Laman

Kamis, 18 Oktober 2018

TT D G3 SUBYEK PENDIDIKAN HAKIKI “ALLAH MENGAJARKAN SEMUA ILMU”


SUBYEK PENDIDIKAN HAKIKI
“ALLAH MENGAJARKAN SEMUA ILMU”
Maulana Mujiarto Pangestu
NIM. (2117247) 
Kelas E

JURUSAN PAI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN 
2018



KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Allah Mengajarkan Semua Ilmu”. Sholawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sebagai rahmatan lil alamin.
Alhamdulillah makalah ini dapat diselesaikan semata-mata karena limpahan karunia-Nya dan bantuan serta dukungan dari semua pihak. Penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung terutama kepada orang tua, para dosen IAIN Pekalongan khususnya kepada bapak Muhammad Hufron sebagai dosen pengampu mata kuliah tafsir tarbawi, serta teman-teman yang saya banggakan.
Sehubungan dengan materi yang dikaji dalam makalah ini yaitu “Allah Mengajarkan Semua Ilmu” yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 31. Pembuatan makalah ini tidak hanya bersumber pada Al-Qur’an saja, namun juga buku-buku pendukung sebagai referensi yangmana buku-buku tersebut memiliki keterkaitan dengan topik makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik maupun saran positif yang bersifat membangun dan memotivasi dari pembaca demi perbaikan pada makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca pada umumnya.

Pekalongan, 20 Oktober 2016

Maulana Mujiarto Pangestu
BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Dalam Al-Qur’an dapat dilihat bahwa setelah Allah menyatakan Adam sebagai khalifah di muka bumi. Allah mengajarkan kepada Adam dan semua keturunannya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan ilmu pengetahuan itu, manusia dapat melaksanakan tugasnya dalam kehidupan ini, baik tugas khalifah maupun tugas ubudiah.
Hal itu menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan itu memang benar-benar urgen dalam kehidupan manusia, terutama orang yang beriman. Tanpa ilmu pengetahuan, seorang mukmin tidak dapat melaksanakan aktivitasnya dengan baik. Oleh karena itu, Rasulullah menyuruh, menganjurkan, dan memotivasi umatnya agar menuntut ilmu pengetahuan.
Mencari ilmu adalah suatu aktivitas yang memiliki tantangan. Orang yang mampu menghadapi tantangan itu adalah orang yang memiliki keikhlasan dan semangat rela berkorban. Orang yang mencari ilmu dengan ikhlas akan dibantu oleh Allah dan akan dimudahkan baginya jalan menuju surga.
Dengan mengetahui bagaimana pentingnya ilmu pengetahuan itu, maka makalah ini akan akan membahas mengenai QS Al-Baqarah ayat 31. Dengan tujuan agar pembaca dapat lebih mengetahui lagi bagaimana pentingnya ilmu pengetahuan dan bagimana ilmu pengetahuan itu bisa ada.



  1. Judul Makalah
Makalah ini berjudul “Allah Mengajarkan Semua Ilmu” karena sesuai dengan tugas yang penulis terima dan sebagai mahasiswa dituntut untuk dapat memahami bahwa Allah-lah yang mengajarkan semua ilmu yang ada dan kita dituntut untuk dapat memahami ilmu-ilmu tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

  1. Teori
Ilmu merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘alima yang terdiri dari huruf ‘ayn, lam, dan mim. Secara harfiah ilmu dapat diartikan kepada tahu atau mengetahui. Secara istilah ilmu berarti memahami hakikat sesuatu, atau memahami hukum yang berlaku atas sesuatu.
Ada empat hal yang saling berkaitan dalam sistem perolehan ilmu, yaitu subjek yang memahami, objek yang dipahami, makna atau surah (form) yang berkaitan dengan objek yang dipahami, dan berhasilnya makna atau surah (form) itu terlukis dalam jiwa subjek yang memahami.
Pada hakikatnya, ilmu adalah salah satu sifat Allah, karena sifat itulah Dia disebut dengan ‘Alim (Yang Maha Tahu). Dia adalah sumber utama ilmu. Segala pengetahuan yang diperoleh manusia merupakan anugerah-Nya. Ilmu Allah tidak terbatas, manusia hanya memperoleh sedikit saja daripadanya. Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan ilmu dan pengetahuan yang telah diajarkan-Nya.
Al-Qur’an menggambarkan, ada dua cara Tuhan mengajar manusia, yaitu pengajaran langsung yang disebut dengan wahyu atau ilham dan pengajaran tidak langsung. Cara yang terakhir ini berati, bahwa Allah mengajar manusia melalui media yaitu fenomena alam yang Dia ciptakan.
Maka pelajarilah Al-Qur’an dan alam niscaya manusia akan mendapatkan ilmu, ketenangan serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun, Allah juga mengingatkan manusia agar mempelajari semua itu berangkat atau bermula dari Tuhan (bismi rabbik), supaya ilmu yang diperoleh tidak melahirkan kesombongan dan arogansi.[1]Terdapat lima keutamaan orang yang menuntut ilmu, yaitu:
1.      Mendapat kemudahan untuk menuju surga.
2.      Disenangi oleh para malaikat.
3.      Dimohonkan ampun oleh makhluk Allah yang lain.
4.      Lebih utama daripada ahli ibadah.
5.      Menjadi pewaris Nabi.[2]

  1. Nash dan Arti QS. Al-Baqarah Ayat: 31
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya :
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman, ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar’.”
Ada beberapa tafsiran mengenai QS Al-Baqarah ayat : 31, diantaranya :
1.      Tafsir Al-Maraghi
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا
Yang dimaksud dengan al-asma’ adalah nama-nama Allah, yakni nama-nama yang telah kita ketahui dan kita imani wujud-Nya. Sengaja digunakan istilah al-asma’ karena hubungannya kuat antara yang menamakan dan yang dinamai. Allah SWT telah mengajari Nabi Adam berbagai nama makhluk yang telah diciptakan-Nya. Kemudian Allah memberinya ilham untuk mengetahui eksistensi nama-nama tersebut. Juga keistimewaan-keistimewaan, cirri-ciri khas dan istilah-istilah yang dipakai.
ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ
Artinya, Kemudian Adam mengajarkan kepada para Malaikat beberapa nama tersebut secara ijmal dengan penyampaian berdasarkan ilham atau yang sesuai. Di dalam pengajaran dan penuturan Adam kepada para Malaikat terkandung tujuan memuliakan kedudukan Adam dan terpilihnya Adam sebagai khalifah. Dengan demikian, para Malaikat tidak lagi merasa tinggi diri. Sekaligus merupakan penunjukan ilmu Allah yang hanya dianugerahkan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ
Para Malaikat dituntut untuk menyebutkan nama-nama tersebut, tetapi mereka tidak akan mungkin mampu mengatakannya. Hal ini karena mereka sama sekali belum pernah mengetahuinya. Dalam ayat ini terkandung isyarat bahwa memegang tampuk khalifah, mengatur kehidupannya, menata peraturan-peraturannya, dan menegakkan keadilan selama di dunia ini diperlukan pengetahuan khusus yang membidangi masalah kekhalifahan, disamping adanya bakat untuk terjun di bidang ini.
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya, Apabila ada sesuatu hal yang membuat kalian heran mengenai khalifah yang diserahkan kepada manusia, dan kalian pun mempunyai dugaan kuat yang disertai bukti, maka silahkan kalian menyebut nama-nama yang Aku sebutkan dihadapan kalian.
Jadi, pengertian ayat tersebut seolah-olah mengatakan kepada Malaikat, “Kalian tidak mengetahui rahasia-rahasia apa yang kalian maksudkan. Jadi, bagaimana kalian berani mengatakan sesuatu yang belum kalian ketahui”.
Kata Haula’i terkandung suatu makna bahwa ketika Nabi Adam menyebutkan nama-nama tersebut, adalah menyebut nama-nama benda yang dapat dijangkau alat indra, seperti burung-burung, margasatwa, dan jenis-jenis hewan yang ada dihadapannya.[3]
2.      Tafsir Al Azhar
“Dan telah diajarkanNya kepada Adam nama-namanya semuanya.” (pangkal ayat 31)
Artinya diberikan oleh Allah kepada Adam itu semua ilmu:
“Kemudian Dia kemukaakan semuanya kepada Malaikat. Lalu Dia berfirman: Beritakanlah kepadaKu nama-nama itu semua, jika adalah kamu makhluk-makhluk yang benar.” (ujung ayat 31).
Sesudah Adam dijadikan, kepadanya telah diajarkan oleh Allah nama-nama yang dapat dicapai oleh kekuatan manusia, baik dengan panca indra ataupun dengan akal semata-mata, semuanya diajarkan kepadanya. Kemudian Tuhan panggillah Malaikat-malaikat itu dan Tuhan tanyakan adakah mereka tahu nama-nama itu?
      “Mereka menjawab : Maha Suci Engkau! Tidak ada pengetahuan bagi kami, kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Karena sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Tahu, lagi Maha bijaksana.” (ayat 32).
Di sini nampak penjawaban Malaikat yang mengakui kekurangan mereka. Tidak ada pada mereka pengetahuan, kecuali apa yang diajarkan Tuhan juga. Mereka memohon ampun dan karunia menjunjung kesucian Allah bahwasanya pengetahuan mereka tidak lebih daripada apa yang diajarkan juga. Yang mengetahui akan semua hanya Allah. Yang bijaksana membagi-bagikan ilmu kepada barang siapa yang Dia kehendaki.
Merenungi dari ayat ini, ahli-ahli tafsir dan kerohanian Islam mendapat kesimpulan bahwasanya dengan menjadikan manusia, Allah memperlengkap pernyataan kuasaNya.[4]
3.      Tafsir Ibnu Katsier
Di sini Allah menyebut kemuliaan kedudukan Nabi Adam a.s. karena Allah memberinya ilmu nama dari segala benda dan itu terjadi sesudah sujudnya para Malaikat kepada Adam, dan didahului pasal ini sesuai dengan pertanyaan para malaikat tetang hikmat pengangkatan khalifah di bumi yang langsung bahwa Allah mengetahui apa yang tidak mereka ketahui. Juga untuk menerangkan kelebihan Adam dengan ilmunya.
Allama Aadam al asma’a kullah. Ibnu Abbas berkata, “Mengajarkan kepada Adam nama-nama semua benda yang akan dijadikan amnusia, binatang dan lain-lainnya dari segala keperluan hajat manusia di dunia ini.”
Anas r.a. berkata, Nabi Saw. Bersabda, “Kelak pada hari kiamat akan berkumpul semua kaum mukminin, kemudian mereka berkata, Andaikan kita mendapat syafi’ yang dapat menyampaikan hal kita kepada Tuhan, lalu mereka pergi kepada Adam dan berkata, Engkau ayah dari semua manusia, Allah telah menjadikan engkau langsung dengan tangan-Nya, dan memerintahkan kepada Malaikat supaya sujud kepadamu, dan mengajarkan kepadamu nama segala sesuatu maka berikan syafaatmu kepada Tuhan untuk meringankan kami dari penderitaan ini. Jawab Nabi Adam, “Bukan bagianku”” (HR. Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, Ibnu Majah).
Dengan hadis ini nyata bahwa Allah telah mengajarkan kepada Adam semua nama dari segala sesuatu.[5]
  1. Aplikasi dalam Kehidupan
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat diambil beberapa hal, untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya:
1.      Senantiasa percaya bahwa sumber dari segala ilmu adalah Allah SWT.
2.      Selalu memotivasi diri untuk terus menerus menuntut ilmu.
3.      Tidak  merasa tinggi hati dengan ilmu yang telah dimiliki.
4.      Mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya, agar tidak sia-sia dan bermanfaat bagi orang lain.
5.      Tidak merasa malas untuk menuntut ilmu.
6.      Mempelajari berbagai macam ilmu yang ada.
  1. Aspek Tarbawi
Dari beberapa penjelasan mengenai tafsir QS. AL-Baqarah ayat 31, hikmah pendidikan yang dapat diambil ialah:
1.      Bahwa orang menuntut ilmu lebih utama dari ibadah.
2.      Orang tanpa ilmu, akan merasa bahwa hidupnya dalam keadaan gelap gulita.
3.      Senantiasa mengingat bahwa, ilmu pengetahuan sangatlah penting, karena ilmu pengetahuan lah yang menjadi kebahagiaan kita di dunia maupun di akhirat.
4.      Senantiasa mengingat bahwa Allah lah yang mengajarkan ilmu kepada manusia. Dan Allah juga lah sumber dari segala ilmu yang ada.


BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Ilmu berarti memahami hakikat sesuatu, atau memahami hukum yang berlaku atas sesuatu. Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan ilmu pengetahuan itu, manusia dapat melaksanakan tugasnya dalam kehidupan ini, baik tugas khalifah maupun tugas ubudiah. Orang yang mencari ilmu dengan ikhlas akan dibantu oleh Allah dan akan dimudahkan baginya jalan menuju surga.
Allah adalah sumber utama ilmu. Segala pengetahuan yang diperoleh manusia merupakan anugerah-Nya. ada dua cara Tuhan mengajar manusia, yaitu pengajaran langsung yang disebut dengan wahyu atau ilham dan pengajaran tidak langsung. Ilmu yang diperoleh tidak boleh melahirkan keegoisan, arogansi, dan tinggi hati.


DAFTAR PUSTAKA

M. Yusuf, Kadar. 2013. Tafsir Tarbawi (Pesan-Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan). Jakarta: Amzah.
Umar, Bukhari. 2014. Hadis Tarbawi (Pendidikan dalam Perspektif Hadis). Jakarta: Amzah.
Al-Maraghy, Ahmad Musthafa. 1985. Terjemah Tafsir Al-Maraghy. Semarang: Toha Putra.
Hamka. 2001. Tafsir Al Azhar Juz 1. Jakarta: CV Pustaka Panjimas.
Katsier, Ibnu. 1987. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset.


PROFIL PENULIS


Maulana Mujiarto Pangestu
NIM. (2117247) 
Kelas E

JURUSAN PAI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
 2018



[1] Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi (Pesan-Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan), (Jakarta: AMZAH, 2013), hlm. 16-20.
[2] Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (Pendidikan dalam Perspektif Hadis), (Jakarta: AMZAH, 2014), hlm. 16.
[3] Ahmad Musthafa Al-Maraghy, Terjemah Tafsir Al-Maraghy, (Semarang: CV. TOHA PUTRA, 1985) hlm. 137-139
[4] Hamka,Tafsir Al Azhar Juz I (Jakarta: Pustaka Panjimas,2001), hlm. 204-205
[5] Ibnu Katsier,Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier (Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, 1987), hlm. 84

Tidak ada komentar:

Posting Komentar