Laman

Senin, 17 September 2018

TT L C3 KEWAJIBAN BELAJAR "PAKET ULUL ALBAB" QS. ALI IMRAN AYAT 190-191


KEWAJIBAN BELAJAR
"PAKET ULUL ALBAB"
QS. ALI IMRAN AYAT 190-191
Akhmad Fakhrudin
NIM: 2117363
Kelas L

JURUSAN PAI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PEKALONGAN
2018



PAKET ULUL ALBAB
A.      Siapa Ulul Albab?
Ulul albab yaitu orang yang berakal, memiliki pikiran, perasaan dan hati. Namum bukan hanya sekedar memiliki, tetapi menggunakannya secara maksimal sehingga mampu memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas serta pandangan yang tajam terhadap sesuatu.[1]
Dalam perspektif pendidikan Islam, ulul albab adalah manusia yang berpotensi dan berkemampuan menyatukan antara unsur wahyu dan rasionalitas tersebut menghantarkan Islam pada masa keemasan dan kecemerlangan, zaman keemasan Isam yang diletakkan dasarnya oleh Nabi saw dan dikembangkan oleh para sahabat dan tabi’in yang melahirkan zaman keemasan pada era Dinasti Abbasiyah dan beberapa waktu setelahnya, yaitu antara tahun 700-1500 M. perjalanan sejarah itu telah melahirkan pakar dan saintis Islam yang mempelopori pengkajian Islam dalam berbagai cabang keilmuan yang demikian luas.
Penggunaan akal pikiran mengalami peningkatan yang luar biasa pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah, khususnya zaman al-Ma’mun. Pada masa ini terjadi kontak umat Islam dengan pemikiran Yunani yang dijumpai beberapa wilayah yang sudah dikuasai Islam. Pada zaman ini muncul para filosof muslim seperti al-Kindi, al-Farabi, al-Razi, Ibnu Rusyd, Ibnu Baja, Ibnu Tufail dan lain sebagainya.[2]


B.       Dalil karakter Ulul Albab dalam Al-Qur’an
Ulul albab adalah orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah darinya, mengambil hidayah darinya, menggambarkan keagungan Allah dan mau mengingat hikmah akal dan keutamaannya, di samping keagungan karunia-Nya dalam segala sikap dan perbuatan mereka. Sehingga mereka bisa berdiri, duduk, berjalan, berbaring dan sebagainya.[3] Allah berfirman dalam QS. Al-Haj (22) : 46
اَفَلَمْ يَسِيْرُوا فِيْ الْاَرْضِ فَتَكُوْنَ لَهُمْ قُلُوْبٌ يَّعْقِلُوْنَ بِهَآاَوْاٰذَانٌ يَسْمَعُوْنَ بِهَا ج فَاِنَّهَالاَتَعْمَى الْاَبْصَارُوَلٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوْبُ اَلَّتِيْ فِى الصُدُوْرِ {٤٦}
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman tentang karakteristik ulul albab yang tercantum dalam QS. Ali Imran : 190-191.
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْلاَرْضِ وَاخْتِلاَفِ الَّيْلِ وَانَّهَارِلَاٰيٰتٍ لِاُولِى الْاَلْبَابِلا{۱۹۰}
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًاوَّعَلَى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِجرَبَّنَامَاخَلَقْتَ هٰذَابَاطِلاً ج سُبْحَانَكَ فَقِنَاعَذَابَ النَّارِ {۱۹۱}
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. (190)
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (191)
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik ulul albab adalah:
1.             orang-orang yang tidak melalaikan Allah SWT. dalam sebagian besar waktunya mereka merasa tenang dengan mengingat Allah dan tenggelam dalam kesibukan mengoreksi diri secara sadar bahwa Allah selalu mengawasi mereka.
2.             Melakukan zikir kepada Allah saja belum tentu mendapatkan hidayah, tetapi harus dibarengi dengan memikirkan keindahan ciptaan dan rahasia-rahasia-Nya.
3.             Mereka mau memikirkan tentang kejadian langit dan bumi beserta rahasia-rahasia dan manfaat-manfaat yang terkandung di dalamnya menunjukkan pada ilmu yang sempurna, hikmah tertinggi dan kemampuan yang utuh.[4]
C.       Ulul Albab Era Mileneal
Dalam kehidupan saat ini, ulul albab mempunyai peranan yang sangat penting, sebagai unsur-unsur kontrol sosial yang dapat memberi perhatian terhadap masyarakat dalam mempertebal dan memperkokoh keimanan. Sehingga tidak tergoyahkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan terbentuk menjadi satu kesatuan yang sangat baik, tanpa pemisah antara agama dan ilmu pengetahuan.
Selain itu ulul albab era mileneal harus tetap mempertahankan syariat-syariat yang termaktub dalam al-Qur’an dengan tanpa meninggalkan analisis sosial serta teknologi yang ada sekarang.









D.      Kesimpulan
1.      Ulul albab adalah orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah darinya, mengambil hidayah darinya, menggambarkan keagungan Allah dan mau mengingat hikmah akal dan keutamaannya, di samping keagungan karunia-Nya dalam segala sikap dan perbuatan mereka. Sehingga mereka bisa berdiri, duduk, berjalan, berbaring dan sebagainya.
2.      Karakteristik Ulul Albab yaitu:
a.       orang-orang yang tidak melalaikan Allah SWT. dalam sebagian besar waktunya mereka merasa tenang dengan mengingat Allah dan tenggelam dalam kesibukan mengoreksi diri secara sadar bahwa Allah selalu mengawasi mereka.
b.      Melakukan zikir kepada Allah saja belum tentu mendapatkan hidayah, tetapi harus dibarengi dengan memikirkan keindahan ciptaan dan rahasia-rahasia-Nya.
c.       Mereka mau memikirkan tentang kejadian langit dan bumi beserta rahasia-rahasia dan manfaat-manfaat yang terkandung di dalamnya menunjukkan pada ilmu yang sempurna, hikmah tertinggi dan kemampuan yang utuh.
3.      Ulul Albab diera mileneal ini harus tetap mampu menyampaikan serta mempertahankan syariat Islam serta menganalisis keadaan masyarakat dizaman sekarang tanpa meninggalkan teknoologi yang sudah berkembang pesat.
E.       Daftar Pustaka
1.      Ejournal.kopartais4.or.id
2.      M. Darmawan Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’a, Tafsir Sosial Berdasaarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta: Parmadina, 2002)
3.      A. Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993)



Nama               : Akhmad Fakhrudin
NIM                : 2117363
Kelas               : L (Reguler Sore)
Prodi               : Pendidikan Agama Islam
Fakultas           : Fakultas Tarbiyahh dan Ilmu  Keguruan



[1] M. Darmawan Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’a, Tafsir Sosial Berdasaarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta: Parmadina, 2002), hlm. 77
[2] https://ejournal. Kopertais4.or.id, download 16-9-2018
[3] A. Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993), hlm. 290
[4] Ibid, hlm. 290-291

Tidak ada komentar:

Posting Komentar