Laman

Rabu, 26 September 2018

TT D D4 KEWAJIBAN BELAJAR SPESIFIK "DOA AGAR TAMBAHKAN ILMU"


KEWAJIBAN BELAJAR SPESIFIK
"DOA AGAR TAMBAHKAN ILMU"
QS. THAHA 20144
Wiji Iswanti
NIM. (2117099)
Kelas   : D 

JURUSAN PENDIDIKAN AGAM ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)PEKALONGAN
2018



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Qur’an adalah mukjizat islam yang abadi dimana semakin maju pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah Swt menurunkannya kepada Nabi Muhammad Saw demi membebaskan manusia dari kegelapan hidup menuju cahaya Illahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah menyampaikannya kepada para sahabatnya sebagai penduduk asli Arab yang sudah tentu dapat memahami tabiat mereka. Jika terdapat sesuatu yang kurang jelas bagi mereka tentang ayat-ayat yang mereka terima, mereka langsung menanyakan kepada Rasullah. Diantara kemurahan Allah terhadap manusia ialah Dia tidak saja menganugerahkan fitrah yang suci yang dapat membimbingkan kepada kebaikan bahkan juga dari masa ke masa mengutus seorang Rosul yang membawa kitab sebagai pedoman hidup dari Allah, mengajak manusia agar beribadah kepadaNya semata. Menyampaikan kabar gembira dan memberika peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah datangnya para Rasul.
Dilihat dari sisi kebahasaan, doa berarti panggilan. Sedangkan secara syara’ doa berarti permohonan kepada Allah SWT agar segala keinginan dan kebutuhan kita terpenuhi, dengan disertai kerendahan hari dan ketundukan kepada-Nya. Dengan demikian hakikat doa itu adalah permohonan seorang hamba kepada Allah SWT agar segala kebutuhannya dapat diperoleh serta terhindar dari segala bencana dan kesusahan yang akan menimpanya. Doa dan permohonan merupakan sesuatu yang berperan sebagai senjata. Sedangkan senjata itu bergantung pada yang menggunakannya bukan sekedar ketajamannya belaka. Apabila senjata tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik, tentu tidak ada gunanya sedikitpun. Lengan tangan orang yang menggunakannya harus kuat dan orang yang menggunakannya mengerti cara menggunakannya. Maka apabila doa itu sendiri tidak baik dan orang yang berdoa tidak khusyu’ dalam qolbu dan lidahnya, atau hal-hal yang mencegah terkabulnya doa tersebut, seperti makan dan minum barang-barang yang haram, maka tentu doa yang dipanjatkan itu tidak ada gunanya.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan ilmu?
2.      Sebutkan keutamaan  ilmu!
3.      Apa pengertian doa?
4.      Sebutkan ayat-ayat Al-quran tentang ilmu.

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Doa dan ilmu.
2.      Untuk mengetahui dalil mengenai doa di tambahkan ilmu
3.      Untuk mengetahui keutamaan ilmu
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Doa Dan Ilmu
1.      Ilmu
“Ilmu” merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘alima yang terdiri dari huruf ‘ayn, lam dan mim. Secara harfiah “ilmu” dapat diartikan kepada tahu atau mengetahui. Secara istilah ilmu berarti memahami hakikat sesuatu, atau memahami hukum yang berlaku atas sesuatu. Al-ilm (ilmu) adalah tergambarnya hakikat sesuatu pada akal, di mana gambaran tersebut merupakan abstraksi dari sesuatu, baik kuantitas,kualitas, maupun substansi (jawhar)-nya.
Dalam pandangan Al-Qur’an, ilmu tersebut dapat membentuk sikap atau sifat-sifat manusia. Atau dengan kata lain, sikap atau karakter sesseorang merupakan gambaran pengetahuan yang dimilikinya. Penguasaan ilmu bukanlah tujuan utama suatu pembelajaran, penguasaan ilmu hanya sebagai jembatan atau alat yang dapat mengantarkan manusia kepada kesadaran, keyakinan, dan perasaan atau sikap positif terhadap fenomena alam dan kehidupan sebagai suatu system ilahiyah.[1]
2.      Keutamaan Ilmu
Tidak ada agama selain islam,dan tidak ada kitab suci selain Al-Qur’an yang demikian tinggi menghargai untukmencarinya, danmemujiorang -orang yang menguasainya. Termasuk di dalamnya menjelaskan ilmu dan pengaruhnya danakhirat, mendorong untuk belajar dan mengajar, serta meletakkan kaidah-kaidah yang pastiuntuktujuantersebutdalamsumber-sumberislam yang asasi: al-Qur’an dan Sunnah.[2]
3.      PengertianDoa
Doa diartikan sebagai kegiatan yang menggunakan kata-kata baik secara terbuka bersama-sama atau secara pribadi untuk mengajukan  tuntutan-tuntutan (petitions) kepadaTuhan. Ibnu Arabi memandang doa sebagai bentuk  komunikasi dengan Tuhan sebagai satu upaya untuk membersihkan dan menghilangkan nilai-nilai kemusrikan dalam diri. Menurut Zakiyah Darajat yang dikutipoleh Dadang Ahmad fajar doa merupakan suatu dorongan moral yang mampu melakukan kinerja terhadap segala sesuatu yang berada diluar jangkauan teknologi. Doa merupakan suatu   bentuk penyadaran tingkat tinggi guna mencapai kesuksesan rohani seseorang. Di kalangan awam, doa muncul ketika mereka berada dalam keadaan cemasakan menuju sebuah keadaan fana’ (kehancuran). Dalam hal ini, doa merupakan wujud penyadaran atas diri yang tidak mempunyai daya upaya dalam diri ini, selanjutnya akan terpancar keyakinan bahwa Yang Maha Esa dan Maha Benar itu pasti ada. Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya. Sedangkan sikap khusyu’ dan tadharru’ dalam menghadapkan diri kepada-Nya merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedangmengharapkantercapainyasesuatu yang dimohonkan. Itulahpengertiandoasecarasyar’i yang sebenanya. Doadalampengertianpendekatandirikepada Allah dengansepenuhhati, banyakjugadijelaskandalamayat-ayat Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an banyak menyebutkan pula bahwa tadharu’ (berdoa dengan sepenuh hati) hanya akan muncul bila di sertai keikhlasan. Hal tesebut merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang shalih. [3]

B.     Dalil Doa Tambahan Ilmu Dan Kepahaman
QS. Thaha 144
فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَـقُّ   ۚ  وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْاٰنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يُّقْضٰٓى اِلَيْكَ وَحْيُهٗ وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا
Artinya :
"Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".
1.      Tafsir Al-Maraghi
Pengertian secara Ijmal
Larangan kepada Nabi saw. Untuk Membaca Al-Qur’an dengan Tergesa-gesa Sebelum Wahyu Disempurnakan
Diriwayatkan bahwa Nabi saw. Sangat ingin mengambil Al-Qur’an dari Jibril as, maka dia tergesa-gesa membacanya karena takut lupa sebelum Jibril menyempurnakannya. Maka, beliau dilarang berbuat demikian, dan dikatakan padanya, ”Janganlah kamu tergesa-gesa membacanya sebelum disempurnakan mewahyukannya, agar kamu mengambilnya dengan mantap dan tenang. Dan berdoalah kepada Tuhanmu agar Dia menambahkan pemahaman dan pengetahuan.”
Penjelasan:
فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَـقّ 
MahaSuci Allah Yang Kuasa untuk memerintah dan melarang. Yang berhak untuk diharapkan janji-Nya dan ditakuti ancaman-Nya, yaitu yang tetap dan tidak berubah dari penurunan Al-Qur'an kepada mereka tidak mengenai tujuan yang untuk itu ia diturunkan, yaitu mereka meninggalkan perbuatan maksiat dan melakukan segala ketaatan.
Tidak diragukan lagi, ayat ini mengandung perintah untuk mengkaji Al-Qur'an, dan penjelasan bahwa segala anjuran dan larangannya adalah siasat Ilahiyah yang mengandung kemaslahatan dunia dan akhirat, hanya orang yang dibiarkan oleh Allahlah yang akan menyimpang daripadanya; dan bahwa janji serta ancaman yang dikandungnya benar seluruhnya, tidak dicampuri dengan kebatilan; bahwa orang yang haq adalah orang yang mengikutinya, dan orang yang batil adalah orang yang berpaling dari, memikirkan larangan-larangannya.
 وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْاٰنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يُّقْضٰٓى اِلَيْكَ وَحْيُهٗ
"Janganlah kamu tergesa-gesa membacanya di dalam hatimu sebelum Jibril selesai menyampaikannya kepadamu".
Diriwayatkan, apabila jibril menyampaikan Al-Qur’an, Nabi SAW. mengikutinya dengan mengucapkan setia huruf dan kalimat, karena beliau khawatir tidak dapat menghafalnya. Maka, beliau dilarang berbuat demikian, karena barangkali mengucapkan kalimat akan membuatnya lengah untuk mendengarkan kalimat berikutnya.
وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا
"Mohonlah tambahan ilmu kepada Allah tanpa kamu tergesa-gesa membaca wahyu, karena apa yang diwahyukan kepadamu itu akan kekal".[4]
2.      Tafsir Ibnu Katsir
Allah SWT, berfirman bawasanya karena hari kiamat dan hari pembalasan pasti tiba, maka diturunkanlah Al-Qur’an yang berbahasa Arab, untuk membawa berita gembira bagi Orang-orang yang Mukmin dan peringatan bagi orang-orang yang kafir dan yang berdosa. Di dalamnya Allah SWT. berulang-ulang menerangkan ancaman-Nya agar mereka bertakwa, meninggalkan dosa-dosa dan maksiat dan agar mereka mendapat pengajaran dan petunjuk ke jalan yang benar. Maka Maha Sucilah Allah yang janji-Nya, ancaman-Nya dan Rasul-rasulNya adalah semuanya hak dan benar, tidak diragukan sedikit pun.
Allah berfirman, ”Janganlah engkau tergesa-gesa membaca al-Quran sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, hai Muhammad”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw. jika menerima wahyu mengalami kesukaran, menggerakkan lidahnya untuk mengikuti Jibril membacakan ayat-ayat yang dibawa-nya, maka oleh Allah diberi petunjuk agar jangan tergesa-gesa membacanya sebelum Jibril selesai membacakannya, agar Nabi Muhammad saw. menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan. [5]
C.    Berdoa untuk Menambah llmu
      Diterangkan dalam Al-Qur’ an, salah satu etika dalam mencari ilmu adalah tidak boleh puas setelah sampai pada batas tertentu jenjang ilmu pengetahuan. Karena, ilmu pengetahuan ibarat lautan yang tidak bertepi dan tidak pula berbatas. Sejauh mana pun manusia meraih ilmu pengetahuan, ia harus terus menambahnya, dan ia tidak akan mungkin sampai pada batas kapuasan. Dalam hal ini Allah telah mengajar Rasul saw. dengan firman-Nya,
”…Dan katakanlah, 'Ya Tuhanku tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (Thaha: 114)
Tidaklah ditemukan didalam Al-Qur'an perintah Allah kepada Rasul untuk menambah sesuatu kecuali ilmu. Ini adalah satu bukti kelebihan ini kita pengetahuan dibandingkan yang lain. Kaum salafus saleh dalam proses belajarnya selalu berupaya untuk menambah ilmu. Mereka tidak pernah berhenti walaupun tingkat keilmuannya di mata umum telah mencapai titik teratas dan mereka telah memasuki usia senja. Bahkan, semakin bertambah ilmu yang diraih, Semakin besar keinginan mereka untuk meraih lebih banyak lagi.
Abu Amr bin Ala pernah ditanya, ”Kapan seyogianya seseorang mencari ilmu?" Ia menjawab, "Selama nyawa masih bersemayam di badannya." Abdullah bin Mubarak saat ditanya kapankah batas akhir seseorang mencari ilmu, ia menjawab, ”Sampai ajal menjemputnya., insya Allah."
Ketika Khalifah al-Makmun disodori pertanyaan, apakah seyogianya orang lanjut usia belajar? Beliau menjawab, ”Kalau seandainya ia bodoh, maka itu aib baginya dan belajar lebih baik baginya." Kalau kita perhatikan sangatlah indah kata-kata Ibnu Abi Ghasan, ”Seseorang menjadi alim selama ia menuntut ilmu, dan akan menjadi bodoh kembali ketika berhenti (menuntut ilmu).”
Qatadah mengatakan, ”Kalaulah ada batas seseorang mencari ilmu, maka cukuplah bagi Musa a.s., akan tetapi Allah berfirman,
"Musa berkata kepada Khidir, 'Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (al-Kahfi: 66)[6]



BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa menguasai atau mencari ilmu hukumnya wajib. Terdapat kecemerlangan, kemuliaan dan keistimewaan-keistimewaan bagi mereka yang berilmu. Bahkan Allah SWT mengancam kepada umat Islam yang enggan mencari, mengamalkan dan menyalurkan/mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Seseorang yang senantiasa belajar maka akan memiliki pengetahuan, wawasan yang luas dan membuat orang tersebut menjadi bijaksana dalam menyikapi suatu permasalahan sehingga sangat erat kaitannya seseorang tersebut dapat  memiliki sifat, adab dan akhlak yang terpuji. Jika umat manusia menyadari urgensi dari kegiatan belajar mengajar maka bukan hal yang mustahil terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas secara pengetahuannya juga secara kepribadiannya dan tingkah lakunya.
Mengetahui doa untuk menambah ilmu Penguasaan ilmu bukanlah tujuan utama suatu pembelajaran, penguasaan ilmu hanya sebagai jembatan atau alat yang dapat mengantarkan manusia kepada kesadaran, keyakinan, dan perasaan atau sikap positif terhadap fenomena alam dan kehidupan sebagai suatu system ilahiyah.

2.      Saran
Dalam kaitannya dengan makalah kewajiban belajar dan mengajar ini diharapkan  agar dapat dijadikan wawasan dan arahan bagi para pendidik maupun calon pendidik sehingga dapat mengambil pelajaran dari makalah ini. Kami sangat menerima kritik, saran demi perbaikan dan sempurnanya makalah ini.





DAFTAR PUSTAKA


Hamka,2013.Tafsir Al-Azharjuz XVI. Jakarta :amzah.
Dr. Yusuf Qardhawi. Al-Qur’an BerbicaravTentang Akal dan Ilmu pengetahuan.Jakarta: Gema Insani.
Dadang Ahmad Fajar. Epistemologi Doa.
Ahmad Musthafa. Tafsir Al-Maraghi Juz 16. Semarang: Penerbit CV Putra Toha.
Said, Salim, 1990. Tafsir Ibnu Katsier. Surabaya: Pt Bina Ilmu.

















BIOGRAFI

Pembuat Makalah     

NAMA                                                 : WIJI ISWANTI
NIM                                                     : 2117099
TEMPAT,TANGGAL LAHIR              : PEMALANG, 18 SEPTEMBER 1999
ALAMAT                                            : JLN. TAMBORA NO 21 PEGATUNGAN MULYOHARJO PEMALANG
TEMPAT TINGGAL SEKARANG  : PONPES HIDAYATUL MUBTADIEN SAMPANGAN PEKALONGAN
SEKOLAH                                         : IAIN PEKALONGAN
SEMESTER                                        : III


[1]Hamka, Tafsir Al-Azhar juz XVI(Jakarta :amzah, 2013) hal 115
[2]Dr. Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu pengetahuan(Jakarta: Gema Insani, 1998) hal 90
[3]Dadang Ahmad Fajar, EpistemologiDoa, hal 53
[4]Ahmad Musthafa, Tafsir Al-MaraghiJuz 16 (Semarang: Penerbit CV Putra Toha) hal 266-270
[5]Said, Salim, TafsirIbnuKatsier  (Surabaya: Pt Bina Ilmu, 1990) hal 78-79
[6]Ibid, hlm. 230-240

Tidak ada komentar:

Posting Komentar