Laman

Rabu, 26 September 2018

TT C D1 Kewajiban Belajar Spesifik "Mendalami Ilmu Agama"


Kewajiban  Belajar Spesifik
"Mendalami Ilmu Agama"
QS At-Taubah 9: 122
RISKI WATI
NIM. (2117042)
KELAS C
                                          
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018





KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan Puji Syukur senantiasa kelompok 4 panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah – Nya maka kelompok 4 dapat menyelesaikan penulisanmakalahyang berjudul “Kewajiban  Belajar “Spesifik” QS At-Taubah 9:122 Mendalami Ilmu Agama”.
Makalah ini Kami buat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawidi semester 3. Kami dari kelompok 4 sudah berusaha menyusun makalah dengan semaksimal mungkin , akan tetapi Kami sadar dalam penulisan makalah banyak  kekurangan.
Akhirnya, Kami berharap mudah – mudahan penyusunan makalah ini ada manfaatnya,  Amin ya Robal Alamin .
























DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................4
1. LATARBELAKANG MASALAH...................4
2. RUMUSAN MASALAH......................................4
3,. TUJUAN...............................................................4
                        BAB II PEMBAHASAN...................................................................5
                                                A. Pengertian Ilmu Agama.........................................5
                                                B. Mendalami Ilmu Agama........................................7
                                                C. Ilmu Agama Kunci Sukses Dunia Akhirat......9
                        BAB III PENUTUP............................................................................9
                                                KESIMPULAN...........................................................11
                                                DAFTAR PUSTAKA..................................................12

                       

















BAB 1
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Antara ilmu dan ilmu agama tidaklah bertolak belakang . sebagaimana dikenal di Eropa pada zaman pertengahan. Keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat, ilmu mendukung keimanan dan imam membuat  berkah ilmu, karena kebenaran tidak akan  bertentangan dengan kebenaran. Seperti dikatakan bahwa ilmu bagi kita adalah agama, dan agama bagi kita adalah ilmu.
Ilmu bagi kita adalah agamaa, yang dimaksudkan bahwa kitab suci kita dan sunnah Nabi kita mengajak kepada ilmu dan menganggapnya sebagai ibadah dan fariddah, baik ilmu agama maupun dunia.ilmu jika di gandengakan dengan iman akan melahirkan sifat kontruktif dan menghidupkan tidak mematikan.  Jika menunjukkan suatu keimanan dan kebenaran serta jalan yang lurus maka kita akan tergolong sukses dunia khirat.
Dalam kita melakukan pendidikan dengan wajib belajar menuntut ilmu kita akan memperoleh kumci sukses dunia khirat. Maka dari itu, dalam makalah ini saya akan membahas tentang kewajiban belajar,  dan  mendalami ilmu agama agar kita tidak tersesat di dunia maupun di akhirat dan orang yang mulia di sisi Allah SWT.
2.      Rumusan Masalah
1.Apa  yang dimaksud dengan ilmu agama?
2. Bagaimana cara kita mendalami ilmu agama?
3. Apakah ilmu agama kunci sukses dunia akhirat?

3.      Tujuan
1. untuk mengetahui apa itu ilmu agama
       2. untuk mengetahui cara mendalami ilmu agama
       3. untuk mengetahui kunci sukses dunia akhirat




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ilmu Agama
Kata ilmu secara bahasa berati kejelasan. Oleh karena itu, segala bentuk yang berasal dari kata tersebut menunjukkan penjelasan.  Dalam pandangan Al-qur’an suau keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya.[1]
Secara Etimologi (Bahasa) Ilmu adalah antonim (lawan kata) dari jahil (kebodohan). Ilmu adalah pengetahuan secara pasti tentang suatu obyek sesuai dengan kenyataannya. Secara Terminologi (Istilah) Sebagian ulama mengatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan terhadap sesuatu dan merupakan lawan kata dari al-jahl (kebodohan). Sebagian mereka mengatakan bahwa ilmu adalah suatu kata yang terlalu jelas untuk didefinisikan. Ilmu yang kita maksudkan adalah ilmu syari'at, yaitu ilmu yang Allah turunkan pada Rasul-Nya berupa keterangan-keterangan dan petunjuk. Maka ilmu yang dipuji dan disanjung adalah ilmu wahyu (yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya), sebatas pada ilmu yang Allah turunkan saja. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya maka Allah akan pahamkan dia dalam agama[2]

Pengertian agama dari segi bahasa dapat kita ikuti anatara lain menurut Harun Nasution. Menurutnya, dalam masyarakat indonesia selain kata agama, dikenal pula kata din dari bahasa arab dan religi dalam bahasa Eropa. Menurutnya, agama berasal dari kata anskrit.  Harun nasution mengatakan, kata itu tersususn dari dua kata, a=tidak dan gam=pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi secara turun-temurun. Hal, demikian menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu yang diwarisi tutun-temurun dari generasi kegenerasi lainnya.
Selanjutnya din dalam bahasa berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan.  Adapun religi  berasal dari bahasa latin. Menurut satu  pendapat bahwa asal kata religi adalah relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Dan dari beberapa definisi berikut, akhirnya harun nasution menyimpulkan bahwa intisari yang terkandung dalam istilah istilah diatas ialah ikatan. Agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan ghaib yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera.
Adapun pengertian agama dari segi istilah dapat dikemukakan sebagai berikut. Elizabet  nottingham dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gejala yang begitu sering terdapat dimana mana sehingga sedikit membantu usaha usaha kita untuk membuat abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Nottingham mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaaan alam semesta. Agama telah menimbulkan Khayalnya yang paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri. Dan durkheim mangatakan bahwa agama adalah pantulan dari solidaritas sosial. Bahkan kalau dikaji, katanya, tuhan itu sebenarnya adalah ciptaan masyarakat..[3]
Antara ilmu dan iman atau antara ilmu dan agama tidak bertolak belakang sebagaimana dikenal di Eropa pada masa “zaman pertengahan”. Namun, di antaranya keduanya memiliki pertalian erat, ilmu mendukung keimanan dan iman membuat berkah ilmu., karena kebenaran tidak akan bertentangan dengan kebenaran.seperti sering saya katakan bahwa ilmu bagi kita adalah agama, dan agama bagi kita adalah ilmu.
Ilmu bagi kita adalah agama, dimaksudkan bahwa kitabsucikita dan        sunnah Nabi kita mengajak kepada ilmu dan menganggapnya sebagai ibadah dan fariddah, baik ilmu agama maupun ilmu dunia. Atau, baik itu bersumber dari wahyu maupun ilmu yang bersumberkan dari alam semesta.  Sedangkan  perngertian agama bagi kita adalah ilmu, yang dimaksudkan bahwa agama kita tidak berdiri sendiri atas sikap taklid dan membeo kepada nenek moyang ataupara pemimpin besar kita.[4]


B.     . Mendalami ilmu agama
Apa yang lebih utama ialah perbetulkan niat untuk mempelajari ilmu agama seikhlasnya demi kerana Allah dan Rasulnya. Ingat akan tujuan sebenar kita menuntut ilmu yaitu keluar dari kejahilan demi mencari kebenaran dan berpegang kepadanya. Apatah lagi menuntuk ilmu itu adalah diwajibkan kepada setiap lelaki dan perempuan. Dari Anas bin Malik RA katanya: Rasulullah s.a.w. telah bersabda "Menuntut ilmu adalah satufardu yang wajib atas tiap-tiap seorang Islam.( Riwayat  Ibnu Majah).[5]
ilmu agama merupakan salah satu ilmu yang sangat penting untuk dipelajari. Berikut ini hadits yang menegaskan pentingnya mempelajari ilmu agama. Hadits Rasulullah dari Ibnu Sihab, Hamid mengabarkan kepadaku, ia berkata: saya mendengar Muawiyah bin Abi Sufyan ketika berkhotbah berkata: saya mendengar Rasulullah bersabda:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5dFsPbpSXkkqYhB_H6MSNnfP2ZDqi5NpEXeboTjLnGKIrDbsV_Z5e48S2jSxINWE33CPjAbw_TPmSRd9lVw1SM-oXUBshh3vAUeo3g4Ack9bgNom9wWztFmVr1IiUl2fdBkobF01RyEE/s1600/Hadits+Tentang+Menuntut+Ilmu+4.png
Artinya: ”Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan bagi dirinya maka Allah akan memberikan pemahaman yang mendalam padanya (suatu ilmu)dalamagamaIslam).”(H.R.MuttafaqAlaih).
            Segala sesuatu yang hendak dikerjakan atau dilakukan harus ada ilmunya. Seseorang tidak akan dapat menulis dengan rapi dan bagus jika tidak memiliki ilmu dalam bidang tersebut. Agar dapat membaca ayat Al-Qur’an atau sebuah tulisan dibutuhkan ilmu tentang cara membaca. Oleh karena itu, untuk memahami ajaran agama Islam, seseorang harus memiliki ilmu. Islam sebagai sebuah agama memiliki ketentuan atau cara pandang yang berbeda dengan agama lain. Misalnya, ketentuan tentang ibadah salat hanya terdapat dalam agama Islam. Agar dapat mengetahui ketentuan salat seseorang harus memiliki ilmunya. Oleh karena itu, memperdalam ilmu agama Islam sangat penting dalam kehidupan agar kita dapat menerapkan syariat-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak memiliki ilmu agama tentu kita tidak akan mampu menerapkan syariat atau ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.[6]
:




 Qs At-Taubah ayat 122:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚفَلَوْلَانَفَرَمِنْكُلِّفِرْقَةٍمِنْهُمْطَائِفَةٌلِيَتَفَقَّهُوافِيالدِّينِوَلِيُنْذِرُواقَوْمَهُمْإِذَارَجَعُواإِلَيْهِمْلَعَلَّهُمْيَحْذَرُونَ
Artinya:Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Ayat ini menerangkan dari hukum-hukum yang mengayangkut perjuangan. Yakni mencari dan mendalami ilmu agama. Artinya, bahwa mendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar  dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.
Menurut riwayat al-kalabi dari ibnu ‘abbas, bahwa dia mengatakan, “ setelah allah mengancam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai Rosul dalam peperangan, maka tidak seorang pun diantara kami yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan perang buat selama-lamanya.

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ)
Tidaklah patut bagi orang-orang mu’min, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang  yang keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang  itu, sebenarnya fardhu kifayah yang apabila telah dilaksanakan oleh  sebagian  maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ‘ain, yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul sendiri keluar dan mengarahkan kaum mu’min menuju kemedan perang.

وَلِيُنْذِرُواقَوْمَهُمْإِذَارَجَعُواإِلَيْهِمْلَعَلَّهُمْيَحْذَرُونَ
Mengapa tidak segolongan saja, atau sekelompok kecil saja, atau sekelompok kecil saja yang berangkat ke medan perang tempur dari tiap tiap golongan besar kaum mu’min, seperti penduduk suatu  negeriatau suatu suku, dengan maksut supaya orang-orang mukmin  seluruhnya dapat mendalami agama mereka. Yaitu, dengan cara orang yang tidak berangkat dan tinggal  di kota (madinah), berusaha keras untuk mendalaami agama, yang wahyunya turun kepada Rasulullah saw. Hari demi hari, berupa ayat-ayat, maupun yang berupa hadist hadist beliau . yang menerangkan ayat-ayat tersebut baik dengan perkataan maupun perbuatan. Dengan demikian, maka ketahuilah hukum beseta hikmahnya, dan menjadi jelas hal yang masih mujmal dengan adanya perbutan  Nabi tersebut. Di samping itu orang yang mendalami agama memberi peringatan kepada kaumnya yang pergi perang mengahdapi musuh, apabila mereka telah kembali ke dalam kota.
Artinya, agar tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama itu karena ingin membimbing kaumnya, mengajari mereka dan memberi peringatan kepada mereka tentang akibat kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka ketahui, dengan harapan supaya mereka takut kepada Allah dan berhati-hati terhadap akibat kemaksiatan, di samping  agar seluruh kaum mu’min mengetahui agama mereka, mampu menyebarkan dakwahnya dan membelanya, serta menerangkan rahasia-rahasianya ke pada seluruh umat manusia. Jadi, bukan tujuna supaya memperoleh kepemimpinnya dan kedudukan yang tinggi serta mengungguli kebanyakan orang-orang lain, atau bertujuan memperoleh harta dan meniru orang zalim dan para penindas dalam berpakaian, berkendara maupun dalam persaingan diantara sesama mereka.
Ayat tersebut merupakan isyarat tentang wajibnya pendalaman agama dan bersedia mengajarkannya ditempat-tempat pemukiman serta pemahaman orang-orang lain kepada agama, sebanyak yang dapat memperbaiki keadaan mereka. Sehingga, mereka tak bodoh lagi tentang hukum-hukum agama secara umum yang wajib diketahui oleh setiap mu’min.
Orang-orang yang beruntung, dirinya memperoleh kesempatan untuk mendalami agama dengan maksud seperti ini. Mereka mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah, dan tidak kalah tingginya dari kalangan pejuang yang mengorbankan harta dan jiwa dalam meningkatkan kalimat Allah, membela agama dan ajarannya. Bahkan, mereka boleh jadi lebih utama dari pejuang pada situasi lain ketika mempertahankan agama wajib ‘ain bagi setiap orang. [7]


C.    . Ilmu Agama Kunci Sukses Dunia Akhirat
Syekh az-zarnyji menganjuran bahwa pelajar haruslah mendasari pencarian ilmu dengan niat yang lurus. Karena mencari ilmu adalah amal akhirat. Niat menuntut ilmu antara lain mencari ridho Allah, menghilangkan kebodohan atau ketidaktahuan dari diri  sendiri dan orang lain, menghidupkan agama dan menjaga kelestarian islam. Menuntut ilmu juga sebagai ekspresi syukur atas nikmat akal dan kesehatan.[8] 
 Salah satu cara untuk memperoleh surga adalah dengan ilmu. Ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu syar’i (ilmu agama), yaitu dengan cara mencari, meyakini dan memahami ilmu tersebut lalu mengamalkan dan menyampaikannya dengan niat yang ikhlas untuk mengharap ridho dari Allah SWT. Ilmu agama merupakan kunci sukses dunia dan akhirat selain kunci sukses menuju surga jika kita mengamalkan ilmu tersebut dengan ikhlas maka akan menjadi jalan menuju taubat.
Kunci sukses di dunia dan akhirat adalah cita-cita seluruh umat manusia di dunia, tanpa terkecuali. Yaitu mengolah tiga pilar utama yang dimiliki manusia. Ketiga pilar tersebut adalah iman, akal dan rasa. Inilah prinsip bagi kesuksesan manusia dunia dan akhirat.[9]










                                                                     BAB II
KESIMPULAN
Ilmu agama itu berasal dari kata ilmu dan agama. Ilmu adalah pengetahuan secara pasti tentang suatu obyek sesuai dengan kenyataannya. Sedangkan agama adalah menurut harun nasution yaitu tidak pergi atau undang undang yang harus dilakukan. Jadi ilmu agama itu antaranya keduanya memiliki pertalian erat, ilmu mendukung keimanan dan iman membuat berkah ilmu., karena kebenaran tidak akan bertentangan dengan kebenaran.seperti sering saya katakan bahwa ilmu bagi kita adalah agama, dan agama bagi kita, adalah agama, dan agama bagi kita adalah ilmu.
Bahwa mendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar  dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.
Mendalami agama itu kunci sukses dunia kahirat, karena dalam  berpegang dalam ilmu agama kita akan meuju jalan menuju surganya Allah SWT. Saat kita mendalami agama kita wajib menyempaikan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari agar kita sukses di dunia dan akhirat.










DAFTAR PUSTAKA
Munir ahmad, 2006. Tafsir Tarbawi mengungkap pesan al-qur’an tentang pendidikan. Yogyakarta: TERAS   Perum Polri Gowok.

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, 2010. Penebar ilmu dan penegakkan sunnahJakarta: pustaka sumayyah.

Nata Abuddin, 2014. Metodologi Studi Islam . Jakarta:PT Raja wali Press.

Qarhawi Yusuf  ,1998. Al-qur’an akal dan ilmu pengetahuan . Jakarta:Maktabah Wahbah.


Ahmad ustafa Al-Maraghi, 1993.Tafsir Al-Maraghi. Semarang:PT Karya Putra Semarang.














                                             



BIODATA

Nama   : Riski Wati
Nim     :2117042
TTL     :Batang, 24 desember 1998
Motto hidup    :Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan
SD       :Proyonanggan 09
SMP    :Mts Muhammadiyah Batang
SMA   : Sma N 2 Batang
Kelas   :Tafsir tarbawi C


IMG-20180929-WA0000.jpg






















[1]Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi mengungkap pesan al-qur’an tentang pendidikan (Yogyakarta: TERAS   Perum Polri Gowok 2006) hlm. 80                                                                                                                                                                
[2]  Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Penebar ilmu dan penegakkan sunnah  (jakarta: pustaka sumayyah,2010) hlm. 2
[3]Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta:PT Raja wali Press, 2014) hlm.7-8
[4]Yusuf qarhawi, Al-qur’an akal dan ilmu pengetahuan (Jakarta:Maktabah Wahbah, 1998) hlm.117
[5] http://wahdatulummah.blogspot.com/2011/09/bersungguh-sungguh-mendalami-ilmu-agama.
[7]Ahmad ustafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi (Semaran:, PT Karya Putra Semarang, 1993) hlm.83

Tidak ada komentar:

Posting Komentar