Laman

Kamis, 18 Oktober 2018

TT A G3 SUBYEK PENDIDIKAN HAKIKI "ALLAH MENGAJAR NABI ADAM"


SUBYEK PENDIDIKAN HAKIKI
"ALLAH MENGAJAR NABI ADAM"
QS,AL-BAQARAH AYAT:31
 Abu Chamid al Ghoyali
NIM. (2117127) 
Kelas:A

 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PEKALONGAN 
2018







KATA PENGANTAR

            Segala puji dan syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya. Sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SUBYEK PENDIDIKAN HAKIKI” Allah mengajarkan ilmu “Q.S Al-Baqarah [002]:31” ini dengan baik tanpa suatu halangan apapun Shalawat serta salam semoga selalu senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari kebodohan menuju alam terang benderang ini dengan bercahayakan iman, islam dan ikhsan.
     Tak lupa saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Dosen Pengampu mata         kuliah Tafsir Tarbawi Bapak Muhammad Hufron, MSI yang telah mendukung terselesaikan nya makalah ini  Saya menyadari terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna pada makalah yang saya buat ini, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
            Demikianlah makalah ini dibuat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, terimakasih.










BAB 1
PENDAHULUN
A.    Latar Belakang Masalah
Allah swt. telah mengajarkan kepada manusia dengan beragam karakter yang unik disitulah titik tanda awal pendidikan. Dalam sejarah, pendidikan telah di lakukan oleh manusia pertama di muka bumi, yaitu sejak Nabi Adam as. Bahkan didalam Al-qur’an dinyatakan bahwa proses pendidikan ini muncul karena adanya motivasi pada diri Adam serta kehendak Allah swt. Sebagai pendidik langsung Adam dengan mengajarkan beberapa nama. Pada kesempatan ini pemakalah berusaha mengungkapkan bahwa manusia didunia ini memang benar membutuhkan pendidikan. Karena tanpa pendidikan hidup manusia akan tidak teratur bahkan bisa merusak sistem kehidupan didunia. Hal ini terbukti dengan pendidikan Nabi Adam as. Yang diterima langsung dari Allah swt.
B.    Rumusan Masalah
1.    jelaskan terbentuknya nabi adam?
2.  Tuliskan Q.S Al-Baqarah : 31 beserta artinya?
3.    Jelaskan Q.S Al-Baqarah : 31 yang terdapat di berbagai Tafsir?
4.  Sebutkan Aplikasi dalam Kehidupan dan Aspek Tarbawinya?
C.    Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui terbentuknya nabi adam a.s
2. untuk mengetahui Q.S Al-Baqarah ayat 31 dan artinya.
3. untuk mengetahi tafsir dalam Al-Qur’an surat Al- baqarah ayat 31.
4.untuk mengetahui aplikasi dalam kehidupan aspek tarbawi.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Terciptanya Nabi Adam A.S.
Sesudah langit dan bumi, malaikat dan jin atau iblis diciptakan. Maka Allah hendak menciptakan makhluk yang akan diperintah untuk mengelola bumi. Hal itu diutarakan kepada para malaikat. “Aku akan menciptakan manusia untuk menjadi pengaturdibumi.”
             Para malaikat mengira lalai dalam menjalankan tugasnya maka mereka berkata, “Mengapa Tuhan menciptakan manusia ? Bukankah mereka hanya akan berbuat kerusakan di atas bumi. Mereka akan saling bermusuhan dan berbunuhan. Sedangkan kami para malaikat senantiasa patuh dan mengagungkan nama-Mu ?”
Untuk melenyapkan kekhawatiran para malaikat itu, Allah kemudian berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
           Para malaikat bungkam mendengar penegasan Allah itu. Bukankah Allah maha mengetahui segala sesuatu? Demikianlah Allah kemudian menciptakan Adam dari tanah liat dan lumpur hitam. Setelah terbentuk kemudian dimasukkan roh ke dalamnya. Adam pun kemudian hidup. Bisa berdiri tegak.
Allah kemudian memerintahkan para malaikat untuk bersujud atau menghormat kepada Adam. Para Malaikat pun bersujud sebagai pernyataan hormat dan ucapan selamat atas terciptanya Adam. Hanya Iblis yang tidak mau bersujud. Ia membangkang perintah Allah.
           “Apakah yang membuat engkau tidak mau bersujud kepada Adam?”
“Saya lebih baik dari Adam. Engkau ciptakan saya dari api sedang Adam hanya dari segumpal tanah.” kata Iblis menyombongkan diri. Yang berpendapat api lebih baik daripada tanah adalah Iblis sendiri. Padahal hanya Tuhanlah yang Maha Tahu siapa yang lebihmulia.
           Allah murka mendengar jawaban Iblis, “Hai Iblis keluarlah engkau dari sorga. Sungguh tidak patut kau tinggal di sini lagi dan terkutuklah engkau selama-lamanya!”
Iblis berkata, “Wahai Tuhan! Engkau kutuk dan Engkau usir aku dari sorga karena Adam. Saya rela. Tapi kabulkanlah permohonan saya untuk hidup lama hingga hari kiamatnanti.”
           Permohonan Iblis dikabulkan. Ia akan dibiarkan hidup sampai hari kiamat tiba. Iblis kemudian bersumpah, “Ya, Tuhan karena Engkau telah menghukum saya sebagai yang tersesat, maka saya akan menghalang-halangi Adam dan keturunannya dari jalan-Mu yang lurus. Saya akan mendatangi mereka dari muka dan belakang dari kiri dan dari kanan!”
            Itulah sumpah Iblis. Ia bertekad akan menyesatkan Adam dan keturunannya agar mereka menjauhi perintah Tuhan berbuat kekacauan di muka bumi, sating bermusuhan dan berbunuhan satu sama lain.


  1. TEORI Q.S AL-BAQARAH,2: 31
         Salah satu yang membedakan manusia dari hewan adalah kepandaiannya dalam berbicara karena Allah swt. Yang telah menganugerahi kepandaian tersebut sehingga manusia mampu mengenal, mengingat, dan mengucapkannya. Manusia juga menciptakan kata-kata yang memiliki makna, tidak seperti makhluk lain. Hal ini di jelaskan dalam firmanNya : “Yang Maha Pemurah yang telah mengajarkan Al-qur’an, Dia menciptakan manusia dan mengajarkannya pandai bicara” (QS. Ar Rahman : 1-4).[1][1]
            Dalil allah mengajar nabi adam:                                                                                             
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
             Artinya:
             Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian    mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (Qs,AL-Baqarah,2:31)
  1.   Kandungan Q.S AL-BAQARAH,2:31
ayat ini Allah swt. Menunjukkan suatu keistimewaan yang telah di karuniakan-Nya kepada Adam as. Yang tidak pernah dikaruniakan kepada makhluk lain, yaitu ilmu dan pengetahuan dan kekuatan akal atau daya pikir yang memungkinkannya untuk mempelajari sesuatu dengan sedalam-dalamnya, sehingga Adam as. Beserta keturunannya lebih patut untuk dijadikan “Khalifah” dibanding makhluk lainnya. Allah swt. Mengajarkan pada Nabi Adam as. Berupa nama-nama dan sifat-sifat dari semua benda yang Malaikat pun tidak bisa menjawab pertanyaan yang Allah swt. Berikan, hal ini untuk memperlihatkan keterbatasan ilmu pengetahuan para malaikat itu dan agar mereka mengetahui bahwa Allah swt. Maha mengetahui dari apa yang mereka (malaikat) tidak tahu.[2][2]
D .    TAFSIR AYAT BERDASARKAN KITAB TAFSIR
1.     Tafsir Al-Misbah
Dia yakni Allah swt. Mengajar Adam nama-nama benda seluruhnya, yakni memberinya potensi pengetahuan tentang nama-nama atau kata-kata yang digunakan menunjuk benda-benda, atau mengajarkannya mengenal fungsi benda-benda. Ayat ini menginformasikan bahwa manusia di anugrahi oleh Allah potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api, fungsi angin, dsb. Dia juga di anugrahi potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia (anak kecil) bukandimulai dengan kata kerja, tetapi mengajarnya terlebih dahulu nama-nama. Ini Papa ini Mama, itu pena itu buku, dsb. Itulah makna yang dipahami oleh para ulama dari firmanNya : “Dia mengajar Adam nama-nama (benda) seluruhnya”.
 Setelah pengajaran Allah dicerna oleh Adam as, sebagaimana dipahami dari kata kemudian, Allah mengemukakannya benda-benda itu kepada para Malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu, jika kamu benar , dalam dugaan kamu bahwa kalian lebih wajar menjadi khalifah. Sebenarnya perintah ini bukan bertujuan penugasan menjawab, tetapi bertujuan membuktikan kekeliruan mereka. Para Malaikat pun menjawab sambil menyebut menyucikan Allah swt. “Maha suci Engkau, Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Maksud mereka (Malaikat) apa yang Engkau tanyakan itu tidak pernah diajarkan kepada kami. Engkau tidak ajarkan kepada kami itu bukan karena Engkau tidak tahu, tetapi karena ada hikmah dibalik itu. Itulah yang menjadikan manusia istimewa karena kemampuannya yang diberi Allah kepadanya berupa kemampuan mengekspresikan apa yang terlintas dibenaknya, serta kemampuannya menangkap bahasa sehingga ini mengantarnya kepada “Pengetahuan”. Di sisi lain, kemampuan manusia merumuskan ide dan memberi nama bagi segala sesuatu merupakan langkah menuju terciptanya manusia berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan.[3][3]
2.     Tafsir Al-azhar
Sebelum kita bahas mengenai makna pada ayat 31 ini sebelumnya telah turun ayat berturut-turut yaitu 28 dan 29 yang Allah terangkan pada Firman-Nya adalah yang makna intinya sebagai berikut : “Bagaimana kamu kufur terhadap nikmat Allah”?, padahal seluruh isi bumi telah disediakan untukmu, lalu turunlah ayat khalifah : “Dan (ingatlah) tatkala Tuhan yang engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan dibumu seorang khalifah” (pangkal ayat 30). Lalu “Mereka berkata : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau? Dia Berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui !” (ujung ayat 30). Disitu para malaikat meminta penjelasan dan Allah menyatakan maksud-Nya bahwa Allah swt. Tidak membantah pendapat dari Malaikat-Nya, namun Allah menjelaskan bahwasannya pendapat dan ilmu mereka tidaklah seluas dan sejauh pengetahuan Allah.
Bukanlah Tuhan memungkiri bahwa kerusakanpun akan timbul dan darahpun akan tertumpah tetapi ada maksud lain yang lebih jauh dari itu, sehingga kerusakan hanyalah sebagai pelengkap saja dan pembangunan dan pertumpahan darah hanyalah satu tingkat perjalanan hidup saja di dalam menuju kesempurnaan. Demikian sedikit penjelasan mengenai pertanyaan Malaikat. Kemudian di turunkan lanjutan ayat yaitu Allah menciptakan khalifah dan khalifah itu ialah Adam. “Dan telah diajarkanNya kepada Adam nama-namanya semuanya” (pangkal ayat 31). Artinya diberilah oleh Allah kepada Adam itu semua ilmu. “kemudian Dia kemukakan semuanya kepada Malaikat. Lalu Dia berfirman : Beritakanlah kepadaKu nama-nama itu semua, jika adalah kamu makhluk-makhluk yang benar.” (ujung ayat 31). Sesudah Adam dijadikan, kepadanya telah diajarkan oleh Tuhan nama-nama yang dapat dicapai oleh kekuatan manusia, baik dengan pancraindra maupun dengan akal semata-mata, semuanya diajarkan kepadanya. Kemudian Tuhan panggillah Malaikat-malaikat itu dan  Tuhan tanyakan adakah mereka tahu nama-nama itu ? Jika benar pendapat mereka selama ini bahwa jika khalifah itu penyebab terjadinya kerusakan dan pertumpahan darah, sekarang cobalah jawab pertanyaan Tuhan : Dapatkah mereka menunjukan nama-nama itu ? maka turunlah ayat 32 “Mereka menjawab : Maha Suci Engkau! Tidak ada pengetahuan bagi kami, kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Karena sesungguhnya Engkaulah yang Maha Tahu, lagi Maha Bijaksana.” (ayat 32).[4][4]







Pelajaran yang dapat dipetik dari surat al-baqarah ayat  31 :
1.   Allah swt. Adalah Pencipta manusia yang ditugasi-Nya menjadi khalifah, yakni mengelola bumi sesuai dengan tuntunan-Nya. Pengelolaan dimaksud, antara lain adalah memelihara dan mengembangkannya sesuai dengan penciptaan masing-masing.
2. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kelebihan karena ilmu yang dianugerahkan Allah swt. Kepadanya tanpa mengembangkan potensi pengetahuan, maka seseorang tidak wajar memperoleh kedudukan terhormat sebagai manusia.
3.  Yang bertugas memiliki tanggung jawab harus memahami tugas yang diembannya serta mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan tugas itu. Allah swt. Menyampaikan rencana-Nya kepada malaikat agar malaikat yang bertugas menangani manusia dan penciptaan alam mengetahui tentang objek tugasnya, baik dalam hal pemeliharaan, pencatatan amal, kematian, dll. Demikian juga halnya dengan manusia yang diberikan potensi ilmu menyangkut segala sesuatu serta pengalaman manis berada di syurga dan pahit di gelincirkan setan agar menjadi bekal dalam melaksanakan tugas kekhalifahan dan mengelola bumi guna menciptakan bayang-bayangsyurga di pentas bumi serta menyadari dampak buruk mengikuti setan.
4.   Allah swt. Senang dan menghendaki agar hamba-hambaNya yang berdosa segera bertaubat.
5.  Manusia sangat memerlukan petunjuk Ilahi guna menghilangkan keresahan dan meraih kebahagiaan, sebagaimana dipahami dari penyesalan Nabi Adam as. Dan kegelisahannya yang tersingkap dengan adanya bantuan Ilahi.
6.  Islam tidak mengenal dosa waris, bukan saja karena Allah swt. Telah mengampuni Nabi Adam as. Atas kesalahannya, tetapi karena juga seseorang tidak boleh/dapat menanggung dosa yang dilakukan orang lain. Mengukuhkan dosa kepada orang lain adalah penganiayaan bagi yang tidak berdosa.[5]



B.    APLIKASI DALAM KEHIDUPAN
Pertama, membuat manusia sadar bahwa betapa tidak berarti dirinya dihadapan Allah swt. Sebab seluruh ilmu yang dimiliki manusia ibarat setitik air laut secara keseluruhan. Oleh karena itu manusia tidak ada alasan untuk sombong dan menjadikan ilmu menjadi penyebab kekufuran kedurhakaan kepada yang Maha Mengetahui segalanya. Seharusnya manusi menjadikan ilmu untuk alat ber-taqarub kepadaNya sebagaimana perilaku para ulil albab.
Kedua, dengan menyadari bahwa ilmu Allah swt. Sangat luas, tidak ada satupun - betapa pun kecil dan halusnya – yang luput dari ilmuNya maka manusia akan dapat mengontrol tingkah laku, ucapan amalan bathinnya sehingga selalu sesuai dengan yang diridlai Allah swt.
Ketiga, keyakinan terhadap ilmu Allah swt. Akan menjadi terapi yang ampuh untuk segala penyelewengan, penipuan dan kemaksiatan lainnya. Maka dalam pemahamannya adalah dengan mengaplikasikan sifat Allah swt. Tersebut dalam kehidupan nyata sehari-hari, berusaha melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya karena Allah Maha Melihat, Mendengar, memperhatikan segala apa yang kita lakukan dimana saja.

  1. ASPEK TARBAWI
1. Allah SWT mengajari kita kekuatan, dengan cara memberi kita kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar.
2. Allah SWT mengajari kita kebijakan, dengan cara memberi kita berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana.
3. Allah SWT memberi kita kemakmuran, dengan cara memberi kita otak dan tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran.
4. Allah SWT mengajari kita keteguhan hati, dengan cara memberi bencana dan bahaya untuk diatasi.
5. Allah SWT mengajarkan kita cinta, dengan cara memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai.
6. Allah SWT mengajari kita kemurahan dan kebaikan hati, dengan cara memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti.
7. Dan Allah SWT mengajari kita terhadap apa yang tidak kita ketahui. Akhirnya kita tahu, ternyata Allah menyelipkan ilmu dalam setiap benda ciptaan-Nya. Dan kita sebagai manusia sekaligus sebagai “peserta didik”-Nya diwajibkan untuk mengikuti kurikulum rancangan-Nya. Karna alam ini adalah universitas tanpa batas, universitas tanpa pagar sebagai grand-design yang amat sempurna.






























BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Demikianlah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna, seimbang, beraturan, sistemik. Maka Allah lah yang paling tahu hakikat dan tujuan penciptaan-Nya, dan telah dikabarkan-Nya ciptaan Allah SWT. Itu kepada manusia. Manusia telah diperintahkan untuk bertafakur atas ciptaan-Nya, sehingga mampu memanfaatkannya. Dan agar manusia mampu mengenal pencipta-Nya, serta mengagungkan-Nya. Dengan ilmu-Nya Allah mengajarkan kepada hamba-Nya apa-apa yang telah diciptakan dengan proses terjadinya, sehingga manusia akan menjadi tahu dan berilmu. Setelah itu akan lahir cabang-cabang ilmu pengetahuan yang menyebar ke setiap penjuru dunia. Dengan ilmunya manusia diharapkan menemukan kebenaran dan menjadikannya sebagai landasan kehidupan.

B.    SARAN
Apa yang ada dalam makalah ini bukan semata pemikiran penulis, akan tetapi diambil dari berbagai referensi yang berkaitan dengan judul yang ditugaskan kepada kami, untuk itu marilah kita ambil hikmah dan manfaatnya.          














DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Qayim Al-Jauzi, 2001 Tafsir Ayat Al-qur”an  Tafsir Tarbawi JakartaPT.RajaGrafindo Persada
M. Quraish  Shihab, 2000 Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-qur’an Ciputat Tangerang: Penerbit Lentera hati
Dr. Hamka, 1982 Tafsir Al-Azhar  Juz Jakarta: Pustaka Panjimas
M. Quraish  Shihab, Al-Lubab 2012 Makna,Tujuan, dan Pelajaran dari Surat-surat
Al-qur’an Ciputat Tangerang: Lentera Hati
Al-maraghi,A.M, 1985 tafsir al-maraghi jilid 1,semarang:toha putra


















Biodata Pribadi Saya

Nama Lengkap : abu chamid al,g
Biasa dipanggil : chamid
Tempat, tanggal lahir : grobogan,14 november 1998
Agama : ISLAM
Warga : Indonesia
Alamat : Jl. Elida No:2 pasekaran indah kab,batang
No Hp 08221817251
Email : abuchamid122@gmail.com






[1] [1] . Ibnu Qayim Al-Jauzi,  Tafsir Ayat Al-qur”an  (Tafsir Tarbawi), (jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2001) hlm.76

[2] [2]. Ibid hlm 78

[3] [3]  M. Quraish  Shihab, Tafsir Al-Misbah  (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-qur’an) , (Ciputat Tangerang: Penerbit Lentera hati, 2000) hlm. 145-147

[4][4] [4]  Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar  (Juz !), (jakarta: Pustaka Panjimas, 1982) hlm. 198-204

3 . Tafsir Al-Maraghi

Yang dimaksud dengan al-asma’ adalah nama-nama allah, yakni nama-nama yang telah kita ketahui dan kita Imani wujud-wujudnya.pengertian ini di dasarkan pada pengertian ayat-ayat.AL-Asma di sini berarti nama-nama benda.senagaja digunakan istilah al-asma karena hubungannya sangat kuat.antara yang menanamkan dan yang damai,di samping cepat dipaham.sebab bagaimanapun ilmu yang hakiki itu ialah pemahaman terhadap pengetahuan.kemudian mengenai Bahasa yang digunakan,tentunya berbeda-beda menurut peradaban Bahasa yang tunduk terhadap peraturan itu sendiri.allah swt.telah mengajari nadi adam berbagai nama makhluk yang telah diciptakan-Nya.kemudian allah memberinya ilham untuk-untuk mengetahui eksitensi nama-nama tersebut. Juga keistimewaan-keistimewaan,ciri-ciri khas dan istilah-istilah yang dipakai. Di dalam memberikan ilmu ini,tidak ada bedanya antara diberika ilmu ini, tidak ada bedanya antara diberikan sekaligus dengan diberikannya secara bertahap. Hal ini karena allah maha kuasa untuk berbuat segalanya. Sekalipun istilah yang digunakan dalam Al-Qur’an adalah ‘’ALLma (pengertiannya adalah memberikan ilmu secara bertahab), seperti firman allah yang artinya: dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui ( An-Nisa :4113)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar