Laman

Senin, 03 September 2018

TT C A1 KESAKSIAN ALLAH (QS. ALI IMRAN AYAT 18)


KESAKSIAN ALLAH
(QS. ALI IMRAN AYAT 18)

 MAHARANI RAHMAWATI 
( 211700)

Kelas : C

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KESAKSIAN ALLAH SWT” ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, beserta semua keluarganya dan para sahabatnya serta para pengikutnya sampai akhir zaman. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Tafsir Tarbawi.
            Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam meyelesaikan makalah ini, khususnya Bapak Muhammad Hufron M.S.I, selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan tugas dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Penyusun telah berusaha menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Namun, apabila dalam makalah ini didapati kekurangan dan kesalahan, baik dalam pengetikan maupun isinya, maka penyusun dengan senang hati menerima saran dan kritik dari pembaca guna penyempurnaan penulisan berikutnya. Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah keilmuan mahasiswa. Amiin yaa robbal ‘alamin.
               

Pekalongan,   Agustus 2018


Penulis



DAFTAR ISI

Kata pengantar .................................................................................i
Dafar isi ...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah ..............................................................1
B.     Rumusan Masalah .......................................................................1
C.     Tujuan .........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Teori ilmu pengetahuan dan sains........................................................................2
B.     Dalil orang berilmu dalam kesaksian Allah SWT...........................................4
C.     Kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan...........................................5
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ...........................................................................................................10
Daftar Pustaka








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
        Ilmu merupakan pengetahuan, sedangkan pengetahuan merupakan informasi yang didapatkan dari segala sesuatu yang diketahui manusia. Itulah bedanya dengan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan pengetahuan yang berupa informasi yang dialami sehingga menguasai pengetahuan tersebut yang menjadi suatu ilmu.
        Di kalangan masyarakat dari dulu sampai sekarang ini, dari siswa sampai mahasiswa hampir tiap harinya pergi ke sekolah, ke kampus atau ketempat lainnya untuk menuntut ilmu,dan untuk menambah pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan lebih penting dibandingkan apapun.
         Ilmu pengetahuan berfungsi sebagai cahaya yang menerangi setiap orang. Dengan ilmu pengetahuan, jalan hidup ini akan menjadi terang. Sebaliknya tanpa ilmu, orang akan merasa hidup ini dalam keadaan gelap gulita. Oleh krena itu, orang dapat saja tersesat apabila tidak memiliki ilmu pengetahuan yang memadai.
        Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengatahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialis-spesialis misalnya seperti sains.
        Sains sendiri merupakan ilmu pengetahuan manusia yang membahas tentang alam, yang sudah di teliti oleh para ahli sains dengan menggunakan langkah-langkah observasi, perumusan masalah, menyusun hipotesis, menguji hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.
        Surat Ali-Imran ayat 18 menjelaskan tentang kesaksian Allah SWT yang artinya:  Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah) melainkan Dia (yang berhak disembah). Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
        Kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sangat tinggi dibanding dengan yang lainnya, Ilmu pengetahuan berfungsi sebagai cahaya yang menerangi setiap orang. Dengan ilmu pengetahuan, jalan hidup ini akan menjadi terang. Sebaliknya tanpa ilmu, orang akan merasa hidup ini dalam keadaan gelap gulita. Oleh karena itu, orang dapat saja tersesat apabila tidak memiliki ilmu pengetahuan yang memadai
B.     Rumusuan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah:
1.      Apa teori ilmu pengetahuan dan sains?
2.      Apa dalil orang berilmu dalam kesaksian Allah SWT?
3.      Bagaimana kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui tentang teori ilmu pengetahuan dan sains.
2.      Untuk mengetahui dalil orang berilmu dalam kesaksian Allah SWT.
3.      Untuk mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan.





















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori ilmu pengetahuan dan sains
Ø   Ilmu Pengetahuan
      Kata ilmu secara bahasa berarti kejelasan. Oleh karena itu, segala bentuk yang berasal dari akar kata tersebut selalu merujuk pada kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuk dan derivasinya terulang sebanyak 854 kali di dalam al-Qur’an. Kata tersebut biasanya digunakan untuk menunjukkan proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan sekaligus. Dalam pandangan al-Qur’an ilmu adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya.[1]
      Dalam kamus bahasa Indonesia ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu dibidang pengetahuan.[2]
      Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat tahun 728 H) mengatakan, “Ilmu adalah apa yang dibangun di atas dalil, dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibawa oleh Rasulullah. Terkadang ada ilmu yang tidak berasal dari Rasulullah namun dalam urusan duniawi, seperti ilmu kedokteran, ilmu hitung, ilmu pertanian, dan ilmu perdangan.[3]
      Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, sehingga setiap ilmu sudah barang tentu adalah pengetahuan, dan sebaliknya setiap pengetahuan belum tentu ilmu. Pengetahuan yang bukan ilmu itu antara lain yaitu seni dan humaniora, tetapi ada juga seni yang sekaligus juga ilmu, seperti ilmu administrasi dan lainnya.[4]
      Sedangkan pengertian pengetahuan (knowledge) adalah salah satu perlengkapan dasar manusia di dalam menempuh kehidupan ini. Ternyata kepribadian manusia itu sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pengetahuan yang diperolehnya.[5]
      Pengertian ilmu pengetahuan sendiri adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu.[6]
      Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun akhirat. Sehubungan dengan itu, Allah SWT mengajarkan kepada Adam dan semua keturunannya agar menuntut ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan itu, manusia dapat melaksanakan tugasnya dalam kehidupan ini, baik tugas khilafah maupun tugas ubudiah. Oleh karena itu, Rasulullah menyuruh, menganjurkan, dan memotivasi umatnya agar menuntut ilmu pengetahuan.[7]
      Berbicara tentang ilmu pengetahuan dalam hubungannya dengan al-Qur’an, ada persepsi bahwa al-Qur’an itu adalah kitab ilmu pengetahuan. Persepsi ini muncul atas dasar isyarat-isyarat al-Qur’an yang berkaitannya dengan ilmu pengetahuan. Dari isyarat tersebut sebagian para ahli berupaya membuktikannya dan ternyata mendapatkan hasil yang sesuai dengan isyaratnya, sehingga memperkuat persepsi tersebut.
      Dalam hal ini maka hubungan al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan tidaklah hanya sekedar diukur dengan banyaknya ditemukan ilmu pengetahuan yang berasal dari penyimpulan ayat, bukan pula dengan menunjukkan kebenaran teori ilmiah terhadap isyarat ayat. Akan tetapi pembahasan tersebut hendaknya diletakkan pada proporsi yang lebuh tepat sesuai dengan kemurnian dan kesucian al-Qur’an.[8]
      Dalam pandangan al-Qur’an manusia mempunyai potensi untuk meraih ilmu pengetahuan serta mengembangkannya. Oleh karena itu banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk menempuh berbagai cara untuk terwujudnya haal tersebut.
      Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa ilmu terdiri dari dua macam, pertama adalah ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia yang dinamai dengan ‘ilmu laduni. Sedangkan yang kedua adalah ilmu yang diperoleh manusia karena ushanya, ilmu ini dinamai ‘ilmu kasbi.
      Terhadap yang kedua ini al-Qur’an lebih banyak isyaratnya dari pada yang pertama. Pembagian ini berangkat dari pandangan al-Qur’an bahwa ada hal-hal yang “ada” tetapi tidak dapat diketahui melalui upaya manusia itu sendiri, karena dalam alam wujud ini terdapat “wujud” yang tidak dapat dijangkau oleh indera.[9]
Ø  Sains
Sains adalah produk manusia seperti halnya musik, film, lukisan, patung, bangunan, dan banyak lagi lainnya. Begitu mendengar alunan suara musik, seseorang dapat langsung mengenali apakah ia tipe musik keroncong, dangdut, pop, jaz, rock, klasik, atau yang lainnya. Demikian pula jika melihat film, lukisan, patung, atau bangunan, orang juga dapat segera mengidentifikasi tipe apa objek yang dilihatnya. Bahkan orang dapat mengenali lebih jauh, misalkan musik pop yang didengarnya kategori menghibur, indah dan mendidik atau murahan, sekedar bunyi, cengeng dan seronok.[10]
Menurut kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-Garis Besar Program Pendidikan (GBPP) dinyatakan:
Sains merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan serta gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam yang ada disekitar, dimana hal ini dapat diperoleh dari pengalaman melalui dan serangkaian proses kegiatan ilmiah anatara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.[11]
Sains, menurut Baiquni adalah himpunan pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar, melalui penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data pengukuran yang diperoleh dari observasi pada gejala-gajala alam.[12]
Secara umum sains dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, menyusun hipotesis, menguji hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat pula dikatakan bahwa hakikat sains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasr sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep prinsip dan teori yang berlaku secara universal.
Tujuan pemberian mata pelajaran sains menurut Sumaji dan pengembangan adalah agar siswa mampu memahami dan mengusai konsep sains serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan strategi pembelajaran ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan Penciptanya.[13]
B.     Dalil Orang Berilmu dalam Kesaksian Allah SWT
           
لْحَكِيمُا لْعَزِيزُا هُوَ لاَّإِ لَهَ إِ لاَ بِالْقِسْطِ قَآئِمَاً لْعِلْمِا لُواْوَأُوْ الْمَلاَئِكَةُوَ هُوَ إِلاَّ إِلَهَ لاَ أَنَّهُ  اللّهُ شَهِدَ
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah) melainkan Dia (yang berhak disembah). Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ali-Imran: 18).
      Tafsir ayat pada surat Ali-Imran: 18 ini adalah persaksian paling mulia yang bersumber dari Raja Yang Maha agung, dan dari malaikat serta orang-orang yang berilmu, atas suatu perkara yang paling mulia yang disaksikan yaitu pengesaan Allah dan penegakkanNya akan keadilan. Itu semua mengandung persaksian atas seluruh syariat dan seluruh hukum-hukum pembalasan, karena syariat dan ajaran itu dasar dan pondasinya adalah tauhidallah dan pengesaanNya dengan ibadah dan pengakuan akan keesaanNya dalam sifat-sifat keagungan, kesombongan, kebesaran, keperkasaan, kekuasaan dan kemuliaan, juga dengan sifat kedermawanan, kebajikan, kasih saying, perbuatan baik, keindahan, dan dengan kesempurnaanNya yang mutlak yang tidak dapat dihitung oleh seorang pun dari makhluk untuk meliputi sedikit pun darinya atau mereka mencapainya atau mereka sampai kepada sanjungan atasNya. Dan ibadah-ibadah yang syar’I dan muamalah serta hal-hal yang mengikutinya, perintah maupun larangan, semua itu adalah keadilan yang tidak adakezhaliman padanya, tidak ada kesewenangan-wenangan dalam keadaan apa pun, sebaliknya semua itu berada pada puncak dari hikmah dan kepastian, serta balasan terhadap amalan-amalan shalih maupun buruk, semua itu adalah keadilan.[14]
C.     Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Kehidupan
Ilmu pengetahuan berfungsi sebagai cahaya yang menerangi setiap orang. Dengan ilmu pengetahuan, jalan hidup ini akan menjadi terang. Sebaliknya tanpa ilmu, orang akan merasa hidup ini dalam keadaan gelap gulita. Oleh krena itu, orang dapat saja tersesat apabila tidak memiliki ilmu pengetahuan yang memadai.[15]
Sehubungan dengan kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia, Al-Ghazali mengemukakan ucapan Umar bin Al-Khaththab, “Wafatnya 1000 abid (ahli ibadah) yang beribadah malam dan berpuasa siang, lebih ringan dari pada meninggalnya satu orang berilmu yang tahu halal dan haram.” Tahu halal dan haram yang dimaksudkan di sini  bukanlah sekedar tahu tanpa amal, melainkan mengamalkannya, dengan cara mencari yang halal dan menjauhi yang haram. Sebab pada hakikatnya, orang yang tahu itu adalah orang yang mengamalkan ilmunya.
Al-Ghazali menulis bahwa Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi Sulaiman bin Nabi Dawud telah disurh memilih antara  ilmu, harta, dan kerajaan. Ia memilih ilmu. Lalu, ia dianugerahi harta dan kerajaan bersama dengan ilmu. Dengan ilmu, seseorang dapat memiliki harta yang banyak dan dapat pula melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehingga mendapat kepercayaan untuk menjadi pemimpin. Jadi, ilmulah sebenarnya yang paling penting.
Sehubungan dengan perbandingan ilmu dengan harta, Ali bin Abi Thalib berkata, “Ilmu lebih baik dari pada harta. Ilmu dapat menjagamu, sedangkan harta, engkaulah yang menjaganya. Ilmu berkuasa, sedangkan harta dikuasai. Harta itu berkurang apabila di belanjakan, sedangkan ilmu itu bertambah apabila disiarkan. Orang berilmu lebih utama dari pada orang yang hanya berpuasa, shalat, dan berjihad. Apabila seorang berilmu meninggal, terdapatlah suatu lowongan dalam Islam yang hanya dapat diisi oleh penggantinya.”
Ungkapan Ali di atas menunjukkan keutamaan dan kedudukan ilmu dalam kehidupan manusia yang sudah tidak perlu diragukan lagi. Baik ayat, hadis, maupun fenomena alam telah menjelaskan hal itu. Oleh sebab itu, seharusnya umat Islam berusaha keras untuk mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya, baik untuk kepentingan pribadi maupun sosial, baik untuk dunia maupun akhirat.[16]






























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
            Seperti yang diuraikan diatas berdasarkan surat Ali Imran ayat 18 menjelaskan tentang kesaksian Allah SWT. Yang didalamnya mencakup tentang ilmu pengetahuan, kata ilmu dengan berbagai bentuk dan derivasinya terulang sebanyak 854 kali di dalam al-Qur’an. Dalam pandangan al-Qur’an ilmu adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya.
            Setiap umat manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan manusia, jalan hidup ini akan menjadi terang. Sebaliknya tanpa ilmu, orang akan merasa hidup ini dalam keadaan gelap gulita. Oleh krena itu, orang dapat saja tersesat apabila tidak memiliki ilmu pengetahuan yang memadai.
Kedudukan ilmu pengetahuan lebih tinggi dibandingkan apapun. Sehingga banyak orang-orang yang berbondong-bondong untuk mecari ilmu pengetahuan, dengan ilmu dapat mengangkat derajat manusia. Di dalam ayat-ayat al-Qur’an pula banyak sekali ilmu-ilmu pengetahuan yang sudah dipercayai kebenaran dan kesuciannya. Sehingga Allah SWT menyuruh agar umat manusia mempelajari ilmu pengetahuan.








DAFTAR PUSTAKA
Munir, Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi mengungkap pesan al-Qur’an tentang pendidikan.
Yogyakarta : TERAS Perum POLRI Gowok
Devitra, Ivan Eldes. Ilmu dan Hakekat Ilmu Pengetahuan dalam Nilai Agama, hlm.159-160
bin Abdul Qadir Jawas, Yazid. 2016.Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga Panduan Menuntut Ilmu. Bogor : Pustaka At-Taqwa
Shafiie, Inu Kencana.2000. Al-Qur’an dan Ilmu Administrasi. Jakarta : PT Rineka Citra
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 2005. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta : PT Rineka Citra
Umar, Bukhari. 2014.  Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis. Jakarta : Amzah
Purwanto, Agus. 2008. Ayat-Ayat Semesta Sisi-sisi Al-Qur’an yang Terlupakan. Bandung : PT. Mizan Pustaka
Jamal Fakhri, Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Implikasikanya dalam Pembelajaran, Ta’dib vol.XV No.01.Edisi, Juni 2010
Muslich, Mansur. 2007. KTSP(kurikulum Tingkat satuan pendidikan) pemahaman &  pengembangan. Jakarta : bumi aksara
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’ad, Syaikh. 2016. Tafsir Al-Qur’an (1) Surat: Al-Fatihah-Ali Imran. Jakarta : Darul Haq
Umar, Bukhari. 2014. Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis. Jakarta : Amzah





                                                                   BIODATA                                                                 
Nama                                 : Maharani Rahmawati
Tempat, Tanggal lahir        : Pekalongan, 30 April 1999
Alamat                               : Desa Sampih rt:04/rw:02
                                            kec.Wonopringgo kab. Pekalongan
NIM                                  : 2117008
Prodi                                  : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas                             : Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan (FTIK)
Motto Hidup                     : Tak ada hasil yang luar biasa dengan proses yang biasa
Hobby                                : Travelling dan Menyanyi
Riwayat Pendidikan          : TK Desa Sampih
                                            SD Negeri Sampih
                                            SMP 2 Kedungwuni
                                            SMA N 1 Bojong





[1] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi mengungkap pesan al-Qur’an tentang pendidikan (Yogyakarta : TERAS Perum POLRI Gowok 2008) hlm. 80
[2] Ivan Eldes Dafrita, Ilmu dan Hakekat Ilmu Pengetahuan dalam Nilai Agama, hlm.159-160
[3] Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga Panduan Menuntut Ilmu (Bogor : Pustaka At-Taqwa, 2016) hlm. 21
[4] Inu Kencana Syafiie, Al-Qur’an dan Ilmu Administrasi (Jakarta : PT Rineka Citra, 2000) hlm. 17
[5] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an (Jakarta : PT Rineka Citra, 2005) hlm. 89-90
[6] Ivan Eldes Dafrita, Ilmu dan Hakekat Ilmu Pengetahuan dalam Nilai Agama, hlm.160
[7] Bukhari Umar, Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis (Jakarta : Amzah, 2014) hlm.5
[8] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan al-Qur’an tentang pendidikan (Yogyakarta : TERAS Perum POLRI Gowok 2008) hlm. 67-68
[9] Ibid., hlm. 83
[10] Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta Sisi-sisi Al-Qur’an yang Terlupakan (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2008) hlm.187-188
[12] Jamal Fakhri, Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Implikasikanya dalam Pembelajaran, Ta’dib vol.XV No.01.Edisi, Juni 2010
[13] Mansur muslich, KTSP(kurikulum Tingkat satuan pendidikan) pemahaman &  pengembangan (Jakarta : Bumi aksara,2007).hal :109
[14] Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’ad, Tafsir Al-Qur’an (1) Surat: Al-Fatihah-Ali Imran (Jakarta : Darul Haq, 2016) hlm. 417-418
[15] Bukhari Umar, Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis (Jakarta : Amzah, 2014) hlm.21
[16] Ibid.,hlm.23-24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar