Laman

Rabu, 26 September 2018

TT A D4 KEWAJIBAN BELAJAR SPESIFIK "DO’A TAMBAHKAN ILMU"


KEWAJIBAN BELAJAR SPESIFIK
"DO’A TAMBAHKAN ILMU"
QS. THAHAA AYAT 114
Yusuf Aditya Wibowo
NIM. (2021116373)
Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2018





Kata Pengantar
Alhamdulillahirobbil ‘Alamiin
Segala  puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan Rahmat, Nikmat dan hidayah-Nya kepada hamba-Nya. Salah satunya adalah nikmat yang diberikan kepada penulis yaitu bimbingan, petunjuk dan kemudahan dalam menyusun makalah sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan apapun.
Sholawat serta salam juga tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. begitu pula kepada keluarganya serta para sahabatnya. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah mendo’akan. Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan tugas serta teman-teman semua, sehingga tersusunlah makalah ini yang berjudul “Kewajiban Belajar Spesifik” dengan sub pembahasan Do’a Tambahkan Ilmu”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari segi teknik penulisan maupun dari segi materi yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini dimasa mendatang.

                                                                                Pekalongan, 28 September  2018
                                                                                                    Penulis,


                                                                                        Yusuf Aditya Wibowo





BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Al-qur’an adalah kalamullah yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW  melalui malaikat jibril secara berangsur-angsur untuk pedoman dan petunjuk bagi  umat manusia untuk hidup di dunia maupun diakhirat. Didalam Al-qur’an banyak sekali do’a-do’a, pesan-pesan dan ajaran-ajaran yang baik dan benar  untuk dihafalkan serta di amalkan.
Do’a merupakan permohonan seorang hamba kepada penciptanya untuk meminta sesuatu yang diinginkan.Semua makhluk perlu Allah dan membutuhkan-Nya ,sedangkan Allah Maha KayA tidak membutuhkan mereka.Allah telah mewajibkan hamban-Nya untuk berdo’a kepadaNya. Allah tidak suka terhadap makhluk yang tidak mau berdo’a, sedangkan Allah senang  dan mencintai hamba-Nya yang selalu terus menerus berdo’a tanpa merasa lelah dan bosan. salah satu  cara hambaNya untuk selalu mengingat  dan mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan cara berdo’a. tidak ada yang bisa  memberikan sesuatu melebihi yang diberikan oleh Allah SWT.
Secara fitrah, dalam seiap individu manusia,pasti tertanam rasa ingin menjadi orang yang lebih baik dan sempurna. Oleh karena itu Allah menyediakan jalan bagi hambaNya agar mereka mau berusaha dan semakin dekat kepadaNya.
Islam secara tegas mengajarkan bahwa segala yang diraih oleh manusia adalah sesuai dengan usaha dan jerih payahnya.Manusia yang selalu beusaha dengan sungguh-sungguh karena Allah pasti akan menuai hasil usahanya itu.
Do’a menjadi bagian penting dalam setiap usaha manusia. Berdo’a berarti mengetahui bahwa Allahlah yang menentukan segala usahanya.Sejatinya,tujuan do’a adalah meningkatkan kedekatan diri kepada kepada Allah  SWT sekaligus untuk memperbaiki  diri.
Dengan do’a, kedamaian dapat diraih, semangat hidup dapat ditingkatkan dan emosi dapat dikendalikan. Dengan do’a, ada harapan yang terbentang. Do’a juga menjadi penyejuk pada saat menghadapi musibah. Do’a adalah tempat kembalinya manusia setelah seharian melakukan usaha (ikhtiar). Walaupun tak terlihat hasilnya, do’a harus tetap dipanjatkan karena dibalik do’a tersimpan rahasia Allah yang amat mengagumkan.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa hakikat do’a?
2.      Apa dalil do’a tambahkan ilmu?
3.      Apa aplikasi do’a dalam kehidupan sehari-hari?
4.      Apakah aspeknya dalam bidang pendidikan?
C.       Tujuan
1.      Mengetahui hakikat dari do’a
2.      Mengetahui dalil dari do’a tambahkan ilmu beserta tafsirnya
3.      Dapat mengaplikasikan do’a dalam kehidupan sehari-hari
4.      Mengetahui aspek do’a dalam bidang pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Hakikat Do’a
1.  Pengertian Do’a
Secara bahasa Do’a berasal dari bahasa arab yaitu kata ad-du’a yang artinya permohonan atau permintaan.
Do’a menurut istilah adalah permohonan manusia kepada Allah SWT dengan penuh pengharapan agar tercapai segala sesuatu yang diinginkandan terhindar dari segala perkara yang ditakuti dan tidak diinginkan.
Do’a ialah memohon kepada Allah SWT,sesuatu permintaan yang dirumuskan dalam serangkaian kalimat yang diucapkan oleh hamba dengan penuh harap dan akan mendapatkan kebaikan dari sisinya dan dengan merendahkan diri kepadan Nya untuk memperoleh apa yang diinginkan.[1]
Do’a ialah memohon perlindungan dan atau bantuan pertolongan dari Allah.Meman Allah San Maha Pemberi dan selalu menjawabDo’a hambaNya.
Allah berfirman:
وَاذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَا ن
Artinya: Dan apabila diajukan pertanyaan kepadamu tentang tentang dIri-Ku oleh hamba-hamba-Ku,Bahwasannya Aku sangat dekat.Aku memperkenankan do’a orang yang berdo’a jika ia berdo’a kepada-Ku.(Q.S.Al-baqarah/2:186).
Inti kandungan berdo’a dapat dibagi menjadi 2 kategori,yaitu:
1) Memohon agar diberikan langsung apa yang diinginkan;
2) Memohon petunjuk  untuk memperoleh apa yang diinginkan.[2]
2.  Jenis-jenis do’a
1) Ibadah
2) Permintaan dan permohonan
3.  Keutamaan Do’a
1) Do’a adalah ibadah yang paling mulia disisi Allah SWT
2) Do’a adalah Otak Ibadah
3) Do’a adalah kunci rahmat.[3]
B.  Dalil Do’a Tambahkan Ilmu
Seorang muslim diwajibkan untuk  menuntut ilmu .Seorang hamba dalam mencari ilmu pasti ada rintangan dan hambatan serta cara-cara untuk memahami ilmu yang di pelajari supaya bisa dipahami dan mendapatkan tambahan ilmu.Yaitu dengan cara berusaha dan berdo’a agar ditambahkan ilmu serta diberikan pemahaman atas ilmu yang didapat.Berdo’a agar ditambahkan ilmu ini sesuai dengan pembahasan makalah ini  yang membahas tentang kewajiban belajar spesifik dengan sub pembahasanDo’a tambahkan ilmu yang terdapat didalam  Al-qur’an surat thahaa:20 ayat 114,yang bunyinya sebagai berikut:
فَتَعَا لَي اللهُ اْلمَلِكُ اْلحَقِّ وَلَا تَجْعَلْ بِالْقُرْءَا ن مِنْ قَبْلِ اَنْ يُقْضَّي اِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا
Artinya:
“Maka Maha Tinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya ,dan janganlah kamu tergesa-gesa  membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu,dan katakanlah:Ya Tuhanku, Tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.(QS. Thahaa/20:114)[4]
C.  Tafsir
1.    Tafsir Al-Mishbah
Didalam tafsir Al-mishbah Penempatan firman-Nya:
 فَتَعَا لَى اللهُ اْلمَلِكُ اْلحَقِ(Maha Tinggi Allah ,Maha Raja yang Haq) antara uraian tentang Al-qur’an yang diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab(Q.S thahaa ayat 113)dengan larangan tergesa-gesa membacanya (penggalan terakhir Q.S thahaa ayat 114), mengisyaratkan bahwa kandungannya adalah sesuatu yang sangat luhur dan Tinggi serta haq lagi sempurna ,serta harus diagungkan dengan mengikuti tuntunnya karena Al-qur’an bersumber dari Yang Maha Tinggi,dan dari Maharaja yang tunduk kepada-Nya semua makhluk.[5]
Firman-Nya: مِنْ قَبْلِ اَنْ يُقْضَّي  اِلَيْكَ وَحْيُهُ (sebelum disempurnakan untukmu pewahyuannya), dapat dipahami dalam arti sebelum malaikat selesai membacakannya kepadamu. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah tergesa-gesa membaca ayat-ayat Al-Qur’an sebelum malaikat Jibril menyelesaikan bacaannya. Sahabat Nabi Muhannad SAW, Ibn ‘Abbas, menguraikan bahwa  Nabi Muhammad SAW sering kali mendahului malaikat  Jibril, sehingga beliau membaca Al-Qur’an sebelum Jibril membacanya, guna mengukuhkan hafalan beliau karena beliau khawatir lupa (HR Bukhori). Misalya satu ayat yang akhirnya kata rahiman, baru saja jibril membaca rahim langsung Nabi saw menyempurnakannya dengan menambahkan kata ma, sehingga mendahului jibril dalam penyebutan kata rahiman.[6]
Dapat juga ayat 114 ini merupakan tuntutan kepada Nabi Muhammad SAW untuk tidak membacakan, yakni menjelaskan makna pesan-pesan Al-Qur’an kepada sahabat-sahabat beliau setelah jelas buat beliau maknanya,baik dalam merenungkannya dengan sungguh-sungguh maupun sebelum datangnya malaikat jibril as mengajarkan beliau tentang maknanya.Pendapat ini sangat sejalan dengan lanjutan ayat tersebut yang memerintahkan beliau berdo’a agar ditambah ilmunya.Jika makna ini diterima ,maka hal tersebut menjadi peringatan buat semua orang yang melibatkan diri dalam penafsiran Al-Qur’a agar berhati-hati dalam menafsirkannya.[7]


2.    Tafsir Al-lubab
Didalam tafsir al-lubab, surat thahaa ayat 114 menyatakan bahwa: Maha Tinggi Allah dengan ketinggiannya yang tidak terjangkau oleh nalar dan tidak dapat dilukiskan oleh kata-kata. Dialah Maharaja yang sebenar-benarnya, yang tidak dapat disentuh oleh kerajaan-Nya.[8]
Selanjutnya karena kehebatan tuntutan dari ayat-ayat Al-Qur’an atau kekhawatiran melupakan satu kata dari ayat-ayat Al-Qur’an, Nabi Muhammad saw dilarang tergesa-gesa membacanya sebelum malaikat jibril selesai membacakannya, atau dilarang tergesa-gesa menjelaskan maknanya sebelum merenungkannya ataupun sebelum datangnya malaikat jibril mengajarkan maknanya. Nabi Muhammad  SAW juga diperintahkan bermohon kepada Allah dengan berharap: ”Tuhanku, Tambahkanlah untukku ilmu,” yakni baik melalui wahyu-wahyu-Mu maupun melalui apa yang terbentang dari ciptaan-Mu di alam raya.[9]
3.    Tafsir Ibnu Katsier
Didalam tafsir ini, Allah berfirman yang artinya, ”janganlah engkau tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, hai Muhammad.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW jika menerima wahyu mengalami kesukaran menggerakkan lidahnya untuk mengikuti jibril membacakan ayat-ayat yang dibawanya, maka oleh Allah beri petunjuk agar jangan tergesa-gesa membacakannya sebelum jibril selesai membacakannya, agar Nabi Muhammad saw menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan.[10]
4.    Tafsir Al-Azhar
“Maha Tinggi Allah, Raja Yang Besar” itu ;yang janjinya benar,ancamannya benar, Rasul-rasul yang diutusnya benar, syurga yang disediakan untuk yang taat benar, neraka yang disediakan buat yang durhaka itu benar. Dan lantaran Dia benar, Dia adalah Adil. Dia belum mengazab sebelum memberi peringatan dengan mengirimkan Rasu-rasul.[11]
Raja yang benar itulah Allah, dan dari Dia turunlah Al-Qur’an.Oleh karena hati Nabi Muhammad Saw bertambah sehari, bertambah juga merasa tidak dapat dipisahkan lagi dari Al-Qur’an itu, sampai beliau ingin segera datang wahyunya itu, sedih hatinya jika jibril terlambat datang dan gembira jika ayat turun, dan bila jibril turun membacakan satu ayat, segera disambutnya dan diulangnya, walaupun kadang-kadang belum selesai turun. Maka datanglah teguran Allah:”Dan janganlah engkau tergesa-gesa dengan Al-Qur’an itu sebelum selesai kepada engkau wahyunya.”[12]
Yang demikian itu adalah sangat asyik dan rindu beliau kepada wahyu illahi itu. Maka datanglah teguran Tuhan, bahwa tidak perlu dia tergesa-gesa. Lebih baik tunggu wahyu itu sampai selesai turun, karena “kamilah”kata Tuhan, yang memerintahkan jibril menyampaikannya dan menumpulkannya dalam dirimu, hai Muhammad, sampai engkau hafal diluar kepala dan menghafalkannya, setelah dibacakan dengan jelas oleh jibril. Bilamana jibril telah selesai membacakannya, sampai pada cara mengucapkan dan mengeluarkan (makhraj) tiap-tiap hurufnya, ikutilah dengan baik bacaan itu, kemudian dari hal keterangan tentang isi dan maksudnya, jibril juga yang disuruh Tuhan menafsirkannya.[13]
Dan katakanlah: Ya Tuhanku, Tambahkanlah bagiku ilmu.”(ujung ayat 114).
Do’a Nabi Saw ini penting sekali artinya yaitu, bahwasannya disamping wahyu yang dibawa oleh jibril itu, Nabi Saw pun disuruh untuk selalu berdo’a kepada Tuhan agar untuknya selalu diberi tanbahan ilmu. Yaitu ilmu-ilmu yang timbul dari  pengalaman, pergaulan dengan manusia, memegang pemerintahan, memimpin peperangan, sehingga disamping wahyu datang juga petunjuk yang lain, seumpama mimpi atau ilham.[14]
Berkata Ibnu Uyainah:”Selalu bertambah ilm beliau s.a.w sampai atang ajal beliau.”
Didalam hadis yang dirawikan oleh ibnu Majah daripada Abu Hurairah salah satu dari Do’a Nabi s.a.w , adalah sebagai berikut:
اَلّلهُمَّ ا نْفَعْنِيْ بِمَاعَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَزِدْ نِيْ عِلْمًا وَالْحَمدُ لِّلهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ(رواه ابن ماجة عن ابي هريرة)
Artinya: “Ya Allah ,bermanfaatlah ilmu untukku dari ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku dan beri aku ilmu dari pada apa yang memberi manfaat kepadaku,dan selalulah tambah ilmu untukku, dan segala puji-pujianlah bagi Allah dalam segala hal.”[15]
D.  Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
Do’a merupakan permohonan seorang hamba kepada pencipta dengan harap  untuk memperoleh  yang dinginkan.
Orang mukmin percaya bahwa kehidupan ini hanya merupakan persiapan untuk menuju kehidupan di akhirat. Maka mereka sadar akan pentingnya perlindungan dan pertolongan Allah SWT agar mendapatkan keselamatan di dunia maupun di akhirat serta dijauhkan dari neraka. Seseorang ketika akan melakukan suatu usaha atau kegiatan pasti akan berdo’a terlebih dahulu, ini merupakan perintah Allah agar semua makhluknya untuk berdo’a kepadaNya. Setiap hari, setiap orang  muslim pasti melakukan kegiatan berdo’a seperti halnya dalam sholat, berzikir, mencari ilmu dan sebagainya. Didalam sholat dan berzikir bacaan-bacaannya sudah mengandung do’a dan setiap orang yang menuntut ilmu pasti diawali dengan niat yang baik dan berdoa agar ditambahkan ilmunya oleh Allah.Begitupun dengan hal-hal  yang lainnya.
E.   Aspek tarbawi
1)      Janganlah merasa bosan dan lelah dalam berdo’a
2)      Beroptimislah bahwa do’anya akan dikabulkan
3)      Keharusan berhati-hatilah dalam menjelaskan  kandungan Al-Qur’an
4)      Rasa takut melupakan Al-Qur’an adalah sesuatu yang terpuji
5)      Betapapun tinggi kedudukan seseorang dan dalam ilmunya,hendaknya terus belajar karena ilmu adalah  samudera tak bertepi.
6)      Hendaknya dalam usaha menuntut ilmu itu dikaitkan dengan Allah karena tidak ada sesuatu yang dapat diketahui tanpa bantuanNya.
7)      Janganlah tergesa-gesa dalam menyampaikan ilmu.


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari makalah ini yang membahas tentang  kewajiban belajar spesifik  dengan sub judul do’a tambahkan ilmu yang termuat dalam Al-Qur’an surat thahaa ayat 114 dapat disimpulkan  bahwa Nabi Muhammad s.a.w. dilarang tergesa-gesa dalam menyampaikan wahyu dan menjelaskan maknanya kepada para sahabatnya sebelum malaikat jibril selesai mengucapkan, memberikan makna serta menjelaskannya.
Oleh sebab itu, kita sebagai mahasiswa janganlah tergesa-gesa dalam menyampaikan ilmu kepada orang lain sebelum kita menguasainya dan mengetahui sumber dari manakah ilmu itu berasal serta  sebelum dosen menjelaskan dengan rinci.
B.       Saran
Saran penulis kepada para pembaca adalah, janganlah tergesa-gesa dalam segala hal. Tidak hanya dalam menyampaikan ilmu, karena tergesa-gesa adalah salah satu perbuatan setan.
DAFTAR PUSTAKA
As-Suyuthi, Imam. 2014. Asbabun nuzul, terjemahan Andi Muahammad Syahril dan Yasir Al-Maqasid. Jakarta: Al-kautsar
Ash Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasbi. 1998. Al-Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Bahreisy, Salim dan Said Bahreisy. 1990. Terjemahan  Singkat Tafsir Ibnu Katsier. Surabaya: PT. Bina Ilmu
Departemen Agama RI. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahnya.  Jakarta  Timur: CV. Darus Sunnah
Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar juz XVI. Jakarta: Pustaka Panjimas
Shihab, M. Quraish. 2012. Al-Lubab. Tangerang: Lentera Hati
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati
Yusuf, Musfirotun. 2015. Manusia dan Kebudayaan Perspektif Islam. Pekalongan: CV. Duta Utama


Biodata Penulis
Nama                     : Yusuf Aditya Wibowo
TTL                        : Tegal, 30 Juni 1998
Alamat                   : Ds. Tembok Lor rt 10/02 Adiwerna-Tegal
Hobi                       : Olahraga
Riwayat Pendidikan : SDN Harjosari Lor 02
                                    MTs SS Hasyim Asy’ari
                                    MASS Hasyim Asy’ari



[1] Musfirotun Yusuf,Manusia dan Kebudayaan Perspektif Islam(Pekalongan:CV. Duta Utama,2015)hlm 174-175.
[2] Teugku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy,Al-ISLAM,(Semarang:PT.pustaka Rizki Putra,1998),cet 1. Hlm 632
[3] Musfirotun Yusuf,Op.Cit.,hlm.177
[4] Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahnya(Jakarta  Timur:CV Darus Sunnah,2002) hlm. 321.
[5] Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah(Jakarta:Lentera Hati,2002), hlm. 377
[6] Ibid., hlm. 377
[7] Ibid.,hlm.378
[8] Quraish Shihab,AL-LUBAB,(Tangerang:Lentera Hati,2012), hlm. 414
[9] Ibid., hlm. 415
[10] Salim Bahreisy dan Said Bahreisy,Terjemahan  Singkat Tafsir Ibnu Katsier,(Surabaya:PT. Bina Ilmu,1990),hlm.279
[11] Hamka,Tafsir Al-Azhar juz XVI,(Jakarta:Pustaka Panjimas,1982),hlm.226
[12] Ibid., hlm.226
[13] Ibid., hlm.227
[14] Ibid., hlm.227
[15] Ibid., hlm.227

Tidak ada komentar:

Posting Komentar