Laman

Rabu, 10 Oktober 2018

TT E F1 TUJUAN PENDIDIKAN DIVERSIFIKASI "FUNGSI AL QUR’AN"


TUJUAN PENDIDIKAN DIVERSIFIKASI
"FUNGSI AL QUR’AN"
(QS. ALI ‘IMRAN, 3 : 138)
Mustofa
NIM. (2117206)
Kelas E
  
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018




DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI……………………… …………………………………………………………... 2
BAB  I  (PENDAHULUAN ).…………………………………………………………………. 3
 BAB II  (PEMBAHASAN)…………………………………………………………………... .4
BAB III (PENUTUP)…………………………………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..11


















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Al Qur’an merupakan sebuah mukjizat yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.  Al Qur’an juga merupakan kitab  terakhir yang Allah turunkan kepada Rasul Nya sekaligus sebagai penyempurna dari kitab- kitab sebelumnya. Namun dikalangan ummat islam di masa sekarang  masih sedikit mempelajari Al Qur’ansecara mendalam dan mengetahui isi beberapa kandungan dalam Al  Qur’an. Dari kalangan umat islam juga banyak yang mengetahui fungsi dan kedudukan Al Qur’an, generasi Muda pun demikan. Banyak yang mengharapkan generasi muda itu menjadi generasi muda yang sangat melekat dengan tuntunan wahyu illahi tersbut, dalam arti lain yaitu menjadi generasi Al Qur’an. Penulis menerangkan dalam makalah ini tenteng bagaimana hakikat Al Qur’an dan seperti apa generasi Al Qur’an, dengan harapan bisa menberikan manfaat khususnya bagi kalangan remaja yang rentan terhadap suatu hal baru.

B.     Rumusan  Masalah

1.      Bagaimana hakikat Al Qur’an yang sebenarnya?
2.      Apa dalil yang menunjukan fungsi Al Qur’an Sebagai bayan, hidayah dan mauidhoh?
3.      Apa yang dimaksud dengan generasi Al Qur’an?

C.     Tujuan Penulisan Makalah

1.      Untuk memenuhi tugas tafsir tarbawi
2.      Agar mengetahui bagaimana hakikat Al Qur’an
3.      Agar mengetahui isi kandungan Q.S Ali ‘imran ayat 138
4.      Agar mengetahui Fungsi Al Qur’an
5.      Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan Generasi Al Qur’an



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Al Qur’an
Al Qur’an menurut bahasa ialah: bacaan atau yang dibaca. Al Qur’an adalah mashdar yang diartikan dengan dengan arti isim maf’ul yaitu ”maqru’: yang dibaca”. Sedangkan menurut istilah ahli agama (‘uruf Syara’), ialah: nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Yang ditulis dalam mushaf.
Al Qur’an menurut ahli kalam ialah: yang ditunjuki oleh yang dibaca itu , yakni: kalam azali yang berdiri pada dzat Allah yang senantiasa bergerak (tak pernah diam) dan tak pernah ditimpa suatu bencana.
Ringkasnya, dapat kita simpulkan bahwa Al Qur’an merupakan wahyu illah yang diturunkan kepada nabi Mhammad saw. yang telah disampaikan kepada kita ummatnya dengan jalan mutawatir, yang mana dihukumi kafir bagi orang yang mengingkarinya.[1]  
Para Mutakallimin telah menetapkan bahwa hakikat Al Qur’an ialah: “makna yang berdiri pada dzat Allah”. Sedangkan menurut Al Ghazaly dalam karyanya Al Mustashfa: hakikat Al Qur’an ialah: Kalam yang berdiri pada dzat Allah, yaitu: suatu sifat yang qadim dari antara sifat- sifatNya. Dan kalam tersebut merupakan lafadh- lafadh Musytarak (lafadh yang mengandung makna banyak) yang dipergunakan untuk lafadh yang menunjuk keoada makna, sebagaimana dipergunakan untuk makna yang ditunjuk oleh lafadh.[2]

B.     Dalil Fungsi Al Qur’an: Bayan, Hidayah dan Mauidhoh

هَٰذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ

Artinya: “Inilah (Al Qur’an)suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagibagi orang- orang yang bertaqwa”

         Isi kandungan ayat ini adalah menceritakan tentang kisah nabi Muhammad Saw. saat melakukan perang bersama pasukannya. Ulama tafsir mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah: memperingatkan kaum muslimin bahwa kekalahan mereka pada perang Uhud adalah pelajaran bagi orang-orang Islam, tentang berlakunya ketentuan sunah Allah itu. 
Mereka menang pada perang Badar, karena mereka menjalankan dan mematuhi perintah Nabi saw.
Pada perang Uhud pun mereka hampir saja memperoleh kemenangan tetapi oleh karena mereka lalai dan tidak lagi mematuhi perintah Nabi saw. akhirnya mereka terkepung dan diserang tentara musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya, sehingga bergelimpanganlah puluhan kurban syuhada dari kaum muslimin, dan Nabi sendiri menderita luka dan pecah salah satu giginya.[3]
Pelajaran yang bisa diambil dari isi kandungan tersubut adalah ketika kita mematuhi petunjuk Allah SWT. maka kita tidak akan menyesal dan kita akan menuju ke jalan kebenaran. Sering kita lihat bahkan kita yang pernah mengalami sendiri ketika kita diberi petunjuk melalui nasihat dari orang yang lebih berpengalaman dari kita untuk melakukan mana yang semestinya kita lakukan dan mana yang semestinya kita tinggalkan, tapi kita sering mengabaikan nasihat kita dan pada akhirnya kita sendiri yang mendapat sebuah kerugian. Selain itu Al Qur’an mempunyai fungsi sebagai bayan atau penjelas, diantaranya sebagai penjelas kitab- kitab Allah sebelum Al Qur’an yang masih ijmal (global) maka dari itu Al Qur’an menejelaskan maksud dari beberap kaimat yang masih global tersebut. Selain penjelas dari beberapa kitab sebelumnya, Al Qur’an juga sebagai penjelas dari ketentuan- ketentuan Allah


1.      Tafsir Al Azhar

Mempelajari sejarah umat- umat terdahulu dan melihat berkasnya dengan mengembara, dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran. Dalam ayat ini, kita berjumpa dengan anjuran mengetahui beberapa ilmu yang amat penting, diantaranya sejarah, misalnya banyak kita bertemu dengan hal- hal penting. Meskipun tidak seluruh sejarah ditulis dalam Al Qur’an hanya kebanyakan yang berkenaan dengan sejarah perjuangan para Rasul. Selain sejarah dalam ayat ini jugamenganjurkan mengetahui beberapa ilmu yang lain, yaitu: ilmu bekas peninggalan kuno,ilmu siasat perang dan ilmu siasat mengendalikan Negara. 
            Bagian yang tengah dari ayat ini kita ditafsirkan berlaku menjadi pedoman untuk selamanya didalam menilai kenaikan suatu umat ataupun kejatuhannya, bahwasanya kelobaan akan harta dan dan kemewahan adalah pintu- pintu bagi kekalahan.
Tidaklah terdapat bukti, bahwa pada zaman Nabi kita S.A.W ada sahabat yang mengetahui sejarah contoh- contoh teladan perjuangan bangsa- bangsa yang telah lalu. Tetapi perhatian Rasulullah s.a.w dengan bimbingan wahyu, tidak pula kurang kepada keadaan kerajaan- kerajaan besar yang ada di sekeliling pada waktu itu. Tatkala masih di Makkah telah diwahyukan kepada beliau tentang peperangan antara bangsa Rum dengan bangsa Persia. Sampai setelah satu kali bangsa Rum kalah, wahyu menerangkan, bahwa setelah kekalahan yang pertama itu, bangsa Rum akan menang lagi. Ini menunjukkan bahwa Rasul Allah S.A.W. dan para sahabatnya sangat memperhatikan situasi luar negeri, seperti juga keadaan dalam negeri.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa memperhatikan orang akan memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran bagi orang yang bertaqwa. Arti pokok takwa ialah memelihara (wiqayah). Maksud dari takwa tidak lain adalah takwa kepada Allah dan takut kepadaNya. Tetapi dalam ayat ini kita bertemu dengan arti yang lain, yaitu memelihara, menjaga, awas dan waspada. Maka dengan demikian takwa kepada Allah tidaklah cukup dengan sekedar cukup dengan ibadah saja, teatp termasuk lagi dalam ketakwaan ialah kewaspadaan menjaga agama dari intaian musuh, taat kepada komando pimpinan. Sebab kalau kalah karena tidak ada kewaspadaan, jangan salahkan Allah, tetapi salahkan diri sendiri.[4]
2.      Tafsir al-Qur’an Majid An-nur,
            Al-Qur’an dan apa yang telah kami ungkapkan merupakan penjelasan bagi manusia. Disamping itu juga menjadi pedoman, pegangan, dan penjelasan bagi semua muttaqin yang mengambil manfaat dari petunjuknya.
Al-Qur’an menunjuki kita tentang masalah-masalah perang dan pertahanan, maksutnya agar kita memperhatikan persiapan yang cermat, bersungguh-sungguh menyiapkan perbekalan, mempelajari kekuatan dan kelemahan lawan, lalu kita menentukan langkah-langkah strategis yang harus dilaksanakan.[5]
C.     Generasi Al Qur’an
Generasi Al Qur’an adalah generasi yang menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup mereka, meyakini kebenaran al-Quran, membaca dan memamahinya dengan benar dan baik, serta mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Generasi itulah yang menjadi idaman bagi umat Islam kapan dan di mana pun mereka hidup dan berada.
Generasi Al Qur’an di zaman Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallamadalah generasi yang mengambil al-Qur’an sebagai sumber utama kehidupannya. Sekaligus juga menjadi ukuran dan dasar berpikir mereka. Padahal bukan berarti ketika itu manusia tidak memiliki peradaban di bidang pengetahuan dan kebudayaan sama sekali tidak. Malah justru di waktu itu peradaban Romawi beserta Persia sedang berada dalam masa-masa puncak kejayaannya.
Akan tetapi, mengapa lantas Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallammembatasi genarasi pertama ini dari segala peradaban dan pemikiran yang telah ada pada waktu itu, padahal telah sedemikian maju? Itu karena beliau ingin membentuk generasi baru yang benar-benar hidup di bawah naungan Al-Qur’an. Tidak terkontaminasi sama sekali dengan pola pikir bangsa Romawi yang merupakan induk dari budaya materialisme. Juga bersih dari pengaruh budaya-budaya paganisme lainnya di sekitar jazirah Arab, seperti Persia, India, Yunani, serta Cina. Mustahil Islam dapat menjelma menjadi sebuah peradaban baru –dalam artian benar-benar lepas dari pengaruh kebudayaan lainnya– tanpa adanya sebuah manhaj baru yang mampu membebaskan umat manusia dari segala bentuk penghambaan terhadap sesama makhluk. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam hendak membangun generasi yang dapat menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia, dan itu berlandaskan dengan nilai-nilai kemuliaan yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.[6]
Upaya yang dapat dilakukan dalam membentuk generasi Al Qur’an bisa dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya dengan metode dakwah bil hikmah, yaitu menyampaikan seruan secara arif dan juga bijaksana. Memberikan kesempatan bagi para pendengar untuk  mengambil keputusan sendiri dan tidak dengan melalui paksaan sehingga pelaku benar-benar melakukan karena Allah. Menyampaikan dakwah secara persuasive dan membuat tersadar dengan sendirinya. Metode dakwah ini adalah metode dakwah yang paling bermakna, biasanya ditujukan pada mereka yang baru mengetahui tentang Islam[7].
Begitu juga sama halnya dengan membentuk generasi Al Qur’an dalam  Dunia pendidikan bahwa konsep pendidikan anak menurut Alquran diarahkan pada upaya menolong anak didik agar dapat melaksanakan fungsinya mengabdi kepada Allah. Seluruh potensi yang dimiliki anak didik, yaitu potensi intelektual, jiwa dan jasmani harus dibina secara terpadu dalam keselarasan, keserasian dan keseimbangan yang tergambar dalam sosok manusia seutuhnya (insan kamil). Hal ini harus pula berimplikasi terhadap materi, metode dan lain-lain yang berhubungan dengannya, sehingga membentuk suatu sistem pendidikan yang menyeluruh. Menyatu dan sempurna (komprehensif dan integratif).
Diskripsi pendidikan anak yang diberikan oleh Alquran nampak memperlihatkan sosok yang komprehensif, mulai dari aspek-aspek tujuan, materi, metode, evaluasi dan seterusnya. Namun demikian pada semua aspek pendidikan itu, Alquran nampak lebih memposisikan dirinya sebagai pemandu dalam prinsip dan tidak memasuki kawasan yang lebih bersifat teknis. Mengenai bagaimana tujuan yang dirumuskan, meteri disusu, guru-guru dilatih termasuk orang tua (ibu-bapak) dan evaluasi dilakukan, semua itu diserahkan pada kita.[8]
Hubungan Q.S. Ali ‘imran dengan generasi Al Qur’an ialah sebagai generasi muda pada kebanyakan itu masih pekat dengan masalah duniawi yang bersifat pada sisi negatif. Mereka banyak mengabaikan petunuk yang semestinya dilkaukan. Kitab suci Al Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Khususnya bagi para remaja yang diharapkan kedepannya menjadi generasi Al Qur’an yang sesuai dengan petunjuk yang benar yaitu Al Qur’an Itu sendiri









BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
 hakikat Al Qur’an ialah: Kalam yang berdiri pada dzat Allah, yaitu: suatu sifat yang qadim dari antara sifat- sifatNya. Dan kalam tersebut merupakan lafadh- lafadh Musytarak (lafadh yang mengandung makna banyak) yang dipergunakan untuk lafadh yang menunjuk keoada makna, sebagaimana dipergunakan untuk makna yang ditunjuk oleh lafadh. Al Qur’an mempunyai funsi sebagai petunjuk dan ajakan terhadap manusia untuk berbuat baik.

Generasi Al Qur’an adalah generasi yang menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup mereka, meyakini kebenaran al-Quran, membaca dan memamahinya dengan benar dan baik, serta mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Generasi itulah yang menjadi idaman bagi umat Islam kapan dan di mana pun mereka hidup dan berada.

B.     Saran
Penulis sangat mengharapkan sekali saran dari para pembaca agar penlis bisa memperbaiki karya ilmiah ini. Di samping itu punulis juga masih nbelajar jadi tidaklah mungkin bila tiada terjadi sebuah kesalaha dalam penlisan karya ilmiah ini.













DAFTAR PUSTAKA
A.    Buku
1. Hamka. 1983. Tafsir Al Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas
2. Ash Shiddieqy,  Hasbi. 1953. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur’an l Tafsir. Jakarta:Bulan Bintang

3.  Ash-Shiddieqy,Muh Hasbi. 2000Tafsir al-Qur’an Majid An-nur. Semarang: Pustaka Rizki Putra

B.      Jurnal
1.      Membentuk Generasi Qurani Melalui Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an,( Jurnal Studi Al-Qur’an; Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani  Vol. 5, No. 1, Tahun. 2009 P-ISSN: 0126-1648, E-ISSN: 2239-2614)

2.      Konsep Dasar Uin Maliki Malang Dalam Mencetak Generasi Qur’ani Berbasis Ulul Albab  (Malang: Al Iman UIN Maliki  2017) . Jurnal keislaman dan kemasyarakatan vol 1 No. 1

C.     Blog




[1] HasbiAsh Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur’an l Tafsir, (Jakarta:Bulan Bintang, 1953)  hlm. 15- 17
[2] Ibid hlm. 24
[4] Hamka, Tafsir Al Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983) hlm. 122- 123
[5]Teungku Muh Hasbi Ash-Shiddieqy, , Tafsir al-Qur’an Majid An-nur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,2000) hlm. 614


[6] https://isykarima.com/generasi-qurani-apa-dan-mengapa/ diakses pada tanggal : 12 Oktober  2018, 01:00 WIB

[7] Konsep Dasar Uin Maliki Malang Dalam Mencetak Generasi Qur’ani Berbasis Ulul Albab  (Malang: Al Iman UIN Maliki  2017) . Jurnal keislaman dan kemasyarakatan vol 1 No. 1, hlm. 74

 

[8] Membentuk Generasi Qurani Melalui Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an,( Jurnal Studi Al-Qur’an; Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani  Vol. 5, No. 1, Tahun. 2009 P-ISSN: 0126-1648, E-ISSN: 2239-2614) hlm. 44



Tidak ada komentar:

Posting Komentar