Laman

Kamis, 06 September 2018

TT E B2 (SIFAT ORANG BERILMU, QS. FAATHIR: 28)

KARAKTERISTIK ORANG BERILMU
(SIFAT ORANG BERILMU, QS. FAATHIR: 28)
Ika Sari
NIM: (2117093)
KELAS E

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa. Karena dengan rahmatNya, karunia serta taufik dan hidayahNya. Kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Karakteristik Orang Berilmu (Sifat Orang Berilmu, Qs. Faathir: 28)”. Dan kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M. SI selaku dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan tugas ini.
      kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kami mengenai Karakteristik Orang Berilmu (Sifat Orang Berilmu, Qs. Faathir: 28). Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat untuk dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
      Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun pembacanya. Sebelumnya kami minta maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang.

                                                                                          Pekalongan, 6 September 2018

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            Penyusun



DAFTAR ISI
 I.         KATA PENGANTAR…………………………………………………....ii
II.         DAFTAR ISI……………………………………………………………..iii
III.      PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang…………………………………………………………iv
B.  Rumusan Masalah……………………………………………………...iv
C.  Tujuan dan Manfaat……………………………………………………iv
 IV.   PEMBAHASAN  
A.    Sifat (karakter) Orang Berilmu………………………………………...1
B.     Dalil Sifat Orang Berilmu: Takut Kepada Allah SWT………………..1
C.     Syarat Dikatakan Orang Berilmu……………………………………...3
       V. PENUTUP
KESIMPULAN …………………………………………………………...5
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………......6




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Allah menciptakan manusia dengan sangat sempurna, dibandingkan makhluk lainya yaitu dengan di berikanya akal. Dengan akal manusia dapat membedakan mana yang baik dan tidak, oleh karena itu haruslah kita bersyukur atas apa yang di berikan Allah yaitu dengan menggunakan akal kita untuk mencari ilmu. Ilmu merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena orang yang berilmulah yang dapat melihat betapa besar kekuasaan Allah yang dapat menciptakan alam semesta yang beraneka ragam.
Keanekaragaman yang Allah ciptakan seperti manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya, itu semua karena kehendak-Nya. Maka Allah terangkan pula bahwa semua itu takkan diketahui sebaik-baiknya kecuali oleh orang-orang yang berilmu. Orang-orang  yang takut kepada Allah lalu bertakwa terhadap hukumanya dengan cara patuh hanyalah orang-orang yang mengetahui tentang kebesaran kekuasaaan Allah atas hal-hal apa saja yang dia kehendaki, dan Dia melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Karena orang yang mengetahui hal itu, dia yakin tentang hukuman Allah atas siapapun yang bermaksiat dengannya.
Dalam makalah ini akan di jelaskan akidah dan bukti keesaan dan kekuasaan Allah, dimana hal tersebut di jelaskan dalam surah fathir ayat ke 28.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sifat (karakter) orang yang berilmu?
2.      Bagaimana dalil sifat orang yang berilmu?
3.      Apa saja syarat dikatakan orang yang berilmu?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui sifat (karakter) oran yang berilmu
2.      Mengetahui dalil sifat orang yang berilmu
3.      Mengetahui syarat dikatakan orang yang berilmu



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sifat (karakter) Orang Berilmu
Ilmu adalah suatu sifat yang dengan sifat tersbut sesuatu yang dituntut bisa terungkap dengan sempurna. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan sarana untuk menungkap, mengatasi, menyelesaikan dan menjawab persoalan yang sedang dihadapi dalam hidup dan kehidupan manusia.
Ibnu Abbas mengatakan: “Alim sejati di antara Arrahman ialah yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatupun, dan yang halal tetap halal dan yang haram tetap haram, serta memelihara perintahNya dan yakin bahwa dia akan bertemu dengan Allah, lalu selalu menghitung amalnya sendiri”.
Sedangkan menurut Hasan Al-Basri berkata:”Orang yang berilmu ialah orang takut kepada Allah yang maha pengasih, sekalipun dia tidak mengetahui-Nya. Dan menyukai apa yang di sukai oleh Allah dan menghindari apa yang di murkai Allah.[1]
Sering terjadi pada sebagian pencari ilmu penyakit sombong, merasa dirinya paling soleh dan menganggap orang lain semuanya dibawahnya. Kemudian merasa paling dekat dengan Allah dan di cintain-Nya, sedangkan yang lain dianggap jauh dan tidak di cintai oleh Allah. Dan pada puncaknya dia merasa dosa-dosanya di ampuni, sedangkan dosa orang lain tidak akan diampuni. Hal seperti itu sangatlah tidak baik dan di tentang oleh Allah SWT. seperti firmanya dalam surah An-Najm:32 yang artinya “ Janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui siapa orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm:32).[2]   

B.     Dalil Sifat Orang Berilmu: Takut Kepada Allah SWT
Surat Fathir: 28                                                             
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْاَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذلِكَ إِنَّمَايَخْشَى اللهَ مِنَ عِبَادِه الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ(28)

Artinya: “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya, hanyalah ulama. Sesunggunya Allah maha perkasa lagi maha pengampun.”[3] 
Dari keterangan surat di atas bahwa di antara manusia, binatang melata, dan binatang ternak, bermacam-macam juga bentuk, ukuran, jenis, dan warnanya. Sebagian dari penyebab perbedaan itu dapat di tangkap maknanya oleh ilmuwan dan karena itu sesungguhnya yang takut lagi kagum kepada Allah SWT. diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama atau para ilmuwan. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.[4] Seperti Firman Allah Ta’ala:
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّموَاتِ وَالْاَرْضَ وَاخْتِلَافِ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ

Dan di antara tanda-tanda kekuasannya ialah menicptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. (Ar-Rum, 30:22)
Dan setelah Allah menyebutkan satu persatu tanda-tanda kebesaran, bukti-bukti kekuasaan dan bekas-bekas penciptannya, maka Dia terangkan pula bahwa semua itu takkan diketahui sebaik-baiknya kecuali oleh orang-orang yang berilmu tentang rahasia-rahasia alam semesta, yaitu orang-orang yang mengetahui tentang rincian-rincian ciptaan Allah. Mereka itulah yang faham akan hal itu sebaik-baiknya dan mengtahui betapa keras hantaman Allah dan betapa besar tekadnya. Orang-orang  yang takut kepada Allah lalu bertakwa terhadap hukumanya dengan cara patuh hanyalah orang-orang yang mengetahui tentang kebesaran kekuasaaan Allah atas hal-hal apa saja yang dia kehendaki, dan Dia melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Karena orang yang mengetahui hal itu, dia yakin tentang hukuman Allah atas siapapun yang bermaksiat dengannya. Maka dia merasa takut dan ngeri kepada Allah karena khawatir mendapat hukumannya.
Ada sebuah atsar yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa dia berkata:
Orang yang berilmu tentang Allah Yang Maha Pengasih diantara hamba-hambanya ialah orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun; mengahalalkan apa yag di halalkan Allah dan mengaharamkan apa yang di haramkanya, memelihara wasiatnya dan yakin bahwa dia akan bertemu denganya dan memperhitungkan amalnya.
Hasan Al-Bashid berkata:
“ Orang yang berilmu ialah orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih, sekalipun Dia tidak mengetahuinya. Dan menyukai apa yang di sukai oleh Allah dan menghindari apa yang di murkai Allah.” Sedang menurut riwayat dari aisyah:
صَنَعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَخَصَ فِيْهِ , فَتَنَزَّهَ عَنْهُ قَوْمٌ , فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيُّ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَخَطَبَ فَحَمِدَ اللهَ ثُمَّ قَالَ : مَابَالُ أَقْوَامٌ يَتَنَزَّهُوْنَ عَنِ الشَّىءِ أَصْنَعَهُ, فَوَااللهِ إِنِّى لَأَعْلَمُهُمْ بِاللهِ وَ أَشَدُّهُمْ لَهُ خَشْيَةً.

Rasulullah saw. melakukan sesuatu lalu beliau memberi rukhshah (keringanan) mengenai sesuatu itu. Namun ada suatu kaum yang menghindarinya, maka ha itu di dengar oleh Nabi saw. lalu beliaupun berkhotbah. Dipujinya allah  kemudian beliau bersabda, “kenapa ada kaum yang menghindari sesuatau yang aku perbuat. Demi Allah, sesungguhnya aku adalah yang paling takut kepadanya diantara mereka.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
Kemudian Allah menerangkan sebab dari sikap takut para ulama kepada Allah, karena sesungguhnya Allah maha perkasa dalam memberi hukuman terhadap yang kafir kepadanya, dan maha pengampun akan dosa-dosa dari orang yang beriman dan taat kepadanya. Jadi Allah maha kuasa untuk menghukum orang-orang yang bermaksiat dan menekan mereka, dan maha kuasa pula untuk memberi pahala kepada orang yang taat atau memberi maaf pada mereka. Dan adalah hak dari Allah yang memberi hukuman dan pahala yang untuk di takuti.[5]
Pengetahuan tentang fenomena alam dan sosial, demikian juga pengetahuan agama, mestinya mengahsilkan khasyat, yakni “rasa takut disertai penghormatan, yang lahir akibat pengetahuan tentang objek”, pernyataan Al-Quran bahwa yang memiliki sifat tersebut hanya ulama, mengandung arti bahwa yang tidak memilikinya tidak wajar dinamai ulama atau cedekiawan.[6]  
C.    Syarat Dikatakan Orang Berilmu
Seseorang dapat dikatakan berilmu apabila memiliki syarat sebagai berikut:
1.      Memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah SWT.
2.      Selalu beramal sesuai dengan ilmunya.
3.      Menyebarkan ilmu yang dimilikinya dan tidak menyembunyikannya.
4.      Selalu berfikir dan mentadaburi tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, meyakini bahwa seluruh yang Allah ciptakan tidak ada kebatilan sedikitpun didalamnya.
5.      Tidak menjadikan ilmunya (ilmu agama) untuk mengeruk keuntungan dunia dengan cara yang diharamkan oleh agama.
6.      Selalu mengikuti yang terbaik dari apa yang di dapatkan dan selalu mencari yang paling mendekati kebenaran.
7.      Tidak akan menyampaikan ilmunya kecuali benar-benar telah diketahui kebenaran ilmu tersebut dan tidak berbicara kecuali kebenaran semata.[7]
8.      Tawadhu’ (rendah diri).
9.      Yakin akan janji-janji (ancaman dan pahala Allah).
Karena justru tawadhu’ dan merasa kecil atau lemah maka tiada henti menuntut ilmu hingga masuk liang kubur, demikian wafat dalam kondisi syahid yang berarti khusnul khotimah.
Syukurlah bahwa setelah penutup para nabi, yaitu Nabi Muhammad saw. wafat, Allah telah menetapkan dengan kekuasaannya para pewaris ilmu yaitu sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in, dan pewaris ilmu (quran dan hhadis) sesudah mereka yaitu para ulama soleh. Ulama-ulama tersebut tempat kita bertanya, tempat kita berpijak untuk landasan beramal dan beribadah yang harus kita hormati, cintai dan ikuti.[8]  


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu merupakan suatu hal yang sangat di butuhkan oleh manusia, karena ilmu adalah suatu sifat yang dengan sifat tersbut sesuatu yang dituntut bisa terungkap dengan sempurna. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan sarana untuk menungkap, mengatasi, menyelesaikan dan menjawab persoalan yang sedang dihadapi dalam hidup dan kehidupan manusia seperti yang di terangkan dalam surah Al-Fathir ayat 28.
Dan orang yang berilmu itu harus memiliki syarat-syarat tertentu, seperti Memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah SWT, Selalu beramal sesuai dengan ilmunya, Menyebarkan ilmu yang dimilikinya dan tidak menyembunyikannya, Selalu berfikir dan mentadaburi tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, meyakini bahwa seluruh yang Allah ciptakan tidak ada kebatilan sedikitpun didalamnya, Tidak menjadikan ilmunya (ilmu agama) untuk mengeruk keuntungan dunia dengan cara yang diharamkan oleh agama,dan Tidak akan menyampaikan ilmunya kecuali benar-benar telah diketahui kebenaran ilmu tersebut dan tidak berbicara kecuali kebenaran semata.
Dimana hal diatas haruslah dimiliki oleh orang yang berilmu, supaya orang yang berilmu tetap taat dan patuh kepada Allah SWT, dan ilmu yang di dapatkan adalah ilmu yang di ridhoi Allah sehingga dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.



DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1992. Tafsir Al-Maraghi 22. Semarang: CV Tohaputra
Shihab, M. Quraish. 2012. AL-LUBAB: makna, tujuan, dan pelajaran dari surah-surah Al-Quran. Tanggerang: Lentera Hati

                                             




                                                                                                                                     



[3] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV Tohaputra, 1992), hlm. 210         
[4] M. Quraish Shihab, AL-LUBAB: makna, tujuan, dan pelajaran dari surah-surah Al-Quran, (Tanggerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 293.
[5] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi , Op.Cit, hlm. 215.
[6] M. Quraish Shihab, Op.Cit, hlm. 299.        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar