Laman

Senin, 17 September 2018

TT L C2 “KEWAJIBAN BELAJAR [GLOBAL]” BELAJAR ILMU ALAM DAN HUMANIORA QS AL-GHASYIYAH: 17-20

“KEWAJIBAN BELAJAR [GLOBAL]”
BELAJAR ILMU ALAM DAN HUMANIORA
QS AL-GHASYIYAH: 17-20
Ali Imron
Kelas L

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018




BAB I
Pendahuluan


1.      Latar belakang
Tututan untuk mencari ilmu adalah suatu kewajiban dalam diri seseorang.Ada  banyak sekali cabang cabang ilmu yang harus di cari dan di gali oleh setiap umat islam dalam rangka mememajukan dirinya dan juga lingkungan sekitarnya .dalam hal ini dalam makalah ini ada beberapa penjelasan tentang bagaimana ilmu ilmu yang harus kita pelajari dan apa saja pendapat al-quran tentan ilmu pengetahuan dan juga sain.
Pada dasarnya ilmu-ilmu pengetahuan haruslah kita kuasai agar lebih membuka cakrawala pandangan kita semua dalam menjalani kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
2.      Rumusan masalah
a.       Apa saja klasifikasi ilmu pengetahuan
b.      Bagiman pendapat para ulama tentang ilmu pengetahuan
c.       Bagaiman tafsir dalam al-quran tentang ilmu kealaman
3.      Tujuan makalah
a.       Untuk memenuhi tugas Tafsir tarbawi
b.      Menambah wawasan tentang tafsir surat al-ghosiyah
c.       Memahami bagaiman penjelasan al-qur’an tentang ilmu kealamn


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Klasifikasi ilmu pengetahuan
Ketahuilah bahwa sesungguhya tidak wajib bagi setiap muslim dan muslimah menuntut segala ilmu ,tetapi yang diwajibkan adalah menuntut ilmu perbuatan (‘ilmu al- hal) sebagaimana diungkapkan, sebaik-baik ilmu adalah Ilmu perbuatan dan sebagus –bagus amal adalah menjaga perbuatan.
Kewajiban manusia adalah beribadah kepeda Allah, maka wajib bagi manusia (Muslim ,Muslimah) untuk menuntut ilmu yang terkaitkan dengan tata cara tersebut, seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, dan haji, mengakibatkan wajibnya menuntut ilmu tentang hal-hal tersebut . Demikianlah nampaknya semangat pernyataan Syech Zarnuji ,akan tetapi sangat disayangkan bahwa beliau tidak menjelaskan tentang ilmu-ilmu selain Ilmu Hal tersebut lebih jauh di dalam kitabnya.
Sementara itu Al Ghazali di dalam Kitabnya Ihya Ulumudin mengklasifikasikan Ilmu dalam dua kelompok yaitu 1). Ilmu Fardu a’in, dan 2). Ilmu Fardu Kifayah, kemudian beliau menyatakan pengertian Ilmu-ilmu tersebut sebagai berikut :
Ilmu fardu a’in . Ilmu tentang cara amal perbuatan yang wajib, Maka orang yang mengetahui ilmu yang wajib dan waktu wajibnya, berartilah dia sudah mengetahui ilmu fardu a’in. Ilmu fardu kifayah. Ialah tiap-tiap ilmu yang tidak dapat dikesampingkan dalam menegakan urusan duniawi
Lebih jauh Al Ghazali menjelaskan bahwa yang termasuk ilmu fardu a’in ialah ilmu agama dengan segala cabangnya, seperti yang tercakup dalam rukun Islam, sementara itu yang termasuk dalam ilmu (yang menuntutnya) fardhu kifayah antara lain ilmu kedokteran, ilmu berhitung untuk jual beli, ilmu pertanian, ilmu politik, bahkan ilmu menjahit, yang pada dasarnya ilmu-ilmu yang dapat membantu dan penting bagi usaha untuk menegakan urusan dunia.
Klasifikasi Ilmu yang lain dikemukakan oleh Ibnu Khaldun yang membagi kelompok ilmu ke dalam dua kelompok yaitu :
1.      Ilmu yang merupakan suatu yang alami pada manusia, yang ia bisa menemukannya karena kegiatan berpikir.
2.      Ilmu yang bersifat tradisional (Naqli).
bila kita lihat pengelompokan di atas , barangkali bisa disederhanakan menjadi
1). Ilmu aqliyah , dan 2). Ilmu naqliyah.
Dalam penjelasan selanjutnya Ibnu Khaldun menyatakan :
Kelompok pertama itu adalah ilmu-ilmu hikmah dan falsafah. Yaitu ilmu pengetahuan yang bisa diperdapat manusia karena alam berpikirnya, yang dengan indra-indra kemanusiaannya ia dapat sampai kepada objek-objeknya, persoalannya, segi-segi demonstrasinya dan aspek-aspek pengajarannya, sehingga penelitian dan penyelidikannya itu menyampaikan kepada mana yang benar dan yang salah, sesuai dengan kedudukannya sebagai manusia berpikir. Kedua, ilmu-ilmu tradisional .Ilmu itu secara keseluruhannya disandarkan kepada berita dari pembuat konvensi syara.
Dengan demikian bila melihat pengertian ilmu untuk kelompok pertama nampaknya mencakup ilmu-ilmu dalam spektrum luas sepanjang hal itu diperoleh melalui kegiatan berpikir. Adapun untuk kelompok ilmu yang kedua Ibnu Khaldun merujuk pada ilmu yang sumber keseluruhannya ialah ajaran-ajaran syariat dari al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Ulama lain yang membuat klasifikasi Ilmu adalah Syah Waliyullah, beliau adalah ulama kelahiran India tahun 1703 M. Menurut pendapatnya ilmu dapat dibagi ke dalam tiga kelompok menurut pendapatnya ilmu dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu : al-Manqulat, al-Ma’qulat, dan  Al-Maksyufat. Adapun pengertiannya adalah sebagai berikut :
1). Al manqulat adalah semua Ilmu-ilmu Agama yang disimpulkan dari atau mengacu kepada tafsir, ushul al tafsir, hadis dan al hadis.
2). Al ma’qulat adalah semua ilmu dimana akal pikiran memegang peranan penting.
3). Al maksyufat adalah ilmu yang diterima langsung dari sumber Ilahi tanpa keterlibatan indra, maupun pikiran spekulatif
Selain itu, Syah Waliyullah juga membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua kelompok yaitu :
1.      . Ilmu al husuli, yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat indrawi, empiris, konseptual.
2.      . Ilmu al huduri, yaitu ilmu pengetahuan yang suci dan abstrak yang muncul dari esensi jiwa yang rasional akibat adanya kontak langsung dengan realitas ilahi.[1]
B.     Dalil belajar ilmu kealaman sain dan humaniora
1.      Tafsir dari Al-Qur’an Surah Al-Ghasyiyah Ayat 17-20
Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memperhatikan makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang menunjukaan kekuasaan, keagungan,  keberadaan, dan keesaan-Nya, Dia berfirman :
خُلِقَتْ كَيْفَ الْإِبِلِ إِلَى يَنْظُرُونَ أَفَلَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan”
Bagaimana mungkin orang-orang musyrik mengingkari dan memandang mustahil adanya kebangkitan, padahal  mereka menyaksikan unta yang merupakan ternak yang akrab dengan mereka dan makhluk yang paling besar di lingkungan mereka. Bagaimana Allah menciptakannya seperti ini, tubuhnya besar, sangat kuat, sifat-sifatnya luar biasa. Jadi unta adalah makhluk yang mengagumkan.
Namun sekalipun demikian ia mau membawa beban yang berat, tunduk pada anak kecil, dimakan dagingnya,bulunya dimanfaatkan, air susunya diminum, tahan lapar dan haus. Allah memulai peringatan dengan menyebutkan unta karena pada umumnya bintang ternak orang-orang Arab adalah unta. Juga manfaat unta lebih banyak dari manfaat binatang lain; dagingnya bisa dimakan, air susunya bisa diminum, bisa ditunggangi dan membawa angkutan, dapat menempuh jarak yang jauh, tahan lapar dan haus, banyak angkutan yang dibawanya. Jadi unta adalah harta kekayaan orang Arab terbesar.
فِعَتْ رُكَيْفَ السَّمَاءِ وَإِلَى
“Dan langit, bagaimana ia ditinggikan”
Yakni apakah mereka tidak menyaksikan langit bagi ia ditinggikan tanpa tiang?
Hal ini seperti firman Allah :
“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun?”(QS. Qaaf : 6)
نُصِبَتْ كَيْفَ الْجِبَالِ وَإِلَى
“ Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan”
Yakni gunung ditancapkan tegak dan tinggi di atas bumi. Ia kokoh agar bumi dengan penghuninya tidak goncang. Memperhatikan gunung dapat membangkitkan rasa kagum. Keberadaan dan rangkaian gunung dapat dimanfaatkan orang-orang yang berjalan di daratan dan tanah yang kosong. Dan yang lebih mengagumkan lagi adalah banyak sumber-sumber air keluar dari gunung. Di dalam gunung banyak manfaat dan barang tambang yang banyak, batu-batu besar, dan batu pualam yang beraneka ragam yang mengagumkan.
سُطِحَتْ كَيْفَ الْأَرْضِ وَإِلَى
“ Dan bumi bagaimana ia dihamparkan”
Yakni bagaimana bumi dihamparkan dan dibentangkan, agar penghuninya merasa tenteram dan dapat mengambil manfaat kandungan dan hasil-hasilnya seperti barang tambang, tanaman, dan pohon-pohonan yang beraneka ragam yang semuanya dapat menopang kehidupan. Datarnya  bumi itu dari sisi yang melihat dan yang menempatinya, tidak berarti bumi tidak bulat, bahwa begitu besarnya bumi sehingga setiap bagiannya seperti datar.
Makhluk-makhluk ini disebutkan, bukan yang lain karena semua ini adalah sesuatu yang paling dekat pada manusia yang melihatnya. Mereka melihat untanya pagi dan petang, mereka melihat langit yang menaunginya, mereka melihat gunung yang mengelilinginya, dan mereka melihat bumi yang mengangkatnya.[2]


PENUTUP
1.      Kesimpulan
Sebagai makhluk Allah yang berakal sudah seharusnya kita selalu mengamati dan merenungkan hal-hal yang ada disekiitar kita, semua tentang ciptaan Allah SWT.
Melalui kita mengamati makhluk ciptaan-Nya maka kita akan menemukan bukti tanda-tanda kekuasaan, kebesaran Allah SWT. Melalui makhluk ciptaan-Nya pulalah Allah memberikan peringatan secara tidak langsung kepada kita tentang ciptaan, kekuasaan-Nya, bahwa Dia adalah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Benar Allah atas segala firman


DAFTAR PUSTAKA
Http://ghufron-dimyatiblogspot.com/2016/09.(Diakses pada 20 september 2016)





[1] Sariono.”Ilmu pengetahuan dalam Islam”.Http://refrensiagama.blogspot.com.(Diakses pada 05 Februari 2011 pukul 16.30)
Nana ayu muliawati.”Belajar ilmu-ilmu Kealaman dan Humaniora”Qs.Al-Ghosyiyah ayat 17-20”.Http://ghufron-dimyatiblogspot.com2016/09.(Diakses pada 20 september 2016)





PROFIL

NAMA                  :M.Ali.Imron
NIM                       :2117370
KELAS                    :L (Reguler sore)
ALAMAT              :Kandangserang,Pekalongan
FAKULTAS           :FTIK
JURUSAN            :PAI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar