Laman

Rabu, 26 September 2018

TT B D2 KEWAJIBAN BELAJAR SPESIFIK "BELAJAR ILMU PROFESIONAL"


KEWAJIBAN BELAJAR SPESIFIK
"BELAJAR  ILMU PROFESIONAL"
Q.S A;-ANKABUT AYAT 19
Nur Laela
NIM. (2117096)
KELAS  B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018



KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menuntut Ilmu Profesional Q.S. A;-Ankabut ayat 19”. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabatnya, keluarganya, serta segala umat-Nya hingga yaumil akhir.
Makalah ini disusun guna menambah wawasan pengetahuan yang membahas tentang masalah yang menjadi pokok bahasan. Makalah ini disajikan sebagai bahan materi dalam diskusi mata kuliah Tafsir Tarbawi.
Terimakasih kepada Bapak Muhammad Hufron selaku dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dalam Tholabul ilmi, yang senantiasa kami nanti-nantikan petuah-petuahnya.
Penulis telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, meskipun tidak komprehensif. Penulis menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari beberapa referensi mengenai materi tersebut. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan dan pembahasannya, maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.
                                                      Pekalongan, 26  September 2018


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Banyak manusia di dunia ini yang mengingkari Allah dan mengingkari semua ciptaa-Nya.Padahal manusia setiap hari telah melihat panorama semesta dan fenomena-fenomena yang selalu ada dan pernah hilang dari pandangannya.Namun keseriusannya telah hilang karena sudah biasa melihatnya dan juga karena sering terulang.
Al-Qur’an mengembalikan perhatian mereka kepada keagungan dan tanda-tanda kekuasaan Allah yang sangat mengagumkan itu.Yaitu melalui dalil-dalil, serta bukti wujud yang dapat dilihat dan dirasakan oleh perasaan.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk mempelajari tafsir surat Al Ankabut:19. Pada ayat 19,  manusia disuruh merenungkan segala yang terjadi di alam semesta ini, mulai dari permulaan penciptaan sampai penciptaan tersebut terulang-ulang. Al-Qur’an menjadikan alam semesta sebagai media pemaparan ayat-ayat keimanan dan petunjuknya., mengajak manusia untuk berjalan di bumi dan memperhatikan ciptaan Allah dan tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam ciptaan-Nya, baik dalam benda mati maupun makhluk hidup. Sehingga mereka memahami Zat yang telah menciptakan semua itu akan dengan mudah mengulang ciptaan-Nya tanpa kesulitan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian Menuntut Ilmu ?
2.      Bagaimana penjelasan dalil tentan Qq,s Al-Ankabut Ayat 19 ?
3.      Bagaimana Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari ?
4.      Bagaimana Aspek dalam Tafsir Tarbawi ?
C.     Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Menuntut Ilmu
2.      Untuk Mengetahui Penjelasan Q.S Al-Ankabut Ayat 10
3.      Untuk Mengetahui Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari
4.      Untuk Mengetahui Aspek Dalam Tafsir Tarbawi
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah Suatu kewajiban sekalipun di mana saja dan dalam keadaan bagaimanapun pula, tidak ada alasan seorang meninggalkan ilmu atau tidak mencarinya. Dari bebrapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa makns menuntut/mencari ilmu sekalipun di nrgeri cina adalah sekalipun jauh dari tempat tinggal , sekalipun menderita dan sulit.
Pertama. dari sudut sejarah, baginda adalah pedagang antar bangsa, beliau waktu usia muda pernah dua kali melihat minimal pergi ke syam sebagai kota perdagangan. Di kota itu sudah ada kebudayaan romawi dan tentu saja sudah berinteraksi dengan budaya lain. Jadi, tidak mestahil dalam perjalanan itu baginda mendengar tentang peradaban negeri Cina yang tinggi.
Kedua, Apa yang di sampaikan oleh Rosulullah SAW. Tidaklah berhenti pada pengetahuan beliau saja, tetapi ada unsur wahyu Allah yang berperan. Jika kemungkinan ini di ambil dan hal ini sangatlah mungkin, maka unsur kejanggalan matan hadis ini tidak muncul lagi.
1.      ADAB MENUNTUT ILMU
     Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk   mengubah perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan kepada kebenaran dan meninggalkan segala kemaksiatan.
  Banyak diantara kita terlalu buru-buru fokus pada suatu ilmu terlebih dahulu, sebelum paham mengenai adab-adab dalam menuntut ilmu. Padahal barang siapa orang yang menimba ilmu karena semata-mata hanya ingin mendapatkan ilmu tersebut, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat baginya, namun barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikitpun akan sangat bermanfaat baginya.
Karena ILMU itu adalah prasyarat untuksebuah AMAL, maka ADAB adalah hal yang paling didahulukan sebelum ILMU. ADAB adalah pembuka pintu ilmu bagi yang ingin mencarinya.
Adab menuntut ilmu adalah tata krama (etika) yang dipegang oleh para penuntut ilmu, sehingga terjadi pola harmonis baik secara vertikal, antara dirinya sendiri dengan Sang Maha Pemilik Ilmu, maupun secara horisontal, antara dirinya sendiri dengan para guru yang menyampaikan ilmu, maupun dengan ilmu dan sumber ilmu itu sendiri.[1]
B.     Penjelasan Dalil Q.S Al-Ankabut Ayat 19
                                                         
اولم يروا كيف يبدئ الله الخلق ثم يعيده ان ذلك على الله يسير (19)

Artinya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(19) (Q.S Al-Ankabut/29:19):
Ibrahim kekasih Ar-Rahmanmr=engisyaratkan kaumnya kepada penetapan pembangkitan kembali  yang mereka ingkari dengan apa yang mereka saksikan pada diri mereka sendiri, seperti penciptaan mereka dari sebelumnya tidak ada sama sekali, pemberian pendengaran, penglihatan dan hati kepala mereka, berbuatnya mereka di dalam kehidupan hingga waktu tertentu, kemudian kematian mereka sesudah itu. Tuhan yang memulai semua ini kuasa untuk mengembalikannya, bahkan pengembalian itu lebih mudah bagi-nya.
Ayat ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari nasihat Nabi Ibrahim kepada kaumnya, setelah beliau melihat tanda-tanda penolakan mereka. Ayat ini merupakan jawaban atas keraguan orang musyrik terhadap hari kebangkitan.
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan bahwa disini Allah berfrman : Dan apakah mereka lengah sehingga tidak memperhatikan bagaimana Allah senantiasa memulai penciptaan semua makhluk termasuk manusia. Setelah Allah menciptakan mereka kemudian dia mengulanginya kembali. Sesungguhnya yang demikian itu yakni penciptaan dan pengulangannya bagi Allah semata-mata dan khusus bagi-Nya adalah mudah. Jika demikian, bagaimana mereka mengingkari pengembalian manusia hidup kembali kelak di hari Kemudian ?.
Kata (يروا) terambil dari kata (رأى) yang dapat berarti melihat dengan mata kepala atau mata hati/memikirkan atau memperhatikan, maka jawaban dari keraguan atas hari kebangkitan tersebut jawabannya adalah melihat, memperhatikan dan merenungkan tentang penciptaan. Hal ini erat sekali kaitannya dengan ayat selanjutnya.
Dalam kitab Zaad al-maysir fi al-ilmi al-tafsir, Imam al Jauzi di dalam menafsiri firman Allah قل سيروا في الارضmenjelaskan :
اي انظروا إلى المخلوقات التي في الارض وابحثوا عنها هل تجدون لها خالقا
 غيرالله فاذا علموا انه لا خالق لهم سواه لزمتهم الحجة في الاعادة
Artinya : Lihatlah kepada makhluk-makhluk yang ada di bumi dan telitilah tentang mereka. Apakah kalian menemukan pencipta mereka selain Allah. Dan apabila mereka telah tahu bahwa tidak ada pencipta selain Allah maka dalil tentang kebangkitan menjadi jelas.
Dari penjelasan ini, maka Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad bahwa : Katakanlah kepada mereka : Kalau kamu belum juga mempercayai keterangan-keterangan di atas antara lain yang disampaikan oleh leluhur kamu dan bapak para nabi yakni Ibrahim, maka berjalanlah dimuka bumi kemana saja kaki kamu melangkah, lalu dengan segera walau baru beberapa langkah, perhatikanlah bagaimana allah memulai penciptaan makhluk yang beraneka ragam – manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya – kemudian Allah menjadikannya di kali lain setelah penciptaan pertama kali itu. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.[2]
1.      Tafsir Ibnu Al-Azhar
“ Dan apakah tidak mereka perhatikan bahwa bagaimana Allah memulai penciptaan.” (pangkal ayat  19) Allah tidak lah kan dapat di lihat dengan mata. Untuk meyakinkan adanya Allah, hendaknya perhatikan alam yang di ciptakan oleh Allah. Dalam ayat yang tengah kita renungi ini terdapatlah panggi;an kepada manusia yang selama ini kurang memperhatikan.
   Bahkan tidak teguh kepercayaanyatentang yang maha kuasa atau kalaupun ada kepercayaanya bahwa Tuhan itu ada, tidak di perhatikanya bagaimana caranya sebagai kita sebagai Insan yang menghubungi Khaliq itu. Untuk mencari Allah perhatikanlah alam.
 Di awal ayat ini kita di anjurkan bagaimana Allah memulai penciptaan. Banyak terdapat permulaan penciptaan ilahi yang sangat hebat dan ajaib, yang mustahil begitu teratur dan mengagumkan kalau dia terjadi sendirinya.
2.      Tafsir Al-Qhurtubi
      Allah juga menciptakan manusia kemudaian mematikanya setelah memberikan anak dan keturunan kepadanya dan dari anak tersebut kemudian lahirlah anak yang lain. Demikian juga dngan binatang yang yang ada di permukaan bumi ini, kita dapat saksikan bagaimana Allah swt menciptakan segala macam jenis binatang.
      Mereka hidup dan berkembang biak hingga akhirnya mati dan di lanjutkan oleh keturunan berikutnya. Hal ini berlangsung terus menerus sampai Hari Kiamat. Semua ini menunjukan bahwa betapa Allah Maha Kuasa atas segalanya.[3]
C.     Aplikasi Dalam Kehidupan
a.       Hendaknya perhatikan alam yang di ciptakan oleh Allah
b.      Selalu mencari ilmu di manapun dan bagaimanapun keadaanya
c.       Mensyukuri atas apa yang telah Allah ciptakan untuk kita
D.    Aspek Tarbawi
1.      Mencari atau menubtut ilmu adalah suatu kewajiban di mana saja dan bagaimanapun keadaanya pula, tidak ada alasan seorang untuk meninggalkan ilmu.[4][5]
2.      Kita harus memperhatikan bagaimana Allah menciptakan diri mereka sendiri dari tiada sampai menjadi manusiayang sempurna lengkap dengan paca inderanya.
3.      Kita harus mengetahui bagaimana Allah menciptakan beraneka ragam dari yang bernyawa sampai yang tidak bernyawa, di atas bumi maupun di tas angkasa.










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Manusia disuruh merenungkan segala yang terjadi di alam semesta ini, mulai dari permulaan penciptaan sampai penciptaan tersebut terulang-ulang. Dalam ciptaan Allah tidak ada sesuatu yang sulit bagi-Nya. Mencari ilmu merupakan suatu kewajiban di mana saja dan dlam keadaan bagaimanapun, tidak ada alasan seorang meninggalkan ilmu atau tidak mencarinya.
Dari beberapa pendapat yang di simpulkan bahwa bahwa makna mencari ilmu seklaipun di negeri Cina adalah sekalipun jauh dari tempat tinggal, sekalipun menderita dan sulit, sekalipun datang dari non muslim atau sekalipun di negeri minoritas muslim yang sudah maju. Seperti dalam bahwa “ Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina”.
B.     Saran
1.      Sebaiknya lebih bisa mengenali berbagai macam perubahan yang terjadi dalam lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi kualitas peserta did    
2.      Sebaiknya selalu mampu mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sosial sehingga dapat mengenali berbagai macam hal yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik seiring dengan berkembangnya  zaman.
3.       Sebaiknya mampu meningkatkan pengetahuan yang mendukung perubahan positif  dalam proses pendidikan






DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid.2012. Hadist Tarbawi, Jakarta: kencana prenada group.
Ahmad Mustafa Al Maragi. 1986. Terjemah Tafsir Al Maraghi juz 20. Semaramg: PT Karya Toha.
Salim Bahreisy .1990. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir. Surabaya: Bima Ilmu.

Hamka. 1978. Tafsir Al-Azhar. Surabaya: Bina Ilmu offset.

Bahrun Abu Bakar. 2010. Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul Jilid II. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010.
















LAMPIRAN

Hasil gambar untuk terjemah tafsir al-maraghi 20              Hasil gambar untuk kitab tafsir al azhar 20 oleh hamka

Hasil gambar untuk terjemah tafsir ibnu katsir karya salim                   Hasil gambar untuk hadis tarbawi karya abdul majid


                                                                            BIODATA PENULIS

Nama                                       :           Nur Laella
Tempat, Tanggal Lahir            :           Tegal, 04 November 1998
Alamat                                    :           Jl. Jangkar Rt. 05 Rw. 03 No. 47
Desa Suradadi Kec. Suradadi Kab. Tegal
Riwayat Hidup                       :           -. MI NU 02 Suradadi-Tegal
- MTs Al-Fatah Suradadi-Tegal
- SMK Diponegoro Lebaksiu-Tegal
Motto Hidup                           :“ Bermimpi;ah semaumu Dan Kejarlah mimpi itu ,   MAN JADDA WA JADDA”











[1]  Abdul Majid, Hadist Tarbawi, (jakarta: kencana prenada group, 2012), hlm.143-144
[2]Ahmad Mustafa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al Maraghi juz 20, (Semaramg: PT Karya Toha, 1986), hlm. 220
[3]Salim Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: Bima Ilmu, 1990), hlm. 200-201.
[4]Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Surabay: Bina Ilmu offset, 1978), hlm. 202-205
[5]Bahrun Abu Bakar, Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul Jilid II, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hlm. 426

Tidak ada komentar:

Posting Komentar