Laman

Rabu, 04 Oktober 2017

TT1 L 4-c KEKUATAN ILMU PENGETAHUAN (AR-RAHMAN (55): 33)

KEKUATAN ILMU PENGETAHUAN
(AR-RAHMAN (55): 33)

Laelatul Khamidah
2021216016

KELAS :  L
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kekuatan Ilmu Pengetahuan” sesuai rencana. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, serta orang-orang yang mau mengikuti sunnah-sunnahnya, aamiin.
Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Bapak M. Hufron, M. S. I selaku Dosen Pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi, semoga tugas yang telah diberikan dapat menambah wawasan penulis tentang Kewajiban Belajar Mengajar secara “Spesifik” menurut al-Qur’an (Kekuatan Ilmu Pengetahuan), serta kepada seluruh teman-teman yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Demikianlah kata pengantar dari.Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Saran dan masukan yang konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan khususnya kepada mahasiswa IAIN  Pekalongan dan umumnya kepada pembaca.


Pekalongan, 01 Oktober 2017
                                                                                            Penulis
                                                                                    Laelatul Khamidah


DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A.    QS. Ar-rahman:33 dan Terjemah.............................................................2
B.     Mufrodat .............................................................................................2
C.     Penjelasan.............................................................................................2
D.    Tafsir...................................................................................................4
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................8
B. Saran.........................................................................................................8
Daftar Pustaka......................................................................................9
Profil penulis .......................................................................................10











BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu adalah cahaya yang dengannya kita akan menggapai keuntungan dan kedekatan kepada-Nya. Islam tidak tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada jalan untuk mengenal allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Karena ilmu merupakan jalan menuju surga, maka ilmu memiliki kedudukan yang agung.
Al-Qur’an sebagai kitab suci, diyakini oleh muslim keabadian, keuniversalan serta kebenarannya. Al-qur’an adalah kitab suci yang dipedomani umat Islam hingga akhir zaman. Manusia dituntut untuk bisa mengambil sebagian dari petunjuk dan hidayah yang yang dikandung al-Qur’an sesuai dengan human interest, spesialisasi serta subjektifitas masing-masing. Manusia diberi potensi oleh Allah SWT berupa akal. Akal ini harus terus diasah agar semakin tajam sehingga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan selalu belajar dan berkarya, manusia mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang baru. Dengan kata lain, manusia juga akan mengetahui apa yang ada dibumi dan apa yang ada di langit (luar angkasa). Namun, untuk bisa mengetahuinya perlu adanya kekuatan ilmu pengetahuan. seperti dalam firman Allah SWT. Dalam surat Ar-Rahman ayat 33 yang artinya “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan








BAB II
PEMBAHASAN

A.    QS. Ar-Rahman (55): 33 dan Terjemah
uŽ|³÷èyJ»tƒ Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 Ÿw šcräàÿZs? žwÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ 
            Artinya:
“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
B.     MUFRODAT
 Kalian keluar : (#räàÿZs?br&
Jamak dari quthr, penjuru : $sÜø%r&
Kekuatan dan kekuasaan: السُّلطَانِ

C.    Penjelasan
Ilmu merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘alima yang terdiri dari huruf ‘ayn, lam, dan mim. Al-Qur’an sering menggunakan kata ini dalam berbagai sighat (pola), yaitu masdar, fi’il mudhori’, fiil madzi, amr, isim fail, isim maf’ul, dan isim tafdil.
Secara harfiah “ilmu” dapat diartikan kepada tahu atau mengetahui. Secara istilah ilmu berarti memahami hakikat sesuatu, atau memahami hukum yang berlaku atas sesuatu.  Saliba mendefinisikan ilmu itu dengan “memahami secara mutlak, baik tasawwur atau tasdiq dan baik yakin maupun tidak”. Menurut Ikhwan al-Shafa’, seperti yang dikutip Jihami, ilmu adalah tasawwur  hakikat sesuatu dan asalnya. [1]
Dalam pandangan Al-Qur’an ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain yang dapat membentuk sikap atau sifat-sifat. Atau dengan kata lain, sikap atau karakter seseorang adalah gambaran pengetahuan yang dimilikinya. Sedangkan pengetahuan adalah hasil dari keingintahuan manusia dengan suatu objek yang ingin diketahui. Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindera, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara dan kegunaannya. [2]
Dari pengertian ilmu dan pengetahuan serta penjelasan keduanya dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan merupakan anugerah yang sangat agung, dan rahasia Illahi yang paling besar dari sekian banyak rahasia Allah di alam ini. Allah menciptakan dan membentuk manusia dengan perangkat akal dan pikiran yang responsif terhadap berbagai kehidupan di muka bumi, beserta berbagai macam tanda kebesaran-Nya di jagad raya. Adapun karakter terbangun dalam diri manusia berdasarkan ilmu pengetahuan dan ilmu iti sendiri dipasok oleh indera. Dengan demikian, semakin aktif kita berinteraksi dengan objek pengetahuan, semakin dalam pengetahuan seseorang, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, al-Qur’an selalu mengajak manusia mengajak manusia untuk menggunakan inderanya untuk mengkaji alam dan fenomena yang terjadi. [3]

D.    Tafsir QS. Ar-Rahman (55): 33

1.      Tafsir Al Azhar Juzu’ XXVII
Wahai sekalian jin dan manusia! Jika kamu sanggup melintas semua penjuru langit dan bumi, lintasilah!” (pangkal ayat 33). Artinya bahwa di antara RahmanNya Allah itu kepada kita manusia dan jin ialah kebebasan yang diberikan kepada kita untuk melintasi alam ini dengan separuh tenaga yang ada pada kita, segenap akal dan budi kita, karena mendalamnya pengetahuan. Namun di akhir ayat Tuhan memberi ingat bahwa kekuatanmu itu tetap terbatas, “Namun kamu tidaklah dapat melitasinya kalau tidak dengan kekuasaan.”(ujung ayat 33)
Dalam suku kata yang pertama diberi kebebasan bagi manusia melintasi segala penjuru bumi, baik untuk mengetahui rahasia yang terpendamdi muka bumi ini, ataupun hendak menuntut berbagai macam ilmu. Karena banyaklah rahasia dalam alam ini yang tersembunyi, yang sudah tabiat  daripada manusia itu sendiri ingin tahu. Namun di suku kata yang kedua diberi ingat bahwa semua pekerjaan itu sangat bergantung pada kekuasaan, yang dalam ayat disebut Sulthan.
Ibnu katsir dalam tafsirnya mengatakan ialah: “Bahwa kamu tidaklah akan sanggup lari daripada kehendak Allah dan takdirnya, bahwa takdir yang akan selalu mengelilingi kamu dan kamu tidak akan sanggup membebaskan diri pada kehendaknya atas dirimu, ke mana saja pun kamu pergi takdir itu mengelilingi kamu, demikianlah kamu selalu dalam kedudukan tertawa didalamnya. Malaikat berdiri rapat sampai tujuh lapis sekeliling kamu, sehingga tidaklah kamu sanggup membebaskan diri, kecuali dengan kekuasaanNya. Artinya dengan kehendak Tuhan. [4]

2.      Tafsir Al-Misbah
Ayat sebelumnya mengancam manusia dan jin bahwa allah akan berkonsentrasi untuk melakukan perhitungan terhadap amalan-amalan mereka. Kemudian ayat 33 menjelaskan bahwa manusia tidak bis menghindar dari pertanggungjawaban serta sebab-akibatnya. Allah menantang mereka dengan mengatakan: Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi guna menghindar dari pertanggungjawaban atau siksa yang menimpa kamu itu, maka temmbuslah keluar. Tetapi  sekali-kali kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan, sedangkan kamu kamu tidak memiliki kekuatan! Maka nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari? Peringatan diatas yang merupakan salah satu bentuk nikmat Allah SWT, dan karena itubpertanyaan itu yang menggugah atau mengandung kecaman tersebut diulang lagi. [5]

3.      Tafsir Al Maraghi
Dalam QS. Ar-Rahman (55): 33 menjelaskan bahwa kalian takkan mampu melakukan itu. Karena Dia meliputi kamu sehingga kamu takkan kuasa melepaskan diri dari padanya kemanapun kamu pergi, maka kamu tetap terkepung. Kemudian Allah SWT berfirman menerangkan sebab ketidak mungkinan orang melarikan diri. Firman-Nya:

Ÿw šcräàÿZs? žwÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0
Sesungguhnya melarikan diri hanyalah bisa dilakukan dengan kekuatan dan kekuasaan. Namun dari mana kamu memperoleh kekuatan dan kekuasaan itu. Dari siapa kamu mendapatkannya psadahal kamu waktu itu tidak mempunyai daya dan kekuatan. [6]

4.      Tafsir Al-Qurthubi
Firman AllAah SWT, NçF÷èsÜtGó$#ÄÈbÎ)§RM}$#ur`Ågø:$#Ž|³÷èyJ»tƒ  Hai jama'ah jin dan manusia. Ibnu Mubarok menyebutkan: juwaibir mengabarkan kepada kami, dari adh-dhahhak, dia berkata, “apabila tiba hari kiamat nanti, Allah SWT memerintahkan kepada langit dunia. Maka langit itu pun terbelah dan para malaikat pun diperintahkan oleh Allah SWT turun ke bumi, lalu mengitari bumi beserta isinya. Kemudian Allah SWT memerintahkan langit kedua seperti perintah-Nya kepada langit dunia, lalu para malaikat turun hingga berbaris-baris. Kemudian langit ketiga, keempat, kelima, keenam, dan ketujuh. Lalu malaikat tertinggi turun dengan kebesaran dan wibawanya ke neraka jahanam. Mereka mendengar raungannya. Mereka tidak mendatangi suatu tempat dari tempat-tempatnya kecuali mereka mendapatkan barisan-barisan malaikat.
Adh-Dhahhak juga berkata, “Ketika manusia berada dipasar-pasar mereka, langit terbuka dan para malaikat turun. Manusia dan jin pun berlarian. Lalu, para malaikat membawa mereka. Itulah makna firman Allah SWT,
Ÿw šcräàÿZs? žwÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0
Menurut Al Qurthubi: berdasarkan penafsiran ini, kejadian itu terjadi di dunia. Sedangkan berdasarkan penafsiran Ibnu Mubarak, kejadian itu terjadi di akhirat. Diriwayatkan dari Adh-Dhahhak juga bahwa maksudnya: jika kalian mampu untuk lari dari kematian maka larilah.
Ibnu Abbas RA berkata, “maksudnya: jika kalian mampu untuk mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi maka ketahuilah. Akan tetapi kalian tidak dapat mengetahuinya kecuali detngan sulhtaan, yakni keterangan dari Allah SWT. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA juga bahwa makna لاتَنْفُذُونَ إِلاَّبِسُلْطَن adalah janganlah kalian keluar dari kerajaan-Ku dan kekuasaan-Ku atas kalian.
Menurut Qatadah: kalian tidak dapat menembusnya melainkan dengan kerajaan, sementara kalian tidak memiliki kerajaan. [7]

5.      Al-Lubab
Dalam ayat 33 menantang manusia dan jin, guna membuktikan kepada masing-masing, ketidak berdayaan mereka bahwa: hai kelompok jin dan manusia, lebih-lebih yang durhaka, jika kamu sanggup menembus keluar penjuru-penjuru langit dan bumi guna menghindar dari pertanggungjawaban atau siksa yang menimpa kamu itu., maka tembuslah keluar! Tetapi sekali-kali kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan, sedangkan kamu tidak mempunyai kekuatan!
Maksudnya ayat 33 bukan mengisyaratkan kemampuan manusia menembus angkasa luar, karena ayat ini berbicara tentang kehidupan akhirat dan menegaskan bahwa manusia di akhirat nanti tidak akan mampu menghindar atau lari dari penjuru alam raya. [8]






BAB III
PENUTUP

A.    SIMPULAN
Pada hakikatnya, ilmu adalah salah satu sifat Allah. Segala pengetahuan yang diperoleh manusia merupakan anugerah-Nya. Ilmu Allah tidak terbatas, manusia hanya memperoleh sedikit daripadanya. Sedalam apapun pengetahuan manusia mengenai sesuatu, ia tetap saja terbatas karena keterbatasan pikiran dan potensi yang ada dalam jiwanya.  Ilmu pengetahuan itu akan tumbuh dan berkembang dalam diri manusia melalui pengalaman empiris, rasional, dan ilham yang masuk melalui indera, baik zahir, batin, maupun kalbu. Dengan kata lain, indra merupakan bagian dari unsur kepribadian manusia yang menjembatani masuknya ilmu pengetahuan ke dalam diri, sehingga ilmu tersebut menjadi internal kepribadian manusia. Tidak hanya itu, indera juga dapat membangun karakter.
Allah memerintahkan kepada golongan jin dan manusia untuk menembus (melintasi) langit dan bumi tetapi mereka tidak mampu kecuali dengan kekuatan. Dalam ayat diatas Allah menantang jin dan manusia, jika mampu menembus langit. Yang mana manusia dan jin tidak mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (ilmu pengetahuan).

B.     SARAN
Demikianlah makalah ini penyusun sajikan, semoga dapat menambah wawasan kita semua. Dan apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, mohon maaf yang sebesar besarnya. Kami bersedia menampung kritik dan saran dari pembaca guna kemajuan yang lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA

Hamka. 2000. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII. Jakarta: IKAPI.
Imam Al-Qurthubi, Syaikh. 2009. Tafsir Al Quthubi. Jakarta: Pustaka Azam.
M. Yusuf, Kadar. 2013. Tafsir Tarbawi: Pesan-pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan. Jakarta: Amzah.
Munir, Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
Musthafa Al-Maraghi, Ahmad.  1989. Tafsir Al-Maraghi juz XXVII. Semarang: Toha putra.
Quraish Shihab, M. 2012. Al-Lubab: makna, tujuan, dan pelajaran dari surah Al Qur’an. Tangerang: Lentera Hati.
_______________. 2005. Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan, dan keserasian Al Qur’an juz 13. Tangerang: Lentera Hati.




                                                                                                                                             
BIODATA PENULIS

NAMA           : Laelatul Khamidah
NIM                : 2021216016
TTL                 : Batang, 12-11-1994
ALAMAT      : Cepagan Rt/Rw 10/03 Warungasem Batang
PEKERJAAN : Mengajar di TK TUNAS CERIA
RIWAYAT PENDIDIKAN :
Ø  TK TUNAS CERIA
Ø  SD N 01 CEPAGAN
Ø  SMP N 1 WARUNGASEM
Ø  MA FUTUHIYYAH 2 MRANGGEN
                                                                                                            





[1] Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi: Pesan-pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 16-17.
[2] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 79-80.
[3]Kadar M. Yusuf, op.cit., hlm. 29.
[4] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII, (Jakarta: IKAPI, 2000), hlm. 197.
[5] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan, dan keserasian Al Qur’an juz 13, (Tangerang: Lentera Hati, 2005), hlm. 518-519.
[6] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi juz XXVII, (Semarang: Toha putra, 1989), hlm. 206-207.
[7] Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al Quthubi, (Jakarta: Pustaka Azam, 2009), hlm. 553-555.
[8]M. Quraish Shihab, Al-Lubab: makna, tujuan, dan pelajaran dari surah Al Qur’an, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm.138.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar