Laman

Senin, 03 September 2018

TT A A3 HIKMAH ADALAH ANUGRAH ALLAH SWT QS. AL-BAQARAH 2: 269

HIKMAH  ADALAH  ANUGRAH  ALLAH  SWT
QS. AL-BAQARAH  2:269
Fadhil Muhamad Mukhtar
(2117016)
Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2018







KATA PENGANTAR

          Alhamdullilah, puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala nikmat dan karunia-Nya sehinggamakalah yang bertema “Hikmah adalah anugrah Allah swt.” (Qs. Al-baqarah 2:269 )” ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada sebaik-baik manusia, nabi Muhammad saw. Keluarganya dan sahabatnya. Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena  itu  penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa robbal ‘alamin.

                                                                                 Pekalongan, 5 september 2018


               Penulis                                                                              












DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................
BAB I PEMBAHASAN
A. Hakikat Ilmu Hikmah............................................................................
B. Dalil Ahli Ilmu Hikmah Anugrah besar dari Allah SWT..........................
C. Ilmu Hikmah Sebagai Filsafat................................................................
BAB II PENUTUP.....................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................
B. Daftar Pustaka......................................................................................
C. Biodata Penulis.....................................................................................

















BAB I
PEMBAHASAN
3. HIKMAH ANUGRAH TUHAN
A. Hakikat ilmu hikmah
    1. Pengertian Ilmu
           Ilmu adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan manusia serba membutuhkan ilmu. Islam adala agama yang sempurna yang berlandaskan dengan Al-Qur’an dan Hadits, islam sangat menekankan tentang kewajiban menutut ilmu. Begitu pentingnya ilmu bagi manusia, orang yang memiliki ilmu derajatnya dibedakan dengan orang yang tidak memiliki ilmu. Ilmu merupakan kunci dari kebahagiaan dunia dan akhira, jika manusia ingin mendapatkan keridhoan Allah maka manusia harus beribadah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya itu juga harus menggunakan ilmu. Islam memerintahkan manusia menuntut ilmu tidak hanya semasa dibangku sekolah, tetapi islam mengajarkan menuntut ilmu sepanjang hayat.
           Menuntut ilmu itu harus sekuat dan semampu kita, memang benar ilmu itu adalah pemberian Allah swt, tetapi Allah akan memberikan suatu itu kepada orang yang telah layak. Maksudnya jika kita ingin diberi ilmu oleh Allah maka kita harus bersungguh-sungguh pula untuk menyiapkan diri kita, memantaskan diri kita agar diberi ilmu oleh Allah dengan cara berusaha sekuat tenaga semampu kita untuk menuntut ilmu.[1]
      2. Pengertian Hikmah                   
            Menurut pendapat Imam Ibrahim an-Nakh’ii hikmah adalah kepahaman. Imam Malik berpendapat bahwa hikmah adalah kepahaman yang mendalam tentang agama Allah. Menurut Imam Mujahid, hikmah adalah percakapan yang benar.[2]
            Salah satu sifat-sifat lain hati adalah terang dan gelapnya hati. Hati yang tidak memiliki hikmah-hikmah, baik yang praktis (‘amali) maupun yang teoritis (nazhari), maka hati tersebut adalah hati yang gelap, yang tidak tahu harus berbuat apa dan meyakini apa, tidak mengetahui mana yang hak mana yang batil. Agar hati menjadi terang, maka jalannya adalah dengan mencari hikmah.
             Keadaan lain yang diharapkan bagi hati adalah terang dan bercahayanya hati, yang dapat diperoleh melalui hikmah. Dengan demikian hati disamping harus kuat dan kokoh, hati juga harus terang dan bercahaya. Kedua kondisi tersebut penting bagi hati, mengapa? Ya, karena terkadang jalan hati itu terang dan dia dapat berjalan di bawah cahayanya, dan terkadang gelap-gulita, sehingga meskipun hati itu kuat, namun karena jalannya gelap, maka dia tetap tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.
              Seseorang yang berhias dengan hikmah amali (perilaku yang baik), mengetahui apa saja yang harus diperoleh , perbuatan apa saja yang harus dilakukan dan sifat apa saja yang harus dimiliki, maka dia sebenarnya berjalan di jalan yang terang dan penuh cahaya. Akan tetapi, apabila dia tidak memiliki hikmah praktis dan berjalan dijalan yang gelap meski akidah dan hatinya kuat, namun karena dia tidak tahu perbuatan apa saja yang harus dia lakukan dan sifat-sifat apa saja yang harus didapatkan, maka dia tidak akan sampai kemana-mana atau tidak tercapai.
              Hati akan menjadi kuat dengan pengetahuan yang pasti, benar dan datangkan keyakinan, sehingga tidak ada satu pun badai keraguan yang mampu menggoyahkan. Dengan hikmah, hati akan menemukan jalannya, jalan itu akan menjadi terang dan bercahaya baginya, sehingga tidak akan pernah tersesatdalam kegelapan. Dengan demikian, apabila seseorang telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menempuh jlan takwa, Allah akan memberinya cahaya yang dapat menerangi jalannya. Imam Ali as berkata “Terangilah hatimu dengan hikmah, karena apabila hati telah menjadi terang, maka dia akan dengan mudah menemukan jalannya” karena hikmah yang menyebabkan perilaku manusia menjadi benar.[3]

 B. Dalil Ahli Ilmu Hikmah Anugrah besar dari Allah SWT.

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ(14)
Artinya: Allah menganugrahkan hikmah kebijaksanaan kepada siapa yang dia kehendaki. Dan barang siapa dianugrahi hikmah kebijaksanaan, berrti dia telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakal yang dapat mengambil pelajaran.(Qs. Al-baqarah 2:269)
Allah memberikan ilmu yang berguna yang bisa membangkitkan kemauan kepada hamba-hambaNya yang dikehendaki-Nya, sehingga ia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, lalu dengan mudah dapat membedakan antara ilham yang datang dari Allah dan bisikan setan
Penangkapan ilmu ialah akal, yang menangkap pengertian berdasarkan dalil-dalil dan memahaminya dengan sebenarnya. Dan siapa yang diberi pengetahuan seperti ini, niscaya mampu membedakan antara janji tuhan dan janji setan, mampu memegang teguh janji Allah dan melemparkan janji setan.
Abdullah bin Abbas menafsirkan kata “hikmah” dalam ayat ini dengan arti memahami al qur’an. Jadi “hikmah” itu berarti mengetahui dan memahami ayat infaq, faedahnya serta aturan mengeluarkannya seperti termaktub pada al qur’an, tentu ia akan mengingkari janji setan yang menjanjikan kefakiran dan menyuruh kikir, sehingga dia tidak terpengaruh untuk berbuat tidak berderma dan berinfak.
Ayat ini memberikan pengertian “hikmah” lebih luas dari kata itu sendiri sehari harinya dan memberikan bimbingan untuk mempergunakan akal sebagai karunia yang paling mulia kepada manusia dengan cara yang benar.
Baarangsiapa yang diberi oleh Allah ilmu yang berguna dan diberi petunjuk cara menggunakan akal serta menempuh arah yang benar, maka orang ini berarti mendapatkan petunjuk dan kebaikan didunia dan akhirat. Karena itu ia dapat menggunakan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, seperti penglihatan, pendengaran, hati dan pikirannya secara berdaya guna dan menyiapkan untuk kesenangannya yang benar, lalu berserah diri kepada Allah, tuhan penciptanya, karena dialah dzat segala sesuatu dan kepadaNyalah semuanya akan berakhir. Dia tidak mau menerima bisikan bisikan setan dan mengotori dirinya sendiri dengan berbuat dosa. Dia percaya segala sesuatunya berjalan menurut ketentuan dan takdir Allah. Dengan pikiran serta perasaan seperti ini hatinya lapang dan perasaanya tenang serta penuh dengan kedamaian mengarungi malam dan siang.
Tidak akan meresapkan, mempercayai nasihat ilmu dan menundukkan kemajuannya kepada kehendak Allah, kecuali orang yang berpikir sehat dan senantiasa mengikuti kebenaran, sehingga dapat mengetahui mana yang baik dan beruntung serta menyelamatkan didunia ini sampai ia mati dan hidup diakhirat dengan pahala yang baik.[4]

C. Ilmu hikmah sebagai filsafat
          Dalam sistem filsafat hikmah, metode rasional-filosofis tidak bisa berdiri secara terpisah dari metode penyucian hati dan begitu pula sebaliknya, keduanya saling membutuhkan, sedemikian sehingga bila yang satu berjalan tanpa yang lain maka kerancuan dan kesesatan akan terjadi filsafat hikmah merupakan atas pesan-pesan al quran dan sunnah. Dalam banyak kesempatan, sangat berbangga karena dapat merumuskan sistem filosofis yang sepenuhnya berpijak  atas dasar teks al qur’an dan sunah. Filsafat hikmah tidak mengajak orang untuk sekedar berwacana, tetapi bergerak secara langsung dalam kerangka ajaran-ajaran islam yang bercirikan hikmah. Berdasarkan prinsip-prinsip filsafat hikmah, kita dapat menghayati teks-teks suci, khususnya yang berbicara tentang hal hal gaib, dalam bentuk yang lebih mendalam.
          Allah membukakan samudra kebijaksanaan kepada siapa saja yang menginginkannya. Hakikat dari pengetahuan diri sebetulnya sudah ada dalam inti semua makhluk. Tetapi, hanya sang pencari sejatilah yang mampu menyelami kedalam samudera untuk memperoleh mutiara ilmu dan kebijaksanaan (hikmah).[5]

























BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ilmu Hikmah pada manusia sangatlah penting kaerena jika seseorang berhias dengan ilmu hikmah akan mengetahui apa yang harus diperoleh, perbuatan apa saja yang harus dilakukan dan sifat apa saja yang harus dimiliki, maka dia sebenarnya sedang berjalan di jalan yang terang dan penuh cahaya. Akan tetapi, apabila dia tidak dimiliki ilmu hilmah dan berjalan di jalan yang gelap, maka mesti akidah dan hatinya kuat, namun karena dia tidak tahu perbuatan apa saja yang harus dia lakukan dan sifat-sifat apa saja yang harus didapatkan, maka dia tidak akan sampai tujuan.

















B. Daftar Pustaka
Suryani, Hadis Tarbawi analisis pedagogis hadis-hadis nabi (Yogyakarta:Teras,2012).
Abidin Danial Zainal, Al-Qur’an For Life Excellence (Jakarta:PT.Mizan Publika,2008).
Yazdi Muhammad Taqi Misbah, 22 Nasihat Abadi Penghalus Budi (Jakarta:Citra,2012)
Al-Maraghi Ahmad Mustafa, Tarjamah Tafsir Al-Maraghi (Bandung:Cv.Rosda).
Haeri Fadhlullah, Jiwa Al-Qur’an (Jakarta:PT.Serambi Ilmu Semesta,2001).


 
















C. Biodata Penulis

Nama   :    Fadhil Muhamad Mukhtar
Nim     :    2117016
Prodi   :    PAI
No HP  :    082329238348

















[1] Suryani, Hadis Tarbawi analisis pedagogis hadis-hadis nabi ( Yogyakarta:teras2012) hlm,3
[2] Danial Zainal Abidin, Al-Qur’an For Life Excllence, (Jakarta:PT.Mizan Publika2008) hlm,28
[3] Prof. Muhammad Taqi Misbah Yazdi,22 Nasihat Abadi Penghalus Budi (Jakarta:Citra2012) hlm,53-54
[4]  Akhmad Mustafa al-Maraghi, Tarjamah Tafsir Al-Maraghi (Bandung:Cv.Rosda,1989) hlm,49-50
[5]  Fadhlullah Haeri, Jiwa Al-Qur’an (Jakarta:PT.Serambi Ilmu Semesta,2001)hlm,186

Tidak ada komentar:

Posting Komentar