Laman

Rabu, 26 September 2018

TT A D3 KEWAJIBAN BELAJAR SPESIFIK "(KEKUATAN ILMU PENGETAHUAN)"


KEWAJIBAN BELAJAR SPESIFIK
"(KEKUATAN ILMU PENGETAHUAN)"
QS. AR-RAHMAN AYAT 33)
Muhammad Badrudin
NIM. (2117318)
Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2018



Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semuaShalawat serta salam tetap kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAWsemoga kita semua termasuk umat yang mendapat syafaat di Yaumul Akhir nanti. Aamiin.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Muhammad Hufron selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan waktu untuk mengizinkan penulis menyelesaikan makalah ini dengan semampu penulis. Serta teman-teman yang telah mendukung sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dengan menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa, analisis materi kajian ataupun cara penulisannya. Maka dari itu penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Aamiin

Pekalongan, 28 September 2018        


Muhammad Badrudin





























BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Al-Quran merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan oleh Allah SWT melaui perantara malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang didalamnya terdapat bermacam-macam pengetahuan baik yang nyata maupun yang ghoib.
Dengan akalnya manusia berusaha menyelidiki, mengungkap keajaiban dan kegaiban, serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang ada untuk  kesejahteraan umat manusia. Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan belajar pula ilmu pengetahuan yang di peroleh dapat digunakan untuk mengetahui apa yang ada di bumi dan di luar bumi (luar angkasa).
Untuk mengetahui apa yang ada di bumi dan untuk mengetahui apa yang ada di luar bumi (luar angkasa), harus dengan kekuatan seperti dalam firman Allah dalam surat Ar-Rahman ayat 33 yang artinya ““Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah Swt.)”

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa hakikat ilmu pengetahuan ?
2.    Apa dalil kekuatan ilmu pengetahuan
3.    Apa aplikasi ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari?
4.    Apa aspek ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan ?

C.       Tujuan
1.      Mengetahui hakikat ilmu pengetahuan
2.      Mengetahui dalil kekuatan ilmu pengetahuan
3.      Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahua dalam kehidupan sehari hari
4.      Mengetahui aspek ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Ilmu Pengetahuan
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘Ilm yang berarti pengetahuan, merupakan lawan kata jahl yang berarti ketidaktahuan atau kebodohan. Sumber lain mengatakan bahwa kata ’ilm adalah bentuk masdar dari ‘alima, ya’lamu-‘ilman. menurut al-Asfahani dan al-Anbari, ilmu adalah mengetahui hakikat sesuatu.[1] Di dalam kamus bahasa indonesia, ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Sedangkan pengertian Pengetahuan ialah hasil dari keingintahuan manusia dengan suatu objek yang ingin diketahui. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi common sense, tanpa memiliki metode dan mekanisme tertentu.[2]
Pengetahuan di bagi menjadi dua : pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan bisa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindera, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara dan kegunaannya. Pengetahuan ilmiah merupakan keseluruhan bentuk upaya manusia untuk mengetahui sesuatu , dengan memperhatikan objek yang di telaah, cara yang digunakan, dan kegunaan pengetahuan tersebut. Dengan kata lain pengetahuan ilmiah memperhatikan obyek ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis dari pengetahuan itu sendiri. Jenis pengetahaun ini dalam bahasa inggris disebut science.[3]
Menurut Perspektif Al-Qur’an, pengetahuan tidak hanya di dapat melalui empiris atau pengalaman indrawi serta penalaran rasional semata, tetapi bisa juga didapatkan melalui ilham. Bahkan menurut Al-Ghazali ilham merupakan jalan pengetahuan yang benar yang dapat mengantarkan manusia kepada Ilm al-yaqin yaitu suatu keadaan yang benar-benar terbuka pada sesuatu yang diketahui sehingga tidak ada lagi keraguan.[4]
Dari pengertian Ilmu dan Pengetahuan diatas serta penjelasan mengenai Ilmu dan Pengetahuan dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Ilmu pengetahuan tumbuh dan berkembang dalam diri manusia melalui pengalaman empiris, rasional, dan ilham yang masuk melalui indra, baik zahir, batin, maupun kalbu. Dengan kata lain, indra merupakan bagian dari unsur kepribadian manusia yang menjembatani masuknya ilmu pengetahuan ke dalam diri, sehingga ilmu tersebut menjadi internal kepribadian manusia. Indra juga berfungsi karakter. Adapun karakter terbangun berdasarkan ilmu pengetahuan dan ilmu itu sendiri dipasok oleh indra. Dengan demikian, semakin aktif indra berinteraksi dengan objek pengetahuan, semakin dalam pengetahuan seseorang. Oleh karena itu Al-Qur’an selalu mengajak manusia menggunakan indranya untuk mengkaji alam dan fenomena yang terjadi.[5]
B.     Dalil Kekuatan Ilmu Pengetahuan
Dalil kekuatan ilmu pengetahuan tertera dalam Q.S Ar-Rahman Ayat 33
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
Artinya: “Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah Swt.)”. (Surah ar-Rahman/55: 33).
1.      Tafsir Al-Azhar
“Wahai sekalian jin dan manusia! jika kamu sanggup melintasi semua penjuru langit dan bumi, lintasilah!” (pangkal ayat 33). artinya bahwa di antara Rahmat-Nya Allah itu kepada kita manusia dan jin ialah kebebasan yang diberikan kepada kita untuk melintasi alam ini dengan sepenuh tenaga yang ada pada kita, dengan segenap akal dan budi kita, karena mendalamnya pengetahuan. Namun di akhir ayat Tuhan memberi ingat bahwa kekuatanmu itu tetap terbatas: “Namun kamu tidaklah dapat melintasinya kalau tidak dengan kekuatan.”(ujung ayat 33).
Suku kata pertama diberi kebebasan bagi manusia melintasi segala penjuru bumi, baik untuk mengetahui rahasia yang terpendam di muka bumi ini, ataupun hendak menuntut berbagai macam ilmu. Banyaklah rahasia dalam alam yang tersembunyi, sudah menjadi tabiat manusia untuk ingin tahu. Suku kata yang kedua memberi ingat bahwa semua pekerjaan itu sangat tergantung kepada kekuasaan, yang dalam ayat disebut Sulthan.
2.      Tafsir ibnu katsir
Ibnu katsir dalam tafsirnya mengatakan ialah: “ bahwa kamu tidaklah akan sanggup lari daripada kehendak Allah dan takdirnya, bahwa takdir itulah yang selalu mengelilingi kamu dan kamu tidak akan sanggup membebaskan diri pada kehendak-Nya atas dirimu, ke mana saja pun kamu pergi takdir itu mengelilingi kamu, demikianlah kamu selalu dalam kedudukan tertawan di dalamnya. Malaikat berdiri rapat sampai tujuh lapis sekeliling kamu, sehingga tidaklah kamu akan sanggup membebaskan diri daripada-Nya, kecuali dengan kekuasaan. Artinya dengan kehendak Tuhan.[6]
3.      Tafsir Al-Mishbah
“ Hai kelompok jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus penjuru-penjuru langit dan bumi maka tembuslah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.”
Awal ayat mengancam manusia dan jin bahwa Allah akan berkonsentrasi untuk melakukan perhitungan terhadap amal-amal mereka. Ayat diatas menegaskan bahwa mereka tidak dapat menghindari dari pertanggungjawaban serta akibat-akibatnya. Allah menantang mereka dengan menyatakan: “ Hai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus keluar menuju penjuru-penjuru langit dan bumi guna menghindar dari pertanggungjawaban atau siksa yang menimpa kamu itu, maka tembuslah keluar. Tetapi sekali-kali kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan, sedangkan kamu tidak memiliki kekuatan! Maka nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua ingkari? (Ayat 34).
Peringatan diatas merupakan salah satu bentuk nikmat Allah SWT, dan karena itu pertanyaan yang mengandung kecaman tersebut di ulang lagi.
Kata “Ma’syar” berarti jamaah/kelompok yang banyak. Agaknya ia terambil dari kata “ ‘asyrah” yang juga berarti sepuluh karena mereka tidak dihitung satu persatu, tetapi sepuluh demi sepuluh.
Didahulukannya penyebutan jin di sini atas manusia, karena jin memiliki kemampuan lebih besar dari pada manusia dalam mengarungi angkasa. Bahkan suatu ketika dalam kehidupan duniawi, mereka pernah memiliki pengalaman, waktu dalam bentuk terbatas (Q.S Al-jinn[72]: 9). Ketika menantang untuk membuat semacam al-Qur’an, yang didahulukan penyebutannya adalah manusia (Q.S Al-Isra’ [17]: 88). Itu karena dalam bahasa Al-Qur’an manusia memiliki kemampuan lebih tinggi dari pada kemampuan jin, apalagi secara tegas menolaknya adalah manusia.[7]

C.     Aplikasi dalam kehidupan
Berdasarkan penjelasan-penjelasan dari tafsir surat Ar-Rahman maka dapat diambil pelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu Senang membaca buku-buku pengetahuan sebagai bukti cinta ilmu pengetahuan. Selalu ingin mencari tahu tentang alam semesta, baik di langit maupun di bumi, dengan terus menelaahnya. Meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah Swt. untuk manusia. Oleh karena itu, manusia harus merasa haus untuk terus menggali ilmu pengetahuan. Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang dapat memperkuat iman untuk menjadikan dirinya memiliki derajat tinggi di dunia dan di akhirat. Rendah hati atas kesuksesan yang diraihya dan tidak merasa rendah diri dan malu terhadap kegagalan yang dialaminya.
D.    Aspek Tarbawi
1)      Manusia dan jin tidak akan mampu menembus penjuru langit dan bumi untuk mengetahui isinya kecuali atas kekuatan dari Allah SWT.
2)      Kekuatan dari Allah SWT itu berupa akal yang harus dikembangkan dengan cara belajar.
3)      Belajar itu wajib agar kita dapat menguasai dunia untuk kebaikan umat.


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dalam surat Ar-Rohman ayat 33 tersebut kita dapat diambil pelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu Senang membaca buku-buku pengetahuan sebagai bukti cinta ilmu pengetahuan. Selalu ingin mencari tahu tentang alam semesta, baik di langit maupun di bumi, dengan terus menelaahnya. Meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah Swt. untuk manusia. Oleh karena itu, manusia harus merasa haus untuk terus menggali ilmu pengetahuan. Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang dapat memperkuat iman untuk menjadikan dirinya memiliki derajat tinggi di dunia dan di akhirat. Rendah hati atas kesuksesan yang diraihya dan tidak merasa rendah diri dan malu terhadap kegagalan yang dialaminya.
B.       Saran
Semoga yang terdapat dalam materi ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam materi yang kami berikan. Maka dari itu kami meminta kritik dan sarannya untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.  


DAFTAR PUSTAKA

Hamka, Tafsir Al-Azhar:Juz’ XXVII, Jakarta: Pustaka Pajimas, 1982
Kadar, M. Yusuf. 2013. Tafsir Tarbawi: Pesan-pesan Al-Qur’an tentang pendidikan. Jakarta: Amzah.
Nata, Abudin.2009. Tafsir Ayat-ayat pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers.
Shihab, M. Quraish. 2005. Tafsir Al-Mishbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’a, Tanggerang: Lentera Hati
www:http//meiisya.blogspot.co.id. diakses pada tanggal 23 september 2018, pukul: 20.30 WIB.















BIODATA DIRI
Nama                     : Muhammad Badrudin
TTL                        : Pekalongan, 28 Agustus 1986
Alamat                   : Jl. Karya Bakti Gg. Pondok No.166 Rt. 01 Rw.06 Medono
Hobi                       : Membaca
Riwayat Pendidikan : MSI 14 Medono
                                    MTs SA Al-Muttaqin Medono
                                    MAN 02 Pekalongan 



[1] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat pendidikan, (Jakarta: Rajawali pers, 2009) hlm. 155
[2] www:http//meiisya.blogspot.co.id. diakses pada tanggal 23 september 2018, pukul: 20.30 WIB.
[3] Abuddin Nata, Op. Cit., hlm. 155-156
[4] Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi: Pesan-pesan Al-Qur’an tentang pendidikan, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 28
[5] Ibid,. hlm. 29
[6] Hamka, Tafsir Al-Azhar:Juzu’ XXVII, (Jakarta: Pustaka Pajimas, 1982), hlm. 197
[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’a, (Tanggerang: Lentera Hati, 2005), hlm. 518-519



Tidak ada komentar:

Posting Komentar