Laman

Senin, 17 September 2018

TT D C3 (PAKET ULUL ALBAB) QS. Ali-Imran (3) : 190-191


KEWAJIBAN BELAJAR “GLOBAL”
(PAKET ULUL ALBAB)
QS. Ali-Imran (3) : 190-191
Khomsatun Rosalina
NIM: 2117063
Kelas D

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul Paket Ulul Albab” tanpa ada halangan suatu apapun. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah.
            Penulisan makalah ini merupakan tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi di semester 3 tahun akademik 2018/2019. Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.      M. Hufron, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah pendidikan Islam.
2.      Ucapan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan bantuannya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
            Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya. Harapan kami semoga makalah ini membawa manfaat bagi para pembaca.
                                                                                                                           
Penulis



                                                                                               



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah............................................................................... 1
C.       Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ulul Albab ....................................................................... 3
B.     Dalil Karakter Ulul Albab dalam Al-Qur’an dan Penafsirannya........ 4
a)    Tafsir Al-Azhar.............................................................................. 4
b)   Tafsir Al-Lubab.............................................................................. 5
c)    Tafsir Al-Mishbah.......................................................................... 6
C.     Ulul Albab Era Milenial...................................................................... 7
D.    Aspek Tarbawi.................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................................................... 9
B.     Saran................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS




BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan bagi seluruh umat manusia yang mau menggunakan akal pikirannya untuk memahami penciptaan alam semesta. QS. Ali-Imran merupakan golongan Surat Madaniyah yang terdiri dari 200 ayat. Dalam QS Ali-Imran ini terdapat banyak ayat-ayat yang menyerukan agar manusia senantiasa memperhatikan, merenungi, serta memikirkan segala penciptaan Allah SWT di alam semesta.
Manusia-manusia tersebut sering dinamakan kaum “Ulul Albab”yaitu manusia yang selalu berdzikir (mengingat) kepada Allah, selalu memikirkan dan merenungkan ciptaan Allah baik yang ada di langit maupun di bumi. Dalam Surat Ali-Imran, Ulul Albab disebut dalam QS. Ali-Imran ayat 190-191 yang menerangkan tentang alam semesta yang didalamnya terdapat fenomena-fenomena untuk dijadikan objek berfikir dan merenung. Segala sesuau yang ada di alam semesta ini tidak diciptakan untuk menjadi sia-sia, namun diciptakan untuk memberikan hikmah yang dapat ditangkap oleh Ulul Albab.
Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan tentang paket ulul albab dan  memaparkan beberapa tafsir dari QS. Ali-Imran (3) : 190-191. Selain itu penulis juga akan menjelaskan bagaimana pengaplikasian dari ayat tersebut dalam kehidupan sehari-hari serta aspek tarbawi yang terkandung dalam ayat tersebut.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1.      Apa pengertian dari Ulul Albab?
2.      Bagaimana karakter Ulul Albab dalam  QS. Ali-Imran: 190-191 dan penafsirannya?
3.      Bagaimana kepribadian Ulul Albab era Milenial?
4.      Bagaimana spek tarbawi yang terkandung di dalam QS. Ali-Imran: 190-191?

C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian ulul albab
2.      Untuk mengetahui dalil karakter ulul albab dalam QS. Ali-Imran:190-191 dan memahami penafsirannya
3.      Untuk kepribadian Ulul Albab era Milenial
4.      Untuk mengetahui aspek tarbawi yang terkandung dalam QS. Ali-Imran:190-191















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Ulil Albab
Ulul Albab terulang sebanyak 16 kali dalam Al-Qur’an. Sembilan diantaranya terdapat dalam Al-Qur’an Maki dan tujuh lainnya terdapat dalam AL-Qur’an Madani. Di antara delapan yang Madaniyah, empat di antaranya dengan redaksi memanggil.[1]
Term al-albab adalah bentuk jamak dari term lubbu yang berarti isi atau saripati sesuatu (antonim dari kulit). Dari definisi etimologi tersebut, dapat diambil definisi secara terminologi bahwa, ulul albab adalah orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh kulit, yaitu kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir.[2]
Imam Al-Biqa’i berkata, “Albab adalah akal yang memberi manfaat kepada pemiliknya dengan memilah sisi substansial dari kulitnya.”. kemudian ia mendefinisikan “Yaa ulil albab yaitu akal-akal yang bersih serta pemahaman yang cemerlang, yang terlepas dari semua ikatan fisik sehingga ia mampu menangkap ketinggian takwa dan ia pun menjaga ketakwaan itu.”[3]
Kaum ulul albab selalu menggunakan akalnya untuk berpikir, merenung, menganalisis, dan menjelaskan tentang fenomena alam semesta beserta kehidupan sosialnya yang tidak diciptakan sia-sia oleh Allah SWT, melainkan terdapat hikmah didalamnya. Dalam hidupnya, ulul-albab selalu berdzikir dan bertakwa kepada Allah dengan harapan mendapatkan kemenangan di dunia dan akhirat.




B.       Dalil Karakter Ulul Albab dalam Al-Qur’an dan Penafsirannya
Paket Ulul Albab dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam beberapa surat. Salah satunya adalah QS. Ali-Imran(3):190-191. Allah berfirman:
ali-imran-190-191.png
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

1.      Tafsir Al Azhar
Tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa QS. Ali-Imran ayat 190 memaparkan tentang kejadian langit dan bumi serta siang dan malam sebagai tanda bagi orang yang berakal. Langit dan bumi dijadikan oleh Sang Khalik, dengan tersusun, terjangkau, dan sangat tertib. Bukan hanya dijadikan, tetapi setiap saat tampak hidup semua, bergerak menurut aturan. Silih berganti perjalanan malm hingga sian, betapa besar pengaruhnnya atas hidup kita dan hidup segala yang bernyawa. Semua ini menjadi ayat-ayat bagi orang yang berpikir, bahwa tidaklah semuanya ini terjadi dengan sendirinya. Orang melihatnya dan mempergunakan pikiran meninjaunya, masing-masing menurut bakat pikirannya. Semuanya akan dipesona oleh susunan tabir alam yang luar biasa.[4]
Orang yang berpikir itu “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sewaktu berdiri, duduk, atau terbaring.” (pangkal ayat 191). Disini disebut Yadzkuruuna yang berarti ingat. Berpokok dari kalimat zikir (ingat). Zikir itu hendaklah berhubungan dengan ingatan. Kita sebut nama Allah dengan mulut karena dia telah terlebih dahulu teringat dalam hati. Maka teringatlah dia sewaktu berdiri, duduk termenung atau tidur berbaring. “Dan mereka pikirkan kejadian hal langit dan bumi.” Di sini bertemu dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu zikir dan fi’. dipikirkan semua hal yang terjadi hingga timbullah ingatan sebagai kesimpulan dari berpikir, yaitu bahwa semua itu tidaklah terjadi sendiri, melainkan ada Tuhan Yang mAha Pencipta, yaitu Allah. Kemudian muncul ingatan atas kelemahan dan kekecilan diri ini di hadapan kebesaran Maha Penciptanya.
 “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau jadikan (semuanya) ini sia-sia. Maha Suci Engkau! Maka peliharalah kiranya kami dari azab neraka.” Sesudah Zikir dan Pikir, muncullah rasa tawakkal dan ridha, menyerah dan mengakui kelemahan dirinya, sampai timbullah bhakti dan ibadat kepada-Nya. Kemudian kita memohon ampun kepada Allah dan memohon agar dihindarkan dari siksa neraka, karena kadang oleh dorongan hawa nafsu kita alpa akan kewajiban kita.[5]
2.      Tafsir Al-Lubab
Didalam tafsir AL-Lubab, ayat 190 berbicara tentang penciptaan benda-benda angkasa beserta pengaturan sistem kerja benda-benda langit tersebut, demikian juga kejadian dan perputaran bumi yang melahirkan  silih bergantinya siang dan malam. Menurut ayat tersebut, semua itu merupakan tanda-tanda tentang wujud dan kemahakuasaan Allah SWT. bagi ulul-albab, yakni orang-orang yang mempunyai akal dan jiwa yang tidak diselubungi oleh kerancuan.
Ayat 191 menjelaskan sifat-sifat Ulul Albab itu, yaitu mereka yang mengingat Allah dalam seluruh situasi dan kondisinya: berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring. Mereka memikirkan tentang penciptaan dan sistem kerja langit dan bumi, dan setelah itu berkesimpulan bahwa: Tuhan tidak meciptakan alam raya dan segala isinya dengan sia-sia atau tanpa tujuan yang hak. Mereka menyucikan Allah dari segala kekurangan dan keburukan yang mereka dengar atau terlintas sesekali dalam benak mereka. Mereka juga selalu bermohon kiranya dilindungi dari azab neraka.[6]
3.      Tafsir Al-Mishbah
           Ayat 190 mengundang manusia untuk berpikir, karena sesungguhnya dalam penciptaan, yakni benda-benda angkasa seperti matahari, bulan, dan jutaan gugusan bintang yang terdapat di langit berada dalam pengaturan sistem kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran bumi pada porosnya, yang melahirkan silih bergantinya malam dan siang perbedaannya, baik dalam masa maupun dalam panjang dan pendeknya terdapat tanda-tanda kemahakuasaan Allah bagiulūl-albāb, yakni orang-orang yang memiliki akal yang murni. Kemudian ayat 191 menjelaskan sebagian dari ciri-ciri siapa yang dinamai Ulūl-albāb. Mereka adalah orang baik laki-laki atau perempuan yang terus-menerus mengingat Allah, dengan ucapan dan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi apapun.Obyek dzikir adalah Allah, sedangkan obyek akal pikiran adalah seluruh makhluk ciptaan-Nya.Akal diberi kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, dan terdapat keterbatasan dalam memikirkan dzat Allah.[7]

C.      Ulul Albab Era Milenial
Menurut pandangan Rahmat Azis, pribadi ulul albab memiliki empat ciri utama, yaitu
a.    Memiliki kedalaman spiritual
b.    Memiliki keagungan akhlak (akhlak mulia) sesuai dengan ajaran Islam
c.    Memiliki keluasan ilmu, selalu menggunakan potensi akal fikiran dan kalbu
d.   Kematangan untuk bekerja dan berperilaku profesional sesuai dengan bidangnya.[8]
Generasi milenial merupakan generasi yang hidup dimasa percepatan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi digital dengan segala keunikan, kelebihan dan kekurangannya. Konseptual kepribadian ulul albab era milenial ialah melalui internalisasi nilai kepribadian ulul albab. Secara learning process melalui pengamalan dzikr, fikr, dan amal saleh. Sehingga secara luaran bukan memisahkan generasi millenial dengan keunikannya memiliki kelebihan dalam penggunaan teknologi digital, tetapi sebagai benteng untuk tetap memiliki karakter sesuai dengan norma dan etika Islami. Secara learning proses, melalui: a) Dzikir, b). Fikir, c). Amal Saleh. Sehingga dapat diharapkan menghasilkan luaran memiliki ciri keunggulan secara: a). Spiritual, b). akhlak, c). Keilmuan, d). Profesional.[9]

D.      Aspek Tarbawi (Nilai Pendidikan)
1.      Perenungan atas Segala Ciptaan Allah SWT
Mempelajari dan merenungkan semua fenomena alam ciptaan Allah  bukan sekedar untuk mengetahui rahasia-rahasia yang ada didalamnya, melainkan sebagai wujud syukur serta upaya mendekatkan diri dan mengabdi kepada Yang Maha Esa  
2.      Berpikir Disertai Berzikir
Hakikatnya, manusia tidak cukup hanya dengan berfikir, melainkan harus disertai dengan zikir, yakni selalu mengingat Allah dalam situasi apapun dengan mengaitkan segala sesuatu kepada kebesaran-Nya dengan segala cara.
3.      Senantiasa Berdoa memohon Dijauhkan dari Neraka
Manusia hendaknya selalu berdoa kepasa Allah untuk dijauhkan dari api neraka diikuti dengan usaha berbuat baik, senantiasa beribadah dan beramal sholeh.
4.      Menuntut Ilmu adalah Kewajiban bagi Setiap Manusia
Menuntut ilmu sudah menjadi kewajiban bagi setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan karena dengan ilmulah kita dapat menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.













BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Ulul albab adalah manusia yang selalu berdzikir (mengingat) Allah, selalu berfikir dan merenungkan semua ciptaan Allah baik yang ada di langit maupun yang ada dibumi. Allah tidak menciptakan segala sesuatu untuk menjadi sia-sia, melainkan terdapat rahasia dan hikmah di dalamnya.
Ciri-ciri atau karakteristik utama dari kaum Ulul Albab adalah fikir, zikir, dan beramal sholeh. Selalu berfikir tentang semua fenomena-fenomena yang terjadi di muka bumi ini. Senantiasa berzikir mengingat Allah dalam semua keadaan baik berdiri tegap, duduk bersimpuh, maupun tidur terlentang. Serta selalu beramal sholeh sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.
B.       Saran
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis dengan senang hati bersedia menerima segara kritik dan saran yang membangun untuk kebaikan penulis dalam menyusun makalah yang akan datang.





DAFTAR PUSTAKA
Hamka. 2004. Tafsir AL Azhar Juz IV. Jakarta: Penerbit Pustaka Panjimas.
Munir, Misbahul. 2018. “Membingkai Kepribadian Ulul Albab Generasi Milenial” Jurnal Ta’limuna. Vol.7, No.1.
Qardhawi, M. Yusuf. 1998. Al-Qur’an Berbicara tentan Akal dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Gema Insani Press.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir AL-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Tangerang:  Lentera Hati.
_______________. 2012. AL-LUBAB :Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Sura-Surah Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati.




















BIODATA PENULIS
Nama                           : Khomsatun Rosalina
Tempat, Tanggal lahir : Pemalang, 12 Oktober 1999
Alamat                        : Jl. Pancakarya Rt. 02/010, No. 04 Pedurungan Timur- Taman-Pemalang
Riwayat Pendidikan   : -    TK Muslimat Pedurungan Timur
-          MI Tarbiyatut Ta’alumul Huda
-          SMP Negeri 3 Taman
-          SMA Negeri 2 Pemalang
-          IAIN Pekalongan










[1] M. Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara tentan Akal dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm. 30
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir AL-Mishbah, (Tangerang: PT. Lentera Hati, 2002), hlm. 370.
[3] M. Yusuf Qardhawi, Op.Cit., hlm. 31
[4] Hamka, Tafsir AL Azhar Juz IV, (Jakarta: Penerbit Pustaka Panjimas, 2004), hlm. 249-250.
[5] Ibid., hlm. 250-251
[6] M. Quraish Shihab, AL-LUBAB :Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Sura-Surah Al-Qur’an, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 157.
[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Tangerang: Lentera Hati, 2002), hlm. 370-373.
[8] Misbahul Munir, “Membingkai Kepribadian Ulul Albab Generasi Milenial Jurnal Ta’limuna. Vol.7, No. 1, Maret 2018, hlm. 48-49.
[9] Ibid., hlm. 57.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar