Laman

Rabu, 31 Oktober 2018

TT D I2 OBYEK PENDIDIKAN DIRECT (Istri Keturunan Penyejuk Hati)


OBYEK PENDIDIKAN DIRECT
(Istri Keturunan Penyejuk Hati)
    QS. Al-Furqan, 25: 74     
Siti Rubaedah Indriani
NIM. (2117276)
Kelas  : D

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018




 KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah – Nya maka kelompok 9 dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “OBJEK PENDIDIKAN’’ DIRECT’’ dalam al quran surah Al- Furqon ayat 74 ” ini.
Makalah ini Kami buat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi di semester 3 Tahun Ajaran 2018, dan sebagai media saya menyampaikan gagasan serta alat untuk saya berlatih menulis Karya Ilmiah .
Saya selaku penulis sudah berusaha menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin, akan tetapi Kami sadar dalam penulisan makalah ini banyak  kekurangan . Untuk itu, Kami membutuhkan saran dan kritik dari teman – teman semua .
Akhir kalimat saya berharap mudah-mudahan penyusunan makalah ini ada manfaatnya, Amin ya Robal Alamin .

Pekalongan, 2 November 2018
Penyusun
















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Al-qur’an adalah firman Allah yang sangat rapih dan sopan. Al-qur’an menata semua hal didunia maupun di akhirat bahkan dalam masalah percintaan Al-qur’an mengatur dengan baik. Di dalam pernikahan Al-qur’an mengaturnya dan memerintahkan setiap muslim yang bertaqwa untuk mengikuti apa yang telah diperintahkan. Pola pikir yang berbeda antara istri dan suami dapat menyebabkan konflik yang lama-kelamaan dapat memicu perceraian. Lemahnya iman juga menjadi pemicu dalam berumah tangga. Kemudian masalah-maslah rumah tangga yang sering bermunculan karena kurangnya ilmu agama dan budi pekerti yang buruk tersebut sudah dijawab dalam surat Al-Furqan  tentang do’a supaya diberi istri dan keturunan yang shalih-shalihah, agar menjadikan mereka para suami yang menjadi teladan bagi kaum yang bertaqwa.

B.     Rumusan Masalah
1. Apa hakikat istri dan keturunan?
2. Bagaimana dalil istri dan keturunan sebagai penyejuk hati?
3. Apa yang dimaksud dengan rumah tangga laksana taman surga?
4. Bagaimana pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari?
5. Aspek Tarbawi?

C.    Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat istri dan keturunan
2. Untuk mengetahui dalil istri dan keturunan sebagai penyejuk hati
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud rumah tangga laksana taman surga
4. Untuk mengetahui cara pengaplikasian Qs. Al-furqon ayat 25:74 dalam kehidupan sehari-hari
5. Untuk mengetahui aspek tarbawi dalam penjelasan berikut.






BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Istri dan Keturunan
Istri berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya adalah wanita atau perempuan. Yaitu seorang perempuan yang sudah menikah atau yang dinikahi.
Keturunan artinya anak, cucu atau generasi. Keturunan yang dimaksud disini yaitu anak.
Penyejuk hati berarti obat penawar atau obat rasa obat rasa gundah dan segala ganjalan-ganjalan masalah jiwa dan raga atau jasmani dan rohani. Penyejuk hati juga bisa disebut dengan sumber kebahagiaan. [1]

B. Dalil dan Tafsir
Q.S Al- Furqon, 25 : 74
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا  
Artinya : “ Dan orang-orang berkata,’ Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” [2]

1. Tafsir Al-maraghi
Orang orang yang memohon kepada Allah supaya diberikan keturunan yang taat dan beribadah semata mata kapada-Nya dan tidak menyekutkan dengan yang lain. Sebenarnya bagi orang yang beriman, apabila melihat keluarganya seperti dirinya, maka tentunya dia akan merasa senang dan gembira. Dia mengharapkan mereka agar dapat berguna sepanjang hidupnya dan akan bertemu denganya diakhirat. Mereka memohon agar Allah menjadikan mereka sebagai imam yang diteladani dalam menegakkan agama dengan menganugerahkan ilmu yang luas serta memberinya taufik kepada mereka untuk menjalankan amal saleh. Yang sudah tercantum dalam QS Al-Furqon ayat 74
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَب لَنَا مِن اَزوَا جِنَا وَذُرِيَتِنَا قُرَةَ اَءيُنٍ وَاجحَتِنا لِلمُتَقِينَ اِمَامًا
Artinya: “Dan orang orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, anugerahkan-lah kepada kami istri istri kami dan keturunan kami penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang orang yang bertaqwa.
2.      Tafsir Al-Azhar
Bahwa salah satu sifat ‘Ibadur Rahman itu senantiasa bermohon kepada Tuhanya supaya agar isteri- isteri mereka dan anak anak mereka dijadikan buah hati permainan mata, obat jerih pelerai demam, menghilangkan segala luka dalam jiwa, penawar segala kekecewaan hati dalam hidup. Betapapun condong hati seorang suami mendirikan kebajikan, kalau tidak ada sambutan dari isteri, hati suami pun akan luka juga. Tujuan hidup muslim adalah jamaah bukan hidup yang nafsi nafsi.Dalam hadits Rasulullah Saw dikatakan: ‘’Dunia ini adalah perhiasan hidup, dan sebaik baiknya perhiasan itu adalah isteri yang shalihah.
Apalagi seorang anak. Semua kita yang beranak berketurunan merasakan sendiri. Bahwa inti kekayaan adalah putra putri yang berbakti, berhasil dalam hidupnya. Dia berilmu, dia beriman dan beragama dan dapat menempuh hidup dalam segala kesulitanya. Dan setelah dia besar tumbuh dewasa dia tegak sendiridala rumah tangganya. Inilah anak yang akan menyambung keturunan bahagia yang tidak ada habis habisnya. [3]

C.      Rumah Tangga Laksana Taman Surga
Rumah tangga dalam islam adalah ‘tempat berteduh’, tempat terwujudnya suasana sakinah (tenteram) yang disempurnakan dalam mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih sayang).
Suasana yang sakinah, mawaddah, rahmah inilah yang dibutuhkan oleh setiap bayi yang lahir sebagai buah dari pernikahan. Anak yang dibesarkan dalam rumah tangga yang tentram, diliputi rasa kasih sayang, pasti akan menjadi anak yang tumbuh normal, dewasa, dan matang kepribadiannya. Sebaliknya apabila bayi lahir dari kegelisahan, kebencian, dan kekejaman dalam rumah tangga kelak akan menjadi ank-anak yang membalas dendam kepada masyarakat dimana dia hidup. [4]
Pada intinya jadikanlah rumah sebagai fondasi, tempat awal lahirnya sosok-sosok pribadi terbaik umat islam yang menjalankan ajaran islam sepenuhnya, sehingga dari sanalah keberkahan dan ridho akan tercurah. Rumah akan terasa aman, nyaman dan damai.[5]

D.     Aplikasi Dalam Kehidupan
Setiap isteri harus ikhlas terhadap pemberian suaminya, setiap apa yang suami
 nafkahkan kepada isterinya, tidak meminta lebih ataupun kurang, asalkan nafkah yang diberi tersebut halal. Isteri juga wajib ikhlas dengan pekerjaan yang ditanggungnya dalam kehidupan berumah tangga. Setiap isteri wajib taat kepada suami, setiap apa yang diperintahkan suai asal tidak maksiat aka isteri wajib untuk mentaatinya dan hendaklah seorang isteri rajin dalam urusan rumah tangga. Setiap suami harus membimbing isteri dan anaknya serta selalu mendoakan kebaikan untuknya. Setiap anak harus melaksanakan segala perintah orang tua dan mengasihinya serta mengerti keadaan kondisi keluargaanya.

E. Aspek Tarbawi
1.      Pendidikan awal yang dialami seorang anak adalah pendidikan keluarga.
2.      Suami isteri harus mempersiapkan kondisi yang dapat membuat mereka gembira.
3.   Anak yang saleh dan shalehah adalah penenang, seorang ayah dan ibu serta menjadi kebanggaan ereka.
4.   Seorang isteri harus ikhlas dengan tanggung jawab pekerjaanya dalam berumah tangga menerima dengan ikhlas nafkah dari suami. [6]








DAFTAR PUSTAKA
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XIX, 1982 (JAKARTA: PUSTAKA PANJIMAS.)
Al-maragi,Ahmad Musthafa TafsirAl-maraghi,JuzXXI,1993(Semarang: PT.Karya Toha Putra,)
Nashir as-Sa’di, Syaikh Abdurrahman. 2016. Tafsir Al-Qur’an. Jakarta : Dar Ibn al-Jauzi, KSA,
Hidayatullah. 2016. Jadikan Rumah tangga Kita sebagai “Baiti Jannati”. vol.16. No.20
Zaidan, Ibnu. 2015. Jadikan Rumah Laksana Surga sebelum Surga Sesungguhnya. vol.25. No.2




[1] Hamka, Tafsir Azhar Juzu XIX (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982) hlm:49
[2] Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir Al-Qur,an, (Jakarta: Dar Ibn al-Jauzi, KSA, 2016),hlm:207
[3] Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi Juz XXI,( Semarang: PT Toha Putra, 1993) hlm.77-78
[4] Hidayatullah, Jadikan Rumah Tangga Kita Sebagai “Baiti Jannati”, vol.16, No.20, Februari 2016, hlm.24-25
[5] Ibnu Zaidan, Jadikan Rumah Laksana Surga sebalum Surga Susungguhnya, Vol.25, No.2, Desember 2015, hlm.9
[6] Hamka, Tafsir Al-Azar Juzu XIX, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982)nlm.200

Tidak ada komentar:

Posting Komentar