat ialah azab siksaan jadi penghuni neraka. “Ataukah orang-orang yang bertekun di tengah malam, dalam keadaan sujud dan berdiri, karena takut akan hari akhirat dan mengharapkan rahmat tuhanya?”( pangkal ayat 9). Kehidupan pertama ialah yang gelisah langsung berdoa menyeru tuhan jika malapetaka datang menimpa dan lupa kepada allah bila bahaya menghindar. Ada satu kehidupan lagi, yaitu kehidupan Mu’min yang selalu tidak lepas ingatannya dari Allah, sehingga baik ketika berduka, maupun ketika bersuka. Dari tidurnya yang malam, dia bahkan bertekun kepada Allah lalu dia bersujud memohon ampunan dan ridha illahi, bahkan ada yang qiyamul-lail, berdiri tegak mengerjakan sembah yang. Yang mendorong untuk bertekun, berqunut ingat akan Tuhan, sampai bersujut dan sembayang lain atau tidak ialah karena takut di akherat kelak amalanya mendapat nilai yang rendah di sisi Allah,malahan merek mendapatkan  Rahmat ilahi, kasih sayang tuhan yang tidak berkeputusan dan tidak terbatas.[2]
اَ مَنْ هُوَ قَا نِتٌ آنَاءَ الَّيْلِ سَا جِدًاوَّ قَا ءِمًا يَّحْذَرُاْلاَ خِرَةَ وَيَرْ جُوْا رَحْمَةَ رَبِّهِ قلى

قُلْ يَسْتَوِى الَّذِ يْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِ يْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ  قلى   اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُو لُوا اْلاَ لْبَابِ (9)
“ 9 (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia takut keada (azhab) akherat dan mengharap rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Adakah orang sama yang mengetahui dengan orang-orang yang mengetahui? Sesungguhnya orang yang barokallahlah yang dapat menerima pelajaran.

B.     Metode Penafsiran  QS, AZ-Zumar 39: 9.
        اَلْقَا نِتُAl- Qanit:                 Orang-orang yang melakukan ketaatan yang di wajibkan kepadanya. Sifat orang A’alim.
اَناَءَ الَّيْـلِ    Ana’al-Lail:                       Saat-saat malam, jamak dari An.
 يَحْذَ رُالْاَخِرَةْ  Yahzarul-Akhirul:             Takut kepada azab di akhirat, sifat orang A’alim. [3]

C.  Penjelasan dari QS, AZ-Zumar 39: 9.
امن هو قا نت انا ء اليل سا جـدا وقا ئما يحذ ر الاخـرة ويـر جوا رحمة ربه
Apakah kamu hai orang musyrik, lebih baik keadaan nasibmu dari pada orang yang senantiasa menunaikan ketaatan dan selalu melaksanakan tugas-tugas ibadah pada setiap malam, ketika lebih berat bagi jiwa dan lebih jauh dari riya, sehinga ibadah di waktu itu lebi dekat untuk di terima, sedangkan orang itu dalam keadaan takut dan berharap ketika berharab. Tidak diragukan.
Kesimpulannya, apakah orang yang takut itu seperti halnya orang yang bermaksiat. Kedua-duanya tentu tidak sama.
Kemudian, Allah SWT. Menegaskan tentang tidak adanya kesamaan ilmu dan betapa muliyanya beramal berdasarkan ilmu. Firman-nya:
قل هل يستوى الذين والذين لايعلمون
Katakanlah hai rasul kepada kaummu: Apakah sama orang yang mengetahui pahala yang akan mereka perboleh bila melakukan ketaatan ke pada Tuhan mereka dan mengetahui hukuman yang akan mereka terima apabila mereka bermaksiat kepadanya, dengan orang-orang yang tidak mengetahui hal itu. Yaitu, orang-orang yang meruak amal perbuatan mereka secara membabi buta, sedang terhadap amal-amal mereka yang baik tidak mengharamkan kebaikan, dan terhadap amal-amal yang buruk mereka tidak mengaharapkan kebaikan, dan terhadap amal-amal yang buruk mereka tidak takut kepada keburukan.
Perkataan tersebut dinyatakan dengan susunan pernyataan (istifham) untuk menunjukan bahwa orang-orang yang pertama mencapai derajat kebaiakan tertinggi; sedang yang lain jatuh ke dalam jurang keburukan. Dan hal itu tidaklah sulit di mengerti oleh orang-orang yang sabar dan tidak suka membantah. Kemudian, Allah menerangkan bahwa hal tersebut halnya dapat dipahami oleh setiap orang yang mempunyai akal. Karena orang-orang yang tidak tahu, seperti telah di sebutkan, dalam hati mereka terdapat tutup sehingga tidak dapat di pahami suatu nasehat, dan tidak berguna bagi mereka suat peringatan. Firmanya:




انمـا يـتـذ كـراولوا الالبـا ب
Sesungguhnya yang dapat mengambil pelajaran dari hujjah-hujjah Allah dan dapat menuruni nasehatnya dan dapat memikirkannya, hanya lah orang-orang yang bodoh dan lalai.
Kesimpualannya sesungguhnya yang mengetahui perbedaan antara orang yang tahu dan orang yang tidak tahu halnya orang yang mempunyai akal pikiran sehat, yang dia perguanakan untuk berpikir.[4]

Ayat 9 Qs, Az-Zumar menegaskan di dalam Tafsir Al- Lubab perbedaan sikap dan ganjaran  yang akan mereka terima dengan sikap dan ganjaran orang-orang beriman. Di sini Allah Swt. Berfirman, ’’Apakah orang yang  beribadah secara tekun dan tulus di waktu-waktu malam dalam keadaan sujud dan berdiri secara mantap ,demikian juga yang ruku dan duduk atau berbaring, dalam keadaan takut kepada azab akhirat dan dalam saat yang sama senantiasa  mengharapkan rahmat Tuhannya,baik di dunia maupun di akhirat,apakah yang demikian itu halnya sama dengan mereka yang baru berdoa saat ditimpa musibah dan melupakan-Nya ketika memperoleh nikmat ,lalu menjadikan bagi Allah Swt. sekutu-sekutu?”Tentu saja tidak sama!Sekali lagi,Nabi Muhammad Saw. Diperintahkan untuk menyampaikan bahwa:Adakah sama orang-orang yang mengetahui hak-hak Allah Swt. dan mengesakan-Nya dengan orang-orang yang tidak mengetahui hak-hak Allah dan mengufuri-Nya?Sesungguhnya orang yang dapat menarik banyak pelajaran adalah Ulul Albab,yakni orang-orang yang cerah pikirannya.[5]



Ayat di atas mennggarisbawahi rasa takut hanya pada akhirat,sedang rahmat tidak dibatasi dengan akhirat, sehingga dapat mencakup rahmat duniawi dan ukhrawi .Memang seorang mukmin hendaknya tidak merasa takut menghadai kehidupan duniawi ,karena apapun yang terjadi –selama ia bertakwa –maka itu tidak masalah, bahkan dapat merupakan sebab ketinggian derajatnya di akhirat. Adapun rahmat,maka tentu saja yang diharapkan adalah rahmat menyeluruh,dunia dan akhirat.                               
Takut dan mengharap menjadikan seseorang selalu waspada,tetapi tidak berputus asa dan dalam saat yang sama tidak yakin.Keputus asaan mengundang apatisme, sedang keyakinan penuh dapat mengundang pengabaian persiapan.Seseorang hendaknya selalu waspada,sehingga akan selalu meningkatkan ketakwaan, namun tidak pernah kehilangan optimisme dan sangka baik kepada Allah Swt.
Kata ( يـعـلـمون ) ya’ lamun  pada ayat diatas, ada juga ulama yang memahaminya sebagai kata yang tidak memerluka objek.Maksudnya siapa yang memiliki pengetahuan- apapun pengetahuan itu –pasti tidak sama dengan yang tidak memilikinya.Hanya saja jika makna ini yang anda pilih, maka harus di garis bawahi bahwa ilmu pengetahuan yang di maksud adalah pengetahuan yang bermanfaat yang menjadikan seseorang mengetahui  hakikat  sesuatu lalu menyusuaikan diri dan amalnya dengan pengetahuan itu.
Kata (يـتـذ كـر  )  ya tadzakarru terambil dari kata (ذ كر  ) dzikru yakni pelajaran atau peringatan penambahan huruf ta’ pada kata yang di gunakan ayat ini mengisyaratkan banyaknya pelajaaran yang dapat di peroleh oleh Ulul a –bab ini berarti bahwa selain merekapun dapat memperoleh pelajaran, tetapi tidak sebanyak Ulul al-bab. selanjutnya rujuklah ke Qs, Shad (38): 43 untuk memahmi Ulul al-bab.[6]


      PENUTUP
D.     Kesimpulan
Ayat 9 Qs, Az-Zumar menegaskan di dalam Tafsir Al- Lubab perbedaan sikap dan ganjaran  yang akan mereka terima dengan sikap dan ganjaran orang-orang beriman. Di sini Allah Swt. Berfirman, ’’Apakah orang yang  beribadah secara tekun dan tulus di waktu-waktu malam dalam keadaan sujud dan berdiri secara mantap ,demikian juga yang ruku dan duduk atau berbaring, dalam keadaan takut kepada azab akhirat dan dalam saat yang sama senantiasa  mengharapkan rahmat Tuhannya,baik di dunia maupun di akhirat
tugas-tugas ibadah pada setiap malam, ketika lebih berat bagi jiwa dan lebih jauh dari riya, sehinga ibadah di waktu itu lebi dekat untuk di terima, sedangkan orang itu dalam keadaan takut dan berharap ketika berharab. Allah swt menerangkan, terhadap sifat-sifat orang-orang musyrik yang sesat dan menyebutkan celaan terhadap mereka serta tidak tetapnya mereka dalam beribadah; kemudian dari karena mereka kembali kepada Allah pada  saat mengalami kesusahan dan kembali kepada patung-patung ketika mengalami kesenangan, maka dilanjutkan dengan menyebutkan hal ihwal orang-orang mu’min yang tekun melakukan ketaatan, yaitu yang hanya bersandar kepada tuhan mereka saja dan hanya kembali kepada-nya.









Daftar Pustaka
Al-Maraghi, Ahmad Al-Mushthafa ,Tafsir Al-Maragi, Semarang: PT. Karya Thoha Putra Semarang, 1993.
Hamka, Tafsir Al Azhar Juz XXIV, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.
Shihab, M.Quraish.  Al-Lubab, Tanggerang: Lentari Hati, 2012.
 
Shihab,   M.Qurais. Tafsir Al -Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2006.




[1] Ahmad Al-Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT. Karya Thoha Putra Semarang, 1993), hlm, 227.
[2] Prof,Dr.Hamka, Tafsir Al Azhar Juz XXIV, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hlm, 17-18.
[3] Op,cit, hlm, 277.
[4] Ibit, hlm, 278-279.
[5] M.Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tanggerang: Lentari Hati, 2012), hlm, 419-420.
[6]   M.Qurais Shihab, Tafsir Al -Misbah,( Jakarta: Lentera Hati, 2006) hlm. 196-197.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar