Laman

Kamis, 06 September 2018

TT E B3 Kelebihan Orang Berilmu Surat Al-Ankabut ayat 43


Kelebihan tentang Orang Berilmu

Surat Al-Ankabut ayat 43
Diah Kurnia Sari
(2117110)
Kelas : E


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018




KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Alaah SWT yang telah melimpahkan rahmat sehat serta hidayahnya kepada kita sehingga masih dapat merasakan nikmat sehat dari-Nya.
Sholawat serta salam, semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi kita semua dan yang telah menyelamatkan diri kita dari zaman yang gelap menuju zaman yang terang-benerang seperti sekarang ini.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.SI selaku pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan tugas ini serta membantu memberikan motivasi dan masukan dalam penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, mungkin masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penyusun berharap adanya kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat, Amiin.
















BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Bila dilihat dari proses penciptaannya, manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya. Meskipun manusia diciptakan dari tanah oleh Allah SWT, karena manusia dibekali dengan berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya. Sehingga pada setiap manusi pasti akan memiliki keistimewaan tersendrinya.
Keberhasilan dan pencapaian manusia terletak pada keseriusan, konsisten, dan kesinambungan dalam mencari ilmu. Dalam hal ini manusia pasti akan mempunyai  kecerdasan multiple intellingences yang berbeda-beda. Di dalam ajaran Islam mencari ilmu sangatlah dianjurkan bagi siapapun, tidak hanya memandang laki-laki atau perempuan, tidak juga memandang usia yang muda atau usia yang tua.

B.   Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Ilmu itu?
2.      Bagaimana bunyi dalil kelebihan tentang orang berilmu?
3.      Apa saja penafsiran dari surat Al-Ankabut ayat 43?
4.      Apa yang dimaksud kecerdasan manusia?
5.      Apa saja multiple intelligence dalam setiap diri manusia,?

C.  Tujuan masalah
1.      Agar manusia tidak salah mengartikan apa itu ilmu?
2.      Supaya manusia paham akan kelebihan orang berilmu dan giat untuk menuntut ilmu
3.      Memberi tahu akan banyaknya penafsiran tentang Qs. Al-Ankabut:43
4.      Agar lebih mengetahui apa itu kecerdasan manusia
5.      Untuk mengetahui bahwa kecerdasan dalam diri manusia itu ada bagiannya



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan istilah yang berasal dari bahasa arab yaitu ‘alima yang berarti mengetahui. Sedangkan  ilmu dalam perspektif al-qur’an adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna untuk menjalankan fungsi kekhalifahannya. Yang mana di dalam al-qur’an terulang 854 kali. Dalam pandangan al-qur’an manusia memiliki potensi untuk meraih ilmu serta mengembangkannya. Oleh sebab itu banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk menempuh berbagai cara untuk terwujudnya hal tersebut. Al-qur’an mengisaratkan bahwa ilmu terdiri dari dua macam di antaranya:
Pertama, Ilmu laduni adalah ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia. Seperti dalam firman Allah  QS. Al-Kahfi ayat 65


فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ ءَاتَيْنَٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَٰهُ مِن لَّدُنَّا عِلْمًا

“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba-hamba kami, yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami”.

Kedua,ilmu kasbi adalah ilmu yang diperoleh manusia karena usahanya. Seperti dalam firman Allah QS. Al-Haqqah ayat 38-39

فَلا أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُونَ (٣٨) وَمَا لا تُبْصِرُونَ٣٩

“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat”.

Maksud dari terjemahan ayat di atas, bahwa objek ilmu meliputi hal-hal yang bersifat material dan juga non material, fenomenal dan non fenomenal dan bahkan ada wujud yang tidak dapat di jangkau oleh manusia.
Sumber yang di tinjau oleh Al-qur’an untuk memperoleh ilmu pengetahuan ada empat yaitu:
1.      Al-Qur’an dan al-Sunnah, dalam kedua ini merupakan sumber pertama bagi ilmu pengetahuan. Dalam hal ini al-qur’an sering mengingatkan manusia agar memikirkan ayat-ayat Allah dan mengambil hikmah dan mengamalkannya.
2.      Alam semesta, merupakan sumber ilmu yang kedua. Dalam hal ini al-qur’an menyeru manusia untuk memikirkan keajaiban ciptaan Allah SWT serta hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
3.      Dari manusia (nafs), sebagaimana dalam firman Allah QS.al-Thariq ayat 5

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ

“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan”.

4.      Sejarah ummat manusia[1]

B.     Dalil kelebihan orang berilmu
Antara kelebihan yang dijelaskan di dalam hadith Nabi SAW bagi orang-orang yang menuntut ilmu ini, kami ingin datangkan sebuah hadith yang panjang di dalam Sahih Muslim yang menceritakan di dalam sebagian matannya akan kelebihan orang yang menuntut ilmu.
Dari pada Abu Hurairah RA, bahwa Nabi SAW besabda:   
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Barang  siapa yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah SWT akan memudahkan baginya jalan untuk ke surga. Tidaklah satu kumpulan berkumpul di dalam sebuah rumah di antara rumah-rumah Allah, membaca kitab Allah (al-Qur’an) dan mempelajarinya bersama mereka rahmat dan dinaungi oleh malaikat serta Allah SWT akan menyebut pada malaikat yang berada di sisi-Nya”.[Riwayat Muslim (4867)][2]
C.    Nash dan Artinya

وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini, kami buat untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (QS. Al-Ankabut ayat 43)

Tafsir surat Al-Ankabut ayat 43
a.     Tafsir Al-maraghiy
Allah menjelaskan beberapa faidah dibuatnya perumpamaan-perumpamaan bagi manusia untuk mendekatkan pemahaman mereka kepada apa yang sulit untuk mereka pahami, dan untuk memperjelas apa yang perkaranya terasa sulit oleh mereka, hikmahnya sulit digali, intisarinya sulit dipahami dan pengaruhnya sulit diketahui serta diikuti, karena faidahnya yang terlalu banyak kecuali oleh orang-orang yang berilmunya mendalam dan yang berpikir tentang akibat segala perkara. sebagaimana Jabir meriwayatkan dari nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, “Orang yang berilmu adalah orang yang bisa memahami Allah SWT kemudian taat menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi yang dimurkainya.[3]

b.    Tafsir al-lubab
Perumpamaan (matsal) dalam al-Qur’an mengandung makna-makna yang dalam. Ia bukan bertujuan menghiasi kalimat, bukan juga terbatas pada pengertian kata-katanya. Masing-masing sesuai kemampuan ilmiahnya dapat menimba dari perumpamaan itu pemahaman yang boleh jadi berbeda, bahkan lebih pada dari orang lain.[4]

c.    Tafsir al-Mishbah
Thabathaba’i memahami dalam arti ayat ini adalah perumpamaan yang benar dan tepat. Dalam firman Allah SWT yang berbicara tentang amtsal al-Qur’an sebagai: “Tiada ada yang memahaminya kecuali orang-orang alim” mengisyaratkan bahwa perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an mempunyai makna-makna yang dalam, bukan terbatas pada pengertian kata-katanya. Masing-masing orang, sesuai kemampuan ilmiahnya, dapat menimba dari matsal itu pemahaman yang boleh jadi berbeda, bahkan lebih dalam dari orang lain. Ini juga berarti bahwa perumpamaan yang dipaparkan disini bukan sekadar perumpamaan yang bertujuan sebagai hiasan kata-kata, tetapi ia mengandung makna serta pembuktian yang sangat jelas.[5]

D.    Kecerdasan Manusia
Dr. Howrd Gardner, Co-Director of Project Zero dan profesor Pendidikan di Harvard University. Selama bertahun-tahun telah melakukan penelitian tentang berkembangan kapasitas kognitif manusia. Dia telah mendobrak tradisi umum teori kecerdasan yang menganut dua asumsi dasar yaitu: bahwa kognisi manusia itu bersifat satuan dan bahwa setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat diukur dan tunggal. Dalam studinya kapasitas manusia, Gardner mengembangkan kriteria untuk mengukur apakah bakat itu bebar-benar kecerdasan. Setiap kecerdasan mestinya memiliki ciri perkembangan, dapat diamati dalam populasi tertentu, misalnya pada anak yang sangat pandai (jenius) atau “pelajar yang idiot” memberikan beberapa bukti lokalisasi di otak dan mendukung sistem simbol atau sistem notasi.
Ketika kebanyakan orang memiliki spektrum kecerdasan yang penuh, setiap individu menunjukan perbedaan ciri-ciri kognitif. Maka, kita memiliki tujuh jenis kecerdasan yang berbeda-beda dan menggunakannya dengan cara-cara yang sangat personal. Penelitian Gardner telah menguak rumpun kecerdasan manusia yang lebih luas daripada kecerdasan manusia sebelumnya, serta menghasilkan definisi tentang konsep kecerdasan yang sungguh pragmatis dan menyegarkan. Gardner tidak memandang “kecerdasan” manusia berdasarkan skor tes standar semata, namun Gardner menjelaskan kecerdasan sebagai berikut:
a)        Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
b)        Kemampuan untuk menghasilkan persoal-soalan baru untuk diselesaikan.
c)        Kemampuan untuk menciptakan sesuatau atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

E.       Multiple Intelligence
Dalam multiple Intelligence ini ada tujuh kecerdasan di antaranya yaitu:
a.     Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Para pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, dan penyair berita memiliki tingkat kecerdasan linguistik yang tinggi.
b.    Kecerdasan logika-matematika adalah kemampuan dalam menghitung, mengukur dan mempertimbangkan proposi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis.
c.     Kecerdasan spasial adalah kemampuan dalam membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara dimensi seperti yang dapat dilakukan oleh pelaut, pilot, pemahat.
d.    Kecerdasan kinestetik-tubuh adalah kemampuan dalam memungkinkan seseorsng untuk menggerakan objek dan keterampilan-keterampilan fisik yang halus. Kecerdasan ini dapat dilihat pada diri atlet penari, ahli bedah, dan seniman yang mempunyai keterampilan teknik. Pada masyarakat Barat ketrampilan-ketrampilan fisik tidak dihargai sebesar ketrampilan kognitif seseorang.
e.     Kecerdasan musik adalah kecerdasan yang dapat dilihat pada seseorang yang memiliki sensitivitas pada pola titik nada, melodi, ritme dan nada. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini antara lain: komposer,konduktor, musisi dan lain-lain.
f.     Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Sebagaimana budaya Barat mulai mengenalkan hubungan atara akal dan tubuh maka hal ini perlu disadari kembali pentingnya nilai dari keahlian dalam perilaku interpersonal.
g.    Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang.[6]



















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas mengenai tafsir Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 43 menjelaskan bahwa Ilmu merupakan istilah yang berasal dari bahasa arab yaitu ‘alima yang berarti mengetahui. Sedangkan  ilmu dalam perspektif Al-qur’an adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna untuk menjalankan fungsi kekhalifahannya. Dalam Al-Qur’an surat Alkanbut ini juga ada keterangan dari buku-buku tafsir seperti Tafsir Al-maraghiy, Tafsir Al-Qurthubi, Tafsir al-lubab, Tafsir al-Mishbah. Saat manusia menuntut ilmu manusia memiliki berbagai kecerdasan multiple intelligence yang berbeda-beda diantaranya kecerdasan linguistik,
logika-matematika, spasial, kinestetik-tubuh, musik, interpersonal, intrapersonal.



























DAFTAR PUSTAKA
Munir Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi mengungkap pesan Al-Qur’an tentang pendidikan.Yogyakarta: TERAS perum POLRI Gowok.
http://ulamasedunia.org/2016/10/01/kelebihan-menuntut-ilmu/
Al-Maraghiy, Ahmad Musthafa. 1989. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: CV Tohaputra.

Shihab, M. Quraish.2012. makna tujuan dan pelajaran dari surah-surah al-Qur’an.Tangerang:lentera hati.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati.

Linda Camplle, Bruce Camplle, Dee Dickinson. 2002. Multiple Intelligences metode terbaru melesatkan kecerdasan.Depok: Inisiasi Press.



[1] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi mengungkap pesan Al-Qur’an tentang pendidikan(Yogyakarta: TERAS perum POLRI Gowok, 2008), Hlm 79-94
[2] http://ulamasedunia.org/2016/10/01/kelebihan-menuntut-ilmu/

[3] Ahmad Musthafa Al-Maraghiy,Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV Tohaputra,1989), hlm 237-238
[4] M. Quraish Shihab, makna tujuan dan pelajaran dari surah-surah al-Qur’an, (Tangerang:lentera hati,2012), Hlm 112-113
[5] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm 502
[6] Linda Campbell. dkk, Multiple intelligences metode terbaru melesatkan kecerdasan, (Depok: Inisiasi Press,2002), Hlm 1-3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar